24bab 20081123201837 1279 23
24bab 20081123201837 1279 23
PENINGKATAN KEMAMPUAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
22 - 2
Permasalahan lain dalam pembangunan iptek di Tanah Air
adalah belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek yang
menjembatani interaksi antara kapasitas penghasil iptek dan
kebutuhan pengguna. Hal ini dapat terlihat dari belum tertatanya
infrastruktur iptek, antara lain institusi yang mengolah dan
menerjemahkan hasil pengembangan iptek menjadi preskripsi
teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.
Di samping itu, masalah tersebut dapat dilihat dari belum efektifnya
sistem komunikasi antara lembaga penelitian dan pengembangan
(litbang) dan pihak industri, yang antara lain berakibat pada minimnya
keberadaan industri kecil dan menengah berbasis teknologi.
22 - 3
penentuan bidang-bidang unggulan yang mencakup (a) pembangunan
ketahanan pangan, (b) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi
baru dan terbarukan, (c) pengembangan teknologi dan manajemen
transportasi, (d) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi,
(e) pengembangan teknologi pertahanan, dan (f) pengembangan
teknologi kesehatan dan obat-obatan. Pemilihan enam bidang prioritas
ini dilandasi oleh potensi sumber daya yang dimiliki, pengembangan
teknologi strategis, dan pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
nasional jangka panjang; (2) pengembangan berbagai skema insentif;
(3) percepatan proses difusi, pengembangan mekanisme intermediasi
dan pemanfaatan iptek yang lebih efektif; (4) penguatan kelembagaan
iptek dengan mendorong mobilitas peneliti, peningkatan kerja sama
vertikal dan horizontal, menciptakan sinergisme kebijakan dan
keterpaduan program iptek dengan sektor lainnya; dan (5)
pemantapan sistem nasional inovasi.
22 - 4
penelitian, yaitu pertanian dan pangan, kesehatan, lingkungan,
kelautan, energi, teknologi informasi dan mikroelektronika.
Sementara itu, program RUT yang difokuskan untuk penguasaan
ilmu-ilmu dasar, sejak tahun 1993 hingga saat ini telah menghasilkan
1.871 topik penelitian.
22 - 5
dikembangkan kerja sama dengan PLN untuk litbang serta rancang
bangun SKEA skala besar hingga 300 kw dan penerapan PLTS skala
menengah yang dapat dihubungkan dengan jaringan PLN (Grid
Connection). Selain itu, telah diterimanya opsi pemanfaatan tenaga
nuklir sebagai bagian perencanaan sistem energi nasional jangka
panjang dalam Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2005–2025.
22 - 6
PLTN. Jumlah perizinan untuk fasilitas radiasi dan zat radioaktif yang
telah diterbitkan berjumlah 3.239 buah untuk industri, 2.971 buah
untuk bidang kesehatan, 19 buah untuk penelitian dan 2.162 buah
untuk petugas proteksi radiasi. Selain itu, inspeksi telah dilakukan
pada 283 instansi kesehatan dan 70 instansi penelitian. Upaya
pembinaan terhadap pengguna nuklir melalui penyuluhan dan
sosialisasi terus dilakukan untuk menumbuhkan budaya keselamatan
dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
22 - 7
dikembangkan berbagai model pendekatan, seperti Forum
Perencanaan Pembangunan Iptek, peningkatan sinergi pelaksanaan
program riset unggulan, dan identifikasi penentuan prioritas program
penelitian jangka panjang.
22 - 8
(intermediate output), antara lain Residential Gateway, Radiosonde
Tipe 168A, prototipe Radiosonde Digital-GPS, Aplikasi Remote
Terminal Unit (RTU) untuk sistem listrik PT PLN, varietas pepaya
IPB1, IPB2, IPB10, varietas nenas cayenne dan queen, mi jagung
instant, formula pakan ikan, dan prototipe motor bakar 500 cc.
22 - 9
oleh dunia usaha dan industri. Untuk meningkatkan pemahaman dan
kesadaran iptek kepada masyarakat luas, telah dikembangkan Pusat
Peragaan Iptek (PUSPA IPTEK) di Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa
Barat. Selain itu, dikembangkan pula Peragaan Iptek Keliling dan
Wisata Iptek yang bertujuan meningkatkan upaya pembudayaan iptek
kepada anak sekolah dan generasi muda. Selain itu, untuk
mengembangkan industrial cluster dalam memacu peningkatan
perekonomian daerah, dibentuk Business Technology Center (BTC).
BTC diharapkan mampu mendiseminasikan hasil iptek di daerah
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Hingga saat ini telah
berdiri tiga BTC, yakni di Jakarta, Yogyakarta dan Batam.
22 - 10
Dalam rangka meningkatkan sinergi kebijakan iptek dengan
bidang-bidang pembangunan yang lain, beberapa langkah telah
dilakukan, antara lain melalui penyusunan regulasi yang kondusif
untuk memacu pertumbuhan pembangunan iptek. Untuk itu
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih
Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan
Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan. Peraturan Pemerintah ini pada dasarnya mengatur
(1) kepemilikan atas HKI serta hasil litbang yang dibiayai
Pemerintah; (2) mekanisme alih teknologi; dan (3) penggunaan
pendapatan untuk pengembangan lembaga yang bersangkutan.
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk mendorong minat
kalangan perguruan tinggi dan lembaga litbang untuk
mengembangkan potensinya dengan imbalan yang memadai.
22 - 11
Upaya peningkatan penguasaan dan peran iptek dalam
mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam dan rehabilitasi
lingkungan telah mulai dilakukan dengan mengembangkan sistem
mitigasi bencana yang terintegrasi dan terinterkoneksi. Dalam upaya
antisipasi ini, langkah awal akan ditekankan pada pengembangan
perangkat mitigasi untuk antisipasi dan penanggulangan bencana
tsunami melalui pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami
(Tsunami Early Warning System/TEWS) di Indonesia yang
melibatkan empat belas institusi pusat. Komitmen Pemerintah
tersebut sejalan dengan hasil pertemuan Pimpinan Kepala Negara
ASEAN yang disebut dengan Tsunami Summit yang diselenggarakan
di Jakarta pada tanggal 6 Januari 2005 yang menegaskan perlunya
kerja sama, baik secara bilateral maupun multilateral untuk
membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami di wilayah Lautan
Hindia (Indian Ocean). Saat ini telah disusun Grand Scenario
Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Sistem Peringatan
Dini Tsunami tersebut nantinya akan merupakan bagian dari
Regional Center, baik untuk wilayah Indian Ocean maupun Pasific
Ocean, sehingga merupakan Network of Networks.
22 - 12
mendorong pemanfaatan teknologi dalam negeri bagi proyek-proyek
pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara, termasuk industri-industri
strategis. Adapun kebutuhan teknologi yang belum dapat dihasilkan
dalam negeri, tetapi sangat diperlukan untuk pembangunan nasional
dapat diimpor, dengan tetap memperjuangkan proses alih
teknologinya.
22 - 13
Teknologi dan Kekayaan Intelektual melalui penerbitan peraturan
Menteri Keuangan tentang pelaksanaan PP tersebut.
22 - 14