Anda di halaman 1dari 4

Data dan Analisis

Hasil Pengamatan Isolasi Limfosit Spleen


Gambar Keterangan
 makrofag yang terwarnai oleh eosin
menandakan sel makrofag
mengalami kematian

Sumber : Susanti, 2015


makrofag
Makrofag yang masih hidup tidak menyerap
warna eosin dan tampak seperti pada
gambar ( Susanti,2015) hasil kultur
makrofag dari peritoneum tikus (MPM).

 Pengamatan makrofag menggunakan


hemacytometer ditemukan 2 sel
dalam satu bidang pandang

Pada pengamatan makrofag dari organ spleen atau limfa mencit betina dengan
pengenceran 20 kali ditemukan banyak makrofag yang terwarnai oleh eosin. Sel makrofag
terlihat berwarna kebiruan dengan berntuk tepian yang tidak beraturan atau kasar. Sel yang
terwarnai terlihat dalam jumlah yang cukup banyak dalam satu bidang pandang.
Dalam pengamatan menggunakan hemacytometer untuk menentukan jumlah limfosit
di spleen mencit ditemukan 2 sel makrofag dalam satu bidang pandang. Sel yang ditemukan
salah satunya terwarnai dan yang satu tidak. Untuk penentuan jumlah limfosit digunakan
rumus sebagai berikut :
∑ Sel Limfosit = ∑sel hitung x 5 x factor pengenceran x 104 sel/ml
= 1 x 5 x 20 x 104 sel/ml
= 1 x 106 sel/ml
Jadi diperoleh hasil hitungan 2 x 106 sel/ml untuk limfosit dalam spleen mencit. Hasil
hitungan ini dilakukan dalam satu bidang pandang tanpa melakukan ulangan.
Pembahasan
Jumlah sel limfosit pada tubuh dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
keberadaan antioksidan dan kandungan gizi lain yang terkandung dalam makanannya.
Makrofag merupakan sel yang berukuran cukup besar dibanding dengan sel darah yang
lainnya. Makrofag yang tergolong dalam monosit memiliki ukuran 10-15 µm yang merupakan
ukuran terbesar dari sel darah putih atau leukosit (Subowo, 2006). Makrofag memiliki daya
fagositosis yang berbeda. Secara umum makrofag dapat melakukan fagositosis sesuai densitas
dalam tubuh. Ketika tubuh dalam kondisi yang tidak sehat atau terdapat gangguan dari patogen
maka daya fagositosis makrofag akan ditingkatkan oleh rangsangan atau signal dari sel imum
baik sel T helper maupun sel B (Abbas et al, 2007).
Limfosit merupakan bagian dari sel darah putih (leucocytes) yang tidak memiliki
granula dalam sitoplasma dan sel kunci dalam proses imun spesifik (meliputi respon imun
seluler dan humoral) untuk mengenali antigen melalui reseptor antigen (Kuby 2007). Limfosit
banyak terdapat dalam organ limfoid seperti limfa, kelenjar limfa, dan timus. Limfosit
mempunyai reseptor antigen yang beragam, tetapi setiap limfosit hanya dapat mengenal satu
antigen sehingga dalam proses imun, limfosit saling bekerja sama untuk mengeliminasi
berbagai antigen yang masuk kedalam tubuh. Limfosit dibentuk dalam jaringan bone marrow
atau sum-sum tulang. Dalam proses pembentukannya sum-sum tulang akan menghasilkan
hemapioitent sel (stem sel) yang dapat berdifferensiasi menjadi sel darah merah atau sel darah
putih. Sel darah putih yang dibentuk diantaranya adalah limfosit B dan limfosit T. Kedua sel
limfosit ini akan dibentuk dan kemudian mengalami kematangan atau pendewasaan dalam
jaringan pembuluh darah. Sebelumnya dalam jaringan sum-sum tulang sel limfosit B masih
immature atau belum mengalami pematangan. Sama halnya dengan limfosit T yang setelah
dibentuk akan berada dalam kelenjar thimus dalam fase immature. Keduanya akan mengalami
pematangan saat regenerasi sel limfosit dilakukan atau juga akibat adanya serangan patogen
sehingga sel limfosit mengalami pematangan atau mature (Abbas et at, 2007)
Percobaan penentuan jumlah limfosit dalam spleen atau limfa ini di dasari karena organ
limfa merupakan organ limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder ini memiliki fungsi
menangkap dan mempresentasikan antigen dengan efektif, sel B dan sel T sudah dalam
keadaan matang sehingga sudah siap untuk berproliferasi dan berdiferensiasi dan meruransum
tempat utama produksi antibodi. Organ limfa juga merupakan tempat untuk saringan darah atau
mikroba darah dibersihkan dalam limfa dan tempat respon imun utama terhadap antigen asal
darah. Isolasi sel limfosit dilakukan dengan melisis sel eritrosit dan pencucian dengan medium
RPMI sehingga didapatkan suspensi sel limfosit (Candradewi et al, 2012)
Dari hasil pengamatan mikroskop diperoleh hasil penghitungan sel limfosit 1 x 106
sel/ml. Sel limfosit yang memancarkan warna kebiruan merupakan sel limfosit yag mati. Sel
limfosit yang hidup aan tetap berwarna bening transparan (Susanti, 2015). Menurut Fortier et
al.,1982 umumnya jumlah makrofag yang dapat diisolasi dari makrofag berkisar antara 0.5–1
× 106 makrofag tiap mencit. Jadi hasil pengamatan yang dilakukan dapat dinyatakan sesuai
dengan teori. Jumlah ini dapat seketika berubah apabila kondisi mencit yang digunakan sebagai
bahan uji mengalami gangguan. Gangguan penyakit atau gangguan metabolisme tubuh mencit
yang berbeda dapat memunculkan respon proliferasi sel limfosit yang berbeda. Limfosit B akan
ditemukan dalam jumlah yang banyak apabila tubuh sedang terserang patogen atau penyakit
lainnya. Hal ini merupakan respon imun yang wajar dalam menjaga kesetimbangan atau
homeostasis tubuh (Abbas et al, 2007)

Kesimpulan
1. Isolasi limfosit pada mencit dapat menggunakan organ spleen yang merupakan organ
limfoid sekunder sehingga dapat ditemukan limfosit yang masih immature dan yang
mature.
2. Hasil penghitungan jumlah limfosit pada organ spleen adalah 1 x 106 sel/ml yang
ditemukan berupa sel makrofag

Daftar Rujukan
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S. 2007. Cellular and Molecular Immunology. ISBN-
13: 978-1-4160-3122-2
Chandradewi Nurul, A. Kharisma Mila, Septian Jian, Ayu Wulan C. 2012. Isolasi Sel Limfosit.
Laporan Praktikum. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Fortier AH, Hoover DL, Nacy CA., 1982, Intracellular replication of Leishmania tropica in
mouse peritoneal macrophages: Amastigote infection of resident cells and inflammatory
exudate macrophages. Infect. Immun,38:1304–1308

Kuby J. 1992. Immunology. WH Freeman and Company. New York.

Subowo. 2006. Histologi Umum. Jakarta : PT Bumi Aksara.


Susanti Erna, Ratnawati Retty, Aulani,am. Rudjianto Ahmad. 2015. Karakterisasi Kultur
Makrofag Hasil Isolasi Mouse Peritoneum Makrofag (MPM). El-Hayah Vol. 5,No.3.
Malang. Fakultas Kedoketeran Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai