Anda di halaman 1dari 20

OTONOMI TUBUH PEREMPUAN

DALAM PANDANGAN KH. HUSEIN MUHAMMAD

PROPOSAL

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember


untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Hukum (S.H)
Fakultas Syariah
Jurusan Syariah
Program Studi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah

Oleh:
AHAMD FUAD HASAN
NIM : 083131066

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS SYARIAH
DESEMBER 2019

1
A. Judul
OTONOMI TUBUH PEREMPUAN DALAM PANDANGAN
KH. HUSEIN MUHAMMAD
B. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan umat manusia, kaum laki-laki begitu
menguasai kaum perempuan. Bahkan tidak berlebihan, jika seseorang
mengatakan: kaum laki-laki benar-benar leluasa “menggelindingkan dadu
dominasinya”. Syekh. Muhammad Rasyid Ridla, berkata bahwa sebelum
Islam datang, kaum perempuan hidup dalam keadaan teraniaya, tiada
harga, dihina, dan diperbudak. Ini terjadi pada semua bangsa di dunia, dan
hal itu dibenarkan oleh undang-undang bangsa tersebut, bahkan menurut
Ahli Kitab sekali pun.1 Ada sebuah ungkapan kuno yang konon diucapkan
oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib: “Semua yang ada pada perempuan
adalah buruk dan yang terburuk adalah bahwa ia kita butuhkan.”2 Badai
penderitaan seolah menyapu martabat perempuan saat itu, dan mereka
tidak kuasa selain diam memendam derita.
Pada zaman itu perempuan diperjual-belikan, tak ubahnya dengan
binatang atau barang dagangan. Mereka dipaksa untuk kawin atau
diperkosa, mereka mewariskan dan tidak boleh menerima warisan, mereka
dimiliki dan tidak boleh memiliki. Sebuah konferensi yang
diselenggarakan di Roma, menetapkan bahwa perempuan adalah binatang
yang najis, tidak memunyai roh dan tidak bisa hidup kekal. Akan tetapi,
mereka diwajibkan beribadah dan menjadi pelayan, kemudian mulutnya
harus diberangus seperti unta dan anjing galak, agar tidak bisa tertawa dan
berbicara, sebab mereka itu penangkap setan. Kebanyakan syariat atau
peraturan tempo dulu, memperkenankan seorang bapak menjual anak
perempuannya. Bahkan, sebagian bangsa Arab menganggap bahwa
1 Muhammad Rasyid Ridla, Wahyu Ilahi Kepada Muhammad, terj. Josef C.D. (Jakarta: PT Dunia
Pustaka Jaya, 1983), 548.

2 M. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur’an, As-
Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, Edisi Baru (Jakarta: Penerbit
Lentera Hati, 2006), 241.

2
seorang bapak punya hak untuk membunuh anak perempuannya, malah
punya hak untuk mengubur anak perempuannya hidup-hidup. 3 Dalam
kisah Kisah Yunani Kuno mengatakan bahwa perempuan adalah pangkal
kekacauan dan kejahatan dunia. Segala kejahatan, penyakit, kekacauan dan
penderitaan yang menghantui dunia itu karena ulah Pandora, wanita bodoh
yang tidak patuh pada suaminya, Epimetheus. Pandora telahmelanggar
pesan suaminya dengan membuka kotak yang berisi segala hal yang
negatif.4
Dalam Agama Kong Hu Cu (Konfusianisme), kaum perempuan
juga digambarkan sebagai manusia yang bersifat inferior by nature
(rendah secara alami), gelap seperti bulan dan berubah-ubah seperti air,
cemburu, sempit pandangannya, suka menyendiri, tidak bijaksana, tidak
cerdas, didominasi oleh emosi, kecantikannya adalah perangkap bagi laki-
laki yang tidak waspada, dan menghancurkan kehidupan. 5 Kehidupan
perempuan Eropa pada Abad Pertengahan, juga terbilang memprihatinkan
—atau lebih tepatnya: mengenaskan. Mereka dianggap sebagai makhluk
yang kurang dan tidak sederajat dengan laki-laki sepanjang hidupnya.
Kaum perempuan tidak diberi kesempatan untuk belajar membaca, tidak
boleh memiliki harta benda, dan dilarang memberi kesaksian dalam
persidangan.6 Menurut Fatima Mernissi, pemikir Muslim perempuan
paling terkemuka asal Maroko, perempuan bahkan seringkali disejajarkan
dengan anggur. Perempuan dan anggur dianggap sebagai sumber kesulitan
manusia.7 Tak bisa dipungkuri lagi bahwa: perempuan di masa lalu adalah

3 Ridla, Wahyu Ilahi Kepada Muhammad, 550.

4 limmatus Sauda’, Studi Perbandingan ataS OtOnOmi PeremPuan dalam al-Qur’an dan bibel,
PALASTREN, Vol. 6, No. 2, Desember 2013.hal.324-325.

5 Arvind Sharma, Perempuan dalam Agama-Agama Dunia, terj. Syafaatun Al-Mirzanah, dkk
(Jakarta: Ditperta Depag RI, 2002), 163.

6 Hardjito Notopuro, Peranan Perempuan dalam Masa Pembangunan di Indonesia (Jakarta:


Ghalia Indonesia, 1979), 32-33.

7 Fatima Mernissi, Islam dan Demokrasi: Antologi Ketakutan, terj. Amiruddin Arrani
(Yogyakarta: LkiS, 1994), 180.

3
manusia kelas dua. Saat itu, posisi perempuan didiamkan secara hukum,
dipisahkan secara moral, dan ditutup secara agama.
Fakta sejarah di atas, kemudian sering dipolitisir sebagai alasan
untuk mengatakan bahwa laki-laki lebih berkuasa dan superior dibanding
perempuan. Dalam keadaan demikian, perempuan sering tidak
mendapatkan hak-hak sebagaimana yang diperoleh oleh laki-laki,
termasuk hak kebendaan dan hak pemanfaatan benda. Dalam memenuhi
kebutuhan pokok misalnya, perempuan lebih banyak menanti dan
mengharap belas kasih dari pihak laki-laki, terutama dalam institusi
keluarga.
Meskipun Islam banyak memberikan perbaikan terhadap
kehidupan perempuan, namun dalil-dalil agama Islam masih
menampakkan dan dipahami secara sepihak oleh dominasi laki-laki.8
Seperti yang di katakan oleh engginer “karena semua agama berasal dari
masyarakat patriarkhis dan pendirinya adalah laki-laki, maka tidak
mengherankan jika kemudian agama ini lebih berpihak pada laki-laki dan
mereduksi posisi perempuan. 9Akibatnya kemudian, Barat tampil dan
unjuk gigi. Pada abad terakhir ini, dunia Barat telah banyak memberikan
hak-hak kepada perempuan dan cenderung mengarah kepada emansipasi
secara total. Budaya Barat ini banyak mempengaruhi dunia sehingga arus
emansipasi telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, meskipun berbeda-
beda dalam kadar penyerapannya. Budaya ini menempatkan perempuan
sebagai mitra sejajar atau equal partner bagi laki-laki, baik dalam
kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan sosial.10
Lebih dari itu selain terpenjara oleh anggapan bahwa laki-laki lebih
superior dari perempuan, seringkali perempuan juga di kekang
kebebasanya mengatsnamakan dalil dalil agama yang sehingga itu

8 Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu Penting Hukum Isam Kontemporer di
Indonesia (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 181-182.

9 limmatus Sauda’, Studi Perbandingan ataS OtOnOmi PeremPuan dalam al-Qur’an dan bibel,
PALASTREN, Vol. 6, No. 2, Desember 2013.

10 Ibid., 182

4
perempuan semkin kehilangan otonomi atas dirinya, sebagaimana telah di
ungkapkan oleh kyai Husein Muhammad ketika mengisi semiar di acara
wahid institute mengatakan “Secara umum, teks-teks agama itu tidak
memberikan otonomi penuh kepada perempuan,” selain itu pada acara
yang di selengarakan pada 24 april 2005 kyai Husein memberikan
pernyataan bahwa ”ini adalah salah satu proble kemanusiaan kita hari
ini”11 dan hal ini sanngat berbeda dengan ide penegakan keadilan gender
dan perwujudan kesatuan etika kemanusian universal yang di perjuangkan
oleh nabi saw dalam sebuah kebudaan patriarkhi yang akut dan bahkan
cenderung membenci perempuan
Berdasarkan peryataan KH. Husein Muhammad tersebut penulis
ingin mengetahui apa saja gagasan KH. Husein Muhammad tentang
otonomi tubuh perempuan yang penulis tuangkan dalam proposal skripsi
yang berjudul Otonomi Tubuh Perempuan dalam pandangan KH.
Husein Muhammad
C. Fokus Penelitian
Adapun focus dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep otonomi tubuh perempuan dalam pandangan
KH. Husein Muhammad?
2. Bagaimana implikasi konsep otonomi tubuh perempuan KH.
Husein muhammad terhadap hak-hak perempuan?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan agar terjawabnya pertanyaan-pertanyan
yang muncul sebagaimna dalam rumusan masalah, yang jika di rinci
tujuanya adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana saja konsep otonomi tubuh
perempuan dalam pandangan KH. Husein Muhammad.
2. Menjelaskan implikasi konsep otonomi tubuh perempuan dalam
pandangan KH. Husein Muhammad
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini di harapkan mampu menambah
Khazaah keilmuan hukum, Khususnya dalam bidang hukum
keluarga.

11http// Wahid institute.or.id

5
b. Dapat menjadi rujukan oleh peneliti yang lain di waktu
yang akan datang, khususnya pada permalahan dan tema-tema yang
sama.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat di pergunakan menjadi prasarat untuk mendapatkan
gelar sarjana di Instut Agama Islam Negeri Jember
b. Dapat menjadi pertimbangan oleh anggota parlemen dalam
proses legislasi yang menjadi tanggujawabnya dalam membuat dan
menetapkan undang-undang.
F. Definisi Istilah
1. Otonomi tubuh
Kata otonomi berasal dari kata otonom, yang memiliki arti
berdiri sendiri atau kelompok sosial yang berhak mengelola hak dan
kkekuasaanya secara mandiri12 tubuh dalam kamus besar bahasa
Indonesia berarti keseluruhan jasad manusia atau binatang yang
kelihatan dari ujung kaki sampai ujung rambut
Arti dari otonomi tubuh yang peneliti maksut dalam proposal
ini adalah hak/ kemampuan untuk mengelola dan mengatur setiap
bagian tubuh dari seorang manusia yang terlihat dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
2. KH.husein muhammad
KH. Husein Muhammad—untuk selanjutnya penulis sebut
sebagai KiaiHusein—lahir di Arjawinangun, Cirebon, tepatnya di
Ponpes Dar at-Tauhid, pada tanggal 9 Mei 1953. Ia juga besar dalam
keluarga pesantren Dar at-Tauhid. Ibunya bernama Ummu Salma
Syathori, anak dari pendiri pesantren Dar at-Tauhid Arjawinangun, KH.
Syathori. Sedangkan bapaknya bernamaMuhammad Asyrofuddin,
berasal dari keluarga biasa, tetapi berpendidikanpesantren. dan besar
dalam lingkungan pesantren13
Setelah tiga tahun belajar di Pesantren Lirboyo, Kiai Husein
melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an

12 Kbbi

13M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 110.

6
(PTIQ) Jakarta. Perguruan tinggi ini mengkhususkan kajian tentang Al-
Qur'an dan mewajibkan mahasiswanya untuk hafal Al-Qur'an. Di PTIQ
ini, Kiai Huseinsekolah selama 5 tahun sampai tahun 1980.
. Selesai menimba ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an
(PTIQ) Jakarta, ia kemudian ke Kairo (Mesir) dengan tujuan
melanjutkan studi di al-Azhar University. Tetapi dengan alasan karena
ijazah sarjananya belumdisamakan, maka ia tidak bisa menjadi
mahasiswa program pascasarjana di universitas tersebut. Akhirnya ia
belajar pada sejumlah syaikh (guru besar) di Majma' al-Buhuts al-
Islamiyah milik Universitas al-Azhar. Secara formal, diinstitusi ini, Kiai
Husein belajar di Dirasat Khashshah (Arabic SpecialStudies).14
Keterlibatan pertama Kiai Husein dengan wacana
gender, dimulai ketika ia mendapat ajakan dari Masdar
Farid Mas'udi, yang ketika itu menjabat sebagai direktur
P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan
Masyarakat). Pada tahun 1993, Kiai Husein diundang
dalam seminar tentang Perempuan dalam Pandangan
Agama-agama" Keterlibatan pertama Kiai Husein dengan
wacana gender, dimulaiketika ia mendapat ajakan dari
Masdar Farid Mas'udi, yang ketika itu menjabat sebagai
direktur P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren
dan Masyarakat). Pada tahun 1993, Kiai Husein diundang
dalam seminar tentang"Perempuan dalam Pandangan
Agama-agama". Sejak saat itu, ia mengetahuibahwa ada
masalah besar mengenai perempuan. Dalam kurun
waktu yang panjang, kaum perempuan mengalami
penindasan dan sering dieksploitasi. Dari situ, kemudian
Kiai Husein diperkenalkan dengan gerakan feminisme,

14 Ibid.,6.

7
gerakan yang berusaha untuk memperjuangkan
martabat kemanusiaan dan kesetaraan sosial (gender).15
9
G. Kajian Pustaka
1. Kajian Terdahulu
a. Skripsi oleh Noviyati Widiyani tahun 2010 berjudul Peran
KH.. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender di
Indonesia.
b. Skripsi oleh Afrizal tahun 2016 berjudul Peran Politik
Perempuan dalam Pemikiran KH.. Husein Muhammad.
c. Skripsi oleh Suprapti Ragiliani tahun 2014 berjudul
Kesetaraan Gender dalam Paradigma Fiqh (Studi Pemikiran
Husein Muhammad).
d. Skripsi oleh Ziadatun Ni'mah tahun 2009 berjudul Wanita
Karier dalam Pandangan Hukum Islam (Studi Pandangan KH..
Husein Muhammad).
e. Skripsi oleh Zulfikri berjudul Kepemimpinan Perempuan
(Studi Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH..
Husein Muhammad).
Dari beberapa penelitian di atas, kesemuanya memiliki
kesamaan dalam tokoh yang dikaji, yaitu KH. Husein Muhammad. Tetapi
kesemuanya berbeda tema dengan penelitian yang akan kami lakukan,
karena tidak satu pun yang meneliti tentang pemikiran KH. Husein
Muhammad mengenai otonomi tubuh perempuan. Selain itu ada juga
penelitian lain yaitu:
a. Jurnal yang di tulis oleh sabara dan di muat di jurnal
MIMIKRI volume 5 Nomer 1 tahun 2019 yang berjudul Konsep
otonomi tubuh dan kewajiban jilbab (studi kasus muslimah yang
melepas jilbab)
b. Jurnal berjudul “membebaskan tubuh perempuan dari
penjari media” di tulis oleh isywandi syahputra dan di muat dalam
jurnal Musâwa, Vol. 15 No. 2 Juli 2016
c. Jurnal yang di tulis oleh gabriella devi benedicta yang
berjudul “Dinamika Otonomi Tubuh Perempuan: Antara Kuasa

15 Ibid., 6.

8
dan Negosiasi atasTubuh” di publikasikan oleh Pusat Kajian
Sosiologi, LabSosio FISIP-UI dan di muat oleh . MASYARAKAT,
Jurnal Sosiologi, Vol. 16, No. 2, Juli 2011
Dari ketiga jurnal di atas memiliki kesamaan pada tema yang
di teliti yaitu mengenai otonomi tubuh perempuan, tetapi ketiganya
tidak meneliti konsep otonomi tubuh dalam pandangan kh husein
muhammad terlbih pendekatan yang di gunakan oleh tokoh yang di
gunakan sebagai landasan berfikir.
2. Kajian Teori
Berkenaan dengan skripsi yang berjudul otonomi tubuh
perempuan (studi pemikiran KH. Husein Muhammad) adapun teori
yang membahas tentang tema tersebut adalah
a. Feminisme
Di dalam kamus besar bahasa indonesia feminisme di
artikan sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak
sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki.16 Secara
etimologis, feminisme berasal dari kata Femme (woman), perempuan
(tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum
perempuan (jamak) sebagai kelas sosial kaum perempuan terhadap
kaum laki-laki, . Adapun dalam hubungan ini perlu dibedakan antara
male dan female (sebagai aspek perbedaanbiologis dan hakikat
alamiah), masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan
psikologis dan cultural).
Feminisme dianggap sebagai usaha pemberontakan kaum
perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat atau
fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada, atau institusi
rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya. 17 Secara
ideologis, feminisme adalah faham (pemikiran dan gerakan) yang
memperjuangkan transformasi sosial untuk terwujudnya dunia
dengan pranata sosial yang adil secara gender. Secara epistimologis,

16 KBBI v

17 Fakih, Mansour.2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka elajar.81.

9
feminisme adalah kajian sosial yang menganalisis dan menjelaskan
akar penyebab, dinamika dan struktur penindasan atas perempuan.
Penindasan dan pemerasan terhadap kaum perempuan disadari
terjadi di dalam masyarakat, di tempat kerja, di dalam keluarga. Dari
kedua kerangka pikir ini difahami bahwa feminisme bermaksud
“menelanjangi” sebab dasar mengapa relasi kuasa antara perempuan
dan laki-laki selama ini timpang atau asimetris. 18 Feminisme
mencoba untuk menghilangkan pertentangan antara kelompok yang
lemah yang dianggap lebih kuat. Lebih jauh lagi, feminisme menolak
ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah
dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki.19
Pada praktek keseharian feminisme hanya melulu di anggap
sebagai tuntutan emansipasi perempuan, padahal yang di maksud
oleh istilah tersebut adalah suatu gerakan sosial (sosial movment)
baik yang di lakukan oleh perempuan maupun laki-laki untuk
meningkatkan kedudukan dan hak-hak kaum perempuan dan laki-
laki secara adil.20
Berkaitan dengan gerakan tersebut munculah istilah equal
right movment atau gerakan persamaan hak, suatu upaya untuk
membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik, atau
lingkungan keluarga dan rumah tangga, cara ini sering di sebut
women’s liberation movment yang di singkat women’s lib atau
women’s emancipation movment, yaitu gerakan pembebasan
perempuan. Pada dasarnya feminisme merupakan implementasi dari
kesadaran untuk menciptkan keadilan gender dalam kerangka
demokratisasi HAM (hak asasi manusia) gerkakan tersebut di

18 : https://www.researchgate.net/publication/323992850

19 Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra: dariStrukturalisme
hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 186.

20 Hidayati, nuril, teor feminisme: sejarah, perkembangan dan relevansinya dengan kajian islam
kontemporer, jurnal harkat: media komunikasi gender.14 (1)2018. 23.

10
perkirakan muncul di eropa anatara akhir abad ke 14- sampai abad
ke 18.21
Isu kekinian yang di angkat oleh kaum feminis adalah:
pertaman mendefinisikan kembali istilah-istilah “alam/sifat”,
gender” dan hak-hak” yang telah lama terabaikan adalah tantangan
terhadap asumsi-asumsi gender dalam berbagai tradisi disipliner
“klasik”. Harus di akui bahwa di barat isu-isufeminis tidak lagi
sepesat dan sedinamis periode sebelumnya. 22
b. Otonomi tubuh
otonomi tubuh berakar pada otonomi diri sebagai subjek
sebagaimana yang digagas oleh filsafat eksistensialisme. Menurut
filsafat eksistensialisme (Gunarsa, 1996), manusia bertindak atas
dasar pandangan terhadap realitasnya sendiri yang subyektif bukan
karena realitas yang obyektif di luar dirinya. Setiap pribadi
bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannnya sendiri dan
kehidupan yang bermakna harus terhindarsejauh mungkin dari
ancaman, baik fisik maupun psikis.23
otonomi diri sebagai subjek berkembang menjadi otonomi
atas tubuh sebagai subjek yang berkuasa atas diri secara independen
tanpa intervensi dan kuasa dari pihak mana pun. Kajian otonomi
tubuh adalah anti tesa dari apa yang dikatakan oleh Foucault (2016)24
Otomomi tubuh menurut harper yang di kutip oleh gabriella
devi bedicta mengatakan adalah upayas istematis- berkelanjutan dari
setiap perempuan untuk mau dan mampu menjadikan tubuhnya
sendiri otonom, utuh dari penjajahansiapa dan ihak mana pun dan di
mata siapa pun.25 otomomi tubuh perempuan harus dilakukan
bersamaan dengan upaya perempuan memaknai eksistensi dirinya di

