Anda di halaman 1dari 40

Batuan

Batuan adalah jenis bahan yag terdiri daripada mineral dan dikelaskan menurut komposisi
mineral.

Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling atas, yang tersusun oleh batuan dan mineral.
Induk segala batu adalah magma. Sedangkan magma adalah batuan cair dan pijar yang
bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral dan gas.

Lalu bagaimana siklus bebatuan itu? Mari kita lihat bagan perubahannya..

Nah pada gambar diatas saya akan menjelaskan proses perubahannya

 Magma ke Beku

Perubahan dari magma ke batuan beku harus mengalami pendinginan atau pembekuan.

 Beku ke Sedimen

Batuan beku akan mengalami pelapukan, tererosi, terhanyut dan terendapkan disuatu tempat.
Endapan hasil pengikisan disebut Sedimen.

 Sedimen ke Metamor

Keberadaan batuan beku dan sedimen ini tidak hanya diam. Melalui proses desakan, lipatan
atau patahan, membuat 2 batu ini muncul ke permukaan. Jika batuan mendapat tekanan
dengan suhu tinggi dari magma maka akan berubah menjadi metamorf.

 Metamorf ke Magma

3 batuan yang dijelaskan sebelumnya akan bercampur kembali lagi dengan magm cair dan
menjadi magma. Proses dari metamorf ke magma juga memerlukan suhu yang tinggi.

Lalu apasih batuan batuan diatas?

 Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan lava dan magma. Batuan yang
membeku sebelum magma keluar disebut batuan plutonik. Jika membeku di tengan
perjalanan disebut korok atau porfonik. Dan jika membeku ditengah perjalanan disebut
efusif.
Ciri-ciri batuan beku ;

1. Tidak mengandung fosil


2. Padat, mampat
3. Susunan sesuai pembentukan

Tekstur batuan beku ;

1. Feneritik (kristal)
2. Forfinitik (kristal besar)
3. Afanitik( halus)

 Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena pengendapan/ hasil pelapukan yang
dihanyutkan oleh air atau terbawa tiupan angin. Macam-macam batuan sedimen;

1. Klastik, terbentuk dari pengendapan


2. Non Klastik, terbentk dari proses presipitasi dari larutan
3. Organik, terbentuk dar gabungan sisa-sisa makhluk hidup

Ciri-ciri batuan sedimen;

1. Berlapis-lapis
2. Mengandung sisa jasad, cangkang binantang koral dan serat kayu

Contoh batuan sedimen;

Konglomerat, pasir, gampir, dan breksi.

 Batuan Metamorf

Batuan metamorf ini menyusun sebagian besar kerak bumi. Akibat dari bertambahnya
temperatur, batu sebelumnya berubah tekstur dan struktur.

Contoh;

1. Sabuk dari lempung


2. Marmer dari gamping
3. Kuarsit dari pasir

r
MATERI KEBUMIAN--ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN
2

1. ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN BEKU

Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu:

1. Mineral-mineral asam = Felsic-minerals = Nonferromagnesian silicates

�� Tersusun atas silika dan alumina, umumnya berwarna cerah

�� Kuarsa : colorless, kadang-kadang putih susu atau kelabu

�� Feldspar Ortoklas : putih kemerahan atau merah jambu

�� Feldspar Plagioklas : abu-abu, putih susu, menunjukkan gejala striasi

�� Muskovit : colorless sampai coklat muda, berupa lempengan-lempengan tipis

2. Mineral-mineral basa = Mafic-minerals = Ferromagnesian minerals

�� Tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, dan kalsium; umumnya berwarna

gelap

�� Biotit : coklat tua – hitam, berupa lempeng tipis

�� Piroksen : hitam – hijau tua, pendek-pendek, kristal bersisi 8

�� Hornblende : hitam – hijau, kristal bersisi 6, panjang

�� Olivin : kuning kehijauan

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Komposisi Mineral:

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat:

1. Kelompok Granit – Ryolit; berasal dari magma asam, terutama tersusun oleh

mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende, biotit,

muskovit dalam jumlah kecil.

2. Kelompok Diorit – Andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet,

terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan

kuarsa; biotit dan ortoklas dijumpai dalam jumlah kecil

3. Kelompok Gabro – Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan
terdiri dari mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.

4. Kelompok Ultrabasa; terutama tersusun oleh olivin dan piroksen. Plagioklas Ca

dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil.

Status Mineral dalam Batuan Beku:

1. Mineral Primer, merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku.

Mineral ini terdidi dari:

�� Mineral utama (essential minerals): yaitu mineral yang jumlahnya cukup

banyak (> 10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena

menentukan nama batuan.

�� Mineral tambahan (accesory minerals): yaitu minerl-mineral yang jumlahnya

sedikit (< 10%) dan tidak menentukan nama batuan, minsalnya: garnet,

leucite, hematit, magnetit, ilmenit, monazite.

2. Mineral Sekunder, merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer,

misalnya: kalsit, zeolit, epidot, clay mineral, epidote, klorit, pirit.

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

2. ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN SEDIMEN

Berdasarkan cara pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi dua golongan,

yaitu:

�� Batuan sedimen klastik: tersusun oleh klastika-klastika karena proses

pengendapan secara mekanis. Mineral penyusun batuan ini mempunyai resistensi

tinggi. Contohnya: kuarsa, biotit, hornblende, plagioklas, dan garnet.

�� Batuan sedimen non klastik: terbentuk karena proses pengendapan secara kimiawi

dan larutan maupun hasil aktivitas organinik. Contoh mineral penyusun: gypsum,

anhidrit, kalsit, halit.

Mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan sedimen adalah:

�� Kuarsa

�� Kalsit

�� Dolomit

�� Lempung: kaolinit, montmorilonit, hydromuscovite


�� Feldspar (ortoklas maupun plagioklas)

�� Siderit

�� Limonit

�� Gipsum

�� Kalsedon

�� Halit

3. ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN METAMORF

Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral yang

berasal dari batuan asalnya maupun mineral baru yang terbentuk akibat proses

metamorfosa, sehingga dapat digolongkan menjadi:

�� Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf seperti

kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin, hematit, dan

magnetit.

�� Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf,

seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, dolomit.

�� Mineral indeks batuan metamorf seperti:

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

�� Andalusit, berwarna coklat muda, prismatik, biasanya ditutupi oleh lapisan

mika,

�� Kianit, berwarna biru muda, bladed (prismatik),

�� Silimanit, berwarna coklat – hijau muda, prismatik,

�� Garnet, berwarna merah, hitam, hijau, bentuk kristal euhedral, isotropik, dapat

mengandung inklusi,

�� Staurolit, berwarna coklat tua, squat prismatik,

�� Kordierit, berwarna biru tua, prismatik,

�� Epidot

�� Klorit

�� dll
Sifat – Sifat Optik Mineral Dalam Batuan Metamorf Serta

Keterdapatannya dalam Batuan Metamorf

Mineral mineral dalam batuan metamorf turut mengalami kenaikan tekanan

dan suhu seiring dengan meningkatnya faktor tersebut dalam suatu peristiwa

metamorfisme. Komponen – komponen kimiawi yang menyusun suatu mineral dalam

batuan, pada akhirnya turut pula terpengaruh dengan pertambahan suhu dan tekanan

ini. Kondisi ini membawa perubahan pula pada sifat – sifat fisik mineral tersebut,

diantaranya adalah sifat optik mineral tersebut di bawah mikroskop polarisasi. Berikut

adalah sejumlah mineral – mineral yang terdapat dalam batuan metamorf, beserta

beberapa bagian dari sifat – sifat optiknya.

• Pada batuan metamorf yang terbentuk di bawah suhu rendah namun tekanan

tinggi pada fasies sanidinit, mempunyai kandungan silika yang sedikit.

Kebanyakan mineralnya yang mengandung sedikit kalsium silikat dan berasosiasi

dengan calcite, mempunyai kenampakan bening, indeks refraksi menengahtinggi,

biasanya menunjukkan kembaran lamelar, dan indeks dwi bias)

(birefringence) yang cukup tinggi. Mineral – mineral tersebut diantaranya :

1. Larnite (CaSiO4); α pada bidang {100} mempunyai sudut bidang kembaran 130.

2. Bredigite (Ca2SiO4); mempunyai kembaran pseudohexagonal, 2V = 300, tanda optik

= +.

3. Spurrite (CaCo3.2Ca2SiO4); 2V = 400, tanda optik = - .

4. Rankinite (Ca3Si2O7) ; 2V = 640, tanda optik = +, birefringence = 0.009.

5. Tilleyite (2CaCO3.Ca3Si2O7); 2V = 900.

6. Cuspidine [Ca4(F,OH)2Si2O7]; indeks refraksi relatif rendah, 1.60, dan

birefringence, 0.012.

7. Merwinite (Ca3MgSi2O8); dua set kembaran oblique, 2V = 700, tanda optik = +.

8. Monticellite (CaMgSiO4); seperti forsterite, namun dengan birefringence yang

lebih rendah, 0.011.

9. Melilite [Ca2(Al,Mg)Si,Al)2O7] ; uniaxial, tanda optik = -, tidak mempunyai

bidang kembaran.
Batuan yang biasanya mengandung mineral tersebut di atas adalah yang dihasilkan

dari metamorfisme kontak, pada fasies sanidinit, contohnya pada kontak antara flintbearing

chalk dengan leher intrusi batuan beku misalnya jenis diabase.

Wollastonite terdapat pada hornfels yang mengandung mineral diopside

bening, dan dapat dilihat pada pemeriksaan secara sepintas. Apabila diyakini

keberadaannya pada batuan, maka dapat dengan mudah kita pastikan dengan

pengukuran sudut pemadamannya (α pada bidang [001] = 340) dan sudut sumbu optik

(optic axial angle), serta tanda optiknya (2V = 35-400; tanda optik = -). Scapolite

memiliki kenampakan uniaxial dan negatif, mempunyai indeks refraksi rendah dan

birefringence yang cukup tinggi.

Plagioklas, albite, biasanya secara kasat mata tampak segar; mempunyai sifat

polimorf hasil metamorfisme pada suhu rendah (2Vγ ~ 760). Terdapat pada

metagraywacke, zona klorit tepatnya pada basis sekis pelitic.

Pada pelitic mica schist, muskovit mempunyai butir yang kasar, tipe phengitic,

bening, dan mempunyai sudut sumbu optik yang kecil (2Vα = 200 - 400).

Pada manganiferrous metacherts, mineral piedmontite terdapat dalam bentuk

prisma idioblastik ramping, yang memiliki elongasi paralel pada bidang {010} = β;

warna dan pleokroisme spectacular, α = canary yellow, β = pale amethyst, γ = berwarna

merah anggur tua/cenderung gelap.

Klorit pada batuan yang dihasilkan di fasies sekis hijau kebanyakan

mempunyai komposisi ferruginous prochlorite, dengan pleokroisme kuat, indeks refraksi

yang relatif tinggi (1.62 – 1.63), sudut sumbu optik yang kecil, tanda optik +, dan

warna interferensi kecokelatan sampai ungu.

Pada sekis biru, misalnya sekis glaukofan, mineral glaukofan dapat dikenali

dari pleokroismenya—α = kuning pucat – bening, β = violet atau biru lavender, γ = hijau

gelap. Mempunyai elongasi positif dan sudut pemadaman yang kecil γ Λ [001]. Crossite

mempunyai warna yang lebih gelap, dengan β = biru tua dan γ = biru violet (violet

blue), hampir uniaxial, dan secara optik negatif. Piroksennya, yakni ompachite,

berwarna hijau pucat, pleokroisme hampir tidak ada, dengan γ Λ [001] = 41 – 540, 2Vγ =

650 hingga 800.

Jadeite pada metagraywacke dapat ditentukan melalui birefringencenya yang


relatif rendah (γ – α = 0.012-0.015), 2Vγ sekitar 70-800, dispersi kuat, dan sudut

pemadaman γ Λ [001] sekitar 350.

Kyanite yang banyak terdapat pada garnet-mica schist, mempunyai orientasi

kuat, bidang schistosity nya pada {100}. Pada sayatan tipis yang dipotong sejajar

bidang schistosity nya, akan menunjukkan kenampakan bening, terdapat 2 belahan

berpotongan pada sudut 900, dan pemadaman inklinasi γ Λ z = 300.

Referensi : (Gilbert, C.M., et al, 1982, ‘Petrography, An Introduction To The Study Of Rock In

Thin Section’, 2nd edition, W.H. Freeman & Company, New York p. 491-550).

1. Batuan metamorf

A. Pendahuluan

Metamorfisme adalah proses perubahan mineralogi batuan pada kondisi padat

(solid), akibat perbedaan suhu dan tekanan pada kondisi tertentu dengan kondisi baru.

Proses ini diluar proses pelapukan dan diagenesa (Wingkler, 1967). Proses metamorfisme

ini berlangsung dalam kondisi isokimia. Batuan metamorf adalah batuan yang mengalami

proses metamorfisme.

B. Tipe Metamorfisme

Ditinjau dari setting geologi, tipe metamorfisme dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu metamorfisme yang terjadi secara lokal dan metamorfisme yang terjadi regional

(Wingkler, 1967).

• Metamorfisme secara lokal

Tipe metorfisme ini terbagi menjadi 2, yaitu

1. Metamorfisme kontak

Metamorfisme ini terjadi karena adanya intrusi magma. Karakter

metmorfisme ini yaitu tekanan rendah dengan suhu tinggi, sehingga jarang

ditemukan hasil metamorfisme tipe ini yang mempunyai orientasi. Hasil

metamorfisme jenis ini secara umum dikenal hornfels, dengan tekstur

hornfelsik yaitu batuan metamorf yang tersusun oleh pecahan ( splintery )

kristal berukuran halus. Luasan dari metamorfisme kontak sangat

tergantung dimensi dari intrusi magma, semakin besar dimensi maka

daerah pengaruh akan semakin lebar.


2. metamorfisme kataklastik

Metamorfisme ini terjadi di sepanjang zona sesar ( shear zone ). Karakter

tipe metamorfisme ini yaitu tekanan tinggi dengan suhu rendah. Tekanan

dihasilkan oleh gerusan antar batuan. Perubahan kimia tidak terjadi secara

signifikan. Tekstur yang dihasilkan berupa mylonytict.

• Metamorfisme secara regional

Tipe metamorfisme ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu metamorfisme regional

dinemotermal dan metamorfisme burial.

1. Metamorfisme regional dinamotermal

Metamorfisme ini terjadi secara luas dan berasosiasi dengan proses

orogenesa ( misalnya pembentukan pegunungan ). Karakter tipe

metamorfisme ini yaitu suhu tinggi dan tekanan tinggi. Daerah dengan

metamorfisme tipe ini berada sepanjang jalur orogenesa atau zona

penunjaman. Tekanan tinggi dihasilkan dari proses penunjaman dan suhu

tinggi dihasilkan dari friksi antar lempeng dan juga magma yang dihasilkan

baik oleh peleburan sebagian ( patial melting ) atau berasal dari mantel.

Pengaruh tekanan dan suhu tersebut meningkat secara menerus dari zona 1

yang paling dangkal ke zona lainnya yang lebih dalam. Batuan yang

dihasilkan dari proses ini menunjukkan efek kuat dari tekanan searah, yaitu

berupa struktur foliasi.

2. Metamorfisme burial

Metamorfisme tipe ini terjadi karena pembebanan batuan sedimen atau

batuan volkanik pada suatu cekungan. Suhu pada metamorfisme ini

berkisar antara 400° - 450° C. Perubahan tekstur batuan tidak banyak

berubah secara megaskopis, tetapi secara mikroskopis perubahan akan

dapat diamati.

C. Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf secara umum dibagi menjadi dua yaitu tekstur

kristaloblastik dan tekstur sisa (relict).

• Tekstur kristaloblastik
Merupakan tekstur yang terbentuk oleh proses metamorfisme. Tekstur ini sudah

berbeda dengan tekstur batuan asalnya ( protolith ).

Macam – macam tekstur kristaloblastik :

- Lepidoblastik, adalah tekstur batuan metamorf dengan mineral – mineral penyusun

berbentuk tabular.

- Nematoblastik, adalah tekstur batuan metamorf dengan mineral – mineral

penyusun berbentuk prismatik.

- Granoblastik – granular, dalam tekstur ini tersusun oleh butiran yang relatif

equidimensional (granular) dengan batas kristal suture ( jackson, 1970 ).

- Granuloblastik, tekstur ini tersusun oleh butiran yang ralatif equidimensional

(granular) dengan batas kristal unsuture.

- Granoblastik – polygonal,

- Dekusat, tekatur granoblastik dengan individu kristalnya cenderung berbentuk

subidioblastik, prismatik dan tersusun secara acak.

- Porpiroblastik, tektur dengan mineral besar di dalam mineral kecil

- Tekstur mortar, tektur batuan metamorf akibat penggerusan

• Tekstur sisa ( relict )

Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih memperlihatkan tekstur batuan

asalnya. Penamaan tekstur ini menambahkan kata Blasto - .

Bentuk butir

• Idioblastik, kristal dibatasi oleh bidangnya sendiri ( seperti euhedra pada batuan beku

).

• Hypidioblastik, sebagian bidang batas kristal adalah bidang batas kristal lainnya (

seperti subhedra pada batuan beku ).

• Xenoblastik, seluruh bidang batas kristal adalah bidang batas kristal lainnya ( seperti

anhedra pada batuan beku ).

D. Struktur

Struktur batuan metamorf terbagi menjadi dua jenis yaitu struktur foliasi dan struktur

nonfoliasi.

• Struktur foliasi
Struktur foliasi adalah struktur batuan metamorf yang menampakkan penjajaran

mineral mineral.

- Slaty cleavage

Merupakan struktur foliasi planar yang dijumpai sebagai bidang – bidang belah.

- Phylitic

Merupakan struktur foliasi dengan tingkat rekristalisasi lebih kasar daripada slaty

cleavag

- Schystossis

Merupakan struktur foliasi yang terdiri dari perulangan mineral pipih ( missal

muskovit, klorit ) dengan mineral granular ( missal kuarsa, feldspar ) dengan mineral

pipih bersifat menerus. Struktur ini disebut juga closed schystossis.

- Gneissose

Merupakan struktur foliasi dengan kenampakan berupa perulangan mineral pipih

dengan mineral granular. Foliasi tidak menerus dan terpotong oleh kristal granular.

Strukur ini disebut juga sebgai struktur open schystossis.

• Struktur nonfoliasi

Struktur ini tidak menunjukkan adanya penjajaran mineral – mineral dalam batuan

metamorf.

- Hornfelsic Yaitu struktur non foliasi, tersusun oleh mineral – mineral

ekuidimensional, berbentuk mozaik.

- Mylonitic Struktur dengan ukuran butir halus, matriks tergerus, gores – gores

garis kuat, terdapat kenampakan seperti mata ( augen ).

Phylonitic Gejala dan kenampakan seperti mylonitic, mulai terjadi rekristalisasi

PENGELOMPOKAN MINERAL

1. PENGGOLONGAN MINERAL

Berdasarkan kandungan unsur kimianya mineral-mineral pembentuk batuan dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok ,antara lain:

1. Mineral Native (mineral unsur tunggal)

2. Mineral Sulfida
3. Mineral Oksida & Mineral Hidroksida

4. Mineral Halida/Halogenida

5. Mineral Karbonat, Nitrat & Borat

6. Mineral Sulfat

7. Mineral Fosfat

8. Mineral Silikat

A. MINERAL NATIVE

Mineral dalam kelompok ini hanya tersusun oleh unsur tunggal (native

element). Unsur-unsur yang ada di alam selain unsur gas dapat pula dibagi

menjadi unsur logam, transisi dan nonlogam. Contoh mineral native :

• Unsur logam : emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu)

• Unsur transisi : As, Bi

• Unsur nonlogam : belerang (S), grafit dan intan (C)

B. MINERAL SULFIDA

Sebagian besar mineral bijih termasuk dalam kelompok mineral sulfida.

Contoh mineral sulfida :

• Argentit (Ag2S)

• Kalkosit (Cu2S)

PENGELOMPOKAN MINERAL

• Galenit (PbS)

• Spalerit (ZnS)

• Kalkopirit (CuFeS2)

• Pirotit (FeS)

• Covelit (CuS)

• Cinnabar (HgS)

• Pirit (FeS2)

• Cobaltit (CoAsS)

C. MINERAL OKSIDA & HIDROKSIDA

Beberapa mineral oksida memiliki arti ekonomis yang penting, misalnya


mineral hematit, magnetit, kromit, kasiterit dan bauksit. Contoh mineral oksida

dan hidroksida antara lain :

1) Oksida

• Es (H2O)

• Cuprit (Cu2O)

• Korundum (Al2O3)

• Hematit (Fe2O3)

• Ilmenit (FeTiO3)

• Chrysoberil (BeAl2O4)

• Kasiterit (SnO2)

• Rutil (TiO2), dll.

2) Hidroksida

• Diaspore (AlO(OH))

• Goethit (FeO(OH))

• Manganit (MnO(OH))

• Limonit (FeO(OH). nH2O)

• Bauksit (Al(OH).nH2O), dll.

PENGELOMPOKAN MINERAL

D. MINERAL HALIDA/HALOGENIDA

Mineral tersebut tebentuk dari persenyawaan antara unsur logam dengan

unsur halogen seperti fluorin, chlorin, bromin dan iodin. Contoh mineral :

• Sylvit (KCl)

• Ceragyrit (AgCl)

• Halit (NaCl)

• Fluorit (CaF2), dll.

E. MINERAL KARBONAT, NITRAT & BORAT

Mineral karbonat merupakan mineral yang tersusun oleh persenyawaan unsur

logam dengan gugus karbonat (CO3

2-). Contoh mineral karbonat :


• Kalsit (CaCO3)

• Dolomit ((Ca, Mg)(CO3)2)

• Magnesit (MgCO3)

• Azurit (Cu2(CO3)2 (OH)2), dll.

Mineral nitrat tersusun oleh persenyawaan unsur logam dengan gugus nitrat

(NO3

-). Contoh mineral nitrat :

• Soda niter (NaNO3)

• Niter (KNO3)

Mineral borat tersusun oleh persenyawaan unsur logam dengan gugus borat.

Contoh mineral nitrat :

• Borachit (Mg7Cl2B16O30)

• Boraks (Na2B4O7.10H2O), dll

F. MINERAL SULFAT

PENGELOMPOKAN MINERAL

Mineral sulfat meskipun banyak jumlahnya, namun hanya sedikit yang

terdapat secara umum. Contoh mineral sulfat :

• Barit (BaSO4)

• Anhidrit (CaSO4)

• Celestit (SrSO4)

• Gypsum (CaSO4.2H2O)

• Angelsit (PbSO4), dll.

G. MINERAL FOSFAT

Sebagian besar mineral ini terdiri atas fosfat, tetapi keterdapatannya jarang.

Mineral fosfat yang paling umum ditemui adalah apatit. Contoh mineral fosfat :

• Apatit (Ca5(F,Cl)(PO4)3)

• Monazit ((Ca,La,Di)PO4)

• Turquois (Al2(OH)3PO4.H2O)

• Lazulit (MgAl2(OH)2(PO4)2), dll.

H. MINERAL SILIKAT

Mineral silikat merupakan mineral pembentuk batuan yang paling umum


dijumpai dan keterdapatannya sangat melimpah. Mineral tersebut mengandung

gugus silikat yang berikatan dengan unsur lainnya. Contoh mineral silikat :

• Kuarsa (SiO2) dan varietasnya: amethyst, carnelian, krisopras, bloodstone,

agate,onyx, flint, chert, jaspis, dll.

• Plagioklas ((Na,Ca)AlSi3O8)

• Ortoklas (KalSi3O8)

• Hornblende (Ca2(Mg,Fe)4Al(OH)2(AlSi7O22))

MATERI
• Biotit (K(Mg,Fe)3(OH)2AlSi3O10)

OSN KEBUMIAN
DINAMIKA PERUBAHAN LITOSFER DAN PEDOSFER SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN DI BUMI

Lapisan kulit bumi sering disebut litosfer. Berasal dari kata litos artinya batu, sfeer atau
sphaira artinya bulatan. Jadi litosfer adalah lapisan kerak bumi atau kulit bumi yang terdiri
dari batu2an yang keras dan tanah, sedangkan tanah itu sendiri berasal dari batuan yang
melapuk. Batu2an pembentuk lapisan kerak bumi ini banyak mengandung mineral2 yang
berbentuk Kristal dan hablur. Selain itu ada juga beberapa jenis logam.
Tebal kulit bumi tidak merata. Kulit bumi di bagian benua/daratan lebih tebal daripada di
bawah samudera. Bumi tersusun atas beberapa lapisan :

1. Barisfer, yaitu lapisan inti bumi merupakan bahan padat yang tersusun atas lapisan
nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi). Jari2nya ± 3.470 km dan batas luarnya ±
2.900 km di bawah permukaan bumi.
2. Asthenosfer (Mantle), adalah lapisan pengantara yaitu lapisan yang terdapat di atas
barisfer setebal ± 1.700 km. berat jenisnya rata2 5 gr/cm3, merupakan bahan cair
bersuhu tinggi dan berpijar.
3. Litosfer, yaitu lapisan yang terletak di atas asthenosfer, dengan ketebalan ± 1.200 km.
berat jenisnya rata2 2,8 gr/cm3. Litosfer terdiri atas 2 bagian :

a) Lapisan Sial, yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
aluminium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Dalam lapisan ini terdapat batuan
antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan batuan metamorf. Lapisan sial disebut juga
lapisan kerak bersifat padat dan kaku memiliki ketebalan ± 35 km. kerak ini dibagi menjadi
dua bagian yakni :

 Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan beku granit pada
bagian atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Kerak ini yang
menempati sebagai benua.
 Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri atas endapan di laut pada
bagian atas, kemudian di bawahnya terdapat batu2an vulkanik dan lapisan yang paling
bawah tersusun atas batuan beku gabro dan peridotit. Kerak ini menempati sebagai
samudera.

b) Lapisan Sima, yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan ini mempunyai berat jenis yang
lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium, yaitu mineral
ferromagnesium dan batuan basalt. Lapisan sima merupakan bahan yang bersifat elastis dan
mempunyai ketebalan rata2 65 km.

Batuan kulit bumi dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :


1) Batuan Beku.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang mendingin menjadi padat.
Berdasarkan tempat pendinginannya ada 3 macam batuan beku, yaitu :
a) Batuan Beku Dalam.
Batuan ini disebut juga batuan beku plutonis (batuan beku abyssis), terjadinya jauh di bawah
permukaan bumi, berasal dari magma yang mendingin. Pendinginan sangat lambat, sehingga
berlangsungnya proses kristalisasi sangat leluasa. Oleh karena itu, batuan beku dalam terdiri
atas kristal2 penuh, mempunyai struktur (susunan) holokristalin atau granitis. Contohnya :
batu garanit, diorite, gabro dan seynit.
b) Batuan Korok.
Batuan ini terbentuk di dalam korok2 atau gang2 di dalam kulit bumi. Karena tempatnya
dekat permukaan, pendinginannya lebih cepat. Itulah sebabnya batuan ini terdiri dari Kristal
besar, Kristal kecil, dan bahkan ada yang tidak mengkristal, yaitu bahan amorf. Contohnya :
granit porfir dan diorite porfirit.
c) Batuan Leleran/Beku Luar.
Batuan ini terbentuknya di luar kulit bumi, sehingga turunnya temperatur cepat sekali. Zat2
dari magma hanya dapat membentuk kristal2 kecil, dan sebagian ada yang sama sekali tidak
dapat mengkristal. Contohnya : liparit dan batu apung.
2) Batuan Sedimen atau Batuan Endapan.
Bila batuan beku lapuk, bagian2nya yang lepas mudah diangkut oleh air, angin, atau es dan
diendapkan di tempat lain. Batuan yang mengendap ini disebut batuan sedimen. Batuan ini
mula2 lunak, tetapi lama-kelamaan menjadi keras karena proses pembatuan.
Dilihat dari perantaranya batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Batuan Sedimen Aeris atau Aeolis.
Pengangkut batuan ini adalah angin, contohnya : tanah los, tanah turf, dan tanah pasir di
gurun.
b. Batuan Sedimen Glasial.
Pengangkutan batuan ini adalah es. Contohnya : moraine (moraine).
c. Batuan Sedimen Aquatis.
Pegangkutan batuan ini adalah air. Contohnya :

 Breksi (Brecci) adalah batuan sedimen yang terdiri dari batu2an yang bersudut tajam
yang sudah melekat satu sama lain.
 Konglomerat adalah batuan sedimen yang terdiri dari batu2an yang bulat2 yang
sudah melekat satu dengan yang lainnya.
 Batu Pasir adalah batuan sedimen yang berbutir-butir dan melekat satu sama lain.
Dilihat dari tempat pengendapannya ada 3 macam batuan sedimen, yaitu :

1. Batuan Sedimen Lakustre.

Adalah batuan sedimen yang diendapkan di danau. Contohnya : turf danau, tanah liat danau.
2. Batuan Sedimen Kontinental.
Adalah batuan batuan sedimen yang diendapkan di daratan. Contohnya : tanah los, tanah
gurun pasir.
3. Batuan Sedimen Marine.
Adalah batuan sedimen yang diendapkan di laut. Contohnya : lumpur biru di pantai, endapan
radiolarian di laut dalam dan lumpur merah.
3) Batuan Metamorf (Batuan Malihan).
Batuan ini merupakan batuan yang telah mengalami perubahan yang dahsyat secara kimiawi.
Asalnya dapat dari batuan beku atau batuan sedimen.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Batuan Metamorf Kontak
Batuan ini terjadi akibat suhu yang sangat tinggi. Biasanya terletak dekat dengan dapur
magma. Contohnya : marmer, dan batu bara.
b. Batuan Metamorf Dynamo.
Batuan ini terjadi karena tekanan yang tinggi dan dalam waktu yang lama, disebut juga
metamorf kinetis. Contohnya: batu asbak, antrasit, schist dan shale.
c. Batuan Metamorf Pneumatolitis Kontak.
Terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi dan mendapat tambahan gas lain pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Contohnya, batu permata dan topas.

Unsur2 yang Terdapat dalam kerak Dan Kulit Bumi :


BANYAKNYA
NAMA UNSUR
(%)
OksigenSilikonAluminium Ferrum 46,60
(besi) 27,72
Kalsium 8,13
Natrium 5,00
Kalium 3,63
Magnesium 2,83
2,59
2,09
JUMLAH 98,59
Untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung di dalam suatu batuan dipergunakan 2
cara, yaitu :

1. Mengenal mineral secara fisik.

Dalam hali ini dipergunakan sifat2 fisik mineral tersebut, diantaranya

 Warna
 Kilap
 Tembusnya cahaya
 Bentuk Kristal
 Bentuk belahan
 Kekerasan
 Berat jenis
 Reaksi terhadap zat yang asam
 Kemagnetan

2. Mengenal mineral secara kimia.


Secara kimia ini mempergunakan pedoman pada unsur2 yang terkandung pada batuan,
seperti :

 Mineral murni
 Logam yaitu emas, perak, besi
 Bukan logam yaitu belerang, intan, grafit
 Setengah logam yaitu bismuth.
 Senyawa dengan sulfida
 Senyawa dengan oksida
 Senyawa dengan halida
 Senyawa dengan karbonat
 Senyawa dengan fosfat
 Senyawa dengan silikat

MACAM-MACAM BENTUK MUKA BUMI

 Sebagai akibat dari tenaga eksogen dan endogen, maka terbentuklah perbedaan
ketinggian permukaan bumi, yang dikenal dengan sebutan relief. Relier permukaan
bumi terdiri atas dua macam, yaitu :
a. Relief daratan, terdiri atas :
 Gunung, yaitu daerah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, dan ditandai dengan
adanya puncak, lereng, dan kaki gunung.
 Lembah, yaitu daerah ledokan/lebih rendah dari tempat sekitarnya dan berda di bawah
kaki gunung.
 Pegunungan, yaitu rangkaian beberapa gunung, bentuknya memanjang. Contohnya
pegunungan bukit barisan di pulau sumatera.
 Bukit, yaitu sejenis pegunungan yang tingginya antara 200 sampai 300 meter. Bukit
yang berkelompok disebut perbukitan.
 Pematang, yaitu suatu perbukitan atau pegunungan yang puncaknya berderet apabila
didaki dari puncak yang satu ke puncakyang lain tidak perlu sampai ke kakinya.
 Cekungan, yaitu bentuk muka bumi yang cekung yang umumnya dikelilingi oleh
gunung atau pegnungan .
 Lereng, yaitu suatu medan atau daerah permukaan tanah yang letaknya miring, tidak
horizontal dan tidak vertikal.
 Plato atau Plateau, bentuk permukaan bumi ini merupakan dataran tinggi dengan
bagian atas relative rata dan telah mengalami erosi. Misalnya, Plato Dieng di Jawa
Tengah, dan Plato Madi di Kalimantan.
 Dataran Rendah, yaitu daerah datar yang berada pada ketinggian kurang dari 200 m
dari permukaan laut.
 Dataran Tinggi, yaitu daerah datar yang berada pada ketinggian lebih dari 200 m dan
berciri sejuk.
 Depresi, adalah bagian permukaan bumi yang mengalami penurunan. Bentuk depresi
yang memanjang disebut slenk, sedangkan yang membulat disebut basin. Misalnya,
Depresi Jawa Tengah dan Lembah Semangka.
 Ngarai (Canyon), yaitu lembah yang dalam dan sempit dengan lereng yang curam,
misalnya ngarai sianok di Sumatera Barat.
 Pantai, adalah bagian dari darat yang terdekat dengan laut. Garis pantai adalah garis
batas antara laut dan darat. Tepi pasir atau pesisir adalah bagian dari darat yang
tergenang air ketika pasang naik dan kering ketika surut. Daratan yang terletak di tepi
laut disebut pantai. Di daerah pantai dikenal berbagai bentuk muka bumi sebagai
berikut :

1) Teluk, yaitu laut yang menjorok ke daratan.


2) Tanjung atau ujung, yaitu daratan yang menjorok ke laut. Ujung yang sangat panjang
dinamakan jazirah atau semenanjung.
3) Delta, tanah endapan di muara sungai.
4) Gosong, pulau yang tergenang ketika laut pasang dan muncul ke permukaan ketika air
laut surut disebut gosong (gosong pasir).

b. Relief Dasar Laut, terdiri atas :


1. Palung Laut (trog), yaitu ledokan atau celah yang sangat dalam, berada di dasar laut.
Contoh : PalungMindano di Filipina.
2. Lubuk Laut (basin atau bekken), merupakan celah yang sangat dalam di dasar laut dan
bentuknya agak bulat. Terjadi karena tenaga tektonik, sehingga dasar laut turun.
Contoh : lubuk laut sulu di Sulawesi.
3. Punggung Laut, merupakan bukit yang terdapat di dasar laut dan sebagian yang ada di
atas permukaan air laut merupakan pulau. Contoh : punggung laut siboga, Snellius,
obi, dammar, nila, dan seram.
4. Ambang Laut (drempel), yaitu dasar laut yang mencuat memisahkan satu perairan
dengan perairan lain, contoh : ambang laut Sulawesi.
5. Gunung Laut, yaitu gunung yang muncul dari dasar laut, contoh : gunung Krakatau.
6. Shelf (laut dangkal/paparan), yaitu laut dangkal yang kedalamannya kurang dari 200
m. contohnya : paparan sahul, paparan sunda.
7. Laut Dalam, yaitu laut yang kedalamannya lebih dari 200 m, misalnya laut banda.
8. Pulau Koral/Pulau Karang (Terumbu), adalah dasar laut yang sebagian atau
semuanya terdiri atas karang.

Tenaga yang mengubah bentuk permukaan bumi terdiri dari tenaga endogen dan eksogen.
A. Tenaga Endogen

merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga ini dapat memberi bentuk relief di
permukaan bumi. Tenaga endogen ada yang mempunyai sifat membangun dan ada yang
mempunyai sifat merusak. Tetapi secara umum tenaga endogen bersifat membangun. Tenaga
endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya pergerakan kerak bumi.
Pergerakan ini disebut diastropisme. Adanya tenaga endogen menyebabkan terjadinya
pergeseran kerak bumi. Pergeseran kerak bumi akan menjadikan permukaan bumi berbentuk
cembung, seperti pegunungan atau gunung berapi, serta berbentuk cekung, seperti laut dan
danau. Adapun yang termasuk tenaga endogen meliputi :
1. Vulkanisme
Yang dimaksud dengan vulaknisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan naiknya
magma dari dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu2an dalam keadaan cair, liat
serta sangat panas. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya
gas yang terkandung di dalamnya. Magma ini dapat berbentuk gas, padat dan cair.
Intrusi magma, adalah aktivitas magma di dalam lapisan litosfera, memotong atau menyisip
litosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma disebut juga plutonisme.
Ekstrusi magma adalah kegiatan magma yang mencapai permuakaan bumi. Ekstrusi magma
merupakan kelanjutan dari intrusi magma.
Dilihat dari bentuk dan terjadinya, ada 3 macam gunung api, yaitu :
a) Gunung Api Maar.
Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan eksplosif. Bahannya
terdiri dari efflata. Contohnya gunung lamongan di Jawa Timur.
b) Gunung Api Kerucut (Strato).
Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan effusif, secara bergantian.
Bahannya berlapis-lapis, sehingga disebut lava gunung api strato. Jenis ini yang terbanyak
terdapat di Indonesia.
c) Gunung Api Perisai (Tameng).
Bentuknya seperti perisai, terjadi karena lelehan maupun cairan yang keluar dan membentuk
lereng yang sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair sekali. Sudut kemiringan lereng antara
1o – 10o. contohnya Gunung Maona Loa dan Kilanca di Hawaii.

Kuat atau lemahnya ledakan gunung api tergantung dari : tekanan gas, kedalaman dapur
magma, luasnya sumber/dapur magma, dan sifat magma (cair/kental).
Menurut aktivitasnya, gunung api dapat dibagi menjadi 3 gologan, yaitu :
1. Gunung Api Aktif, yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya selalu
mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Misalnya gunung Stromboli.
2. Gunung Api Mati, yaitu gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi.
Misalnya gunung patuha, gunung sumbing, dan sebagainya.
3. Gunung Api Istirahat, yaitu gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian
istirahat kembali, misalnya gunung ciremai, gunung kelud, dan sebagainya.

Bagian2 dari gunung berapi terdiri atas :

1. Kaldera, ialah kawah kepundan yang amat besar, luas, dan bertebing curam yang ada
di puncak gunung berapi. Kaldera terjadi sewaktu gunung api meletus dengan hebat
dan sebagian dari puncak gunung api itu terbang/gugur ke dalam pipa kawah.
2. Saluran Diaterma (Saluran Kepundan), yaitu lubang besar yang berbentuk pipa
panjang dari puncak ke sumber magma tempat mengalirnya magma keluar
permuakaan bumi.
3. Dapur Magma, yaitu tempat/pusat/sumber dari kumpulan magma yang merupakan
panas dari kerak bumi berada.
4. Sill, adalah magma yang masuk diantara dua lapisan bahan sedimen dan membeku
(intrusi datar).
5. Lakolit, adalah magma yang masuk diantara batuan sedimen dan menekan ke atas
sampai bagian atas cembung dan bagian bawah datar.
6. Batolit, adalah magma yang menembus lapisan batu2an dan membeku di tengah
jalan.
7. Gang, yaitu batuan dari intrusi magma yang memotong lapisan batuan yang
berbentuk pipih atau lempeng.
8. Apofisa, yaitu cabang dari erupsi korok (gang).
Bahan2 yang dikeluarkan oleh gunung berapi, antara lain :

1. Efflata (Benda Padat).

Menuru asalnya efflata dibagi 2 yakni : efflata allogen : berasal dari batu2an sekitar pipa
kawah yang ikut terlempar, dan efflata antogen: berasal dari magma sendiri atau disebut juga
pyroclastic. Menurut ukuran, efflata dibedakan atas : bom yaitu batu2an besar, lapili yaitu
batu2an sebesar kacang/kerikil, pasir, debu, dan batu apung.
2. Bahan Cair.
Terdiri atas :
a) Lava, yaitu magma yang telah sampai di luar.
b) Lahar Panas, berupa lumpur panas mengalir yang terjadi dari magma yang bercampur
air.
c) Lahar Dingin, yaitu lumpur magma yang telah mendingin.
3. Ekshalasi (Bahan Gas).
Terdir atas :
a) Solfatar, yaitu gas belerang (H2S) yang keluar dari dalam lubang.
b) Fumarol, yaitu uap air.
c) Mofet, yaitu gas asam arang (CO2).
Gunung merapi yang sedang meletus sangat berbahaya karena mengeluarkan :
a) Banjir lahar.
b) Banjir lava
c) Gelombang pasang.
d) Awan emulsi.
Manfaat2 gunung api, antara lain :

1. Menyuburkan tanah.
2. Dapat mendatangkan hujan.
3. Memperluas daerah pertanian karena semburan dan vulkanik
4. Memperbanyak jenis tanaman budi daya.
5. Menyebabkan letak mineral (barang tambang) dekat dengan permukaan tanah.
6. Menjadi tempat pariwisata dan sanatorium, karena udaranya yang sejuk.
7. Dapat dimanfaatkan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik (geothermal).

Peristiwa post vulkanis adalah peristiwa yang terdapat pada gunung berapi yang sudah mati
atau yang telah meletus. Yang termasuk perisitiwa pos vulkanis adalah :

1. Makdani, adalah mata air mineral yang biasanya panas. Mata air ini biasanya dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan, khususnya penyakit kulit.
2. Geyser, adalah mata air yang memancarkan air panas secara periodik. Ada yang
memancar setiap jam, satu hari, sampai satu minggu. Tinggi pancarannya dapat
mencapai 10 – 100 meter.

Peristiwa mengalirnya magma keluar permukaan bumi disebut dengan erupsi. Berdasarkan
kekuatan letusannya, erupsi gunung berapi dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu :

1. Erupsi Effusif, yaitu erupsi yang terjadi dengan sangat lemah, tidak menimbulkan
ledakan2.
2. Erupsi Eksplosif, yaitu erupsi yang erjadi dengan sangat kuat, disertai dengan
ledakan2 dahsyat.
3. Erupsi Campuran, kekuatan erupsi campuran tidak sekuat erupsi eksplosif, namun
lebih kuat dari erupsi effusif.

Berdasarkan bentuk dan lokasi dari tempat keluarnya magma, erupsi dapat dibedakan
menjadi :

1. Erupsi Vent (Erupsi Sentral).

Pada erupsi jenis ini, magma keluar melalui pipa kepundan gunung api dan jangka waktu
erupsinya pendek.
2. Erupsi Linear (Fissure Eruption).
Erupsi jenis ini tidak melalui lubang kepundan gunung berapi, melainkan keluar meleleh
lewat retakan2 kerak bumi.
3. Erupsi Areal.
Yaitu magma keluar melalui lubang yang besar, karena magma terletak sangat dekat dengan
permukaan bumi sehingga magma menghancurkan dapur magma yang menyebabkan magma
meleleh keluar ke permukaan bumi. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika
Serikat yang luasnya 10.000 km2.
Di Indonesia terdapat beberapa deretan pegunungan, yaitu:

1. Deretan pegunungan Sunda, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Pulau
Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku Selatan dan berakhir di Pulau Banda.
2. Deretan Sirkum Australia, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Australia,
ujung timur Pulau Irian, masuk melalui bagian tengah Irian dengan puncak tertinggi
Jayawijaya.
3. Deretan pegunungan Sangihe, yaitu deretan pegunungan yang membujur dari
Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), masuk ke Minahasa, Teluk Gorontalo (dengan
Gunung Una-Una yang sering meletus) hingga Sulawesi Selatan.
4. Deretan Pegunungan Halmahera, yaitu deretan pegunungan yang berderet mulai dari
Pulau Talaut, Pulau Maju dan Tifor di Maluku Utara, masuk ke Halmahera serta
Pulau Ternate dan Tidore, berbelok ke timur hingga Kepala Burung
5. Deretan Pegunungan Kalimantan, deretan ini bermula dari Pulau Palawan (Filipina)
kemudian masuk ke Kalimantan.

2. Seisme (Gempa Bumi)


Gempa bumi adalah getaran pada permukaan kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan2 dari
dalam bumi. Timbulnya getaran ini dikarenakan adanya retakan atau dislokasi pada kulit
bumi. Jika terjadinya getaran karena adanya retakan di dasar laut, yang kemudian merambat
melalui air laut, maka terjadilah gempa laut yang dapat menggoncangkan kapal2 dan
menimbulkan gelombang pasang yang mencapai puluhan meter tingginya. Peristiwa ini
disebut dengan tsunami.
Dilihat dari intensitasnya ada 2 macam jenis gempa yaitu :

1. Macroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa
menggunakan alat.
2. Microseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dpat diketahui
dengan menggunkan alat perekam.

Hal ikhwal mengenai gempa bumi perlu diselidiki agar akibat yang ditimbulkannya dapat
diramalkan dan upaya penanggulangannya dapat dilakukan. Ilmu yang mempelajari gempa
bumi, gelombang2 seismik serta perambatannya disebut seismologi.
Dalam kajian seismologi di perluakan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting adalah
seismograf atau alat untuk mencatat gempa. Ada 2 macam seismograf, yaitu :

1. Seismograf Horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
horizontal.
2. Seismograf Vertikal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
vertikal.

Gambar : Seismograf
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat
oleh seismograf dengan menggunakan skal Richter. Skala ini ini dibuat oleh Charles F.
Richter pada tahun 1935.

Sumber gempa di dalam bumi disebut dengan Hiposentrum. Dari hiposentrum ini di teruskan
ke segala arah. Tempat hiposentrum ini ada yang dalam sekali, dan ada yang dangkal. Di
Indonesia terdapat hiposentrum yang dalamnya lebih dari 500 km, contohnya di bawah laut
Flores ± 720 km.
Pusat gempa pada permukaan kulit bumi di atas hiposentrum disebut dengan Episentrum.
Kerusakan yang terbesar terdapat di sekitar episentrum.

Daerah2 yang mengalami gempa dapat dibuat peta. Pada peta tersebut ada beberapa macam
garis,yaitu :
1. Homoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang pada saat yang sama
mengalami getaran gempa.
2. Isoseiste, yaitu garis yang menghubungkan tempat2 yang dilalui oleh gempa yang
sama intensitasnya.
3. Pleistoseiste, yaitu garis yang menggelilingi daerah yang mendapat kerusakan
terhebat dari gempa bumi.

Gempa bumi merambat melalui 3 macam getaran, yaitu :

1. Getaran Longitudinal (Merapat Merenggang).

Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi, kecepatan
getarannnya sangat cepat, hingga mencapai 7 sampai 14 km per jam. Getaran ini datangnya
paling awal da merupakan getaran pendahuluan yang pertama, itulah sebabnya disebut juga
getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
2. Getaran Transversal (Naik-Turun)
Getaran ini asalnya juga dari hiposentrum dan bergerak juga melalui dalam bumi. Kecepatan
getaran ini antara 4 sampai 7 km per jam. Getaran ini datang setelah getaran longitudinal dan
merupakan getaran pendahuluan kedua yang disebut getaran sekunder.
3. Getaran Gelombang Panjang.
Getaran ini asalnya dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan
getaran ini antara 3,8 sampai 3,9 km per jam. Getaran ini datangnya paling akhir, tetapi
merupakan getaran pokok. Getaran ini yang menimbulkan kerusakan.

