Anda di halaman 1dari 31

MEMAHAMI

KEKERASAN Seksual
PADA ANAK
ANI KHAIRANI, M.PSI, PSIKOLOG
DEFINISI KEKERASAN

 The intentional use of physical force or power, threatened or actual, against


oneself, another person, or against a group or community, which either
results in or has a high likelihood of resulting in injury, death, psychological
harm, maldevelopment, or deprivation. (WHO)

 kekuatan fisik atau kekuatan yang disengaja,


 Terancam atau secara nyata,
 Terhadap diri sendiri, orang lain, atau kelompok atau komunitas,
 yang berakibat luka, kematian, bahaya psikologis, hambatan
perkembangan
JENIS – JENIS KEKERASAN

KEKERASAN FISIK
KEKERASAN
PSIKOLOGIS
KEKERASAN SEKSUAL
KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

 Kegiatan atau aktivitas seksual yang


dilakukan oleh orang dewasa atau oleh
anak yang lebih besar, terhadap anak atau
balita.

 Kegiatan tersebut dapat berupa:


 Menunjukkan diri atau kemaluannya
 Membelai atau meremas remas anak
 Melakukan perkosaan.
Tidak siap menjadi ortu
Tidak memiliki tujuan pengasuhan
Ortu menyerahkan pengasuhan
kepada orang lain
Pendidikan agama diserahkan
kepada orang lain
GEJALA PERILAKU KORBAN

 Kemunduran perilaku (mengompol, isap jempol, keterikatan thd benda favorit)


 Menulis atau menggambar hal-hal yang terkait organ atau aktivitas seksual
 Rasa ingin tahu, pengetahuan, dan kosa kata baru seputar organ dan aktivitas
seksual
 Adanya perilaku seksual, termasuk ketika bermain
 Menolak buka/ganti baju di waktu mandi, buang air, olahraga, atau mau tidur
 Berbicara tentang teman baru yang usianya lebih dewasa
 Tiba-tiba memiliki uang, mainan, atau benda lain dengan alasan yang tidak
jelas
 Mengalami gangguan tidur atau gangguan makan
 Menolak pergi ke tempat tertentu, tidak mau ditinggal sendiri dengan orang ttn
 Perilaku agresif atau menarik diri (penuh rahasia)
DELAY TRAUMA

 PTSD yang tertunda menggambarkan situasi di mana


seseorang tidak mengembangkan diagnosis PTSD sampai
setidaknya enam bulan setelah kejadian traumatis. Atau
bisa lebih lama lagi.
 Misalnya, beberapa orang mungkin tidak mulai mengalami
gejala yang konsisten dengan diagnosis PTSD sampai
bertahun-tahun setelah mengalami kejadian traumatis.
 Tipe PTSD yang tertunda pada tipe ini sebagian besar telah
diamati di kalangan orang-orang tua, yang mungkin
mengembangkan PTSD yang berasal dari peristiwa
traumatis yang terjadi saat mereka jauh lebih muda.
PENGASUHAN
ANAK LAKI-LAKI
 Pengasuhan itu mengembangkan dan menjaga fitrah yg sdh
ditanam Allah swt bukan membentuk.

 Softwarenya Laki-laki adalah ALqowwam (annisa 34)


yaitu:
 Kuat (semangat, motivasi, tidak mengeluh),
 Tangguh (adil dan seimbang, tdk egois dan peka terhadap
kebutuhan) dan
 Survive (pemimpin, pengambilan keputusan)
Sehingga menjadi laki-laki dapat diandalkan oleh kaum wanita.
Lelaki kehilangan fitrahnya jika yg muncul adalah kebalikannya
PENGASUHAN
ANAK PEREMPUAN

 Wanjta adalah benteng terakhir peradaban.


 Tujuan dasar amalan utama wanita:
*⃣sholat 5 waktu → menahan diri dr perbuatan keji dan
munkar
*⃣Puasa → menahan nafsu perut
*⃣Menjaga kemaluannya → menahan diri dari agresifnya,
*⃣Taat suaminya → menahan nafsu akal.
Problem utama adalah di
“Respon“

STIMULUS
RESPON
Umpan balik
Rasionalisasi

Rute Panjang WHAT:kenali VALUE/ HYPOCAMPUS


di PFC
WHY:Sadari aktif HOW:Solusi
dan Aksi
RESPON
SUKSES
Amyg.
Rute Pendek ANXIETY SADAR
Amyg. PANAS Kortisol muncul
(FIGHT/FLIGHT Rasionalisasi
NA/BG PANAS destruktif
FREEZE:kompor Belief negatif
Spy Amyg Berkesadaran,
Amydala
temukan jawaban WHY yang
RESPON GAGAL
membuat damai
Perkembangan Otak :
Paul Mc. Lane
20

 Usia 0-7 tahun : Latih Sensori-motorik dan emosinya : Anak


mencontoh lingkungan terdekatnya bagaimana cara
beremosi dan berakhlaq, Anak melakukan sesuatu
dikarenakan senang atau tidak senang. Kecepatan belajar 5-
8 kali orang dewasa → TANGGUH
 Usia 7-14 tahun : Latih Kognisi dan etika/Adab, anak mulai
belajar lebih dalam dalam menggali hikmah kehidupan.
Kecepatan belajar 3-5 kali orang dewasa → CERDAS
 Usia 14-21 tahun : Kawal Konsistensinya dalam berakhlaq
mulia, dampingi pengambilan keputusan dan menemukan
jati dirinya Kecepatan belajar 2 kali orang dewasa →
BERAKHLAQ
Kenali Pola Diri
 HOT SYSTEM : Bekerja secara OTOMATIS dan CEPAT, dengan sedikit
atau TANPA USAHA, tanpa ada PERASAAN yang DIKENDALIKAN
(Intuitif, emosional, Cepat) → REAKTIF

Amygdala > PFC


 COOL SYSTEM : Bekerja dengan memperhatikan aktivitas mental
yang membutuhkan usaha, termasuk perhitunganyang RUMIT.
(Lambat Logis, Konsultatif) → RESPONSIF

PFC > Amygdala


Patokan terbaik : 70% PFC dan 30% Amygdala
NEUROPLASTICITY
 Adalah kemampuan otak membentuk sirkuit baru,
mengubah zat kimia pembawa pesan, membangun
hubungan yang lebih menetap.
 Berhubungan dengan : Proses BERPIKIR, BELAJAR,
BERBAHASA dan PEMBANGUNAN KARAKTER
 Berubah dengan LATIHAN (cingulat, PFC, Sist limbik,
Temporal lobes, cerebellum). Hapal (amygdala) > Paham
(PFC , sist limbic) > DO IT! *Latihan
 BERUBAH adalah NISCAYA
PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA

5/3/2019
 MASALAH : Kesenjangan harapan dan kenyataan =
Kerentanan Keluarga
 KERENTANAN KELUARGA : ketidakmampuan keluarga dalam
merespon situasi krisis/konflik yang sangat erat kaitannya
dengan potensi yang dapat menggangu kestabilan dan
kesejahteraan keluarga.
 KETAHANAN KELUARGA : Suatu kondisi dinamik keluarga yang
memiliki keuletan, ketangguhan dan kemampuan fisik, materiil
dan mental untuk hidup secara mandiri. Ketahanan keluarga
juga mengandung maksud sebagai kemampuan keluarga
untuk mengembangkan dirinya untuk hidup secara harmonis,
sejahtera dan bahagia lahir dan batin. (PP RI No. 21 Tahun
1994)
AKAR MASALAH

Akar permasalahan dari masalah


kejahatan seksual adalah hilangnya
peran keluarga sebagai unit
perlindungan terkecil dalam
masyarakat.

Hilangnya peran keluarga ini justru


disebabkan adanya upaya untuk menjadikan
relasi gender dan relasi kuasa sebagai
konsep utama dalam melihat hubungan laki-
laki dan perempuan. Perempuan dan
seksualitasnya dalam konsep Kekerasan.
 Istilah 'Kejahatan Seksual' lebih
memenuhi kriteria 'darurat
kejahatan seksual' yang sedang
terjadi di masyarakat, lebih tepat
untuk digunakan dibandingkan
dengan istilah 'Kekerasan
Seksual→ganti judul menjadi RUU

RESUME Penghapusan Kejahatan Seksual

Harusnya fokus RUU tidak melebar


ke isu-isu di luar kejahatan seksual.
Fokus pada tindak kejahatan
seksual, yaitu pemerkosaan,
penyiksaan seksual, penyimpangan
perilaku seksual, pelibatan anak
dalam tindakan seksual dan inses.
1) Naskah Akademik dari RUU PKS adalah feminisme yang tidak relevan
dengan Indonesia. Feminisme bukan masalah kita, tetapi masalah
yang terjadi di luar negeri. Dengan demikian, masalah ini bisa disebut
subversif.
2) Dalam Pasal 1 Ayat 1, dalam definisi kekerasan seksual tidak ada
norma tentang perkawinan atau hubungan keluarga. Pasal ini sudah
bertentangan dengan Pancasila dan UU Perkawinan.
3) Frasa “dan/atau perbuatan lain” bisa berakibat pada sunat atau khitan
CATATAN akan dianggap kekerasan seksual.
4) Frasa “bertentangan dengan kehendak” mengandung makna suka
sama suka, tidak ada ikatan perkawinan tidak masalah. Dan ini
bermasalah, tidak sesuai dengan agama dan Pancasila.
5) Frasa “Ketimpangan relasi gender” bermakna mengingkari hubungan
suami-istri, dan hal ini bertentangan dengan UU Perkawinan, ajaran
agama, dan Pancasila. Membongkar peran suami dalam suatu
keluarga.
(a) maksud dari RUU ini bermasalah sejak
hulunya,
(b) permasalahan yang diangkat oleh RUU PKS
sudah diatur dalam UU lain (ada maksud
tersembunyi)

