e. Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas
dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf
simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV
dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
f. Stimulant dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang
berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah
hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik
dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat menyebabkan
insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan
morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga
di malam hari.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.
4. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Tidur dan Istirahat
Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu:
a. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau
susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: pertama initial insomnia
yang merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena
selalu terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia merupakan
ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari
(Alimul, 2012).
b. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur
(Potter & Perry, 2005). Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan
campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan
campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Bentuk yang
paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea/OSA),
terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks pada saat
tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran
udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault, 1994). The National Commission on Sleep Disorders Research
(1993), memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi
kriteria diagnostik untuk OSA. Klien yang mengalami apnea tidur seringkali
tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan
mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala
di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.
c. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat tidur
dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain (Alimul, 2012).
d. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan
(misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman
waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Deprivasi tidur melibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidak konsistenan waktu tidur.
Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan
urutan siklus tidur normal dant terjadi deprivasi tidur kumulatif.
e. Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur
seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada
anak-anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Alimul & Auliyah. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health Books.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: ECG
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi ke-
3. Jakarta: Salemba Medika