KLASIFIKASI GEMPA
Kita dapat membedakan macam2 gempa bumi berdasarkan :

1. Hiposentrum gempa atau jarak pusat gempa yaitu :

 Gempa Dalam, jika hiposentrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan


bumi.
 Gempa Intermidier, jika hiposentrumnya terletak antara 100-300 km di bawah
permukaan bumi.
 Gempa Dangkal, jika hiposntrumnya terletak dari 100 km di bawah permukaan bumi.

2. Atas dasar bentuk episentrumnya, dibedakan :

 Gempa Linier, jika episentrumnya berbentuk garis. Contohnya gempa tektonik karena
bentuknya bisa berupa daerah patahan.
 Gempa Sentral, jika episentrumya berbentuk titik. Contohnya gempa vulkanik atau
gempa runtuhan.

3. Atas dasar letak episentrum gempa, dibedakan atas :

 Gempa Laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut.


 Gempa Daratan, jika episentrumnya di daratan.

4. Atas dasar jarak episentral, gempa dibedakan atas :

 Gempa Setempat, jika jarak tempat gempa terasa sampai ke episentralnya kurang dari
10.000 km.
 Gempa Jauh, jika episentral dan tempat gempa terasa berjarak sekitar 10.000 km
 Gempa Sangat Jauh, jika episentral dan tempat gempa terasa lebih dari 10.000 km.

5. Atas dasar peristiwa yang menyebabkan gempa, dapat dibedakan atas :

 Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi, yaitu gempa yang terjadi setelah terjadinya
dislokasi atau karena gerakan lempeng. Gempa inilah yang dapat berakibat parah,
terutama jika jarak hiposentrumnya dangkal.
 Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi sebelum, pada saat dan sesudah peristiwa
letusan gunung api.
 Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhya bagian atas litosfer, karena
bagian sebelah dalam bumi berongga. Misalnya gempa di daerah kapur.
 Gempa Buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Misalnya
gempa yang terjadi akibat ledakan dinamit yg di gunakan untuk membuat gua/lubang
untuk kegunaan penggalian atau pertambangan.

Untuk menentukan letak episentrum caranya sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf. Cara ini dengan menggunakan 3


seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atu seismograf horizontal yang berarah
utara dan selatan sedang satu lagi seismograf berarah timur dan barat.
2. Dengan menggunakan 3 tempat yang terletak satu homoseiste. Cara ini dengan
menggunakan seismograf di 3 tempat yang merasakan getaran gempa pada saat yang
sama. Pertama-tama kita hubungkan tempat seismograf yang satu homoseiste. Karena
3 seismograf maka didapat 2 garis. Dua garis itu dibuat garis sumbu, sehingga
episentrum terletak pada pertemuan dua garis sumbu.
3. Dengan menggunakan 3 tempat yang mencatat jarak episentrum. Untuk menentukan
jarak episentrum digunakan rumus Laska :

∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 km
∆ = delta = jarak episentrum
S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder dalam
satuan menit.
1′ = satu menit.
Contoh :
Gelombang S tiba pada pukul 10.29’44”, sedang gelombang P tiba pada pukul 10.25’14”.
berapakah jarak episentrum sebuah seismograf dari daerah Z ?
Jawab :
{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000 km
= ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 km = 3.500 km.
Sekarang misalnya letak episentrum dari 3 tempat, yaitu Z = 3.500 km, Y= 5.250 km, dan X
= 3.750 km.
Maka cara membuatnya :

1. Dibuat perbandingan skala horizontal 1 cm = 1000 km. maka Z = 3,5 cm, Y = 5,25
cm, X = 3,75 cm.
2. Buat lingkaran sesuai jari2 Z,Y,X.
3. Ketiga lingkaran akan berpotongan pada satu titik E (episentrum).
4. Dengan menggunakan lingkaran isoseiste. Dari laporan secara visual dapat dibuat
tanda2 pada peta yang kemudian dapat ditentukan beberapa isoseiste di daerah
bencana gempa. Dengan mengetahui lingkaran atau elips isoseiste itu dari luar kea rah
dalam, dapat ditentukan tempat episentrum.

3. Tektonisme

Tektonisme adalah perubahan/pergeseran letak lapisan kulit bumi secara mendatar atau
vertikal. Jadi yang dimaksud dengan gerak tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang
menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan lagi menjadi :

1. Gerak Epirogenetik, adalalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif
lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang luas. Ada dua
macam gerak epirogenetik, yaitu :

a) Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan
air laut naik.
b) Epirogenetk Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan
air laut turun.
2. Gerak Orogenetik, adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lebih
cepat dan meliputi daerah yang tidak begitu luas. Gerak ini disebut juga gerakan pembentuk
pegunungan. Bentuk gerakan orogenetik dapat dibedakan menjadi :
a) Wraping (Pelengkungan)
Pada muka bumi yang terdapat bentukan jenis ini, dataran akan melengkung ke atas sehingga
terbentuk suatu kubah atau yang disebut juga dengan Dome. Hal ini disebabkan gerak
vertikal yang tidak merata di suatu daerah, khususnya di daerah yang berbatuan sedimen.
Selain kubah, ada juga yang mengarah ke bawah hingga membentuk cekungan atau basin,
diameternya dapat mencapai beberapa mil.
b) Folding (Pelipatan)

Pelipatan akan terjadi apabila struktur batuan pada suatu daerah menderita suatu tekanan
yang lemah. Namun, berlangsung lama dan belum melampaui titik patah batuan sehingga
hanya membentuk lipatan. Bagian puncak suatu lipatan disebut dengan antiklin, sedangkan
lembahnya disebut dengan sinklin.
c) Jointing (Retakan).
Retakan pada muka bumi terbentuk karena adanya pengaruh gaya regangan yang mengarah
ke dua arah yang berlawanan pada muka bumi sehingga terjadi retakan2, tetapi masih
bersambung.
Retakan biasanya terjadi pada batuan yang rapuh sehingga tenaga yang kecil saja sudah dapat
membuat muka bumi retak2. Pada umumnya retakan ini ditemukan pada puncak antiklinal,
yang disebut tektonik joint.
d) Faulting (Patahan).

Jika folding atau pelipatan membentuk muka bumi dalam waktu yang berlangsung lama
maka faulting atau patahan terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat.
Batuan tidak hanya mengalami retakan, juga mengalami displacement atau sudah terpisah
satu dengan lainnnya.
Pada umumnya, daerah sepanjang patahan merupakan daerah pusat gempa bumi karena
selalu mengalami pergeseran batuan kerak bumi. Patahan dapat menyebabkan turunnya
bagian kulit bumi atau yang disebut dengan graben, atau yang sering disebut juga dengan
slenk.
Selain menyebabkan turunnya bagian kulit bumi, patahan juga dapat menyebabkan naiknya
kulit bumi. Hal ini terjadi apabila bagian diantara dua patahan mengalami pengangkatan
sehingga menjadi lebih tinggi dari daerah sekitarnya, atau yang biasa disebut dengan horst.
Prinsip-Prinsip Pergeseran Lempeng Litosfer
Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa litosfer yang tipis berada di atas asthenosfer yang
bersifat cair (plastis). Menurut para ahli geologi litosfer tersebut terkoyak-koyak disana-sini
sehingga terpecah-pecah membentuk suatu kepingan yang disebut lempeng litosfer dan
bergerak akibat adanya arus konveksi di asthenosfer. Jadi, tanah yang kita injak sebetulnya
bergerak rata2 sejauh 1 – 10 cm per tahun. Dengan adanya gerakan tersebut maka lempeng
litosfer saling berdesakan dan bertumbukan, maka timbul prinsip2 pergeseran lempeng
litosfer, yaitu :

1. Lempeng litosfer saling bertumbukan (divergensi) dimana salah satunya sampai


menyusup di bawah lempeng litosfer lainnya.
2. Lempeng litosfer saling berpapasan, yang membentuk sesar mendatar.
3. Lempeng litosfer saling memisah (konvergensi), yang membentuk punggungan di
tengah samudera.

B. Tenaga Eksogen
adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, antara lain berasal dari hujan, panas matahari,
angin, aliran air, dan luncuran gletser serta makhluk hidup. Tenaga eksogen dapat mengubah
bentuk permukaan bumi menjadi berlubang, berbukit dan bentuk lainnya. Tenaga eksogen ini
bersifat merusak. Artinya menyebabkan terjadinya kikiksan atau erosi, pelapukan, dan
pengangkutan material (mass wasting). Pada prosesnya menghasilkan bentuk sisa (residual)
dan bentuk endapan (depositional). Tenaga eksogen dapat di bagi menjadi :

1. Weathering (Pelapukan).
Pelapukan adalah segala perubahan dalam batuan karena pengaruh keadaan cuaca (misalnya
air, suhu). Adanya perbedaan temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar pengaruhnya
terhadap batu2an.
Macam2 jenis pelapukan antara lain :
1) Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik).
Pelapukan mekanik merupakan pelapukan batuan yang tidak disertai dengan perubahan
susunan kimia, seperti batuan yang besar pecah dan berubah menjadi semakin kecil,
selanjutnya sampai halus, tetapi susunan kimianya sama dengan batuan induknya. Sebab2
pelapukan mekanis antara lain :

 Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan perubahan suhu.


 Pembekuan.
 Pengerjaan garam.
 Daya erosi
 Gelombang laut yang memukul pantai.

2) Pelapukan Kimia
Pelapukan kimi merupakan pelapukan batuan melalui proses kimia yang disertai dengan
perubahan susunan zat dari mineral batuan induknya. Contohnya : hancurnya batuan karena
larutan batuan kapur yang dicampur oleh air hujan yang banyak mengandung CO2.
3) Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)
Pelapukan organik merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh oraganisme2
(tumbuh2an, hewan, dan manusia). Manusia dapat merusak ekosistem yang lebih besar lagi,
tetapi dapat juga memelihara ekosistem yang sudah rusak dan memperbaharui lagi.
Pelapukan organis sebagian masuk pelapukan fisik dan sebagian masuk pelapukan kimia.
Pelapukan bioligis dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

 Pelapukan biologis fisik, misalnya tekanan akar, merayapnya cacing, dan sebagainya.
 Pelapukan biologis kimia, misalnya pelapukan bunga tanah (humus), pengerjaan
jasad2 hidup pada batuan, yaitu dengan jalan mengeluarkan zat2 tertentu.
2. Erosi (Pengikisan).
Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan
benda2 seperti air, es, angin, dan gelombang arus.
Macam2 jenis erosi, yaitu :
1) Erosi Air
Air yang mengangkut batu2an yang hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih besar.
Peristiwa gesekan pada erosi air tergantung pada : kecepatan gerak, daya angkut air, dan
keaadan permukaan.

2) Abrasi, adalah pengikisan batuan yang disebabkan oleh pengerjaan air laut.
Besar kecilnya gelombang atau kecepatan angin, dapat menimbulkan perubahan bentuk di
sepanjang pantai disebut abrasi platform.
3) Gletser, yaitu pegikisan yang disebabkan oleh pengerjaan es . pengikisan oleh es
disebut juga glacial/eksarasi. Di daerah pegunungan yang tinggi sering terdapat salju abadi
atau es. Es bergerak turun melalui lereng dan mengikis dasar lereng gunung serta
mendorongnya ke lembah.

4) Korasi, yaitu pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan angin.


Erosi yang disebabkan oleh tenaga air, misalnya :
1) Erosi percikan, yaitu erosi yang disebabkan oleh tetesan air hujan yang memecahkan
butir-butir tanah.
2) Erosi lembar, yaitu pengikisan dan pengangkutan lapisan tanah permukaan, yang
disebabkan oleh aliran air di permukaan tanah.
3) Erosi Alur, yaitu pengikisan lapisan tanah yang sudah membentuk alur-alur dengan
lebar < 40 cm dan kedalaman < 25 cm.
4) Erosi Parit, yaitu pengikisan lapisan tanah yang mebentuk alur-alur yang lebih
besar,sehingga sering disebut parit m ukuran lebar > 40 cm dan kedalaman > 25 cm. Erosi
tebing sungai, yaitu aliran air sungai mengikis tebing sungai.

3. Sedimentasi (Pengendapan)
Lapisan hasil pelapukan yang terjadi dipermukaan bumi, baik di daratan yang rata maupun di
lereng2 bukit, pegunungan atau gunung dipengaruhi oleh bermacam-macam kekuatan.
Daerah yang terkena pelapukan maupun yang menerima hasil pelapukan menghasilkan
struktur morfologi yang berbeda-beda.
Bentukan2 dalam proses pengendapan/sedimentasi di daerah pantai antara lain :
1) Pesisir (Beach).
Adalah pantai yang terdiri atas endapan pasir sebagai hasil erosi.
2) Dune
Adalah bukit pasir di daerah pedalaman yang terjadi sebagai akibat hembusan angin di daerah
pasir yang luas.
3) Spit dan Bar.
Spit adalah material pasir sebagai proses pengendapan yang terdapat di muka teluk,
berbentuk memanjang, dan salah satu ujungnya menyatu dengan daratan. Sedangkan ujung
lain terdapat di laut. Bar adalah punggungan pasir dan kerikil yang diendapkan tepat
diseberang teluk. Bila bar ini menghubungkan dua pulau disebut tambolo.
4) Delta.
Adalah bentukan dari proses pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran sungai di daerah
pantai. Dalam proses sedimentasi/pengendapan ini akan menghasilkan batuan sedimentasi.
Batuan sedimen juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tenaga alam yang mengangkut dan
tempat sedimen.

Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya ada empat macam sedimen yaitu :

1. Sedimen Akuatis : pengendapan oleh air


2. Sedimen Aeris (Aeolis) : pengendapan oleh angin
3. Sedimen Glasial : pengendapan oleh es
4. Sedimen Marine : pengendapan oleh air laut.

Berdasarkan tempatnya ada 5 macam sedimen, yaitu :

1. Teristris : pengendapan di darat


2. Sedimen Fluvial : pengendapan di sungai
3. Sedimen Limnis : pengendapan di rawa2 atau danau
4. Sedimen Marine : pengendapan di laut
5. Sedimen Glasial : pengendapan di daerah es.

4. Pengangkutan Material (Mass Wasting).


Pengangkutan material (mass wasting) terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga
terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass
wasting berlangsung dalam empat jenis pergerakan material.
1) Jenis pergerakan pelan (lambat).
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan
adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit
untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa
jenis.
a) Rayapan tanah. Yaitu gerakan tanah menuruni lereng.
b) Rayapan halus. Yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang
menuruni lereng.
c) Rayapan batuan. Yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
d) Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep). Yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang
tercampak menuruni lereng.
e) Solifluksi (solifluction). Yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air
menuruni lereng di dalam saluran tertentu.
2) Jenis pergerakan cepat.
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut :
a) Aliran tanah. Yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air
menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.
b) Aliran lumpur. Yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni
saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat.
c) Gugur puing. Yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit
menuruni lereng curam.
3) Longsor lahan (landslide).
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya
berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi menjadi :
a) Luncur. Yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau
biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.
b) Lonsor puing. Yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung
cepat tanpa putaran ke belakang.
c) Jatuh puing. Yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang
vertikal atau menggantung.
d) Lonsor batu. Yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni
permukaan lapisan atau sesaran.
e) Jatuh batu. Yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam,
4) Amblesan (subsidensi).
Amblesan yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak
menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material
secara pelan-pelan di daerah massa yang ambles.
5. Denudasi.
Adalah proses yang mengakibatkan perendahan relief daratan akibat longsor, pengerjaan
manusia dan lain sebagainya.
• Muskovit (KAl2(OH)2AlSi3O10), dll.

Anda mungkin juga menyukai