TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Morfologi
Tinjauan Pustaka-6
2.2 Stratigrafi dan Litologi
a. Formasi Tinombo
Litologi penyusun formasi ini berupa lava basal, basal spilitan, lava andesit,
breksi gunung api, batupasir wake, batulanau, patupasir hijau, batugamping merah,
batugamping kelabu dan batuan termetamorfosa lemah.
Di Kabupaten Buol satuan ini terdapat di bagian selatan dengan arah
memanjang relatif timur-barat relatif pada wilayah batas dengan kabupaten lain.
Umur formasi ini diduga Eosen-Oligosen, dengan tebal formasi lebih dari 500 m.
b. Batuan Vulkanik
c. Diorit Bone
Tinjauan Pustaka-7
d. Diorit Boliohuto
Terdiri dari diorit dan granodiorit dan tergolong dalam jenis batuan beku dalam
yang bersifat menengah sampai asam. Di Kabupaten Buol batuan ini hanya terdapat di
sekitar G. Tentolomatinan sebelah selatan Lokodako. Umur batuan adalah Miosen
Tengah sampai Miosen Atas.
e. Formasi Dolokapa
f. Breksi Wobudu
Merupakan batuan vulkanik, terdiri dari breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
lapili dan lava yang bersifat andesit sampai basal. Penyebarannya di bagian selatan
Bunobogu dan wilayah yang luas sepanjang pegunungan Peleleh ke arah timurlaut,
yaitu G. Tentolomatinan dan G. Boondalo. Umur batuan diperkirakan Pliosen.
Tinjauan Pustaka-8
h. Batuan Vulkanik
Batuan vulkanik ini berkomposisi aglomerat, tufa dan lava yang bersifat
andesit-basal. Penyebarannya di Kabupaten Buol hanya setempat, yaitu di daerah
Busak dengan luasan sekitar 150 ha. Umur batuan Pliosen-Pleistosen.
i. Batugamping Terumbu
j. Aluvium
Terdiri dari material pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan kerakal.
Endapan terluas terdapat di dataran Kota Buol yang melebar ke arah Leok, Lamolan,
Bokat dan Momunu terutama dataran banjir S. Momunu. Tebal satuan beberapa meter
sampai puluhan meter.
Satuan dan batuan litologi wilayah penelitian dirangkum dan ditabulasikan
dalam Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Satuan batuan di wilayah Kabupaten Buol (Ratman, 1976, Bahri dkk, 1993)
Tinjauan Pustaka-9
No. Umur Satuan Litologi
5 Pliosen Breksi breksi vulkanik, aglomerat, tufa, tufa
Wobudu lapili dan lava yang bersifat andesit
sampai basal
6 Miosen Formasi batupasir wake, batulanau, batulumpur,
Tengah- Dolokapa konglomerat, tufa, tufa lapili, aglomerat,
Miosen Atas breksi vulkanik dan lava yang bersifat
andesit serta basal
7 Miosen Diorit diorit dan granodiorit
Tengah- Boliohuto
Miosen Atas
8 Miosen Awal- Diorit Bone diorit, diorit kwarsa, granodiorit dan
Miosen andesit
Tengah
9 Eosen- Batuan Tufa, breksi, lava andesit dan basal
Oligosen Vulkanik
10 Eosen- Formasi lava basal, basal spilitan, lava andesit,
Oligosen Tinombo breksi gunung api, batupasir wake,
batulanau, patupasir hijau, batugamping
merah, batugamping kelabu dan batuan
termetamorfosa lemah
Tinjauan Pustaka-10
Gambar 2.1 Kolom Korelasi Batuan Daerah Kabupaten Buol
(Ratman, 1976, Bahri dkk, 1993)
Tinjauan Pustaka-11
vertikal di sebelah barat Leok. Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah lipatan
antiklin dan kekar-kekar yang banyak terjadi pada seluruh formasi batuan. (Ratman,
1976, Bahri dkk, 1993)
Metode induced polarisasi atau polarisasi terimbas adalah salah satu metode
geofisika yang pada umumnya digunakan untuk eksplorasi base metal dan logam.
Metode induced polarisasi ini termasuk di dalam metode geolistrik. Dimana
prinsipnya hampir sama yaitu dengan menginjeksika aruas melalui dua elektroda arus.
Besar arus yang diinjeksikan dicata dan dua elektroda potensial digunakan untuk
mengukur potensial yang dihubungkan dengan voltmeter. (Geosciences.,2006)
Metode IP pada hakekatnya adalah pengembangan lebih lanjut dari metode
tahanan jenis yang mampu memberikan informasi tambahan ketika tidak ditemukan
kontras tahanan jenis yang memadai. Metode ini memiliki teknis pengukuran
relatif serupa dengan pengukuran tahanan jenis. (Geosciences.,2006)
Tinjauan Pustaka-12
2.5 Timbulnya Polarisasi Pada Batuan
Gambar 2.3. (a) Keadaan normal ion pada batupasir porous sebelum ada
arus, (b) Polarisasi membran pada batupasir sesudah dialiri
arus. (Sumber : Telford, et al., 1990)
Tinjauan Pustaka-13
b. Polarisasi Elektrode
Polarisasi elektrode adalah polarisasi yang terjadi jika mineralnya konduktif
dari batuan kontak dengan larutan didalam pori-pori batuan. Mineral batuan yang
mengandung mineral konduktif dipandang sebagai suatu elektrode yang berada di
dalam elektrolit, sehingga mula-mula akan terjadi proses oksidasi dan reduksi (reaksi
redoks) karena timbulnya beda potensial antara mineral konduktif dengan larutan
sampai terjadi keseimbangan. Dalam keadaan setimbang ini akan terjadi proses
penggabungan dan pelepasan muatan antara logam dan larutan dalam jumlah yang
sama, dan sama sekali tidak ada arus yang mengalir.
Apabila ada gangguan luar, misalnya pengaruh arus yang dialirkan, maka
keadaan setimbang akan terganggu sehingga akan timbul polarisasi pada elektrolit
yang dikenal sebagai polarisasi elektrode.
Efek IP semula dialami dalam pengukuran Tahanan Jenis, dimana arus yang
diberikan oleh transmitter, maka potensialnya mengikuti bentuk. Gejala transien yang
Tinjauan Pustaka-14
diamati pada potensial menunjukkan adanya efek polarisasi, dimana pada waktu
pengisian mula-mula potensial mencapai suatu ketinggian tertentu, kemudian
kenaikan selanjutnya berjalan perlahan-lahan. Begitu pula pada saat discharge
potensial mula-mula menurun dengan cepat, kemudian secara perlahan-lahan menuju
ke nol. Efek IP ini dapat ditentukan dengan menggunakan Chargeability atau :
V
M
V S
Fenomena IP ini juga dapat ditelaah apabila kita menggunakan arus dengan
berbagai periodik. Misalnya dengan amplitudo arus I dan frekuensi f1, maka
potensialnya yang diperoleh amplitudonya V1, bila frekuensi f2 amplitudonya V2,
maka efek IP dengan pengukuran ini dapat dipandang sebagai Frequency Effect atau :
V2 V1
FE =
V1
Tinjauan Pustaka-15
Gambar 2.5 Chargeability beberapa litologi batuan.
(Sumber : Telford, et al., 1990)
2.6 Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au
(bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan
univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas
tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua
regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di
deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas
melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi
Tinjauan Pustaka-16
(Sukandarrumidi, 2004). Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum,
emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya
kandungan perak di dalamnya>20%. Emas terbentuk dari proses magmatisme atau
pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses
metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara
mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi
dua yaitu:
a. Endapan primer.
b. Endapan placer
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan
yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan: (Sumber : Anthony M.Evans
(1997)).
1. Kristalisasi magmanya
Jarak endapan mineral dengan asal magma :
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan
beku
Tinjauan Pustaka-17
2. Proses pengendapan
Bagaimana cara pengendapan terjadi antara lain : (Sumber : Anthony
M.Evans (1997)).
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada
dengan larutan pembawa bijih
3. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
4. Waktu terbentuknya endapan :
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan
batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan
pemecahan dari residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan
tergantung oleh besar butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral
placer terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan,
garnet, tantalum, rutil, dsb (M. Evans (1993)). Endapan placer, yang terbentuk
sebagai hasil akumulasi proses- proses sedimentasi yang menghasilkan konsentrasi
mineral-mineral berat. Mineral-mineral berat yang terkonsentrasi terpisah dari batuan
induknya karena memiliki density yang tinggi, resisten terhadap pelapukan kimia dan
fisika. (Warren, J.K. (2006))
Adapun yang menjadi factor pengontrol dari endapan placer yakni : (sumber
: Warren, J.K. (2006))
a. Resisten terhadap pelapukan secara kimia (tidak mengalami penguraian
(dekomposisi) komposisi kimia).
Tinjauan Pustaka-18
b. Ketahanan terhadap pelapukan secara mekanis (Fisik) : tidak mengalami
kerusakan secara fisik)
c. Konsentrasi gravitasi secara alamiah (perbedaan berat jenis): memungkinkan
pengendapan kembali untuk mencapai konsentrasi yang ekonomis.
d. Media transportasi (padat, air, gas/udara) sebagai media utama.
e. Perangkap atau lingkungan pengendapannya.
1. Residual placers
2. Eluvial placers
Endapan placer aluvial merupakan endapan yang sangat penting untuk emas
dan intan. Fraksi ukuran butir pada mineral-mineral berat relatif lebih halus daripada
minera-mineral ringan. Mineral-mineral berat akan terkonsentrasi pada lokasi dimana
terjadi suatu gangguan pada aliran (irregular flow) atau pengurangan energi seperti
pada natural riffle, lubang pada dasar air terjun, pada tubrukan arus sungai, meander
sungai, dsb. Produksi timah terbesar didunia utamanya berasal dari tipe endapan ini.
Penghasil timah yang berasal dari stream/alluvial placers antara lain Brasil, Indonesia
dan Malaysia.
Tinjauan Pustaka-20
Gambar 2.7 Natural riffle (Notosiswoyo,dkk, 2007)
Tinjauan Pustaka-21
Gambar 2.9 Pada Meander Sungai (Notosiswoyo,dkk, 2007)
Tinjauan Pustaka-22
4. Beach placers
5. Offshore placers
Tinjauan Pustaka-23
6. Aeolian placer
Endapan ini terbentuk oleh reworking endapan beach placers oleh angin.
Contoh: Endapan titanomegnetite iron sand pada North Island, New Zealand. Bukit-
bukit pasir di pantai (coastal dunes) yang terbentuk oleh angin mempunyai volume
yang besar dan homogenitas, sehingga pada bukit-bukit tsb yang mengandung mineral
berat dapat bersifat ekonomis walaupun pada kadar rendah.
Tinjauan Pustaka-24