Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Pembahasan dan Hasil

Pada praktikum, hasil yang didapatkan yaitu, pada tabung I, yang berisikan larutan NaCl
0,9% sebanyak 5ml dan ditambahkan 3 tetes darah yang diberi koagulan, didapatkan warna merah
keruh, dan pada pengamatan mikroskop ditemukan sel eritrosit yang menandakan sel tidak
terhemolisis. Menurut literatur, tabung yang berisi campuran larutan NaCl 0,9 % dan darah tidak
terjadi hemolisis maupun krenasi. Hal ini terjadi karena larutan Nacl 0,9 % merupakan larutan
yang memiliki sifat isotonik. Sehingga tekanan osmotik pada darah dan mediumnya seimbang dan
air pada sel darah akan didapatkan maupun dikeluarkan dengan seimbang juga. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan bahwa sel yang letaknya pada larutan isotonik akan memiliki volume yang
konstan (Hamsah dan Marra, 2013).

Pada tabung II yang berisi larutan NaCl 0,65 % dengan pencampuran 5ml darah,
didapatkan warna merah yang keruh. Namun, kekeruhannya tidak seperti pada tabung I yang berisi
NaCl 0,9% darah. Sedangkan pada pengamatan dibawah mikroskop, sel eritrosit masih ditemukan.
Dimana hal ini menunjukkan bahwa hemolisis terjadi secara ringan. Menurut literatur, pada
sampel 0.65% NaCl darah diketahui terjadi lisis ringan yang disebabkan karena rendahnya
konsentrasi NaCl sehingga larutannya memiliki sifat hipotonis. Apabila darah diberikan larutan
yang sifatnya hipotonis, akan menyebabkan hilangnya keseimbangan medium sehingga air akan
masuk menuju sel darah (Faruq, 2018).

Pada tabung selanjutnya, yaitu tabung III yang berisi larutan NaCl 0,45% dan darah,
didapatkan hasil warna merah yang sedikit keruh pada saat pencampuran. Sedangkan pada
pengamatan dengan menggunakan mikroskop, ditemukan beberapa sel eritrosit pada sampel yang
menandakan bahwa lisis terjadi dalam skala yang sedang. Pada literatur menunjukkan`terjadinya
hemolisis pada NaCl 0,45 % darah. Dimana hal tersebut disebabkan karena larutan hipotonis yang
terdapat disekitar darah yang menyebabkan darah menggembung dan pecah sehingga hemoglobin
akan tersebar di medium. Apabila medium sekitar eritrosit bersifat hipotonis, maka medium yang
berupa plasma dan larutan ini akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang sifatnya
semipermeabel sehingga eritrosit menggembung (Hamsah dan Marra, 2013).

Pada tabung IV yang berisi campuran NaCl 0,25 % darah, hasil yang didapatkan yaitu
warna merah keruh. Pada pengamatan dibawah mikroskop, eritrosit masih dapat ditemukan dalam
jumlah yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hemolisis ringan. Sedangkan pada
literatur, hal yang terjadi pada NaCl 0,25% darah yaitu hemolisis berat yang disebabkan karena
semakin kecilnya konsentrasi NaCl dan menyebabkan larutan bersifat hipotonis sehingga air dapat
masuk ke sel darah dan sel menjadi lisis karena jumlah air telah melewati ambang batas yang dapat
ditahan oleh membran sel. Perbedaan hasil yang didapatkan antara praktikum dan literatur
mungkin saja karena saat penetesan, darah menempel pada tabung sehingga jumlah volume darah
tidak memenuhi prosedur dan mempengaruhi hasil pada pengamatan (Faruq, 2018).

Pada tabung selanjutnya, yaitu tabung V berisi larutan NaCl 0% (aquades) yang dicampur
dengan 5ml darah, hasil menunjukkan warna merah yang cerah. Pada pengamatan secara
mikroskopis, eritrosit tidak tampak karena terjadi hemolisis yang menyebabkan haemoglobin
keluar dan menyebar pada medium. Menurut literatur, apabila aquades dan darah dicampur, maka
akan terjadi hemolisis sempurna, yang disebabkan karena konsentrasi NaCl yang semakin kecil
sehingga larutan bersifat hipotonis. Maka air dapat masuk ke sel darah dan sel menjadi lisis karena
jumlah air telah melewati ambang batas yang dapat ditahan oleh membran sel (Faruq, 2018).

Pada tabung VI berupa ureum sebanyak 1 % dicampurkan dengan NaCl 0,9% sebanyak 5
ml dan ditambahkan 3 tetes darah yang diberi koagulan mendapatkan hasil berwarna merah cerah
dan pada pengamatan mikroskopis tidak ditemukan adanya eritrosit. Hal ini menunjukan bahwa
pada tabung VI terjadi hemolisis. Menurut literatur, tabung yang berisi campuran NaCl 0,9%
sebanyak 5 ml dengan ureum sebanyak 1% menunjukan hasil terjadi hemolisis. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan ureum dalam jumlah yang banyak dapat merusak eritrosit karena eritrosit
tersebut berada di konsentrasi lebih rendah dibandingkan konsentrasi dari campuran ureum 1%
dengan NaCl 0,9% (Suprayogi, 2013).

Pada tabung VII berupa ureum sebanyak 1 % dicampurkan dengan NaCl 0 % (aquades)
sebanyak 5 ml dan ditambahkan 3 tetes darah yang diberi koagulan mendapatkan hasil berwarna
merah yang keruh. Sedangkan pada pengamatan mikroskopis ditemukan adanya eritrosit. Hal ini
menunjukan bahwa pada tabung VII tidak terjadi hemolisis. Menurut literatur, tabung yang berisi
campuran NaCl 0% sebanyak 5 ml dengan ureum 1 % menunjukan tidak terjadinya hemolisis
karena apabila larutan dicampur dengan aquades maka konsentrasi akan menjadi lebih rendah dan
setara dengan eritrosit (Suprayogi, 2013).

Pada tabung VIII berupa saponin sebanyak 1 % dicampurkan dengan NaCl 0,9% sebanyak
5 ml dan ditambahkan 3 tetes darah yang diberi koagulan mendapatkan hasil berwarna merah
keruh dan pada pengamatan mikroskopis masih ditemukan adanya eritrosit. Hal ini menunjukan
bahwa pada tabung VIII tidak terjadi hemolisis. Menurut literatur, tabung yang berisi campuran
NaCl 0,9% sebanyak 5 ml dengan saponin 1 % yang di dapatkan dari ekstrak daun tumbuh-
tumbuhan menunjukan hasil tidak terjadi hemolisis maupun krenasi. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan NaCl 0,9% yang digunakan mampu mengontrol kinerja saponin dalam darah
(Marhaeniyanto dan Susanti, 2014).

Pada praktikum, hasil yang didapatkan yaitu, pada tabung IX, yang berisikan larutan
saponin 1% dalam aquades sebanyak 5ml dan ditambahkan 3 tetes darah yang diberi koagulan,
didapatkan warna merah cerah, dan pada pengamatan mikroskop tidak ditemukan sel eritrosit yang
menandakan sel terhemolisis. Menurut literatur, tabung yang berisi campuran saponin 1 % dan
darah terjadi hemolisis dikarenakan sifat saponin yang aktif terhadap darah. Saponin memiliki
kemampuan untuk bergabung bersama fosfolipid yang memyusun membran eritrosit, sehingga
dapat mengganggu permeabilitas dinding sel. Ikatan antara saponin dengan fosfolipid akan
membentuk suatu molekul kompleks yang sukar untuk dipisahkan. Terbentukanya molekul
kompleks saponin dan fosfolipid ini akan menyebabkan terganggunya organisasi didalam sel,
sebab pelepasan ikatan antara kolesterol dan fosfolipid dalam membran sel (Marhaeniyanto dan
Susanti, 2014).

Pada tabung X, yang berisi campuran NaCl 3% darah, menunjukkan hasil yaitu warna
merah cerah. Sedangkan pada pengamatan dibawah mikroskop eritrosit tampak mengkerut
sehingga bentuknya menyerupai bulan berigi. Maka, dapat disimpulkan bahwa terjadi krenasi.
Menurut literatur, darah yang terletak pada lingkungan dengan kadar NaCl 3%, maka akan terjadi
krenasi yang disebabkan karena larutan NaCl 3% memiliki sifat hipertonik sehingga sel eritrosit
keluar dari darah menuju medium yang disekitarnya. Darahpun akan mengalami krenasi atau
mengkerut. Hal ini dikarenakan saat eritrosit terletak di medium hipertonis, cairan eritrosit akan
keluar medium. Sehingga eritrosit akan keriput atau krenasi (Hamsah dan Marra, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Faruq, Zulfikar Husni. 2018. Analisis Darah Lisis Terhadap Nilai Trombosit
Menggunakan Metode Electrical Impedance. Jurnal Labora Medika. 2(1): 11-13.

Marra, Jihadulhaq dan Hamsah. 2013. Hemolisa dan Krenasi, Golongan Darah, dan
Tekanan Darah. Jurnal Dasar Fisiologi Ternak. 1(1): 1-6.

Marhaeniyanto dan Susanti,2014. Kadar saponin dalam tanaman yang berpotensi


menekan gas metana secara in vitro. buana sains. 14 (1) : 29-38.

Suprayogi dan Yanti. 2013. Performans Darah Kambing Peranakan Ettawa Dara yang
Diberi Ransum dengan Tambahan Urea yang Berbeda. Animal agricultural journal. 2 (1) : 439-
444.

Anda mungkin juga menyukai