Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EKONOMI ENERGI LISTRIK

MANAJEMEN PEMBANGKITAN

OLEH

RIDHA NURHIKMA

1824041013

PTE 02

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan
dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………..ii

DARTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………….…1

Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………1

Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………..…1

Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………..2

Manajemen Operasi……………………………………………………………………………………………………………..2

Manajemen Pemeliharaan……………………………………………………………………………………………………3

Suku Cadang…………………………………………………………………………………………………………………………3

Laporan Pemeliharaan………………………………………………………………………………………………………….4

Laporan Kerusakan……………………………………………………………………………………………………………….4

Laporan Analisis dan Gangguan……………………………………………………………………………………………5

BAB II PENUTUP.…………………………………………………………………………………………………………....7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………..8
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Listrik merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena manusia dalam menjalankan
aktivitasnya tidak akan terlepas dari kebutuhan terhadap listrik. Mulai dari perseorangan sampai perindustrian,
memiliki kebutuhan yang besar tehadap listrik sehingga lahirlah industri pembangkitan listrik. Pembangkitan
energi listrik merupakan kegiatan yang berlangsung selama 24jam per hari tujuh hari dalam sepekan karena seperti
yang diketahui bahwa energi listrik dibutuhkan setiap harinya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka
diperlukan sebuah pengaturan yang baik mengenai pembangkitan.
Menurut salah seorang ahli ekonomi, Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka untuk memperoleh sistem
pembangkitan yang baik maka perlu adanya perencanaan, pengaturan, dan pengkoordinasian yang baik antar
elemen yang terkait. Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana manajemen pembangkitan yang baik yang
meliputi manajemen operasi, manajemen pemeliharaan, manajemen bahan bakar, manajemen suku cadang, dan
aplikasi peralatan dan metode kerja yang baru.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana itu Manajemen Operasi?


2. Bagaimana itu Manajemen Pemeliharaan?
3. Bagaimana itu Suku cadang?
4. Bagaimana itu Laporan Pemeliharaan?
5. Bagaimana itu Laporan Kerusakan?
6. Bagaimana itu Laporan Analisis dan Gangguan

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa itu Manajemen Operasi


2. Mengetahui apa itu Manajemen Pemeliharaan
3. Mengetahui apa itu Suku Cadang
4. Mengetahui apa itu Laporan Pemeliharaan
5. Mengetahui apa itu Laporan Kerusakan
6. Mengetahui apa itu Laporan Analisis dan Gangguan
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Manajemen Operasi
Penyediaan tenaga listrik kontinu selama 24 jam sehari maka dari itu diperlukan sebuah
manajemen operasi yang tertib agar kegiatan penyediaan energi listrik tidak terhambat. Salah satunya
dengan menyusun metode kerja shift, yang mana mampu memenuhi kebutuhan petugas untuk beroperasi
selama 24 jam. Umumnya dalam terdapat lima shift sehingga dapat diberikan istirahat sekali dalam satu
minggu untuk setiap shift selama 24 jam penuh. Dalam operasi pembangkitan, sebelumnya perlu
dilakukan perencanaan beban agar pengaturan distribusi beban dari pusat listrik ke pusat pengatur beban
dapat diatur dengan sesuai. Jika diringkas dalam sebuah alur skematik maka hubungan antara pusat listrik
dan pusat pengatur beban adalah sebagai berikut

Pusat pengatur beban


Membuat perkiraan
beban

Interkoneksi

Membagikan jatah
beban ke pusat listrik

Pusat listrik merencanakan


kinerja unit pembangkit
untuk memenuhi kebutuhan
beban

Dalam operasi pembangkit dilakukan pencatatan besaran-besaran tertentu yaitu :


a. Besaran yang berhubungan dengan keamanan peralatan, yaitu arus, tegangan, daya, suhu,tekanan,
dan getaran.
b. Besaran yang berhubungan dengan kinerja peralatan, yaitu energi(kWh) dan pemakaianbahan
bakar atau air jika pada PLTA.
Pencatatan besaran tersebut dapat dilakukan secara manual maupun secara otomatis dengan
menggunakan alat recorder atau komputer. Tujuan pencatatan ini adalah untuk data yang nantinya dapat
digunakan untuk menganalisa kinerja alat yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam transaksi jual beli
energi, pengawasan bahan bakar, dan mengetahui efisiensi unit pembangkit dalam jaringan. Selain itu,
data pencatatan tadi dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan sistem, dimana hasil analisa data
tersebut diperlukan untuk membuat rencanapengembangan sistem.
B. Manajemen Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu
1. Mempertahankan Efisiensi
Jika untuk pembangkitan 10KV listrik membutuhkan bahan bakar bensin sebanyak 50liter
bensin, maka diharapkan dengan adanya pemeliharaan alat efisiensi tersebut tidak mengalami
penurunan.
2. Mempertahankan Keandalan
Keandalan ini dimaksudkan seperti misalkan bantalan pada pembangkit dibiarkan saja,maka
lama-kelamaan akan kotor dan kering sehingga akan menyebabkan kinerja pembangkit yang
tidak maksimal. Maka dari itu dibutuhkan adanya pemeliharaan agar alat tetap dala kondisi baik.
3. Mempertahankan Umur Ekonomis
Misalkan generator yang bekerja terus-menerus diperkirakan umur ekonomisnya adalah 10tahun,
maka bila tidak ada pemeliharaan yang baik pencapaian umur alat tersebut tidak akan mencapai
10 tahun karena akan muncul kerusakan-kerusakan pada bagian-bagiannya.
Dalam perkembangannya pemeliharaan berdasarkan waktunya adanya dua jenis, yaitu:
a. Pemeliharaan Periodik
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menurut periode waktu tertentu berdasarkan
bukupetunjuk alat dari pabrik pembuat alat tersebut.
b. Pemeliharaan Prediktif
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan dalamskala besar
yang didasarkan pada adat dan informasi yang menyangkut alat yang akandipelihara.
Contoh beberapa jenis catatan besaran-besaran yang dicatat pada proses pemeliharaan, yaitu
1) Tahanan isolasi
Misalkan dari hasil pengukuran tahanan isolasi tiap bulannya ternyata nila tahanan isolasi
cenderung menurun maka dari data tersebut dapat ditentukan waktu pemeliharaan isolasi.
2) Sinar Inframerah
Sinar inframerah yang dipancarkan oleh suatu alat juga dapat menggambarkan suhu dari bagian
alat tersebut. Kamera inramerah merupakan alat yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis
kondisi bagian alat. Misalkan jika pada sebuah lat difoto lalu pada hasil foto terlihat adanya bagian
yang lebih terang dibanding yang lain maka suhu pada bagian tersebut berarti lebih tinggi
daripada suhu pada bagian yang lain.
3) Kandungan air
Pengamatan kandungan air dilakukan pada minyak transformator bersamaan dengan pengamatan
tegangan tembusnya. Pada umumnya tegangan tembus aka menurun jika kandungan air pada
minyak naik. Penanganannya dapat dilakukan dengan penyaringan untuk membuang kotoran dan
pemanasan untuk menghilangkan kandungan air.

C. Suku Cadang
Suku Cadang diperlukan untuk menggantikan bagian-bagian tertentu dalam pemeliharaan unit
pembangkit. Suku cadang pada dasarnya dibagi atas dua kategori, yaitu :
1. Consumable Parts
Merupakan suku-suku cadang yang pasti akan digunakan atau dikonsumsikan setelah waktu
tertentu. Contohnya seperti busi mesin bensin mobil yang setelah jam pemakaian tertentu harus
diganti. Begitu pula dengan elemen saringan minyak pelumas (filter cartridge) yang terbuat dari
kertas yang setelah jam pemakaian tertentu harus diganti. Apabila tidak diganti, maka tekanan
minyak pelumas akan turun dan membahayakan bantalan yang menerima minyak pelumas.
Bantalan (bearing) juga merupakan consumable parts. Karena setelah melampaui jam operasi
tertentu menjadiaus (worn) dan harus segera diganti.
2. Spare Parts
Merupakan suku yang dicadangkan untuk menggantikan suku yang mengalami kerusakan yang
tidk dapat diperkirakan sebelumnya kapan akan terjadi. Pada dasarnya apabila pengoperasian unit
pemabangkit dilakukan secara benar maka kerusakan unit pembangkit tidak akan terjadi. Contoh
dari spare parts adalah cylinder head mesin diesel,sudu-sudu turbin, dan kumparan stator
generator.

