Anda di halaman 1dari 14

BAB 22

PENINGKATAN KEMAMPUAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada


hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Teknologi merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi
signifikan dalam peningkatan daya saing dan kualitas hidup suatu
bangsa. Iptek berupaya memecahkan persoalan kekinian dan
mengantisipasi masalah masa depan. Dengan adanya permasalahan
terkini di bidang pangan dan energi, pembangunan iptek juga
berupaya untuk menyediakan alternatif teknologi melalui penelitian,
pengembangan, dan penerapan dalam dua bidang tersebut. Di
samping itu, perhatian besar juga diarahkan pada pengembangan
iptek bidang kesehatan dan obat-obatan, pertahanan, transportasi,
serta informasi dan telekomunikasi.
I. Permasalahan yang Dihadapi

Pembangunan iptek masih terkendala oleh berbagai


permasalahan, antara lain tingkat kemampuan dan kapasitas
kelembagaan iptek nasional yang masih rendah. Pada tahun 2001
Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 72 negara dalam Indeks
Pencapaian Teknologi (IPT). Sementara itu, menurut World Economic
Forum (WEF) tahun 2004, Indeks Daya Saing Pertumbuhan (growth
competitiveness index) Indonesia hanya menduduki peringkat ke-69
dari 104 negara. Salah satu penyebab rendahnya daya saing tersebut
adalah lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam
memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas di samping
masalah institusi publik dan kondisi makro ekonomi. Masih minimnya
sumber daya iptek tercermin pula dari rendahnya kualitas SDM di
bidang iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2002 adalah
5,0 peneliti per 10.000 penduduk, lebih kecil jika dibandingkan
dengan Malaysia sebesar 8,0. Di samping itu, belum terbentuk
kompetensi inti yang bisa menjadi pusat unggulan pembangunan iptek
jangka panjang. Sementara itu, kapasitas institusi-institusi iptek di
pusat dan daerah masih belum kuat. Berbagai permasalahan tersebut,
antara lain, diakibatkan oleh keterbatasan anggaran iptek yang
rasionya dengan PDB hanya sekitar 0,05 persen. Berdasarkan
rekomendasi UNESCO, rasio anggaran iptek yang memadai adalah
sebesar 2 persen. Kecilnya anggaran iptek tersebut berakibat pada
terbatasnya fasilitas riset, kurangnya biaya untuk operasi dan
pemeliharaan, serta rendahnya insentif untuk peneliti.

Permasalahan yang lain adalah lemahnya peran iptek dalam


sektor produksi nasional yang antara lain ditunjukkan oleh kurangnya
efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya kandungan
teknologi dalam kegiatan ekspor. Menurut Indikator Iptek Indonesia
Tahun 2003, ekspor produk industri manufaktur pada tahun 2002
didominasi oleh produk dengan kandungan teknologi rendah yang
mencapai 60 persen; sedangkan produk teknologi tinggi hanya
mencapai 21 persen. Sementara itu, produksi barang elektronik yang
dewasa ini mengalami peningkatan ekspor, pada umumnya merupakan
kegiatan perakitan yang komponen impornya mencapai 90 persen.

22 - 2
Permasalahan lain dalam pembangunan iptek di Tanah Air
adalah belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek yang
menjembatani interaksi antara kapasitas penghasil iptek dan
kebutuhan pengguna. Hal ini dapat terlihat dari belum tertatanya
infrastruktur iptek, antara lain institusi yang mengolah dan
menerjemahkan hasil pengembangan iptek menjadi preskripsi
teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.
Di samping itu, masalah tersebut dapat dilihat dari belum efektifnya
sistem komunikasi antara lembaga penelitian dan pengembangan
(litbang) dan pihak industri, yang antara lain berakibat pada minimnya
keberadaan industri kecil dan menengah berbasis teknologi.

Sementara itu, sinergi kebijakan iptek dengan kebijakan


pembangunan lainnya juga belum berjalan dengan baik, sehingga
kegiatan iptek belum dapat memberikan hasil yang signifikan.
Keadaan ini ditunjukkan dari belum terintegrasinya kebijakan bidang
pendidikan, industri, dan iptek sehingga mengakibatkan kapasitas
yang tidak termanfaatkan pada sisi penyedia, tidak berjalannya sistem
transaksi, dan belum tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna, yaitu
industri. Di samping itu, kebijakan fiskal juga dirasakan belum
kondusif bagi pengembangan kemampuan iptek.

Kejadian bencana tsunami dan bencana alam lainnya yang


menimbulkan banyak korban merupakan salah satu indikasi masih
lemahnya pemanfaatan iptek untuk mengantisipasi timbulnya bencana
alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global
merupakan wilayah yang rawan bencana sehingga pembangunan
Indonesia yang mampu mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana merupakan suatu keharusan.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil–Hasil yang


Dicapai

Untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, kebijakan


peningkatan kemampuan iptek diarahkan untuk (1) peningkatan fokus,
kualitas, dan kapasitas penelitian dan pengembangan iptek melalui

22 - 3
penentuan bidang-bidang unggulan yang mencakup (a) pembangunan
ketahanan pangan, (b) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi
baru dan terbarukan, (c) pengembangan teknologi dan manajemen
transportasi, (d) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi,
(e) pengembangan teknologi pertahanan, dan (f) pengembangan
teknologi kesehatan dan obat-obatan. Pemilihan enam bidang prioritas
ini dilandasi oleh potensi sumber daya yang dimiliki, pengembangan
teknologi strategis, dan pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
nasional jangka panjang; (2) pengembangan berbagai skema insentif;
(3) percepatan proses difusi, pengembangan mekanisme intermediasi
dan pemanfaatan iptek yang lebih efektif; (4) penguatan kelembagaan
iptek dengan mendorong mobilitas peneliti, peningkatan kerja sama
vertikal dan horizontal, menciptakan sinergisme kebijakan dan
keterpaduan program iptek dengan sektor lainnya; dan (5)
pemantapan sistem nasional inovasi.

Untuk meningkatkan kemampuan iptek nasional telah


dilakukan berbagai upaya yang mencakup antara lain kegiatan litbang
dan rekayasa di bidang bioteknologi pertanian, peternakan, dan
kesehatan; pengembangan teknologi kelautan; pengembangan energi
alternatif dan strategis, penguasaan teknologi informasi; teknologi
dirgantara dan antariksa; teknologi transportasi; teknologi pertahanan;
teknologi air bersih; teknologi elektronika; sistem informasi spasial;
mitigasi bencana; litbang di bidang pengukuran, standardisasi,
pengujian dan mutu; dan pengembangan iptek tepat guna.
Pengembangan roadmap teknologi dalam bidang-bidang tersebut
merupakan langkah awal untuk memperjelas posisi, status, prioritas,
dan arah pembangunan iptek.

Kegiatan riset unggulan dan tematis yang bersifat kompetitif,


meliputi Riset Unggulan Terpadu Internasional (RUTI) dan Riset
Unggulan Terpadu (RUT), terus dilakukan. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk memacu penguasaan riset dasar dan kerja sama
internasional dalam menghasilkan publikasi ilmiah internasional dan
hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Program RUTI merupakan
kerja sama penelitian dengan para peneliti dari mancanegara yang
telah dilaksanakan selama 3 tahun. Program ini dalam periode
tersebut melibatkan 33 penerima hibah RUTI dari beberapa bidang

22 - 4
penelitian, yaitu pertanian dan pangan, kesehatan, lingkungan,
kelautan, energi, teknologi informasi dan mikroelektronika.
Sementara itu, program RUT yang difokuskan untuk penguasaan
ilmu-ilmu dasar, sejak tahun 1993 hingga saat ini telah menghasilkan
1.871 topik penelitian.

Beberapa penelitian tematik strategis, seperti penelitian yang


terkait dengan bidang teknologi pertahanan dan pengembangan energi
alternatif, semakin dikembangkan. Di bidang teknologi pertahanan
telah dihasilkan prototipe sistem roket balistik dengan diameter 150
mm dan 250 mm. Uji terbang roket tersebut telah dilakukan untuk
jenis RX-1110.01.01; RX-1512.02.02; RX-2428.03.01 dan 2 jenis
roket RX-70. Selain itu, telah dikembangkan kendaraan tempur
berupa Mobile Shooting Range. Kerja sama pengembangan teknologi
pertahanan dilakukan antara lembaga riset dan pihak TNI, PT LEN,
PT PINDAD, dan PT DI. Di bidang teknologi dirgantara, telah
diupayakan penguasaan teknologi satelit oleh LAPAN bekerja sama
dengan salah satu universitas di Jerman. Kerja sama tersebut
bertujuan untuk membuat satelit mikro yang direncanakan akan
diluncurkan pada awal 2006 ke orbit polar Low Earth Orbit yang
peluncurannya bekerja sama dengan Indian Space Research
Organization (ISRO).

Untuk mengatasi krisis energi, telah dilakukan berbagai riset


energi baru dan terbarukan, yang hasilnya antara lain (1)
pengembangan pemanfaatan batu bara kalori rendah untuk
pembangkit listrik, (2) pengembangan biofuel (biodiesel, dan bio-
etanol/gasohol E-10) ke tahap produksi sehingga diharapkan layak
jual di pasar energi. Jenis energi yang menjadi prioritas adalah
biodiesel, bioetanol, biooil, panas bumi, batu bara, surya, nuklir,
angin, dan fuel cell. Di samping itu, pengembangan teknologi
pemanfaatan batu bara dan gas menjadi perhatian penting untuk
menyubstitusi penggunaan bahan bakar minyak bumi. Oleh karena
itu, peranan litbang iptek untuk energi menjadi semakin jelas dalam
mendukung kebijakan energi yang berbasis teknologi. Untuk
pengembangan energi alternatif telah dilakukan pemanfaatan Sistem
Konversi Energi Angin (SKEA) oleh LAPAN untuk keperluan
pengairan dan peternakan di Bantul, DIY. Di samping itu, sedang

22 - 5
dikembangkan kerja sama dengan PLN untuk litbang serta rancang
bangun SKEA skala besar hingga 300 kw dan penerapan PLTS skala
menengah yang dapat dihubungkan dengan jaringan PLN (Grid
Connection). Selain itu, telah diterimanya opsi pemanfaatan tenaga
nuklir sebagai bagian perencanaan sistem energi nasional jangka
panjang dalam Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2005–2025.

Terkait dengan pengembangan teknologi pangan telah


dilakukan pengembangan padi transgenik yang tahan penggerek
batang, penyakit blas dan toleran kekeringan; produksi berbagai
varietas unggul padi sawah; rekayasa dan rancang bangun alat mesin
agro industri berkomponen lokal, seperti pabrik kelapa sawit berskala
medium; teknologi pertanian lahan kering; pengembangan teknologi
sexing dan trasfer embrio pada ternak, penelitian bioteknologi pangan
fungsional; bio katalis, eksplorasi actinomycetes dan fungi potensial.
Untuk menunjang pengembangan peternakan, telah dikembangkan
Suplemen Pakan Multinutrien dan High Quality Feed Supplement.

Dalam kaitan pengembangan teknologi kesehatan dan obat-


obatan sedang dilaksanakan berbagai litbang, antara lain eksplorasi
mikroba endofitik guna pencarian obat baru, termasuk anti ion-
channel untuk pengobatan HIV, SARS, dan sejenisnya; litbang obat
berbasis bioteknologi untuk penyakit demam berdarah, antikanker;
anti diabetetes yang siap masuk industri. Selain itu, dikembangkan
pula penguasaan produksi instrumen medik, seperti Renograf untuk
uji fungsi ginjal; Thyroid Uptake untuk uji penyerapan iodium,
rekayasa dan inovasi unit X-Ray diagnostik; serta pengembangan
bank jaringan yang memproduksi amnion steril untuk beragam
penyembuhan luka dan sisa operasi. Demikian pula, pengembangan
obat-obatan herbal terstandar terus dikembangkan, antara lain melalui
kerja sama dengan China Academia of Chinese Traditional Medicine.
Eksplorasi mikroba endofilik penghasil antibiotik serta penguasaan
teknologi Molecular Farming; pengembangan antikolesterol derivat
lovastatin juga terus dikembangkan.

Terkait pemantauan pemanfaatan tenaga nuklir sedang disusun


RPP Perizinan, Pembangunan, Pengoperasian, dan Dekomisioning
Reaktor Nuklir; dan beberapa peraturan teknis untuk keselamatan

22 - 6
PLTN. Jumlah perizinan untuk fasilitas radiasi dan zat radioaktif yang
telah diterbitkan berjumlah 3.239 buah untuk industri, 2.971 buah
untuk bidang kesehatan, 19 buah untuk penelitian dan 2.162 buah
untuk petugas proteksi radiasi. Selain itu, inspeksi telah dilakukan
pada 283 instansi kesehatan dan 70 instansi penelitian. Upaya
pembinaan terhadap pengguna nuklir melalui penyuluhan dan
sosialisasi terus dilakukan untuk menumbuhkan budaya keselamatan
dalam pemanfaatan tenaga nuklir.

Dalam bidang transportasi telah dilaksanakan litbang


transportasi darat, laut, dan udara untuk meningkatkan pelayanan
transportasi nasional. Salah satu produk yang sedang dikembangkan
adalah pesawat permukaan (Wing In Surface Effect = WISE),
pengembangan teknologi jaringan angkutan antarpulau, rancang
bangun fasilitas uji dinamik dan instrumentasi kereta api,
pengembangan kapal Catamaran untuk wisata bahari daerah, dan
pengembangan mesin sepeda motor. Dalam bidang informasi, dan
telekomunikasi telah dikembangkan perpustakaan digital,
pembangunan pemancar TV-UHF di perbatasan NTT dan Timor Leste
35 Channel, pembangunan sistem telekomunikasi radio terpencil
dengan sistem nirkabel frekuensi 2,4 GHz; pengembangan telepon
perdesaan dan stasiun relay dan penerima televisi multikanal di daerah
terpencil.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas kelembagaan iptek,


kegiatan yang telah dilakukan mencakup upaya peningkatan sumber
daya manusia, pembangunan fasilitas dan pusat iptek, pembangunan
inkubator, penguatan organisasi iptek, seperti Dewan Riset Nasional
dan Daerah, penyempurnaan sistem insentif, pengembangan regulasi
iptek, dan pengembangan HKI. Kegiatan utama tersebut ditujukan
untuk lebih mendorong upaya penguatan kapasitas dan peran lembaga
iptek dalam pembangunan nasional.

Penguatan kelembagaan iptek di pusat dan daerah dilakukan


melalui pemasyarakatan program HKI dan pembentukan Sentra HKI;
penguatan infrastruktur lembaga litbang dan laboratorium uji dan
kalibrasi; dan penyusunan kriteria akreditasi pranata litbang. Dalam
rangka meningkatkan keterpaduan kebijakan iptek nasional, terus

22 - 7
dikembangkan berbagai model pendekatan, seperti Forum
Perencanaan Pembangunan Iptek, peningkatan sinergi pelaksanaan
program riset unggulan, dan identifikasi penentuan prioritas program
penelitian jangka panjang.

Dalam rangka memperkuat peran iptek untuk meningkatkan


kapasitas produksi telah dilakukan beberapa langkah berupa
peningkatan peran pranata metrologi dan pengujian; peningkatan
kemampuan industri kecil, menengah, dan koperasi yang berbasis
teknologi melalui pemanfaatan jaringan sistem informasi teknologi
dan asistensi teknis; pengembangan lembaga keuangan modal ventura
dan start-up capital; serta pengefektifan sistem insentif.

Upaya untuk mengefektifkan sistem insentif dilakukan agar


pola-pola insentif dapat secara nyata mendukung implementasi
peningkatan kapasitas teknologi di industri dan dunia usaha. Program
insentif untuk memacu aplikasi iptek di dunia usaha dilakukan
melalui program Riset Unggulan Kemitraan dan Katalis Teknologi
yang berusaha mempercepat penerapan hasil penelitian melalui
pematangan hasil penelitian. Pematangan yang dimaksud adalah
menaikkan nilai tawar dari teknologi tersebut melalui tahapan-
tahapan untuk menjadi layak teknis dan layak komersial. Tahapan
tersebut dimulai dengan orientasi pasar, antara lain sertifikasi, paten,
trial market, analisis pasar dan studi kelayakan. Di samping itu, telah
dilakukan pengembangan dan sosialisasi berbagai program insentif
untuk mendorong percepatan proses adopsi, inovasi, dan difusi
teknologi di kalangan industri, perguruan tinggi, dan masyarakat, dan
telah ditingkatkan kegiatan diseminasi teknologi ke daerah melalui
program Iptekda dan kerja sama riset dengan perusahaan.

Selanjutnya, dilakukan pula program riset untuk


pengembangan komoditas ekonomis unggulan berupa program Riset
Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) yang sejak diluncurkan
sampai sekarang telah membiayai enam topik mulai dari Teknologi
Informatika dan Mikroelektronika, Buah Unggulan Tropis, Budi
Daya Ikan Kerapu, Industri Hilir Kelapa Sawit, Diversifikasi Pangan
Pokok, hingga Engine Aluminium Paduan. Kegiatan Rusnas yang
berjangka panjang ini telah menciptakan sejumlah hasil antara

22 - 8
(intermediate output), antara lain Residential Gateway, Radiosonde
Tipe 168A, prototipe Radiosonde Digital-GPS, Aplikasi Remote
Terminal Unit (RTU) untuk sistem listrik PT PLN, varietas pepaya
IPB1, IPB2, IPB10, varietas nenas cayenne dan queen, mi jagung
instant, formula pakan ikan, dan prototipe motor bakar 500 cc.

Selain itu, telah dilaksanakan uji coba Start-Up Capital


Program (SUCP) melalui kerja sama dengan Lembaga Modal
Ventura. Program SUCP dimaksudkan untuk mendorong berdirinya
Industri Pemula Berbasis Teknologi yang menghasilkan produk
inovatif yang dikembangkan oleh peneliti dalam negeri. Kegiatan ini
mencoba memadukan inovasi dengan technopreneurship yang
melahirkan industri baru yang prospektif. Program SUCP masih
menghadapi kendala, yaitu dari sisi pemilik inovasi yang masih
gamang melepas inovasi ke tangan entrepreneur (trust problem),
sedangkan lembaga modal ventura masih beroperasi seperti
perbankan konvensional.

Di samping itu, dilakukan pula pengembangan dan pemanfaatan


plasma nutfah dan tanaman untuk pembuatan obat alami, obat herbal
terstandar yang siap dikomersialisasi. Sementara itu, teknologi
penginderaan jauh sudah dapat dimanfaatkan untuk memberikan
informasi harian Zona Potensi Penangkapan Ikan di 22 kabupaten; dan
untuk memantau daerah perbatasan dan memberikan informasi daerah
rawan pembalakan liar (illegal logging).

Untuk meningkatkan mekanisme intermediasi iptek telah dan


sedang ditempuh serangkaian kegiatan, seperti penyediaan informasi
iptek dan komersialisasi teknologi; penyediaan jasa konsultasi dan
asistensi teknis melalui pengembangan liaison officer; pengembangan
sistem komunikasi, koordinasi dan pola kemitraan antar kelembagaan
iptek; peningkatan partisipasi pemerintah daerah dan pengembangan
pola kemitraan iptek-industri; peningkatan apresiasi dan peran serta
masyarakat dalam pembudayaan iptek; pengembangan prasarana
untuk mendukung standar mutu produk dunia usaha, pengembangan
tekno-entertainment, serta pengembangan dan pemanfaatan iptek
berbasis kearifan tradisional serta sumber daya lokal. Tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk mendorong pemanfaatan hasil litbang iptek

22 - 9
oleh dunia usaha dan industri. Untuk meningkatkan pemahaman dan
kesadaran iptek kepada masyarakat luas, telah dikembangkan Pusat
Peragaan Iptek (PUSPA IPTEK) di Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa
Barat. Selain itu, dikembangkan pula Peragaan Iptek Keliling dan
Wisata Iptek yang bertujuan meningkatkan upaya pembudayaan iptek
kepada anak sekolah dan generasi muda. Selain itu, untuk
mengembangkan industrial cluster dalam memacu peningkatan
perekonomian daerah, dibentuk Business Technology Center (BTC).
BTC diharapkan mampu mendiseminasikan hasil iptek di daerah
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Hingga saat ini telah
berdiri tiga BTC, yakni di Jakarta, Yogyakarta dan Batam.

Dalam upaya diseminasi informasi, sampai saat ini telah


dilaksanakan program warung informasi iptek (Warintek). Program ini
termasuk dalam Digital and Virtual Libraries dan diharapkan
menjadi ujung tombak perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (information and communication technology/ICT).
WARINTEK yang telah dikembangkan di daerah-daerah diharapkan
dapat menjadi sarana bagi masyarakat dalam memanfaatkan
teknologi informasi. Selain itu, pengembangan Warintek diharapkan
dapat turut mempersiapkan masyarakat agar sadar akan pentingnya
ICT dalam mendukung berbagai kegiatan, termasuk dalam
mendorong pembangunan industri, ekonomi, dan sosial budaya
masyarakat, serta memberikan kontribusi dalam mengurangi
kesenjangan informasi dalam masyarakat.

Selanjutnya, sedang dirintis pula Program Indonesia Go Open


Source (IGOS) guna memberikan kemudahan pemanfaatan aplikasi
komputer yang legal dan murah. Program ini bertujuan untuk
memperkuat infrastruktur teknologi informasi nasional dalam rangka
memperlancar pertukaran informasi dengan memanfaatkan
perkembangan infrastruktur informasi global berupa Open Source
Software (OSS). Dalam jangka waktu satu tahun terakhir ini, telah
dilakukan berbagai kegiatan untuk memanfaatkan pengembangan
OSS di kalangan perguruan tinggi, masyarakat, asosiasi,
pengembang lokal, dan vendor TI besar.

22 - 10
Dalam rangka meningkatkan sinergi kebijakan iptek dengan
bidang-bidang pembangunan yang lain, beberapa langkah telah
dilakukan, antara lain melalui penyusunan regulasi yang kondusif
untuk memacu pertumbuhan pembangunan iptek. Untuk itu
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih
Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan
Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan. Peraturan Pemerintah ini pada dasarnya mengatur
(1) kepemilikan atas HKI serta hasil litbang yang dibiayai
Pemerintah; (2) mekanisme alih teknologi; dan (3) penggunaan
pendapatan untuk pengembangan lembaga yang bersangkutan.
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk mendorong minat
kalangan perguruan tinggi dan lembaga litbang untuk
mengembangkan potensinya dengan imbalan yang memadai.

Dalam rangka memperkuat basis data iptek nasional, pada


penghujung tahun 2004 telah dihasilkan data statistik iptek nasional di
bidang pemerintahan. Data statistik iptek ini diharapkan dapat
digunakan untuk memotret secara akurat kondisi riil serta
kecenderungan perkembangan iptek nasional sehingga dapat
dijadikan dasar bagi perencanaan pengembangan iptek untuk
mendukung pembangunan nasional.

Contoh sinergisme kebijakan yang dapat ditempuh dengan


melibatkan beragam stakeholder adalah pelaksanaan program
pengembangan ilmu pengetahuan tradisional (indigenous knowledge)
dan pelindungan sumber daya genetik lokal. Kegiatan tersebut
mendapat perhatian besar dan menjadi komitmen global yang
dideklarasikan pada Peringatan Konferensi Asia Afrika 2005.
Deklarasi ini dimuat dalam Joint Ministerial Statement on The New
Asian African Strategic Partnership Plan of Action, dalam
Economic Cooperation. Diharapkan deklarasi tersebut mampu
menampung aspirasi negara-negara Asia Afrika yang mayoritas
memiliki keragaman hayati dan keunikan budaya (folklor) yang tidak
dimiliki oleh negara-negara lain sehingga dapat berjuang bersama-
sama dalam pengelolaan dan pelindungan pengetahuan tradisional.

22 - 11
Upaya peningkatan penguasaan dan peran iptek dalam
mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam dan rehabilitasi
lingkungan telah mulai dilakukan dengan mengembangkan sistem
mitigasi bencana yang terintegrasi dan terinterkoneksi. Dalam upaya
antisipasi ini, langkah awal akan ditekankan pada pengembangan
perangkat mitigasi untuk antisipasi dan penanggulangan bencana
tsunami melalui pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami
(Tsunami Early Warning System/TEWS) di Indonesia yang
melibatkan empat belas institusi pusat. Komitmen Pemerintah
tersebut sejalan dengan hasil pertemuan Pimpinan Kepala Negara
ASEAN yang disebut dengan Tsunami Summit yang diselenggarakan
di Jakarta pada tanggal 6 Januari 2005 yang menegaskan perlunya
kerja sama, baik secara bilateral maupun multilateral untuk
membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami di wilayah Lautan
Hindia (Indian Ocean). Saat ini telah disusun Grand Scenario
Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Sistem Peringatan
Dini Tsunami tersebut nantinya akan merupakan bagian dari
Regional Center, baik untuk wilayah Indian Ocean maupun Pasific
Ocean, sehingga merupakan Network of Networks.

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Beberapa permasalahan yang telah teridentifikasi itu masih


memerlukan pemecahan yang terintegrasi, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Untuk itu, upaya-upaya yang telah dilakukan akan
terus dikembangkan dengan melibatkan berbagai pihak terkait dan
program-program yang tepat.

Langkah besar yang perlu dipersiapkan dalam upaya


menciptakan lingkungan kondusif adalah perlunya dirumuskan
kebijakan industri yang berpihak kepada penggunaan hasil riset dan
produk teknologi dalam negeri. Hasil riset tidak akan dapat
berkembang menjadi produk inovasi apabila tidak diserap oleh
industri yang mampu memproduksi barang dan jasa yang bernilai
kompetitif, serta tidak didukung oleh adanya pasar yang loyal
terhadap produk bangsa sendiri. Diperlukan pula kebijakan yang

22 - 12
mendorong pemanfaatan teknologi dalam negeri bagi proyek-proyek
pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara, termasuk industri-industri
strategis. Adapun kebutuhan teknologi yang belum dapat dihasilkan
dalam negeri, tetapi sangat diperlukan untuk pembangunan nasional
dapat diimpor, dengan tetap memperjuangkan proses alih
teknologinya.

Tindak lanjut lainnya mencakup (1) meningkatkan kemampuan


dan produktivitas penguasaan ilmu dasar, ilmu terapan, dan rekayasa
teknologi menuju terbentuknya pusat-pusat unggulan iptek yang
berbasis kompetensi inti; (2) mengembangkan aplikasi teknologi
pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan; (3) menyelesaikan
roadmap riptek pada enam bidang unggulan; (4) menyusun rencana
induk penelitian, pengembangan dan rekayasa iptek yang berorientasi
pada permintaan dan kebutuhan masyarakat; (5) memperluas pusat-
pusat iptek di pelosok Tanah Air, mengaktualisasikan peran unit
inkubator dalam fungsi intermediasi; (6) meningkatkan implementasi
mekanisme intermediasi iptek untuk pemanfaatan hasil litbang oleh
dunia usaha dan masyarakat dengan menumbuhkan jaringan
kemitraan dalam kerangka sistem inovasi nasional; (7) meningkatkan
efektivitas peran Dewan Riset dalam perumusan kebijakan
pengembangan iptek nasional dan daerah; (8) mengembangkan
intensitas dukungan pranata regulasi dan kebijakan yang kondusif,
antara lain dalam bentuk insentif pajak; (9) memperbaiki efektivitas
upaya pengembangan dan pengelolaan hak atas kekayaan intelektual
dan pengetahuan tradisional; (10) memperluas jejaring kerja (net-
working) antara lembaga iptek, baik di pusat maupun di daerah; (11)
mempertajam sasaran dan efektifitas skema insentif dan penerapan
iptek di daerah; (12) meningkatkan apresiasi berbagai kalangan
terhadap pentingnya peran strategis iptek; (13) merintis asuransi
teknologi bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi; (14)
meningkatkan kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi
berbasis pengetahuan; (15) mengembangkan program Katalis
Teknologi bukan hanya kepada lembaga penelitian, tetapi juga
kepada dunia pendidikan dan industri yang terkait; (16)
pengembangan sistem untuk multi hazard yang mencakup longsor,
banjir, kebakaran, dan gempa melalui penyediaan data dan informasi
spasial yang lengkap; dan (17) mendorong penerapan PP Alih

22 - 13
Teknologi dan Kekayaan Intelektual melalui penerbitan peraturan
Menteri Keuangan tentang pelaksanaan PP tersebut.

Pembangunan bidang iptek lainnya yang perlu segera


ditindaklanjuti adalah kerja sama pembangunan teknologi pertahanan.
Hal ini sangat strategis dan mendesak untuk mengurangi
ketergantungan Indonesia pada pihak asing. Dengan meningkatkan
penguasaan teknologi pertahanan, Indonesia semakin siap menghadapi
kemungkinan dampak embargo dalam hal pengadaan alat utama
sistem pertahanan.

Untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan,


diperlukan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan secara komersial
hasil teknologi di bidang energi. Dukungan pemerintah yang
diperlukan untuk meningkatkan pemanfaatan energi non migas
tersebut, antara lain, adalah dalam bentuk insentif pajak, subsidi,
perizinan yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan diversifikasi
pemanfaatan energi.

Untuk mendorong masyarakat dalam mengakses informasi


nasional dan internasional yang mudah dan murah serta
menghindarkan penggunaan illegal software, perlu segera
dicanangkan penggunaan IGOS secara nasional

Sementara itu, dalam memperkuat basis data iptek akan


dilanjutkan survei statistik iptek bidang perguruan tinggi, persiapan
survei untuk bidang industri, dan pemutakhiran data indikator
pembangunan iptek.

Selain itu, langkah penyelesaian grand scenario tsunami early


warning system dan implementasinya perlu segera dilaksanakan.
Empat subsistem dalam TEWS adalah Subsistem Observasi dan
Integrasi Data, Subsistem Diseminasi Informasi, Subsistem Capacity
Building, dan Subsistem Kesiapan Masyarakat (Community
Preparedness) perlu segera dijabarkan secara rinci sehingga peran,
tanggung jawab, fungsi, dan kontribusi setiap kementerian dan
lembaga dapat segera dilaksanakan.

22 - 14

Anda mungkin juga menyukai