Anda di halaman 1dari 2

SUCITRA

1840501097

Kedudukan anak Menurut KUHPerdata


1. Anak sah, yaitu mereka yang lahir didalam suatu perkawinan, pengertian ini berdasarkan Pasal
250 KUHPerdata, yakni : “ Tiaptiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang
perkawinan, memperoleh si suami sebagai bapaknya”.

2. Anak yang lahir di luar perkawinan, akan tetapi diakui oleh seorang ayah saja atau seorang ibu
atau diakui oleh ayah dan ibu keduaduanya.
Dalam hal ini ditegaskan didalam Pasal 272 KUHPerdata, Yakni: Kecuali anak-anak yang
dibenihkan dalam zina atau dalam sumbang, tiap-tiap anak yang terbuahkan diluar perkawinan,
dengan kemudian kawinnya bapak dan ibunya akan menjadi sah, apabila kedua orang itu sebelum
kawin telah mengakuinya menurut ketentuan-ketentuan Undang-Undang atau apabila pengakuan
itu dilakukan dalam akta perkawinan sendiri.
Pengakuan anak menimbulkan pertalian kekeluargaan antara yang mengakui dengan yang diakui.
Maksudnya, apabila yang mengakui adalah ayah/ibu maka pertalian darah tersebut hanya dengan
ayah, adapun yang lain tidak terikat dalam oleh pengakuan orang lain.
Demikian pula apabila pengakuan tersebut dari pihak ibu, maka dalam hal ini timbul pertalian
kekeluargaan dengan ibu, akan tetapi tidak berlaku demikian bagi keluarga yang lain. Seorang
anak yang lahir diluar perkawinan kemudian menjadi anak syah apabila ayah dan ibu melakukan
perkawinan secara syah.

3. Anak yang menurut hukum tidak punya ayah dan tidak punya ibu, hal ini dapat terjadi pada anak
diluar perkawinan, dan tidak diakui oleh kedua orangtuanya.
Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974, Pasal 42- 44, ketentuan Undang-Undang perkawinan
kedudukan anak diatur secara tegas sebagai berikut:
Pasal 42 berbunyi : ”Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah”.
Pasal 43 berbunyi : 1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
Perdata dengan ibunya dan keluarga ibunnya. 2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas
selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 44 berbunyi : 1) Seorang suami dapat
menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh istrinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa
istrinya telah berzina dan anak itu akibat daripada perzinaan tersebut. 2) Pengadilan memberikan
keputusan tentang sah/tidaknya anak atas permintaan pihak yang berkepentingan. 1

1 B a B Ii and a Pengertian Sistem, ‘Universitas Sumatera Utara 7’, 2001, 7–37.


4. Anak sumbang, dapat disimpulkan bahwa anak sumbang adalah anak yang dilahirkan dari
hubungan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah yang dekat, sehingga antara mereka
dilarang undang-undang untuk menikah. Anak sumbang pada dasarnya merupakan anak luar
kawin dalam arti bukan anak sah. Dalam pasal 283 KUH Perdata bahwa anak sumbang tidak bisa
diakui. Setelah adanya putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010, anak sumbang tersebut juga tidak
dapat diakui karena putusan tersebut hanya mengatur tentang anak luar kawin yang perkawinan
orang tua nya tidak melakukan pencatatan atau administrasi. Dalam pasal 867 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata bahwa undang-undang tidak memberikan hak waris, hanya memberikan
kepada anak sumbang hak menuntut pemberian nafkah seperlunya terhadap harta orang tuanya.
Dan bisa menjadi ahli waris dengan cara wasiat atau testament.

Anda mungkin juga menyukai