D. Laporan Pemeliharaan
Laporan pemeliharaan khususnya pemeliharaan besar (overhaul) haruslah memuat hal-halsebagai
berikut:
1. Tanggal Pelaksanaan
Hal ini diperlukan untuk :
 Membandingkan pelaksanaan pemeliharaan dengan rencananya
 Jika ada penyimpangan terhadap rencana, harus dijelaskan penyebabnya
 Membandingkan pelaksanaan pemeliharaan kali ini dengan pelaksanaanpemeliharaan
sebelumnya.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan
Pekerjaan pemeliharaan umumnya sebagai berikut:
 Membongkar atau membuka unit-unit tertentu dari pembangkit.
 Memeriksa secara visual atau menggunaklan instrument terhadap bagian-bagian yang
telah dibuka tadi.
 Melakukan pembersihan bagian-bagian alat atau instalasi.
 Melakukan penggantian suku-suku tertentu serta melakukan perbaikan-perbaikan
 Melakukan penyetelan atau peneraan alat-alat ukur alat-alat control danalat-alat
proteksi.
 Menutup Kembali bagian yang telah dibuka
 Melakukan uji coba dan mebandingkan kinerja unit pembangkit sebelumdan sesudah
menjalani pemeliharaan
3. Penggunaan suku-suku serta material dalam melaksanaka pekerjaan pemelihaaran,volume
maupun harganya.
4. Penggunaan Tenaga Kerja yang melaksanakan pekerjaan pemeliharaan, baik hari,orangnya
beserta klasifikasi dan biayanya.
5. Rekomendasi untuk operasi dan pemeliharaan yang akan datang
6. Perhitungan biaya pemeliharaan dalam rupiah per kWh, yaitu jumlah pemeliharaan kaliini
dibagi dengan jumlah produksi kWh dalam selang waktu antara pemeliharaansebelum ini
dengan pemeliharaan ini.

E. Laporan Kerusakan
Kerusakan merupakan hal yang tidak dikehendaki untuk terjadi, tettapi dalam praktiknyatidak
dapat dihindarkan. Oleh karena itu setiap kerusakan harus dianalisis penyebabnya denganharapan agar tidak
terulang lagi kejadian yang sama. Untuk dapat menganalisis penyebab kerusakan, diperluka laporan
kerusakan yang memadai. Oleh karena itu, laporan kerusakan harus berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Tanggal dan jam terjadinya kerusakan
2. Situasi sistem tenaga listrik sewaktu terjadi kerusakan
3. Data dan informasi mengenai kerusakan yang sudah pernah terjadi sebelumnya
4. Parameter-parameter, seperti arus, tegangan,daya, suhu, tekanan, dan lain-lain yangberkaitan
dengan alat yang rusak, sebelum dan sesudah kerusakan terjadi.
5. Jika memyamgkut kerusakan unit pembangkit, maka lapiran Overhaul (pemeliharaanbesar) yang
terakhir perlu dilampirkan.
Beberapa kerusakan berat beserta penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan Sudu-sudu Turbin PLTU
 Penyebab Kerusakan: Kebocoran kondensor yang menyebabkan air laut pendingin masuk ke
dalam sirkuit uap sehingga garam laut (NaCl) ikut dalam uap dan “menggigit” sudu-sudu turbin
uap sampai akhirnya rusak
 Langkah Pencegahan: Unit PLTU harus segera dihentika apabila ada tanda-tandaair laut masuk
ke dalam sirkuit uap. Hal ini terlihat dari naiknya daya hantarlistrik air ketel. Air ketel harus
dibersihkan dari kontaminasi NaCl dan kebocoran kondensor harus diperbaiki.

