Anmal 5
Anmal 5
Jawab :
Feses
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes
terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak
dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu
abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan
abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari.
Interpretasi : darah samar Mira (+) itu artinya Mira kehilangan darah > 2 ml/hari. Tes darah
samar positif mungkin disebabkan oleh : karsinoma kolon, Colitis ulcerative, Adenoma,
Hernia diapragmatik, karsinoma lambung, Divertikulitis, Ulkus lambung.
Mekanisme :
Pada keaadaan feses yang diuji darah samar positif khususnya pada kasus Mira, ini
kemungkinan disebabkan oleh Mira yang sering terlambat makan sehingga ada gangguan
pada lambung dalam waktu yang lama dan terlalu sering. Sehingga menyebabkan lambung
yang terus bekerja tanpa adanya makanan yang masuk sehingga lama-kelamaan terjadi luka
pada lambung.
B. Pemeriksaan fisik
a. anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati.
b. stomatitis angularis, atrofi papil lidah.
c. ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung.
C. Pemeriksaan laboratorium
a. Hemoglobin, Ht dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun.
Didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin
mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl
hanya didapatkan pada anemia difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red
cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks
eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun.
Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia
yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan.
b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik.
Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis,
poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia
dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan
thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan
derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat serta saturasi menurun.
Kadar besi serum menurun <50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
meningkat >350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat.
Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding
dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi
besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat
menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari
jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar
feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.
e. Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.
Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil.
Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.
f. Pemeriksaan Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanus.
g. Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop,
pemeriksaan ginekologi.
h. Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah
meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.
l. Apa saja diagnosis banding yang bisa ditentukan dari hasil pemeriksaan lab?
1. Anemia akibat penyakit kronis
2. Anemia sideroblastik
3. Thalasemia
Fase Korporeal
Besi setelah diserap melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus.
Kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin menjadi transferin. Satu molekul
transferin dapat mengikat maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transferin
(Fe2-Tf) akan berikatan dengan reseptor transferin (transferin receptor = Tfr) yang
terdapat pada permukaan sel, terutama sel normoblas.
Kompleks Fe2-Tf-Tfr akan terlokalisir pada suatu cekungan yang dilapisi oleh
klatrin (clathrin-coated pit). Cekungan ini mengalami invaginasi sehingga membentuk
endosom. Suatu pompa proton menurunkan pH dalam endosom sehingga terjadi
pelepasan besi dengan transferin. Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma
dengan bantuan DMT 1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor transferin
mengalami siklus kembali ke permukaan sel dan dapat dipergunakan kembali.
Besi yang berada dalam sitoplasma sebagian disimpan dalam bentuk feritin dan
sebagian masuk ke mitokondria dan bersama-sama dengan protoporfirin untuk
pembentukan heme. Protoporfirin adalah suatu tetrapirol dimana keempat cincin pirol
ini diikat oleh 4 gugusan metan hingga terbentuk suatu rantai protoporfirin. Empat dari
enam posisi ordinal fero menjadi chelating kepada protoporfirin oleh enzim heme
sintetase ferrocelatase. Sehingga terbentuk heme, yaitu suatu kompleks persenyawaan
protoporfirin yang mengandung satu atom besi fero ditengahnya.