Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika

tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Berdasarkan

PERKENI tahun 2015, diabetes mellitus ditegakkan bila kadar glukosa darah puasa (GDP)

≥126 mg/dL atau glukosa darah 2 jam pasca pembebanan (GDPP) ≥200 mg/dL atau gula darah

sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL dengan gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dan

jumlah banyak, dan berat badan turun.

Diabetes mellitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah

satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para

pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes mellitus terus meningkat selama

beberapa dekade terakhir (WHO Global Report, 2016).

Tercatat diabetes mellitus termasuk dalam 10 penyakit tidak menular di wilayah kerja

puskesmas Sukorame, sebanyak 618 penderita. Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan

diagnosis dokter pada penduduk semua umur di provinsi Jawa Timur mencapai 2% atau sebesar

151.878 juta (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018). Riset kesehatan dasar,

memperlihatkan peningkatan angka prevalensi diabetes mellitus yang cukup signifikan, yaitu

dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018, sehingga estimasi jumlah penderita di

Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang yang kemudian berisiko terkena penyakit lain

(Kemenkes, 2018).

Diabetes mellitus menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang

lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%) dari

3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh

diabetes mellitus yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara negara

berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi (WHO

Global Report, 2016).

Obesitas adalah terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat

menimbulkan risiko bagi kesehatan (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2018). Terdapat berbagai

metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrining obesitas yaitu

antara lain pengukuran indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar

leher, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Liberty, 2016).

Hasil RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan bahwa obesitas termasuk dalam salah

satu masalah kesehatan yang terus meningkat di Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan dari data

RISKESDAS tahun 2018 bahwa tahun 2007 persentase obesitas 10,5%, tahun 2013 14,8%, dan

tahun 2018 21,8% penduduk dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Dan angka kejadian

obesitas di provinsi Jawa timur berada di peringkat 15 dari 24 provinsi di Indonesia

Sejak tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar masyarakat dewasa (usia lebih dari 18 tahun)

mengalami berat badan lebih, dan 650 juta diantaranya mengalami obesitas. Perlu diketahui

bahwa berat badan lebih dan obesitas angka mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan berat

badan kurang. Lebih dari 340 juta anak dan remaja muda usia 5-17 mengalami berat badan

lebih dan obesitas. Pada anak dibawah 5 tahun, terdapat 41 juta anak mengalami berat badan

lebih dan obesitas pada tahun 2016 (World Health Organization, 2018).

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama (Zahra dkk, 2015).

Upaya tersebut bisa melibatkan kader posyandu, karena kader merupakan ujung tombak dalam
kegiatan yang mendukung permasalahan kesehatan serta kader berasal dari masyarakat itu

sendiri, sehingga mereka mampu bergerak secara luas dan luwes (Nurasiah, 2019).

Konseling pada obesitas maupun diabetes merupakan salah satu cara untuk

menurunkan salah satu faktor risiko PTM dengan cara memberikan informasi mengenai diet

rendah kalori kepada peserta yang mengalami obesitas dan kepatuhan obat diabetes mellitus

mempengaruhi pemahaman pasien tentang pentingnya kontrol pengobatan diabetes mellitus

(Ayu, 2016). Maka dari itu pentingnya meningkatkan pengetahuan kader tentang konseling

pada pasien diabetes mellitus dan obesitas akan dapat mengubah asumsi dan perilaku pasien

yang salah sehingga hal tersebut dapat diperbaiki atau dikoreksi (Surya, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin meneliti efektivitas pelatihan konseling

diabetes mellitus dan obesitas terhadap pengetahuan, sikap dan ketrampilan kader puskesmas

Sukorame.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efektivitas pelatihan konseling diabetes mellitus dan obesitas terhadap

pengetahuan, sikap, dan keterampilan kader puskesmas Sukorame?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui efektivitas pelatihan konseling diabetes mellitus dan obesitas terhadap

pengetahuan, sikap, dan keterampilan kader puskesmas Sukorame

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

a. Sebagai sarana pembelajaran peneliti dalam pembuatan karya tulis ilmiah

b. Mengetahui efektivitas pelatihan konseling DM dan obesitas terhadap pengetahuan,

sikap, dan keterampilan kader di wilayah kerja puskesmas Sukorame kota Kediri

c. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Kediri


a. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan mengenai efektifitas pelatihan

konseling DM dan obesitas terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan kader

b. Sebagai acuan keberhasilan program Dinas Kesehatan sebagai upaya pengendalian

diabetes mellitus dan obesitas

c. Sebagai bahan evaluasi terkait program puskesmas dalam pelayanan lansia

1.4.3 Manfaat Bagi Puskesmas Sukorame Kota Kediri

a. Meningkatkan kinerja puskesmas Sukorame kota Kediri mengenai penanganan PTM

melalui kader yang telah diberikan pelatihan

b. Meningkatkan angka keberhasilan pelayanan konseling terutama pada penyakit DM

dan obesitas

c. Memberikan informasi kepada puskesmas mengenai efektivitas pelatihan konseling

DM dan obesitas terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan kader di wilayah kerja

puskesmas Sukorame kota Kediri

1.4.4 Manfaat Bagi Kader

a. Memberikan tambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan kader mengenai DM dan

obesitas di wilayah kerja puskesmas Sukorame kota Kediri

1.4.5 Manfaat Bagi Masyarakat

a. Meningkatkan pengetahuan mengenai DM dan obesitas masyarakat di wilayah kerja

puskesmas Sukorame kota Kediri

b. Meningkatnya mutu kesehatan masyarakat wilayah kerja puskesmas Sukorame kota

Kediri

Anda mungkin juga menyukai