Kesimpulan (c) jika disetujui akan menimbulkan masalah


lebih besar karena semangatnya adalah
dari RUU PKS liberalisasi hubungan seksual (di antaranya
berpotensi membolehkan paedofil asal suka
adalah: sama suka).
(d) Tidak usah diteruskan pembahasan RUU ini.
(e) Yang perlu dibahas adalah RUU Ketahanan
Keluarga bukan RUU PKS. Di Yogyakarta dan
Depok sudah disetujui Perda Ketahanan

Bagus Riyoni (Ketua Presidium GIB)


a. pelecehan seksual
Didefinisikan pada Pasal
Definisi tidak jelas dan bisa berekses pada tafsir
12 sebagai Kekerasan sepihak dan digunakan untuk mengkriminalisasi kritik
Seksual yang dilakukan moral masyarakat atas perilaku menyimpang.
dalam bentuk tindakan
 (1) Bisa mengkriminalisasi kritik masyarakat
fisik atau non-fisik kepada terhadap perilaku menyimpang LGBT.
orang lain, yang
berhubungan dengan  (2) Mengkriminalisasi kritik terhadap gaya
bagian tubuh seseorang berpakaian muda-mudi bahkan seks di luar nikah
yang sudah demikian parah datanya. Jangan hal-
dan terkait hasrat seksual, hal tersebut sampai dikriminalisasi atas nama
sehingga mengakibatkan pelecehan seksual.
orang lain terintimidasi,
 Padahal sejatinya kritik tersebut justru menjaga
terhina, direndahkan, atau moralitas generasi bangsa sesuai nilai-nilai
dipermalukan. Pancasila dan agama. Bahkan semestinya RUU
mengatur dengan tegas larangan perilaku
menyimpang seperti LGBT,
B.
B. Pemaksaan aborsi
Didefinisikan pada Pasal
15 sebagai Kekerasan
Seksual yang dilakukan Definisi ini jangan sampai dipahami bahwa aborsi
dalam bentuk memaksa menjadi boleh selama tidak ada unsur 'memaksa
orang lain untuk orang lain’.
melakukan aborsi dengan
kekerasan, ancaman
kekerasan, tipu muslihat,
rangkaian kebohongan, Tingkat aborsi di luar nikah sangat tinggi, antara lain
penyalahgunaan sebagai ekses perilaku seks bebas/seks di luar nikah.
kekuasaan, atau Untuk mencegah hal itu maka aturan pelarangan
menggunakan kondisi aborsi (kecuali alasan yang sah secara medis) harus
diatur terlebih dahulu dalam RUU
seseorang yang tidak
mampu memberikan
persetujuan.
pemaksaan perkawinan;
Didefinisikan pada Pasal 17
sebagai Kekerasan Seksual Definisi ini bisa ditafsirkan sepihak
yang dilakukan dalam terhadap kearifan dalam kehidupan
bentuk menyalahgunakan keluarga masyarakat
kekuasaan dengan beradat/budaya timur (relasi orang
kekerasan, ancaman
tua dan anak) sehingga
kekerasan, tipu muslihat,
rangkaian kebohongan, memungkinkan seorang anak
atau tekanan psikis lainnya mengkriminalisasi orang tuanya yang
sehingga seseorang tidak menurut persepsinya 'memaksa'
dapat memberikan menikah. Padahal bisa jadi
persetujuan yang permintaan/harapan orang tua itu
sesungguhnya untuk demi kebaikan anaknya
melakukan perkawinan.
Pemaksaan pelacuran;
Didefinisikan pada Pasal Definisi tindak pidana harus dilengkapi
18 sebagai Kekerasan dengan pengaturan bahwa pelacuran
Seksual yang dilakukan dan/atau perzinahan atas alasan apapun
dalam bentuk kekerasan,
ancaman kekerasan, secara prinsip Pancasila dan Agama
rangkaian kebohongan, dilarang di republik ini. Sehingga secara
nama, identitas, atau otomatis pemaksaan pelacuran dan/atau
martabat palsu, atau perzinahan menjadi tegas terlarang
penyalahgunaan
kepercayaan, melacurkan
seseorang dengan
maksud menguntungkan
diri sendiri dan/atau orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai