Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. Kasus (masalah utama)


Isolasi sosial
Perilaku isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000)
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama
orang lain, tetapi tidak mampu untuk mewujudkannya (Keliat, 2009).
Menurut Townsend, M.C (1998) isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain. Jadi isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial yaitu :
1. Faktor Pekembangan
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang
harus terpenuhi. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan
mempengaruhi hubungan sosial. Misalnya anak yang kurangnya kasih sayang,
dukungan, perhatian dan kehangatan dari orang tua akan memberikan rasa
tidak aman dan menghambat rasa percaya.
2. Faktor Biologis
Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial.
Misalnya kelainan struktur otak dan struktur limbik diduga menyebabkan
skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat gambaran struktur otak yang
abnormal, otak atropi, perubahan ukuran dan bentu sel limbik dan daerah
kortikal.
3. Faktor Sosial Budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan gangguan hubungan sosial. Misalkan pada pasien lansia, cacat,
dan penyakit kronis yang diasingkan dari lingkungan.
B. Faktor Presipitasi
1. Stressor Sosial Budaya
Adalah stres yang ditimbulkan oleh sosialdan budaya masyarakat. Kejadian
atau perubahan dalam kehidupan sosial-budaya memicu kesulitan
berhubungan dengan orang lain dan cara berprilaku.
2. Stressor Psikologis
Adalah stres yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan
terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.
C. Rentang Respon
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari membutuhkan oranglain dan lingkungan sosial. Hubungan dengan orang lain
dan lingkungan sosial akan menimbulkan respon sosial pada individu. Rentang
respon sosial itu digambarkan sebagai berikut (stuart dan sudeen, 2007):

Rentang Respon Sosial

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Menyendiri
Merasa sendiri (Loneliness) Manipulasi
Otonomi
Menarik diri Impulsif
Bekerja sama (mutualisme)
Ketergantungan(defenden) Narcisisisme
Saling ketergantungan
(Budi Anna Keliat, 2009)
Respon adaftif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Sedangkan respon maladaptif
adalah respons individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang
bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat, respon-respon tersebut
meliputi:
1. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran,
perasaan, dalam hubungaan sosial.
3. Bekerjasama (mutualism)
Suatu kondisi dalam hubungani nterpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima.
4. Saling Ketergantungan (intervenden)
Merupakan kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
5. Menarik diri
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
6. Ketergantungan (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7. Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek. Individu tersebut terdapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
8. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman,
penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
9. Narcissim
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian yang egosentris dan pencemburu.
D. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi:
1. Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
2. Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. With drawal, menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman
internalnya.

III. A. Pohon Masalah

Risiko gangguan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial
Core Problem

Harga diri rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


Isolasi sosial, ditandai dengan:
DS:
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh oranglain.
- Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
- Klien mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
DO:
- Kurang spontan
- Klien banyak diam dan tidak mau bicara
- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
- Kontak mata kurang
- Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
- Kurang sadar dengan lingkungan sekitar.
- Aktivitas menurun.

IV. Diagnosa Keperawatan


Isolasi sosial

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Anna, (2009). Model praktik keperawatan professional jiwa. ECG: Jakarta.

Carnellito, J.lynda, (2008). Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis ed 9. EGC:
Jakarta

Ibrahim ayub sani, (2012). Psikiatri. Jelajah nusa: Tangerang.

Puri, basant k, (2011). Buku ajar psikiatri. EGC: Jakarta.

Riyadi, sujono & purwanto teguh, (2009). Asuhan keperawatan jiwa. Graha ilmu:
Yogyakarta.

Yosep Iyus, (2007). Keperawatan Jiwa. ECG: Jakarta.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien
DS:
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh oranglain.
- Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
- Klien mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
- Klien mengatakan merasa tidak berguna.
DO:
- Kurang spontan
- Klien banyak diam dan tidak mau bicara
- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
- Kontak mata kurang
- Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
- Kurang sadar dengan lingkungan sekitar.
- Aktivitas menurun.

B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social.
6. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam memperluas hubungan social.
D. Tindakan keperawatan
SP I p
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan satu orang
ke dalam jadwal kegiatan harian
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkanpasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

II. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


Sp 1 pasien: membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.
Orientasi
”selamat pagi! Saya suster HS. Saya senang dipanggil suster H.saya perawat
diruang mawar ini.”
“siapa nama anda? Senang dipanggil apa?”
“apa keluhan S hari ini?” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman s? mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaiman kalau
diruang tamu? Mau berapa lama, S? bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja
(jika pasien baru)
“siapa yang tinggal serumah dengan S? siapa yang paling dekat dengan s?
siapa yang jarang bercakap-cakap dengan s? apa yang membuat s jarang bercakap-
cakap dengannya?”
(jika pasien sudah lama dirawat)
“apa yang s rasakan selama s dirawat disini? S merasa sendirian? Siapa saja
yang s kenal diruangan ini?”
“apa saja kegiatan yang bisa s lakukan dengan teman yang s kenal?”
“apa yang menghambat s dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
lain?”
“menurut s apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap . apalagi?”(sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) nah,
banyak juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah s belajar bergaul dengan
oranglain.?”
“bagus! Bagaimana kalau kita sekarang belajar berkenalan dengan orang
lain?”
“begini loh s, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita, nama panggilan yang kita suka , asal kita dan hobi kita, contohnya: nama saya
sn, senang dipanggil s. asal saya dari kota x, hobi memasak.”
“ ayo s dicoba! Misalnya saya belom kenal dengan s, coba berkenalan dengan
saya! YA, bagus sekala! Coba sekali lagi, bagus sekali”
“setelah s berkenalan dengan orang tersebut s bisa melanjitkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan s bicarakan, misalnya tentang cuaca, tentang
hobi, tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”

Terminasi
“bagaimana perasaan s setelah kita latihan berkenalan ?”
“s tadi sudah mempraktikan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya s
dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga s
lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau mempraktikan ke orang lain?
Bagaimana kalau s mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat n, bagaimana ?
s mau kan?”
“baiklah, sampai jumpa!”

Anda mungkin juga menyukai