21 Ibid.,

22 Ibid.,

23 Sabara, MIMIKRI : Volume 5 Nomor 1 Tahun 2019. 18.

24 Sabara, MIMIKRI : Volume 5 Nomor 1 Tahun 2019. 18.

25 Gabriella Devi Benedicta, MASYARAKAT, Jurnal Sosiologi, Vol. 16, No. 2, Juli 201. 145

11
tengah gerusan dan gempuran berbagai gempuran kepentingan di
luar tubuh perempuan26 Seorang perempuan dikatakan dapat
memiliki otonomi atas tubuhnya sendiri jika ia dapat melakukan
kontrol atas tubuhnya. Jika seorang perempuan memiliki
kemampuan kontrol tersebut, ia dapat menentukan arah tubuhnya27
Dan inilah yang di lakukan oleh Qasim amin sejak lama,
qasim telah mengkampanyekan kebebasan atas perempuan, karna
menurutnya masalah inti yang terjadi pada perempuan adalah
perbudakan dalam segala hal, sehingga untuk bisa mengakhiri
semuanya harus ada pembebasan terhadap diri mereka. Lebih lanjut
ia mendefinisikan kebebasan yang dimaksud yaitu independensi
pemikiran, kehendak dan tingkah laku, selama tidak melebihi batas
keabsahan dan mampu memelihara standar moral masyarakat28
Kemandirian ini berlaku bagi perempuan dalam semua posisinya,
baik itu sebagai individu maupun masyarakat sosial, baik itu
berstatus sebagai anak, ibu, istri maupun saudara. Sebagai contoh
adalah perempuan sebagai individu, kemandirian sebagai individu
ini sudah terpikirkan oleh Amina Wadud.29
Ketika kebanyakan dari mufassir al-Quran menyoroti
perempuan dalam al-Quran sebagai anggota masyarakat, Wadud
memposisikan perempuan sebagai individu yang mempunyai
otonomi kekuasaan atas dirinya sendiri. Otonomi ini mencakup
kedudukannya sebagai seorang individu yang tidak pernah
dibedakan dengan individu yang lain oleh penciptanya, ia berhak
untuk beribadah dan melakukan hal lain sesuai dengan pemikiran
dan kehendaknya. Oleh sebab itu, hubungan antara Allah dengan

26 (Suara Merdeka, 29/04/2009)

27 Gabriella Devi Benedicta, MASYARAKAT, Jurnal Sosiologi, Vol. 16, No. 2, Juli 201. 145

28limmatus Sauda’, Studi Perbandingan Atas Otonomi , Perempuan dalam al-Qur’an dan bibel,
PALASTREN, Vol. 6, No. 2, Desember 2013. 337

29 Ibid.,337-338.

12
individu diungkapkan al-Qur’an dengan tidak menggunakan
terminologi jenis kelamin30 Ketika menyebut individu, al-Qur’an
paling sering menggunakan kata nasf seperti dalam surat al-Baqarah
ayat 286 yang artinya
......... “Allah tidak akan membebani seseorang nafs
melainkansesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
darikebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan
yang dikerjakannya.”..........

H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kulaitatif. Bogdan dan taylor sebagaimana di kutip oleh
Basrowi dan Suwandi mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.31 Afrizal
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu
sosial yang mengumpulkan dan mengenalisis data berupa kata-kata
(lisan-maupun tulisan) dan perbuatan manusia serta peneliti tidak
berusaha m,enghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang
telah di peroleh dan dengan demikian tidak menganilis angka-angka. 32
Definisi lain di sampaikan oleh sugiono bahwa metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang bertumpu pada filsafat post
positivisme, di pergunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah,
(lawannya adalah ekperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.33 Lebih

30 Ibid., 338

31 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 21.

32 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 13.

33 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, cet. 20 (Bandung: Alvabeta,

13
jeasnya lagi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat di capai dengan mengunakan
statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi, penelitian kualitatif dapat
menunjukan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan
kekerabatan.34
2. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (librarian research).


Adapun yang dimaksud dengan penelitian pustaka adalah: penelitian
yang dilaksanakan dengan menggunakan literarur (kepustakaan), baik
berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti
terdahulu.35 Jenis penelitian ini dipilih karena sumber-sumber data
penelitian diperoleh dari berbagai karya tulis seperti buku, majalah, dan
dokumen-dokumen lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung memiliki keterkaitan dengan persoalan yang diteliti.
Data Data-data yang diperoleh akan digunakan untuk menemukan
pandangan komprehensif KH.. Husein Muhammad mengenai otonomi
tubuh perempuan
3. Sumber data

Sumber data penelitian ini terdiri dari dua macam, yakni sumber
data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui perantara),36 juga sumber data yang langsung berkaitan dengan

2014), 9.

34 M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Akmanshur, Metodologi Penelitian kualitatif(jogjakarta:ar-


ruzz media, 2017),25.

35 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam

Penelitian (Yogyakarta: Andi, 2010), 49.

36 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam

Penelitian (Yogyakarta: Andi, 2010), 44.

14
objek penelitian.37 Adapun sumber data primer dalam penelitian ini
hasil wawancara terhadap KH. Husein Muhammad, karya-karya pribadi
KH. Husein Muhammad yang di dalamnya membahas tentang otonomi
atau kekuasaan perempuan untuk mengelola kehidupanya
4. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan orisisnilitas yang baik serta dapat di
pertanggng jawabkan seacara akademik, penelitian ini akan
mengkolaborasikan dua teknik pengumpulan data, yaitu dengan teknik
wawancara (interview) dan teknik dokumentasi yang di dapatkan dari
sumber data yang telah di sebutkan sebelumnya.
a. Wawancara
Dengan teknik wawancara peneliti akan mengumpulkan data
dalam metode survei dengan mengunkan pertanyaan secara lisan
kepada subyek38 baik di lakukan secara langsung (face to face)
maupun mengunakan media (telfon, dan lai-lain) menyesuaikan
kondisi.39 Dan sistematikanya akan menggunkan wawancara
terstruktur (structured interview), wawancara semiterstruktur
(semistructure interview) dan wawancara tak berstruktur (unstruture
interview)40 Dalam proses wawancara peneliti akan mempersiapkan
pertanyaan pertanyan yang akan di tanyakan pada obyek tetapi tidak
memungkinkan dalam pelaksanaan pertanyaan akan melebar guna
mendalami hal-hal yang ingin di dapatkan oleh peneliti dari seorang
obyek dari setiap hal-hal yang di utarkan dari obyek itu sendiri.
Dengan teknik ini, penulis juga ingin mengungkap maksud-maksud
beyond the text (di luar teks) yang ingin disampaikan KH. Husein
Muhammad tentang otonomi tubuh.
b. Dokumentasi

37 Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, 31.

38 Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), 171.

39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif (Bandung: Alvabeta, 2017), 117.

40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif (Bandung: Alvabeta, 2017), 115-116.

15
Metode dokumentasi adalah metode yang di gunakan oleh
peneliti dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen untuk data-
data yang di perlukan.41 Dokumen dapat berupa catatan peristiwa
yang usdah berlalu, bisa beebntuk tulisan, gambar, karya
monumental, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijkan,42
jurnal, buku, terbitan yang di pblikasikan pemerintah atau instansi,
atau media masa.43 Dengan teknik ini, peneliti akan mencari,
mengumpulkan, dan menelaah berbagai buku dan sumber tertulis
lainnya yang memiliki relevansi dengan topik yang diteliti. Data
yang akan didokumentasikan adalah data-data tertulis yang berisi ,
pendapat, teori - teori otonomi tubuh perempuan KH. Husein
muhammad
5. Teknik analisis data
Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam penyelesaian
suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data yang terkumpul tanpa dianalisis
menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati dan tidak
berbunyi. Olehkarena itu, analisis data ini untuk memberi arti, makna,
dan nilai yangterkandung dalam data44 Analisis data merupakan tahapan
yang penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data
yang terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti,
menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Olehkarena itu, analisis data
ini untuk memberi arti, makna, dan nilai yangterkandung dalam data 45
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik
content analysis (analisis isi). Menurut Suharsimi Arikunto,
sebagaimana dikutip Andi Prastowo, analisis isi adalah metode

41 M. Djamal, Paradigma Penelitian Kulaitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 86.

42 Sugiyono, metode penelitian kualitatif (bandng, alfabeta, 2017),124.

43 Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), 173.

44 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan


Metodologi Penelitian (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 119.

45Sutrisno Hadi, Metodologi Reseac (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Ugm, 1983), 42.

16
penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan
dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau bentuk rekaman
lainnya.57 Sedangkan menurut Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir,
analisis isi adalah setiap prosedur sistematis yang dirancang untuk
mengkaji isi informasi terekam. Datanya bisa berupa dokumen-
dokumen tertulis, film-film, rekaman-rekaman audio, sajian-sajian
video, atau jenis media komunikasi yang lain. 46 Kedua pengertian di
atas, tidak berbeda jauh, sama dalam substansi, berbeda dalam redaksi.
Singkatnya, analisis isi adalah teknik analisis data yang memanfaatkan
seperangkat prosedur sistematis untuk mengkaji sumber informasi yang
terekam.
Dalam penelitian ini, teknik analisis isi dipilih karena ia sangat
cocok apabila digunakan dalam penelitian terhadap isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa, meskipun sebenarnya, analisis
isi juga dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi,
baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan
dokumentasi yang lain. Analisis isi juga berguna dalam memahami
pesan simbolis dalam bentuk dokumen yang mana sumber data tidak
terstruktur, juga menganalisis gambaran yang dimiliki oleh seseorang
tentang berbagai aspek realitas. Berguna untuk membandingkan isi dari
dua atau tiga buku sekaligus yang memiliki topik yang sama.47
Adapun tahapan-tahapan analisis yang akan penulis gunakan
adalah tahapan-tahapan sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Henry
Subiakto, sebagai berikut48
a) Menentukan permasalahan

46 Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir, Metode dan Analisis Penelitian: Mencari Hubungan,

terj. Arief Sukadi Sadiman (Jakarta: Erlangga, 1987), 48.

47 Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, 84.

48 Henry Subiakto, Analisis Isi Media, Metode, dan Pemanfaatannya, dalam Bungin (ed.),

Metodologi Penelitian Kualitatif, 193-197.

17
Sebagaimana penelitian lainnya, analisis isi juga dimulai
dengan menentukan permasalahan. Usaha memperoleh
jawaban dari permasalahan tersebut dengan sendirinya
merupakan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

b) Menyusun keranga pemikiran


sebelum mengumpulkan data, peneliti diharapkan telah mampu

merumuskan gejala atau permasalahan yang akan diteliti.


dengan kata lain, peneliti telah mengemukakan conceptual
definition terlebih dahulu terhadap gejala yang akan diteliti.
c) Menyusun Perangkat Metodologi
Dalam tahapan ini si peneliti diharapkan mampu menyusun
perangkat metodologi yang akan dipergunakan. Termasuk
dalam tahap ini adalah: menentukan metode pengumpulan data
dan menentukan metode analisis.

d) Analisis data
Merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan
oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu.

e) Interprestasi data
Merupakan interpretasi terhadap hasil analisis data. Pada
dasarnya interpretasi data merupakan usaha peneliti untuk
menyimpulkan hasil temuan dan analisis data yang diperoleh
secara empiris dikembalikan ke level tual.

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan untuk memberikan gambaran secara


global tentang isi dari bab yang dijadikan rujukan sehingga akan lebih
mudah dalam meninjau dan menanggapi isinya. Untuk lebih jelasnya akan

18
di papaprkan dari satu bab I hingga bab Terakhir49 Adapun sistematika p
embahasan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
BAB I: berisi pendahuluan yang merupakan dasar pijakan
dilakukannya sebuah penelitian. meliputi judul, latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II: kajian kepustakkan dalam ini memuat tentang kajian
terdahulu dan kajian teori. Di bagian awal kami cantumkan kajian
terdahulu yang membhas tentang panadangan penghulu, kriminalisasi dan
dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut, kemudian pada kajian teori
kami paparkan teori-teori yang berhubungan dengan judul peelitian
otonomi tubuh perempuan (studi pemikiran KH. Husein Muhammad)
BAB III: pada bab ini kami mengisinya dengan penyajian data
dan ananlisis. Data yang akan kami papaprkan adalah data yang kami
dapatkan selama masa penelitian dan analisis akan berisikan temuan-
temuan yang kami dapatkan selama proses penelitian
BAB IV: merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan,
rangkuman atas jawaban-jawaban terhadap fokus masalah yang diajukan.
Juga memuat saransaran.

49 Tim penyusun STAIN JEMBER, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember
Pres, 2015), 14.

19
20

Anda mungkin juga menyukai