2. Poros Engkol Mesin Diesel Patah


 Penyebab Kerusakan: Bantalan Utama (main bearing) dari poros engkol aus dantidak diganti
dengan yang baru sehingga defleksi poros engkol menjadi besar. Ini mengakibatkan poros engkol
mengalami getaran besar dan patah.
 Langkah Pencegahan: Defleksi poros engkol harus selalu dikontrol sebulan sekalidan defleksi
ini harus diperbaiki dengan mengganti bantalan uatama yang aus.
3. Cylinder Head Mesin Diesel Retak
 Penyebab Kerusakan: Pengabut BBM fungsinya kuran baik sehingga pembuatan BBM dalam
silinder tidak sempurna dan terjasi hot spot pada cylinder head yang menimbulkan keretakan.
 Langkah Pencegahan: Mengganti pengabut tersebut dengan yang baik ataumenyetelnya supaya
fungsinya normal kembali.
4. Sudu-sudu turbin gas rusak
 Penyebab Kerusakan: Kompresor kotor sehingga tekanan udara yang dihasilkannya kurang
besar dan tdapat terjadi overheating pada pengabut.
 Langkah Pencegahan: Kompresor dibersihkan dan saluran udaranya diganti serta memperbaiki
pengabut.
5. Kerusakan Saluran Air di sisi hilir PLTA
 Penyebab Kerusakan: Tanah longsor di tepi saluran air sisi PLTA. Sehingga menimbulkan
permukaan air naik sehingga masuk ke dalam ruang turbin serta generator.
 Langkah Pencegahan: Memasang Talud yang cukup kuat serta menanam tanaman pencegah
tanah longsor.
6. Lilitan stator generator Terbakar
 Penyebab Kerusakan: Terjadi gangguan pada saluran keluar pusat listrik yang berdekatan
dengan generator.
 Langkah Pencegahan: Penyebab gangguan saluran penggunaan harus dihilangkan.
7. Transformator Penaik Tegangan Rusak
 Penyebab Kerusakan: lilitan kumparan rusak dan bushing transformatornya rusak karena
kebocoran yang menyebabkan hubung singkat.
 Langkah Pencegahan: Kondensator kosentris dari kertas harus secara periodic diperiksa dan
apabila ada gejala kebocoran harus segera diganti.
8. Lilitan stator motor Listrik Terbakar
 Penyebab Kerusakan: beban lebih dan isolasi bocor.
 Langkah Pencegahan: Relai proteksi arus lebih dari motor harus di cek dan distel secara
periodik dan diganti apabila perlu dan tahanan isolasi pada kumparan stator harus secara periodic
diukur, terutama setelah motor lama berhenti.
9. Pemutus Tenaga Meledak/Rusak
 Penyebab Kerusakan: Arus hubung singkat melampaui kemampuan pemutustenaga (PMT)
 Langkah Pencegahan: PMT diganti dengan yang mempunyai kemampuan pemutus arus
hubung singkat yang lebih besar.
F. Laporan dan Analisis Gangguan
Gangguan pada pembangkitan merupakan kejadian yang menyebabkan PMT trip tidak atas
kehendak (tindakan) operator. Karena dalam suatu sistem pembangkitan melibatkan banyak komponen dan
sangat kompleks, maka ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada pembangkitan,
antara lain:
1. Faktor manusia
Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan perlakuan pada
sistem. Misalnya, salah menyambung rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti
pengamanm dan sebagainya.
2. Faktor internal
Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri. Misalnya, usia
pakai (ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini dapatmengurangi sensitivitas relay pengaman,
juga mengurangi daya isolasi peralatanlistrik lainnya.

Berdasarkan sifatnya, gangguan terdiri dari dua jenis, yaitu:


