PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadan fisiologis akibat dari penimbun lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemic di
Negara maju, seperti Inggris, Brazil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara
berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan Negara Asia tertentu.Peningkatan
prevelansi penduduk Indonesia yang mengalami kegemukan dan obesitas jadi perhatian
khusus. Jika dibiarkan, angka kesakitan akibat penyakit tidak menular bisa meningkat.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penduduk
obesitas meningkat dari 14,8 persen di 2013 menjadi 21,8 persen di 2018. Hal yang
sama juga terlihat pada kasus penduduk kegemukan, yang meningkat dari 11,5 persen di
2013 menjadi 13,6 persen di 2018.
Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, mengatakan
trend peningkatan angka prevalensi kegemukan dan obesitas Indonesia harus
dihentikan. Jika tidak, risiko tekanan darah naik, pecah pembuluh darah, hingga gula
darah tinggi akan mengintai.
B. Rumusan Masalah
1|IKM
1. Apa definisi obesitas ?
2. Apa saja tipe-tipe obesitas ?
3. Apa saja gejala/tanda obesitas ?
4. Apa saja faktor penyebab obesitas ?
5. Siapa saja yang bisa terserang obesitas ?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya obesitas ?
7. Bagaimana cara penanggulan atau 5 tingkatan pencegahan penyakit obesitas ?
C. Tujuan
2|IKM
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI OBESITAS
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap
orang. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,
untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan
dapat membahayakan kesehatan.
Obesitas adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran energi,
penyebabnya ada yang bersifat Eksogenetis dan Endogenous.Penyebab Eksogenetis
misalnya kegemaran makan secara berlebihan terutama makanan tinggi kalori tanpa
diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga surflus energinya disimpan sebagai
lemak tubuh (khomsan, 2004).
3|IKM
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar
perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah
Pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul
dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya
terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan
normal.
b. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan
normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan
sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan
perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami
hypertropik.
3. GEJALA-GEJALA OBESITAS
Obesitas sudah pasti berdampak buruk bagi kesehatan, terutama pada wanita.
Studi menunjukkan bahwa kelebihan berat badan bisa meningkatkan risiko diabetes dan
penyakit jantung koroner. Wanita yang obesitas juga lebih berisiko alami nyeri
punggung dan osteoarthritis lutut.
Bahkan, kontrasepsi dan tingkat kesuburan juga dipengaruhi obesitas. Oleh
karena itu penting untuk memahami tanda-tanda obesitas dan mengambil tindakan
pencegahan sebelum terlambat.
4|IKM
Tanda-tanda obesitas yang diutarakan Dr Raman Goel, ahli bedah bariatrik
senior sekaligus kepala bedah bariatrik di Nova Specialty Surgery, Mumbai:
1. Sesak napas
Orang obesitas akan merasa sulit bergerak. Lemak di sekitar leher dan dada bisa
menyebabkan napas pendek. Oleh karena itu, orang gemuk akan sulit untuk bernapas
karena lemak ekstra membuat udara sulit mengalir keluar masuk paru-paru.
2. Mulas
Kelebihan berat badan bisa berkontribusi terhadap gejala sakit maag seperti
mulas, perut panas, atau nyeri di antara tulang dada dan daerah tenggorokan. Kelebihan
lemak bisa menimbulkan tekanan pada sistem pencernaan dan menyebabkan isi perut
terdorong ke arah kerongkongan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori juga berkontribusi
terhadap refluks asam pada penderita obesitas.
3. Masalah kulit
Obesitas bisa menyebabkan masalah kulit karena beberapa faktor. Perubahan
hormon dapat mengakibatkan daerah pada leher atau lipatan tubuh menghitam dan
timbul tekstur seperti beludru. Sementara itu, peregangan kulit bisa menyebakan stretch
mark. Kelembaban dalam lipatan tubuh bisa mendorong pertumbuhan bakteri dan jamur
yang mengakibatkan ruam kulit serta berbagai infeksi. Kapalan di kaki juga bisa timbul
akibat kelebihan berat badan.
4. Menstruasi tidak teratur
Salah satu penyebab siklus menstruasi yang tidak teratur adalah perubahan
signifikan pada berat badan. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko jarang atau
tidak datang bulan sama sekali serta tidak ada masa ovulasi atau justru periode
menstruasi yang panjang. Hal ini disebabkan lemak ekstra yang mengganggu
keseimbangan hormon di tubuh Anda.
5. Sakit lutut
Pada orang obesitas, berat badan memberi tekanan ekstra hingga membuat lutut
dan pergelangan kaki bekerja lebih keras. Sendi dan otot di kaki serta punggung bagian
bawah bisa kaku dan sakit. Keadaan ini juga bisa mempengaruhi postur tubuh dalam
jangka panjang.
5|IKM
6. Mendengkur
Mendengkur atau ngorok disebabkan oleh getaran jaringan lunak di tenggorokan
dan leher saat Anda menghirup napas. Obesitas bisa membuat Anda berisiko alami
Obstructive Sleep Apnoea terutama jika Anda memiliki sejumlah besar lemak di sekitar
leher. Orang dengan lingkar leher lebih dari 43 cm biasanya lebih sering mendengkur.
7. Sakit punggung
Tiga diagnosa sakit punggung yang paling umum terjadi pada pasien obesitas
adalah penyakit degeneratif tulang belakang termasuk kurangnya cairan pada cakram
tulang belakang, spondylolisthesis (kondisi dimana salah satu tulang pada tulang
belakang bergeser dari posisi normal dan condong ke depan menutupi tulang di
bawahnya) pada punggung bagian bawah, dan kurangnya cairan di cakram tulang
belakang. Serta, pecahnya cakram tulang belakang atau herniasi. Pasien obesitas juga
mengalami peningkatan risiko spondylolysis, patah tulang belakang, stenosis tulang
belakang, dan penyempitan saluran tulang belakang.
8. Varises
Varises timbul karena pembuluh darah melebar yang disebabkan oleh
melemahnya dinding pembuluh darah. Varises bisa muncul seperti kumpulan pembuluh
darah biru atau ungu yang kadang dikelilingi kapiler merah tipis yang dikenal dengan
spider veins. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama selain riwayat keluarga,
umur, jenis kelamin, kehamilan, dan kurang gerak. Klinik Cleveland memperkirakan
hampir 50 persen perempuan usia 40 sampai 50 tahun dan 75 persen perempuan usia 60
sampai 70 tahun memiliki vena di permukaan kakinya.
9. Tekanan darah tinggi
Prevalensi berkembangnya obesitas makin diakui sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi. Peningkatan kasus obesitas yang dibarengi hipertensi
dikhawatirkan bisa mengakibatkan diabetes dan penyakit ginjal kronis. Berdasarkan
studi populasi, prevalensi hipertensi bisa langsung dikaitkan dengan obesitas.
10. Depresi
Pada banyak orang, obesitas bisa menyebabkan depresi. Hal ini tak hanya
berlaku bagi mereka yang benar-benar gemuk, tapi juga pada orang yang berpikir
bahwa mereka gemuk. Penderita obesitas umumnya malu dan takut menjadi bahan
6|IKM
ejekan sehingga mereka memilih untuk mengisolasi diri dari kehidupan sosial dan itu
bisa menjadi tanda-tanda depresi.
7|IKM
c. Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar
tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energy akan
berkurang. Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat terjadi
penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan
berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan
menurunnya metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Sebagian orang
makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan mood negatif seperti sedih, bosan,
atau marah. Sebagian lagi mungkin mengalami gangguan makan seperti dorongan
makan yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang, atau kebiasaan
ngemil yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti ini sangat berisiko terhadap
kegemukan, dan perlu mendapatkan perlakuan khusus, seperti konseling atau
terapi psikologi lainnya
e. Gaya Hidup (Life Style) yang kurang tepat
Peningkatan obesitas dari tahun ke tahun ditengarai sebagai akibat dari
perubahan gaya hidup Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global
telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang
terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik.
Perubahan pasar modern telah memacu perubahan gaya hidup. Penelitian
Setyaningrum (2007) memperlihatkan bahwa 43,4% responden remaja usia pubertas
sering mengkonsumsi makanan siap saji. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian
obesitas. Selain itu Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan
lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang
dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko
obesitas.
f. Pemakaian Obat-Obatan
Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan,
misalnya obat kontrasepsi. Obat-obatan seperti steroid, anti depresi, anti psychotics dan
8|IKM
anti epileptic bisa menstimulasi nafsu makan. Selain itu obat tekanan darah tinggi,
penyakit jantung dan pil kontrasepsi pun bisa menyebabkan berat badan bertambah.
9|IKM
3. Orang yang melahirkan.
Wanita lebih mudah menjadi gemuk setelah melahirkan dan memiliki anak.
Penambahan berat badan saat hamil memang tidak terelakkan, namun upaya
untuk menurunkannya kembali setelah melahirkan cukup sulit dilakukan oleh
kebanyakan wanita. Ini bukan sepenuhnya salah mereka, pasalnya saat
kehamilan memasuki kehamilan terakhir, wanita memproduksi banyak sel lemak
di dalam tubuhnya. Meski diet dan olahraga dapat menyusutkan sel lemak,
namun pada bagian-bagian tubuh tertentu, sel lemak tidak mudah untuk
disingkirkan.
4. Orang yang kurang tidur.
Orang yang kurang tidur karena begadang dapat memperbesar risikonya untuk
menjadi obesitas. Ini karena kurang tidur dapat mengganggu kadar hormon di
tubuhnya sehingga sulit bagi mereka dalam mengontrol nafsu makan di waktu
terjaga. Studi juga menemukan, orang yang tidur kurang dari delapan jam setiap
hari memiliki kenaikan jumlah sel lemak yang lebih banyak daripada pada
mereka yang cukup tidur. Direktur laboratorium tidur dan kronobiologi di
University of Colorado mengatakan, ada sesuatu yang berubah pada otak di saat
tubuh mengantuk, karena itu menggambarkan berapa banyak energi yang tubuh
butuhkan. Untuk mencukupi energi tersebut, akhirnya tubuh beradaptasi dengan
meningkatkan nafsu makan.
10 | I K M
TAHAPAN RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
1. Tahap Prepatogenesis
2. Tahap Patogenesis
3. Tahap Pasca Patogenesis
TAHAP PREPATHOGENESIS
TAHAP PATHOGENESIS
Tahap Inkubasi → tahap mulai masuknya Agent kedalam Host, sampai timbul
gejala sakit
Tahap penyakit dini → tahap mulainya timbul gejala penyakit dalam keadaan
awal (ringan)
Tahap penyakit lanjut → tahap penyakit telah berkembang pesat dan
menimbulkan kelainan patologis dan gejalanya
TAHAP PASCAPATOGENESIS
11 | I K M
promosi gaya hidup sehat. Penyuluhan pada masyarakat mengenai obesitas dan
pada hal ini kepada ibu-ibu rumah tangga. Dapat diterangkan kepada mereka
mengenai apa itu obesitas (berat badan lebih) risiko yang dapat ditimbulkan
akibat obesitas, terutama dampaknya pada sistem kardiovaskular.
2. Specific Protection (Perlindungan Khusus terhadap Penyakit tertentu)
Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh,
yang dapat dilakukan adalah mengatur diet yang sehat dan aktifitas fisik yang
baik.
Saran diet yang sehat
Beragam Sertakan berbagai macam makanan pada diet dalam jumlah yang
sedang.
Energi Mengurangi asupan makanan tinggi kalori untuk mengurangi
kepadatan kalori diet.
Lemak dan Mengurangi jumlah lemak dalam diet
protein Makan diet rendah lemak jenuh
Pilih atau mengurangi susu rendah lemak
Memilih daging yang tipis dan mencoba untuk membatasi
lemak mdaging.
Makan ikan secara teratur.
Batasi lemak tinggi, makanan ringan tidak sehat
Minuman Banyak minum air dari pada jus atau soft minum
Batasi asupan alkohol
12 | I K M
Baca label makanan saat pergi belanja, untuk
membiasakan diri dengan produk-produk
13 | I K M
Naik tangga. Bila rumah memiliki tangga, gunakanlah sebagai alat olahraga.
Jalan di tempat. Saat berada diharapan piring kotor yang menumpuk, lakukan
gerakan jalan di tempat.
14 | I K M
30.0–34.9 Obesitas tingkat 1
35.0–39.9 Obesitas tingkat 2
≥ 40.0 Obesitas tingkat 3
B. Pengobatan
Berkunjung ke Dokter.
Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki pemahamn yang baik terhadap
pola hidup sehat dan berusaha menjaga kondisi tubuh tetap sehat termasuk
menjaga keseimbangan berat badan sebaiknya mengkonsultasikan
masalahnya ke dokter umum atau dokter ahli gizi. Dengan berkunjung
maka ibu rumah tangga akan mengetahui apakah mereka mengalami
obesitas atau tidak.
Manajemen penurunan berat badan.
Penurunan berat badan harus SMART; Specific, Measurable,
Achievable, Realistic and Time Limit. Tujuan awal dari terapi penurunan
berat badan adalah untuk mengurangi berat badan sebesar sekitar 10
persen dari berat awal. Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan
berat badan sebesar 10 persen adalah 6 bulan terapi.
4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)
Pengobatan dan pencegahan terhadap komplikasi. Pembatasan asupan
kalori dan peningkatan aktivitas fisik, kedua komponen ini penting dalam
mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus
dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani
kebiasaan makan yang sehat.
Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi empat pilar, yaitu
Diet rendah kalori,
Terapi diet. Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan
berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan ke dalam status
pasien overweight. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000
kcal/hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program penurunan berat
badanapapun.
Aktivitas fisik,
15 | I K M
Aktivitas Fisik. Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara perlahan,
dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Latihan dapat
dilakukan seluruhnya pada satu saat atau secara bertahap sepanjang hari.
Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit
dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya
selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen ini,
pengeluaran energy tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori perhari dapat
dicapai.
Perubahan perilaku
Terapi perilaku. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri
terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus
control, pemecahan masalah, contingency management, cognitive
restructuring dan dukungan social.
Obat-obatan / bedah.
Farmakoterapi. Sibutramine dan Orlistaa merupakan obat-obatan penurunan
berat badan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika Serikat, untuk
penggunaan jangka panjang
5. Rehabilitation (Pemulihan)
Suatu tindakan atau upaya kesehatan yang dilakukan dalam taraf
pemulihan (recovery) terhadap suatu penyakit tertentu.
Strategi mencegah kelebihan berat badan dan obesitas.
Strategi ini menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk
mengambil tindakan di tingkat global, regional dan tingkat lokal dan
bertujuan untuk mencapai pengurangan yang signifikan dalam prevalensi
penyakit kronis dan faktor risiko bersama mereka, dan diet sehat tertentu
dan fisik tidak aktif.
Tujuan Pembangunan Milenium
Terapi Bedah
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan
BMI ≥ 40 atau ≥ 35 dengan kondisi komorbid. Terapi bedah ini harus dilakukan
sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan
menderita komplikasi obesitas yang ekstrem.
16 | I K M
Mengobati komplikasi yang terjadi:
Hipertensi: Diberikan obat antihipertensi (Ace-I, Beta Bloker, Ca
Channel Bloker, Diuretik
Penyakit jantung iskemik: diberikan obat penyakit jantung iskemik (anti
iskemik, antiplatelet, anticoagulant)
Diabetis mellitus : Penderita obes dengan diabetes melitus diberi diit
rendah kalori yaitu 15 20 kalori/kg bb/hari. Selain itu sering didapatkan
kurangnya sensitivitas terhadap pemberian insulin tetapi responsif
terhadap sulfonil urea. Pemberian insulin harus dengan dosis yang lebih
tinggi.
Osteoathritis : memberikan diet untuk menurunkan berat badan dengan
tujuan mengurangi beban pada sendi penyangga berat badan; bila nyeri
sekali sebaiknya sendi diistirahatkan dan dilakukan fisioterapi, bila tak
teratasi dapat diberikan obat-obatan anti radang nonsteroid (NSAID),
kadang-kadang dapat pula diberi-kan steroid intra artikuler.
17 | I K M
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan
sehat yang sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Mulai menerapkan hidup sehat, mulai
berolahraga, mulai mengurangi kalori untuk mengurangi resiko penyakit jantung
coroner.
18 | I K M
DAFTAR PUSTAKA
dr. Tjin Willy (29 November 2018), Obesitas. Dikutip pada 15 Oktober 2019 dari
Alodokter:
https://www.alodokter.com/obesitas
dr. Tania Savitri - Dokter Umum (15 September 2018), Apa itu obesitas
(kemungkinan)?. Dikutip pada 15 Oktober 2019 :
https://hellosehat.com/penyakit/obesitas-kegemukan/
Stuti, Diah, Angka Kejadian Dan 5 Tingkatan Pencegahan Obesitas. Dikutip pada 12
Oktober 2019:
https://www.scribd.com/doc/165408127/Angka-Kejadian-Dan-5-Tingkat-Pencegahan-
Obesitas
Rahayu, Saffiyah, Makalah Obesitas. Dikutip pada tanggal 12 Oktober 2019 :
https://www.academia.edu/12326392/Makalah_Obesitas
19 | I K M