Anda di halaman 1dari 19

TAFSIR DOSEN PENGAMPU

Tujuan Hidup H. Muhammad Mabrur, LC, M.Ag

Penyusun:
RAMALI ; 180104010225

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
UIN ANTASARI BANJARMASIN
2019/1441 H
PENDAHULUAN

Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, kenapa dia dilahirkan, dan apa tujuan dan
tugas-tugas hidupnya, berapa lama dia bisa hidup di dunia ini, dan kemana dia pergi setelah
meninggalkan dunia ini? Kalau manusia tidak bisa menjawab dengan benar, maka hidupnya seperti
manusia yang hidup di hutan-hutan yang menutup auratnya dengan daun daunan. Manusia
diciptakan Allah SWT. Sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk yang
lainnya. Manusia diberikan akal dan pikiran yang patut untuk disyukuri oleh setiap manusia.
Dengan bentuk syukur yang pariatif, seperti menggunakan akal dan pikiran sesuai dengan
proporsinya, dengan cara beribadah kepada Allah SWT. Pedoman yang digunakan oleh manusia
yang sudah dipastikan kebenarannya yaitu Al-quran yang diturunkan oleh Allah kepada nabi
Muhammad SAW. dalam Al-quran lah segala sumber ilmu pengetahuan yang dibutuhakan oleh
manusia di muka bumi. salah satunya petunjuk kepada manusia cara bagaiman menjadi khalifah
yang baik di muka bumi ini. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. ke muka bumi ini memilki
tujuan dan maksud yang jelas, selain sebagai hamba Allah yang wajib beribadah kepada Allah,
manusia pun diperintahkan oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi ini, salah satu tugasnya
yaitu memakmurkan bumi, memakmurkan bumi ini bsa dengan banyak cara, salah satunya yaitu
dengan menjaga dan melestarikan alam semesta ini.
Al-Baqarah Ayat 30
َ ُ ُْ ْ َ ْ ََ ُ َ ً َ َ َ ْ ّ ٌ َ ِّ َ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ ْ َ
‫ض خ ِليفة ۖ قالوا أتج َع ُل ِفيها َمن يف ِسد ِفيها‬
ِ ‫ر‬ْ ‫اْل‬ ‫و ِإذ قال ربك ِللمَل ِئك ِة ِإ ين ج ِاعل ِ يف‬
َ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ِّ َ َ َ َ ُ ِ َ ُ َ َ ْ َ ُ ِ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ ِ ُ ْ َ َ
‫ويس ِفك الدماء ونحن نسبح ِبحم ِدك ونقدس لك ۖ قال ِإ ين أعلم ما َل تعلمون‬

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Kosa Kata

ٌ‫َجا ِعل‬ ٌ‫اِنِي‬ ٌ‫ِلل َملٰٓئِ َك ِة‬ ‫ُّك‬ َ ‫َواِذٌقَا َل‬


ٌَ ‫ٌرب‬
hendak menjadikan Aku kepada para malaikat Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman

‫اَت َج َعلٌُفِي َها‬ ‫قَالُوآ‬ ِ ‫فِىٌاْلَر‬


ٌ‫ضٌ َخ ِليفَة‬
apakah Engkau hendak menjadikan mereka berkata khalifah di bumi

ٌ‫الد َمآ َء‬


ِ ٌُ‫َويَس ِفك‬ ‫فِي َها‬ ُ‫َمنٌيُّف ِس ٌد‬
darah dan menumpahkan di sana orang yang merusak

ٌَ ‫ِسٌ َل‬
‫ك‬ ُ ‫َونُقَد‬ ٌ‫ِك‬
َ ‫ِب َحمد‬ ‫ح‬ َ ُ‫ن‬
ٌُ ‫س ِب‬ ٌ‫َونَح ُن‬
dan menyucikan nama-Mu memuji-Mu bertasbih sedangkan kami

ٌَ‫اٌْلٌت َعلَ ُمون‬


َ ‫َم‬ ٌ‫اَعلَ ُم‬ ٌ‫ي‬
ٰٓ ‫ِإ ِن‬ ٌ‫قَا َل‬
apa yang tidak kamu ketahui mengetahui Sungguh, Aku Dia berfirman
Asbabun Nuzul

Allah memberitahukan ihwal penganugerahan karunia-Nya kepada anak cucu Adam, yaitu
berupaٌpenghormatanٌkepadaٌmerekaٌdenganٌmembicarakanٌmerekaٌdiٌhadapanٌ“alٌmala-ul
a’laa”ٌ(paraٌmalaikat),ٌsebelumٌmerekaٌdiciptakan.ٌDiaٌberfirman:ٌwaٌidzٌqaalaٌrabbukaٌlilٌ
malaa-ikatiٌ(“DanٌingatlahٌketikaٌRabbmuٌberfirmanٌkepadaٌparaٌmalaikat”)ٌartinya,ٌhaiٌ
Muhammad, ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, dan ceritakan pula hal itu
kepadaٌkaummu.ٌInniiٌjaa’ilunٌfilٌardliٌkhaliifataٌ1

‫ت ِل َي ْبلُ َو ُك ْم فِي َما آتَا ُك ْم‬


ٍ ‫ض د ََر َجا‬ َ ‫ض ُك ْم فَ ْو‬
ٍ ‫ق َب ْع‬ ِ ‫ف ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو َرفَ َع َب ْع‬ َ ِ‫َو ُه َو الَّذِي َج َعلَ ُك ْم َخ ََلئ‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ٌ ُ‫ب َو ِإنَّهُ َلغَف‬ ِ ‫س ِري ُع ا ْل ِع َقا‬
َ َ‫ِإنَّ َربَّك‬

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (“Sesungguhnyaٌakuٌhendakٌ
menjadikanٌseorangٌkhalifahٌdiٌbumi.”)ٌYakniٌsuatu kaum yang akan menggantikan satu kaum
lainnya,kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana firman-Nya: Huwal ladzii
ja’alakumٌkhalaa-ifaٌfilٌardliٌ(“Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di
bumi.”)ٌ(QS.ٌA1-An’aam:ٌ165).

ِ ‫َولَ ْو نَشَا ُء لَ َجعَ ْلنَا ِم ْن ُك ْم َم ََلئِكَةً فِي ْاْل َ ْر‬


َ‫ض يَ ْخلُفُون‬

“KalauٌKamiٌmenghendaki,ٌbenar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi ini


malaikat-malaikatٌyangٌturunٌtemurun.”ٌ(QS.ٌAz-Zukhruf: 60). Yang jelas bahwa Allah tidak
hanya menghendaki Adam saja, karena jika yang dikehendaki hanya Adam, niscaya tidak tepat
pertanyaanٌmalaikat,ٌ“MengapaٌEngkauٌhendakٌmenjadikanٌ(khalifah)ٌdiٌbumiٌiniٌorangٌyangٌ
akanٌmembuatٌkerusakanٌpadanyaٌdanٌmenumpahkanٌdarah.”ٌArtinya,ٌparaٌmalaikatٌituٌ
bermaksud bahwa di antara jenis makhluk ini terdapat orang yang akan melakukan hal tersebut.

1Ibid., Hal. 141-142


Seolah- olah para malaikat mengetahui hal itu berdasarkan ilmu khusus, atau mereka memahami
dariٌkataٌ“Khalifahٌ”ٌyaituٌorangٌyangٌmemutuskanٌperkaraٌdiٌantaraٌmanusia tentang kezaliman
yang terjadi di tengah-tengah mereka, dan mencegah mereka dari perbuatan terlarang dan dosa.
Demikian yang dikemukakan oleh al-Qurthubi. Atau mereka membandingkan manusia dengan
makhluk sebelumnya.2 Ucapan malaikat ini bukan sebagai penentangan terhadap Allah atau
kedengkian terhadap anak cucu Adam, sebagaimana yang diperkirakan oleh sebagian mufassir.
Mereka ini telah disifati Allah swt. sebagai makhluk yang tidak mendahului-Nya dengan ucapan,
yaitu tidak menanyakan sesuatu yang tidak Dia izinkan. Di sini tatkala Allah swt telah
memberitahukan kepada mereka bahwa Dia akan menciptakan makhluk di bumi, Qatadah
mengatakan,ٌ“Paraٌmalaikatٌtelahٌmengetahuiٌbahwaٌmerekaٌakanٌmelakukanٌkerusakanٌdiٌmukaٌ
bumi,”ٌmakaٌmerekaٌbertanya,ٌ“MengapaٌEngkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini
orangٌyangٌakanٌmembuatٌkerusakanٌpadanyaٌdanٌmenumpahkanٌdarah.”ٌPertanyaanٌituٌhanyaٌ
dimaksudkan untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat di
dalamnya. Maka untuk memberikan jawaban atas pertanyaan para malaikat itu, Allah swt.
berfirman,ٌinniiٌa’lamuٌmaaٌlaaٌta’lamuunٌ(“SesungguhnyaٌAkuٌmengetahuiٌapaٌyangٌtidakٌ
kamuٌketahui.”)ٌArtinya,ٌAkuٌ(Allah)ٌmengetahuiٌdalamٌpenciptaanٌgolonganٌiniٌ(manusia)ٌ
terdapat kemaslahatan yang lebih besar daripada kerusakan yang kalian khawatirkan, dan kalian
tidak mengetahui, bahwa Aku akan menjadikan di antara mereka para nabi dan rasul yang diutus
ke tengah-tengahٌmereka.ٌDanٌdiٌantaraٌmerekaٌjugaٌterdapatٌparaٌshiddiqun,ٌsyuhada’,ٌorang-
orang shalih, orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wall, orang-orang yang dekat
kepada Allah, para ulama, orang-orangٌyangٌkhusyu’,ٌdanٌorang-orang yang cinta kepada-Nya,
serta orang-orang yang mengikuti para Rasul-Nya.3

2 Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir Juz 1 Al-Fatihah. Al-Baqarah.


(Bandung: Sinar Baru Algasindo, 2000) Hal. 359

3 Ibid., Hal. 360


Tafsir

Allah Swt. telah menerangkan bahwa Dialah yang menghidupkan manusia dan menempatkannya
di bumi. Lalu Dia menerangkan asal penciptaan manusia dan apa-apa yang diberikan kepadanya
berupa pengetahuan tentang berbagai hal. Maka ingatlah, hai Muhammad, nikmat lain dari
Tuhanmu yang diberikan kepada manusia. Nikmat itu adalah firman Allah kepada malaikat-Nya,
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan makhluk yang akan Aku tempatkan di bumi sebagai
penguasa. Ia adalah Adam beserta anak- cucunya. Allah menjadikan mereka sebagai khalifah
untuk membangun bumi." Dan ingatlah perkataan malaikat, "Apakah Engkau hendak
menciptakan orang yang menumpahkan darah dengan permusuhan dan pembunuhan akibat nafsu
yang merupakan tabiatnya? Padahal, kami selalu menyucikan-Mu dari apa-apa yang tidak sesuai
dengan keagungan-Mu, dan juga selalu berzikir dan mengagungkan-Mu." Tuhan menjawab,
"Sesungguhnya Aku mengetahui maslahat yang tidak kalian ketahui." 4

Simpulan

Malaikat meminta diberitahukan hikmah di balik penciptaan mereka, padahal makhluk


tesebut menurut perkiraan mereka akan mengadakan kerusakan di muka bumi dan
menumpahkan darah, sedangkan mereka selalu ta'at kepada-Nya, bertasbih dengan memuji-Nya
dan mengagungkan-Nyaٌdenganٌsemuaٌsifatٌkesempurna’anyaٌdanٌsifatٌkebesarannya.ٌKata-kata

“ َ‫ِس لَك‬
ُ ‫” نُقَد‬
(lihat ayat di atas) memiliki dua makna: pertama, berarti "kami menyucikan-Mu karena-Mu" lam
di ayat tersebut menunjukkan takhshis (pengkhususan kepada Allah saja) dan menunjukkan
ikhlas (karena Allah) . Kedua, berarti "Kami menyucikan diri kami dari akhlak buruk karena-Mu
dan kami isi dengan akhlak mulia seperti cinta kepada-Mu, takut dan mengagungkan-Mu".

Berupa hikmah yang dalam pada penciptaan mereka. Karena ucapan para malaikat itu sebatas
perkiraan mereka, sedangkan Allah Ta'ala mengetahui yang nampak maupun yang tersembunyi.

4 M. Quraish Shihab. Tafsir al-misbah, pesan, kesan dan keseharian Al-qur’an, vol 1. (Jakarta: lentera Hati, 2006)
hal. 140-141
Bahkan kebaikan yang muncul dari mereka lebih banyak daripada keburukan, dengan
diciptakan-Nya mereka dipilih-Nya siapa di antara mereka yang menjadi para nabi, para
shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih dan agar ayat-ayat-Nya nampak jelas bagi
makhluk-Nya serta dapat dilakukan ibadah yang tidak bisa dilakukan selain oleh kalangan
manusia seperti jihad dan lainnya, diuji-Nya mereka (manusia) akankah mereka mau ta'at
kepada-Nya dengan kecenderungan yang ada dalam diri mereka ke arah kebaikan dan
keburukan, demikian juga agar semakin jelas mana wali-Nya dan mana musuh-Nya, siapa yang
berhak menempati surga-Nya dan siapa yang berhak menempati neraka-Nya, agar nampak jelas
karunia dan keadilan-Nya, dan agar kelihatan jelas apa yang disembunyikan oleh Iblis berupa
keburukan serta hikmah-hikmah lainnya.

Adz dzariyat 56

‫ون‬ ‫د‬
َُُْ
‫ب‬ ‫ع‬‫ي‬ ‫ل‬ ‫َل‬‫إ‬ َ ‫ت ْالجن َو ْاْل ْن‬
‫س‬
ُ َْ َ َ َ
‫وما خلق‬
ِ ِ ِ ِ ِ
”ٌDanٌAkuٌtidakٌmenciptakanٌjinٌdanٌmanusiaٌmelainkanٌsupayaٌmerekaٌmenyembahKu”

(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku)
pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang
kafir tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan
keberadaannya. Perihalnya sama saja dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu,
"Aku runcingkan pena ini supaya aku dapat menulis dengannya." Dan kenyataannya terkadang
kamu tidak menggunakannya.5

5 Syaikh imam Al Qurthubi .Tafsir Al Qurthubi. Hal,. 295


Kosa Kata

ِِ ‫ِل َيعۡ ُبد‬


ِ ‫ُون‬ ِ َ ‫ِإ‬
ِ ‫ّل‬ ِ ‫نس‬ ِ ۡ ‫َو‬
َِ ‫ٱۡل‬ َِ ‫ۡٱل ِج‬
ِ‫ن‬ ِ ُِ‫خلَ ۡقت‬
َ ِ ‫َو َما‬

supaya Kecuali dan manusia jin Aku dan tidaklah


mereka menciptakan
menyembah-
Ku

Ashabun Nuzul

Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka
bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia
memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia
menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya.
Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah,
karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

Tafsir
Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku), karena memang penekannya
adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan
tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah swt, huruf
lam disini sama dengan huruf lam dalam firman Allah SWT:
“ٌMakaٌdipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya Dia menja- di musuh dan Kesedihan
bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha-man beserta tentaranya adalah orang-orang yang
bersalah.”6

6 Syaikh imam Al Qurthubi .Tafsir Al Qurthubi. hal., 295


Bila huruf lam pada liyakuna dipahami dalam arti agar supaya, maka di atas seperti: maka
dipungutlahٌ diaٌ olehٌ keluargaٌ fir’aunٌ agarٌ supayaٌ diaٌ Musaٌ yangٌ dipungutٌ ituٌ menjadiٌ musuhٌ
dengan kesedihan bagi mereka.
Thabathaba’Iٌmemahamiٌhurufٌlam pada ayat yang ditafsirkan dalam arti agar supaya,
yakni tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk beribadah. Ulama ini menulis bahwa tujuan
apapun bentuknya adalah sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan untuk menyempurnakan
apa yang belum sempurna baginya atau menanggulangi kebutuhan/ kekurangannya. Tentu saja hal
ini mustahil bagi Allah SWT, karena dia tidak memiliki kebutuhan. Dengan demikian tidak ada
lagi baginya yang perlu disempurnakan. Namun disisi lain, suatu perbuatan yang tidak memiliki
tujuan adalah perbuatan sia-sia yang perlu dihindari.
Mengapa, hai Muhammad, kamu diperintahkan untuk memperingatkan umat manusia?
Kamu diperintahkan untuk memperingatkan bahwa jin dan manusia tidak diciptakan kecuali untuk
beribadat kepada-Ku.
Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah
menjadikan kedua makhluk itu sebagai makhluk-makhluk yang mau beribadah, diberi akal dan
panca indera yang mendorong mereka menyembah Allah, untuk beribadahlah tujuan mereka
diciptakan. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini lebih luas jangkauannya daripada
ibadah dalam bentuk ritual. Tugas kekahlifahan termasuk dalam makna ibadah dan dengan
demikian hakekat ibadah mencakup dua hal pokok.
Pertama : kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan.
Kedua : mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan
setiap gerak dalam hidup.
ayat ini hanya khusus mengenai orang yang telah diketahui oleh Ilmu Allah bahwa ia pasti
akan menyembah-Nya, oleh karena ayat ini menggunakan lafadz yang umum dengan makna yang
khusus. Perkiraan yang dimaksud adalah tidak Aku ciptakan penduduk surga dari jin dan manusia
kecuali untuk menyembahnya.
ayat ini pastilah memasuki oleh takhshish (pengkhususan dan pembatasan), karena tidak
mungkin orang gila dan anak-anak kecil diperintahkan untuk beribahadah.
AllahٌjugaٌberfirmanٌdalamٌSuratٌAlٌA’raaf:ٌ175
ْ ِّ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ
‫َولقد ذ َرأنا ِلجهن َم ك ِث ر ًيا ِمن ال ِجن َواإلنس‬
“ٌDanٌsesungguhnyaٌKamiٌjadikanٌuntukٌ(Isiٌnerakaٌjahannamٌkebanyakanٌdariٌjinٌdanٌmanusia”.ٌ
(Qs.ٌAlٌA’raafٌ:ٌ175).
Sementara orang-orang yang memang diciptakan juga untuk beribadah oleh karena itu ayat
diatas kemungkinan besar dimaksudkan kepada orang-orang yang beriman saja. Hal ini sama
persis seperti yang disebutkan dalam Firman Allah:7

َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ً َ ًَ ُُ َْ
‫احدا ال ِإله ِإال ه َو ُس ْبحانه ع َّما ي ْشكون‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫وا‬ ‫د‬ ‫ب‬ ‫ع‬‫ي‬ ‫ل‬ ‫ال‬‫إ‬ ‫وا‬‫ر‬ُ ‫َو َما ُأم‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Padahalٌ padahalٌ merekaٌdisuruhٌmenyembahٌTuhanٌYangٌMahaٌEsa.ٌTidakٌadaٌTuhanٌselainٌ
Dia.ٌMahaٌsuciٌAllahٌdariٌapaٌyangٌmerekaٌpersekutuan”.ٌ(At-Taubah, 9:31)8

Apabila dikatakan: bagaimana mungkin ada manusia yang berbuat kafir kepada Allah
padahal mereka diciptakan untuk bersaksi atas ke Tuhanan-Nya dan tunduk kepada perintah dan
kehendak-Nya.
Dijawab: Mereka memang harus tunduk kepada takdir yang ditetapkan atas mereka, karena
takdir mereka pasti akan terjadi dan mereka tidak akan mungkin mampu untuk menghindar
darinya. Mereka hanya berbuat kepada takdir-nYa itu tidak dapat dihindari.
Sementara itu segolongan mufassir berpendapat bahwa arti ayat diatas adalah:kecuali
supaya mereka tunduk kepada-Ku dan merendahkan diri yakni, bahwa setiap makhluk dari jin atau
manusia tunduk kepada keputusan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan menuruti apa yang telah
Dia takdirkan atasnya. Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia Kehendaki, dan Allah
memberi rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorang pun di antara mereka yang
dapat memberi manfaat maupun mudharat kepada dirinya sendiri.
Kalimat ini merupakan suruhan agar memberi peringatan, dan juga memuat alasan dari
diperintahkannya memberi peringatan. Karena, diciptakanya mereka dengan alasan tersebut
menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan mereka harus diberi peringatan
yang menyebabkan mereka wajib ingat dan meuruti nasihat.

7 Ibid.,195

8 Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hal. 293-294
Dalam tafsir Al Qurthubi sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Ali bin
Abi Thalhah menyebutkan, makna dari firman Allah SWT,

ُ
‫إال ِل َي ْع ُبدون‬
“Melainkan Supaya mereka menyembah-Ku”
Arti kata diatas adalah melainkan agar mereka mau beribadah dengan sukarela ataupun
terpaksa itu adalah orang-orang yang diperbuatnya dilihat oleh orang lain, tidak mutlak hanya
karena Allah SWT.

Sementara makna-makna yang disebutkan ini tidak jauh berbeda, dimana kata ‘abada
adalah menyembah, dan makna awal dari kataٌ ‘Ubudiyah (mempersembah) adalah tunduk dan
patuh terhadap yang disembah. Sedangkan makna kata ta’bid, i’tibaad dan Istib’aad adalah
menundukan atau mengambil seseorang untuk dijadikan hamba. Kata ibadah maknaya adalah taat,
adapunٌta’abbudٌartinyaٌibadah melaksanakan peribadatan.9
َُُْ
Oleh karena itu, makna utama untuk kata ‫ ِليعبدون‬pada firman diatas adalah agar mereka
tunduk, patuh, dan melakukan peribadatan.
Pada ayat di atas menegaskan bahwa Allah menciptakan jin dan mausia adalah menyuruh
mereka mengerjakan amar dan menegah mereka dari mengerjakan mungkar.

Simpulan
Tujuan hidup kita yaitu mengabdi atau bekerja untuk Allah guna mendapatkan kebahagian
dunia dan akhirat dengan melalui ridha-Nya.
Demikianlah Allah memberitahukan, apa tujuan hidup manusia di bumi ini menurut Allah
yang menciptakan manusia, sebagaimana yang telah dikemukakan dalam ayat-ayat dalam
Pembahasan. Dan Allah menciptakan jin dan manusia semata-mata hanya untuk menyembah dan
beribadah kepada-Nya.

9 Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran Vol 10. Jakarta:Lentera Hati,2002.
Arti Hidup adalah untuk memberikan arti dan manfaat kebaikan untuk sesama manusia.
Selain dari pada itu arti hidup adalah untuk mencari arti /makna atau mengambil hikmah dari
kehidupan. dan selain dari pada itu arti hidup adalah untuk mencari jati diri, mengenal diri dan
mengenali siapa yang telah menciptakan kita [yaitu Allah].
tahukah kita bahwa orang yang hidup tanpa ada niat mengetahui arti dari hidup, maka
hidupnya seperti orang yang berjalan dalam kesesatan /kebingungan (tidaklah jelas arah
tujuannya).
Untukٌpertanyaanٌdariٌ“Tujuanٌhidup”ٌsungguhٌAllahٌtelahٌmenjawabٌdalamٌfirman-Nya
yangٌ artinyaٌ :ٌ “Tidaklahٌ Akuٌ menciptakanٌ jinٌ danٌ manusiaٌ melainkanٌ agarٌ merekaٌ beribadahٌ
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56).
Memangpun benar Allah Maha Benar atas segala firman-Nya, maka jadikan setiap
langkah, ucap serta perbuatan kita bernilai ibadah.
Sungguh,,sungguh beruntunglah bagi orang yang telah mengetahui arti tujuan hidup,,karena
dengan demikian akan jauhlah ia dari kebimbangan dalam menjalani hidup, dan sedikit lebih
teranglah ia dalam menapaki gelapnya kehidupan dunia.

Hud 61
َ ْ َ ْ ُ َ َ َْ َ ُ ُ ُْ َ َٰ ْ ْ ُ َ َ َ ‫ه‬
ْ ‫اْل‬ ُ ُ ْ ْ َ َ َ َ ً َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َٰ َ
‫ض‬
ِ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫م‬ ‫ك‬‫أ‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ۖ ‫ه‬‫ي‬ ْ ‫غ‬ ‫َٰه‬ َٰ
ٍ ِ ِ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫اَّلل‬ ‫وا‬ ‫د‬ ‫و ِإَل ثمود أخاهم ص ِالحا ۚ قال يا قو ِم اعب‬
ٌ ‫يب ُمج‬ ٌ ‫وبوا إ َل ْيه ۚ إن َر ِن َقر‬ ُ ُ ُ ُ ُ َْ ْ َ َ ََُْ َْ ْ َ
‫يب‬ ِ ِ ‫ِ ِ ِ ّي‬ ‫واستعمركم ِفيها فاستغ ِفروه ثم ت‬

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu
dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)".
Dan Kami mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Kemudian dia berkata
kepadaٌmereka,ٌ”wahaiٌkaumku,ٌsembahlahٌAllahٌsemata,ٌkarenaٌtidakٌadaٌtuhanٌyangٌberhakٌ
disembah bagi kalian kecuali Dia, maka murnikanlah ibadah bagiNya. Dia lah yang memulai
penciptaan kalian dari tanah dengan menciptakan bapak moyang kalian, Adam darinya, dan
menjadikan kalian orang-orang yang memakmurkannya, maka mohonlah kepadaNya agar
berkenan mengampuni dosa-dosa kalian, dan kembalilah kepadaNya dengan taubat nasuha.
Sesungguhnya tuhanku dekat kepada orang yang mengikhlaskan ibadah kepadaNya dan mau
bertaubatٌkepadaNya,ٌlagiٌmengabulkanٌ(permintaannya),ٌbilaٌdiaٌberdo’aٌkepadaNYa.”

Kosa Kata
َ ‫َق‬ ً ُ َ َ َ ُ َ َ
‫ال‬ ‫َۚص ِالحا‬ ْ‫اهم‬ ‫أخ‬ ‫ثمود‬ ‫َو ِإ َٰل‬
dia berkata Saleh saudara mereka Tsamud Dan kepada
ُ َ َ‫ا ه‬ ُ ْ َ َ
‫لك ْم‬ ‫َما‬ ‫اَّلل‬ ‫اع ُبدو‬ ‫يا ق ْو ِم‬
Bagimu Tidak ada Allah Sembahlah Hai kaumku
ْ‫َأ ْن َش َأ ُكم‬ ُ ُ َ
‫غ ْْ ُيه ه َو‬
َ
‫ِإل َٰٰ ٍَٰه‬
ْ
‫ِمن‬
Dia menciptakan kamu Dia Selain Tuhan Dari
ُ َْ ْ َ َ ُ َ ْ َ َْ َ
‫استغ ِف ُروه‬ ‫ف‬ ‫ِفيها‬ ‫است ْع َم َرك ْم‬ ‫و‬ ‫ض‬
ِ ‫ر‬ْ ‫اْل‬ ‫ِمن‬
Maka mohonlah ampun kepada- Di dalamnya Dan dia memakmurkan kamu Bumi Dari
Nya
ِ َ ُ ُ ُ
‫َر ّ ين‬ ‫ِإن‬ ‫ِۚإل ْي ِه‬ ‫توبوا‬ ‫ثم‬
Tuhanku Sesungguhnya Kepada-Nya Bertaubatlah Kemudian
kamu
ٌ ‫ُمج‬
‫يب‬ ٌ ‫َقر‬
‫يب‬
ِ ِ
Memperkenankan Amat dekat
Asbabun Nuzul
Tetelah selesai kisah Aad kini giliran kisah suku Tsamud. Tsamud juga merupakan satu
suku terbesar yang telah punah. Mereka adalah keturunan Tsamud Ibnu Jatsar, Ibnu Iram Ibnu
Sam, Ibnu Nuh. Dengan demikian silsilah keturunan mereka bertemu dengan Ad pada kakek
yang sama yaitu Imran.Kaum Tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari
pengalaman buruk kaum Ad, karena itu mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itulah,
merekapun berhasil membangun peradaban yang cukup megah, tetapi keberhasilan itu
menjadikan mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala serupa dengan berhala
yang disembah kaum Ad. Ketika itulah Allah mengutus Nabi Shaleh as mengingatkan mereka
agar tidak mempersekutukan Allah tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik
oleh mayoritas kaum Tsamud.Ayat ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia --
langsung maupun tidak langsung-- untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai
khalifah, sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT semata-
mata.

Tafsir
“ٌDanٌkepadaٌTtsamud”ٌ(ayatٌ61)ٌtelahٌdiutusٌpulaٌ“saudaraٌmerekaٌShalih”,ٌartinya,ٌbahwaٌ
nabi Shalih diutus Tuhan menjadi rasul kepada kaum Ttsamud itu, bukanlah ia yang didatangkan
dari luar, melainkan putera dari kabilah Ttsamud itu sendiri. sebab itu maka yang didatanginya
ialah saudaranya sendiri. sebagaimana juga sekalian nabi yang diutus Tuhan, maka seruan yang
disampaikan Shalih kepada kaumnya itu, sama juga yang disampaikan oleh nabi-nabi yang lain.
Dia berkata: “ٌhaiٌkaumku!ٌsembahlahٌolehmuٌakanٌAllah, tidaklah ada bagi kamu tuhan selain
diaٌ“,ٌhanya Allah sajalah yang patut kamu sembah, karena selain dia tidak ada Tuhan.10
dialahٌyangٌtelahmenciptakanٌkamuٌdariٌbumi”ٌnenekٌmoyangmuٌnabiٌAdamٌituٌdibuat dari tanah.
kemudian turun-temurun beliau kita ini, keluar dari saringan darah, yaitu mani laki-laki dan mani
perempuan bercampur jadi satu. tersimpan dalam rahim perempuan, 40 hari bernama nutfah, 40
hari lagi bernama alaqoh, dan 40 hari pula bernama mudgoh, kemudian berangsur bertubuh,
berangkap dengan daging, tulang dan darah. dan semua itu terjadi dari pada bumi jua adanya.

10 M.Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah.hal.440


Dan (dia) meramaikan-Muٌ didalamnya”ٌ suburٌ makmurٌ mukaٌ bumiٌ ini,ٌ denganٌ serbaٌ
lengkap dan serba cukup bahan makanan dan ramailah manusia menjadi penghuninya.
Wasta’marakumٌ dariٌ ista’marakumٌ inilahٌ berpecahanٌ menjadi makmur, apabila bumi
subur dan makanan cukup manusia pun hidup dengan sentosa mencari rezeki dan berketurunan.
Tetapi sambutan kaumnya sangatlah jauh dari yang diharapkan oleh nabi shalih, padahal
seruan nabi shalih itu benar-benar timbul dari hati yang belas kasihan.
Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
Tafsiran ayat diatas menurut M. Quraisy Shihab: ayat ini mengandung perintah kepada
manusia _langsung atau tidak langsung_ untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai
kholifah, sekaligus sebgai alasan kenapa manusia menyenbah allah SWT. 11 semata-mata ini
sejalan dengan firman-Nya yang diarahkan kepada kaum musyrikin makkah, (QS Al-Quraisy:3-
4) memberi mkanan yakni menyiapakan sarana dan prasarana yang menjadikan mereka dapat
memperoleh firman-Nyaٌ:”ٌkarenaٌituٌmohonlahٌampunnan-Nya kemudian bertaubatlah kepada-
Nya.”
Dapat juga isyarat bahwa dalam membangaun tidak jarang terjadi kesalahan dan
pelanggaran. namun hal tersebut kiranya dapat diampuni Allah jika yang bersangkutan memohon
ampunan-Nya.

ْ ‫َان ۖ فَ ْل َي‬
‫ست َ ِجي ُبوا ِلي َو ْليُ ْؤ ِمنُوا ِبي‬ ِ ‫َّاع ِإذَا َدع‬ ٌ ‫سأ َ َلكَ ِع َبادِي ع َِني َف ِإ ِني قَ ِر‬
ُ ‫يب ۖ أ ُ ِج‬
ِ ‫يب َدع َْوةَ الد‬ َ ‫َو ِإذَا‬
ُ ‫لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر‬
َ‫ش ُدون‬

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Maksud dari ayat ini, manusia yang dipercaya oleh Allah sebagai khalifah itu bertugas
memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang
menugaskan (Allah). Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Al-Qur’an

11 Imam Jalaludin As-Suyuti,Imam Jalaludin Al-Mahali.Tafsir Jalalain.hal :31


adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya
sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang
ditetapkan oleh Allah. Maksud dari manusia sebagai pemakmur bumi adalah; karena manusia itu
diciptakan dari tanah yang diambil dari bumi, maka sepatutnya manusia yang bahan utamanya
adalah tanah untuk menjaga dan memakmurkannya, sebagai tanda penghargaan atas asal-usul
penciptaan mereka. Dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, manusia harus mampu menjaga
amanah yang diberikan Allah kepada mereka dalam hal-hal yang menyebabkan bumi itu tetap
terjaga dan makmur. Sebaliknya, jika manusia itu dengan kekuasaannya merusak dan menyalah
gunakan kekuasaan yang diamanahkan kepadanya, maka secara tidak langsung manusia itu telah
menghina asal-usul dari mana mereka diciptakan (tanah).Allah SWT memperhatikan eksistensi
manusia di muka bumi, setelah mempeoleh cukup pengetahuan maka Allah SWT menempatkan
manusia sebagai eksistensi yang kreatif, sebagaimana termaksut dalamٌsuratٌHudٌayatٌ61ٌ“Danٌ
Diaٌyangٌmenciptakanٌkamuٌdariٌbumiٌ(tanah)ٌdanٌmenugaskanٌkamuٌuntukٌmemakmurkan.”ٌAtasٌ
dasar surat Hud 61 ini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membina
manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan
immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya
menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan.
Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah mahluk dwidimensi dalam satu
keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Dasar pemikiran di atas tentu saja menuntut umat
manusia untuk menempatkan aspek penguasaan ilmu pengetahuan menjadi penting. Pendidikan
dalam hal ini, tidak saja menjadi rekomendasi Islam yang bersifat normatif-doktriner, tetapi juga
menjadi investasi bagi umat manusia untuk menentukan masa depannya, baik jangka pendek
(dunia) maupun jangka panjang (akhirat).12

12 Imam Jalaludin As-Suyuti,Imam Jalaludin Al-Mahali.Tafsir Jalalain.hal :31


Simpulan

Allah mengutus Nabi Shaleh mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah
tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum Tsamud.
Ayat 61 surat Hud ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia langsung maupun
tidak langsung untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai khalifah, sekaligus menjadi
alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT.
Tugas manusia di bumi ini sebagai pemakmur yaitu untuk memakmurkan bumi,
mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya.
Tujuan pendidikan adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia
ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
SIMPULAN

Al-Baqarah Ayat 30 menjelaskan tentang malaikat yang bertanya mengapa Allah mau
menciptakan manusia bukankah manusia itu nanti akan merusak dunia yang begitu indah,
bukankah manusia nanti banyak yang akan ingkar kepada Engkau ya Allah, sedangkan kami
selalu menyembahmu selalu sujud kepadamu. Maka Allah menjawab aku Maha mengetahaui apa
yang engkau tidak ketahui

Adz dzariyat 56 setelah manusia diciptakan maka Allah memerintahkan mereka untuk
menyembah-Nya dalam surah ini Sangat jelas Allah menciptakan Manusia dan Jin di muka bumi
ini hanya untuk menyembah-Nya setelah banyaknya Manusia dalam kesesatan tanpa arah dan
tujuan yang di sebut jahiliyah (kebodohan),

Hud 61 Allah mengutus Nabi Shaleh mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah
tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum Tsamud.
Nabi Saleh Berkata: “ٌhaiٌkaumku!ٌsembahlahٌolehmuٌakanٌAllah, tidaklah ada bagi kamu tuhan
selainٌdiaٌ“,ٌhanya Allah sajalah yang patut kamu sembah, karena selain dia tidak ada Tuhan.
dialahٌyangٌtelahmenciptakanٌkamuٌdariٌbumi”ٌnenekٌmoyangmuٌnabiٌAdamٌituٌdibuat dari tanah.
kemudian turun-temurun beliau kita ini, keluar dari saringan darah, yaitu mani laki-laki dan mani
perempuan bercampur jadi satu. tersimpan dalam rahim perempuan, 40 hari bernama nutfah, 40
hari lagi bernama alaqoh, dan 40 hari pula bernama mudgoh, kemudian berangsur bertubuh,
berangkap dengan daging, tulang dan darah. dan semua itu terjadi dari pada bumi jua adanya.

Maka Al-quran sangat jelas Menerangkan kepada Kita (Manusia) secara berangsur-angsur dari
awal manusia diciptakan sampai untuk apa manusia diciptakan setelah diciptakan, banyak dari
manusia itu melanggar apa yang sudah Allah perintahkan, padahal Allah sendiri sudah
memberikan peringatan dengan adanya Nabi dan Rasul-Nya, Allah Maha mengetahui apa yang
tidak diketahui malaikat,manusia,jin dan seisi alam yang ada dilangit maupun dimuka bumi.
Maha Suci Allah segala puji baginya.
Daftar Pustaka
Shihab, M. Quaraish. 2012. Tafsir Al-Misbah. Ciputat: Penerbit Lentera Hati.
Ghoffar, Abdul. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam As-Syafi’i.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juzu XVII. Jakarta. Pustaka Panjimas.
Departemen Agama RI. Alquran dan Tafsirnya, Jilid 7 juz 19-20-21.Jakarta,2009.

Anda mungkin juga menyukai