1. Gangguan bersifat temporer
Gangguan dikatakan temporer apabila PMT trip dan jika dimasukkan lagi keadaannya normal
kembali. Walaupun gangguan bersifat temporer, namun jika menyangkut unit pembangkit yang
besar, maka dapat menimbulkan gangguan beruntun dan menimbulkan pemadaman yang luas
dalam sistem.
2. Gangguan bersifat permanen
Gangguan dikatakan permanen apabila PMT dimasukkan setelah trip, PMT ini akan trip kembali
setelah dimasukkan. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan dalam instalasi yang menimbulkan
hubung singkat yang perlu diperbaiki terlebih dahulu sebelum PMT dapat dimasukkan kembali
secara normal.
udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan sebab-
sebab lainnya, maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang atau bahkan bisa hilang
sama sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung singkat.
3. Beban lebih atau over load
Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi melebihi energi listrik yang
dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi terutama pada generator dan
transformator daya. Ciri dari beban lebih adalah terjadinya arus lebih pada komponen. Arus lebih
ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada
isolasi.
4. Daya balik atau reverse power
Daya balik merupakan suatu gangguan berubah fungsi generator menjadi motor (beban) pada
sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem tenaga listrik yang terintegrasi
(interconnected system). Pada kondisi normal,generator-generator yang tersambung paralel
akan bekerja secara serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab,
misalnya gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan magnet, dan sebagainya,
maka akan terjadi ayunan putar rotor sebagian dari generator pada sistem tersebut. Ayunan bisa
lebih cepat atau lebih lambat dari putaran sinkron. Hal ini menyebabkan sebagian generator
menjadi motor dan sebagian berbeban lebih. Dengan demikian, terjadi tenaga listrik yang terbalik,
yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik, justru berbalik menjadi motor yang
menyerap tenaga listrik. Kejadian ini akan terjadi pada sistem tegangan tinggi atau ekstra tinggi
yang lebih luas.

Sistem pembangkitan dikatakan baik apabila dapat mencatu dan menyalurkan tenaga listrik ke
konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sini meliputi kelangsungan, stabilitas, dan
harga per KWH yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang
tidak dapat diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan ini akan sangat mengganggu kelangsungan
penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik pun bisa merusak peralatan
listrik.
Oleh karena adanya beberapa gangguan yang tidak dapat dihindarkan, maka perlu upaya
pencegahan agar dapat memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, terutama pada manusia akibat adanya
gangguan. Pencegahan gangguan pada sistem dapat dikategorikan menjadi dual angkah, yaitu:
1. Usaha memperkecil terjadinya gangguan
Cara yang ditempuh meliputi:
a. membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan
b. membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan penangkal
petir (arrester)
c. memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara sekecil mungkin,
serta selalu mengadakan pengecekan
d. membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan
mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena binatang, polusi,
kontaminasi, dan lain-lain
e. pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku
f. menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tatacara
operasional (standing operational procedure) dan membuat jadwal pemeliharaan yang
rutin
g. memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi terhadap
sambaran petir
h. memasang penangkal petir untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran
petir
2. Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan
Beberapa cara mengurangi pengaruh akibat gangguan, antara lain:
a. mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung singkat,caranya
dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai impedansi
pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga
arus ganggua satu fase terbatas. Pamakaian peralatan yang tahan atau andal terhadap
terjadinya arus hubung singkat.
b. secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengamandan
pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai
c. merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistemtidak
akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke
konsumen tidak terganggu
d. mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu dengan memakai
pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator memadai.

Selain itu, dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan, tentunya dibutuhkan analisa mengenai
gangguan dan dibutuhkan laporan gangguan yang digunakan untuk mencatat semua yang diperlukan guna
mengidentifikasi gangguan.
Adapun yang dicantumkan dalam laporan gangguan, antara lain:
1. tanggal dan jam terjadinya gangguan
2. relai-relai yang bekerja
3. proses mengatasi gangguan
4. kerugian yang terjadi akibat gangguan
5. penyebab gangguan
BAB 3
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitasmanusia yang


tidak dapat terlepas dari kebutuhan listrik maka dari itu industri pembangkitantenaga listrik menjadi sangat
penting untuk menunjang kegiatan manusia. Untuk dapatmemenuhi kebutuhan tersebut diperlukan sebuah
pengaturan dan control yang baik pada sistem pembangkitan. Manajemen pembangkitan yang baik mampu
mengatur aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam proses pembangkitan tenaga listrik itu sendiri.
Manajemen juga dapat membantu pimpinan perusahaan dalam memetakan kerja sama yang dibangun
dalam perusahaan yang dipimpinnya melalui kebijakan-kebijakan untuk meraih tujuan yang diinginkan.
Melalui manajemen yang baik maka pembinaan kerjasama akan serasi dan harmonis serta dapat
meningkatkan daya guna dan potensi yang dimiliki sehingga tujuan dan usaha untuk mewujudkan sistem
pembangkitan tenaga listrik yang efektif dan efisien dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai