Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER I NY ”N"

G4 P3 A0 H3 DENGAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I

DI BPM HUSNEL HAYATI

DESA SIABU

NAMA : NUR MARDIANA

NIM :1615301015

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TAHUN 2019
2
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur tak henti-hentinya penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidaya-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir berupa karya tulis ilmiah dengan judul ”asuhahan
kebidanan Pada Ny ”N” Dengan kehamilan 10 minggu 6 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM HUSNEL HAYATI Amd.keb Desa
Siabu”. Salawat dan salam tak lupa penulis hanturkan atas junjungan besar
nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini, tidak terlepas dari
berbagai hambatan dan kesulitan, namun atas dukungan, bimbingan serta
motifasi dari berbagai pihak, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini juga penulis dengan tulus ikhlas meyampaikan ucapan
terima kasih kepada pembimbing karya tulis ilmiah yang telah membantu dan
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih banyak, harapan kami


semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Wassalam……

Bangkinang,Februari 2019

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................. 3
E. Metode Penulisan ............................................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8
A. Konsep Dasar Tentang Kehamilan................................................................. 8
B. Konsep Dasar Tentang Hiperemesis Gravidarum .................................... 18
C. Konsep Dasar Tentang Antenatal Care ........................................................ 24
D. Pengertian Manajemen Kebidanan ............................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 29
A. Langkah I identifikasi data dasar................................................................... 29
B. Langkah II identifikasi diagnosa / masalah aktual ...................................... 34
C. Langkah III identifikasi diagnosa/ masalah potensial ................................. 37
D.Langkah IV identifikasi tindakan segera/ kolaborasi ................................... 39
E. Langkah V rencana tindakan asuhan kebidanan ....................................... 39
F. Langkah VI implementasi asuhan kebidanan .............................................. 42
G. Langkah VII evaluasi hasil asuhan kebidanan ............................................ 43
H. Pendokumentasian hasil asuhan ................................................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 50
A.Langkah I Pengkajian dan Analisa Data ........................................................ 50
B. Langkah II Diagnosa / Masalah Aktual.......................................................... 51

ii
C. Langkah III Diagnosa / Masalah Potensial ................................................... 52
D. Langkah IV Melaksanakan Tindakan Segera / Kolaborasi ........................ 52
E. Langkah V Perencanaan Tindakan ............................................................... 52
F. Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan ............................................. 53
G. Langkah VII Evaluasi ....................................................................................... 53
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 55
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 55
B. Saran ............................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 57

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Visi dan misi depkes 2010 – 2014 adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk
swasta dan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani,
melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan serta menciptakan
tata kelolah pemerintah yang baik

Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan


yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan
fisik serta dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada
ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan pengawasan tersebut
dapat diketahui berbagai komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan
sehingga dapat segera diatasi. (Nurul jannah, 2012 : 9)

Mual dan muntah terjadi pada 60 - 80% primigravida dan 40 - 60%


multigravida. Satu diantara 1000 kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG dalam serum.

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak


terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolik, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat
badan. (Eni Nur Rahmawati, 2011:50)

Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap


tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan
dan persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit.
Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara-negara

1
berkembang. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia
(SDKI) tahun 2007, angka kematian ibu masih terbilang tinggi, yakni 228
per 100.000 kelahiran hidup. Ibu meninggal terutama terjadi pada masa
kehamilan, persalinan, dan nifas. Sesuai tujuan pembangunan milenium
(MDGs), angka kematian ibu (AKI) pada 2015 ditargetkan turun menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu maternal yang
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan propinsi di Sulawesi Selatan pada tahun
2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran
hidup, Sedangkan tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami
penurunan menjadi 121 orang atau 85,17 per 100.000 kelahiran hidup dan
pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 118 orang atau 78,84 per 100.000
KH. Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari kematian ibu hamil (19%),
kematian ibu bersalin (46%), dan kematian ibu nifas (35%), dan salah satu
penyebab dari kematian ibu hamil tersebut adalah hiperemesis gravidarum.

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus


Hiperemesis gravidarum sebagai judul Karya Tulis Ilmiah.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah asuhan kebidanan pada Ny. "B" gestasi 10 minggu 6 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM HUSNEL HAYATI 23 - 26
Maret 2018.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “B” dengan


hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM HUSNEL HAYATI pada
tanggal 23 - 26 Maret 2018 dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan sesuai wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat dilaksanakannya pengkajian pada Ny “B” kehamilan 10


minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I.

2
b. Dapat dianalisa dan diinterpretasikan untuk menentukan diagnosa
aktual pada Ny “N” kehamilan 10 minggu 6 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I.
c. Dapat diantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa/ masalah
potensial pada Ny “N” kehamilan 10 minggu 6 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I.
d. Dapat dilaksanakan tindakan segera dan kolaborasi
pada Ny “N" kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I.
e. Dapat dilaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
telah disusun pada Ny "N" kehamilan 10 minggu 6 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I.
f. Dapat dilaksanankan implementasi secara langsung dari rencana
tindakan yang telah disusun pada Ny “N” kehamilan 10 minggu 6
hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I.
g. Dapat dievaluasi efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan pada
Ny “N” kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I.
h. Dapat didokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah
diberikan kepada Ny “N" kehamilan 10 minggu 6 hari dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan kasus tersebut di atas adalah :

1. Manfaat praktis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang
program pendidikan diploma III di akademi kebidanan sandi karsa
makassar.
2. Manfaat ilmiah
3. Sebagai masukan bagi petugas kesehatan utamanya bidan dalam
penanganan kasus khususnya yang berkaitan dengan hiperemesis
gravidarum
4. Manfaat institusi

3
Sebagai bahan acuan / pedoman bagi instansi jurusan kebidanan
untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya
5. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman yang sangat berharga dapat menambah
kernampuan dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
khususnya hiperemesis gravidarum tingkat I.

E. Metode Penulisan
Penulisan kasus ini menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Studi kepustakaan

Penulis mempelajari buku - buku, literature dan media internet yang


berhubungan dengan kasus hiperemesis gravidarum

2. Studi kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan
kebidanan oleh helen varney (1997) dengan 7 langkah yang di susun
secara periodik proses asuhan kebidanan di mulai dari pengkajian
dan di akhiri dengan evaluasi serta pendokumentasian. Untuk
menghimpun data yang di harapkan, penulis menggunakan metode:
a. Wawancara

Penulis mengadakan tanya jawab atau diskusi dengan pasien,


keluarga, bidan dan dokter di ruang nifas yang berhubungan dengan
masalah klien.

b. Observasi

Penulis memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan


secara langsung pada pasien.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi perkusi


dan pemeriksaan laboraturium.

3. Studi Dokumentasi.

4
Membaca dan mempelajari kasus serta menginterprestasi data yang
berhubungan dengan klien, yang bersumber dari catatan buku status,
seperti catatan dokter, bidan, hasil laboraturium.serta diagnostik tes.

4. Diskusi

Penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan seperti dosen


pembimbing dan institusi untuk kelancaran penulis karya tulis ilmiah
ini.

F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sismatika Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Kehamilan

1. Konsep Dasar Tentang Kehamilan

2. Perubahan - Perubahan Dalam kehamilan

B. Konsep Dasar Tentang Hiperemesis Gravidarum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

5
2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum

3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

4. Patologi Hiperemesis Gravidarum.

5. Gejala dan Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum

6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

7. Penanganan Hiperemesis Gravidarum

C. Konsep Dasar Tentang Antenatal Care

1. Pengertian Antenatal Care

2. Tujuan Antenatal Care

3. Langkah-langkah Asuhan Antenatal Care

D. Proses Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

BAB III. STUDI KASUS

A. Langkah I Pengumpulan Data dan Analisa Data Dasar

B. Langkah II Perumusan Diagnosa / Masalah Aktual

C. Langkah III Perumusan Diagnosa/ Masalah Potensial

D. Langkah IV Pelaksanaan Tindakan Segera dan Kolaborasi

E. Langkah V Perumusan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

F. Langkah VI Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

G. Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan

6
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB IV. PEMBAHASAN

Pada bab ini di bahas adanya kesenjangan antara teori dan studi kasus
yang dilakukan pada Ny“B” dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di
RSKD ibu dan anak makassar pada tanggal 07 - 09 Juni 2012.

BAB V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Saran

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Kehamilan


Pengertian kehamilan
a. Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatosoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
(Manuaba, 2010 : 75 )
b. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi,
bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. (Sarwono, 2008 : 213)

Kehamilan terbagi menjadi 3 periode bulanan, yang disebut sebagai :

1) Trimester pertama (minggu 1 hingga ke-12)

2) Trimester kedua (minggu ke-13 hingga ke-27)

3) Trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40)

Proses terjadinya kehamilan

a. Ovulasi

1) Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi


folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai
pembentukan cairan folikel.

2) Desakan folikel de graaf ke permukaan ovarium menyebabkan


penipisan dan devaskilarisasi.

3) Selama pertumbuhan menjadi folikel de graaf ovarium mengeluarkan


hormone estrogen yang dapat mempengaruhi :

8
a) Gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium
b) Gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi
c) Peristaltic tuba makin aktif

4) Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang


mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi

5) Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka


ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba.

6) Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus,


dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk
dibuahi.

b. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.

1) Spermatogonium berasal dari selprimitif tubulus.


2) Menjadi spermatosit pertama
3) Menjadi spermatosit kedua
4) Menjadi spermatid
5) Akhirnya spermatozoa

Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang


kompleks dari pancaindara, hipotalamus, hipofisis dan interstitial Leydig
sehingga spermatogonium dapat mengalami mitosis, Sebagian besar
spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat
mencapai tuba fallopii. Spermatozoa yang masuk kedalam alat genetalia
wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk
mengadakan konsepsi.

c. Konsepsi

Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :

1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona


radiata yang mengandung persediaan nutrisi.

9
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona
pellusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran pada zona
pellusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas
yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

d. Implantasi

Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang


mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan
pertumbuhan berjalan, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel
trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara sekresi
endometrium telah mungkin gembur dan makin banyak mengandung
glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas primer vili korialis melakukan
destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga dapat menanamkan diri di dalam
endometrium. Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi,
terladi pada hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi. (Manuaba, 2010 : 75 –
82)

Tanda dan gejala kehamilan

a. Tanda-tanda dugaan hamil

1) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi


menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi.
2) Mual dan muntah (emesis). Progesteron memyebabkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi
hari disebut morning sickness.
3) Ngidam, wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.
4) Sinkope atau pingsan terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

10
sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan
16 minggu.
5) Payudara tegang payudara tegang, pengaruh estrogen-progesteron
dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam
pada payudara. Payudara membesar dan tegang ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6) Sering miksi, Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada trimester kedua gejala ini
sudah mulai menghilang.
7) Konstipasi atau obstipasi, pengaruh progesteron dapat menghambat
peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi kulit, keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma
gravidarum) pada dinding perut (striae livide, striae nigra, linea alba
makin hitam) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae,
putting susu makin menonjol, kelenjar montgomery, pembuluh darah
menifes sekitar payudara).
9) Epulis, Hipertropi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
10) Varices atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh
hormone estrogen dan progesterone.

Tanda tidak pasti kehamilan

1) Uterus membesar.

Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsisten rahim. Pada


pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin
lama makin bundar bentuknya.

2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai

a) Tanda chadwick
b) Tanda hegar
c) Tanda piscaseck
d) Kontraksi braxton hicks

11
e) Teraba ballotement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian kemungkinan


positif palsu.

Tanda pasti kehamilan

1. Gerakan janin dalam rahim

a) Terlihat / teraba gerakan janin


b) Teraba bagian-bagian janin

2. Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat doppler


b) Dilihat dengan ultrasonografi
c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi. ( Manuaba, 2010 : 107 - 109)

2. Perubahan - Perubahan Dalam kehamilan

Perubahan-perubahan dalam kehamilan

a. Perubahan fisiologis pada system reproduksi

1) Uterus

Uterus yang semula sebesar jempol (30gr) mengalami hipertropi dan


hiperflasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan
(40 minggu). Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur
bebek, dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa.
Pada saat itu fundus uterus sudah dapat diraba dari luar, 3 jari di atas
simfisis. Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira-kira sebesar
kepala bayi dan tinggi fundus uteri kira-kira setengah dari jarak simfisis
dan pusat.

Pada kehamilan 20 minggu, fundus uteri kira-kira 2 jari bawah pusat


sedangkan pada umur kehamilan 24 minggu fundus uteri tepat di tepi
atas pusat. Pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri terletak kira-

12
kira 3 jari di atas pusat. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak
di pertengahan pusat- prosessus xifoideus. Pada kehamilan 36 minggu
tinggi fundus uteri terletak kira-kira 1 jari di bawah prosessus xifiodeus,
dalam hal ini kepala bayi belum masuk pintu atas panggul. Pada
kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi 3 jari di
bawah prosessus xifoideus karena kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul. (Indrayani, 2012:105)

2) Serviks

a) Bertambahnya vaskularisasi dan menjadi lunak, kondisi ini yang


disebut tanda Goodell.
b) Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan
mucus.
c) Akibat dari pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, terjadi
perubahan warna menjadi livid dan ini disebut dengan tanda
chadwick. (Nurul, 2012 : 89)

3) Vagina dan vulva

a) Trimester I
Terjadi peningkatan vaskularisasi karena pengaruh hormon estrogen,
peningkatan vaskularisasi menimbulkan tanda chadwick (warna merah
tua atau kebiruan) pada vagina sampai minggu ke-8 kehamilan. Dan
sekresi vagina menjadi lebih kental, putih dan asam karena
meningkatnya jumlah glikogen pada lapisan epitel vagina yang
berfungsi untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
bakteri pathogen yang mungkin ada dalam vagina.
b) Trimester II
Sekresi vagina meningkat, hal ini normal jika tidak disertai gatal, iritasi
atau bau busuk.
c) Trimester III
Estrogen menyebabkan perubahan pada lapisan otot dan epithelium.
Lapisan otot membesar, vagina lebih elastic yang memungkinkan
turunnya bagian bawah janin.

13
4) Mammae

a) Bertambahnya ukuran dan peningkatan sensitivitas yang bervariasi


dari rasa geli ringan, rasa berat, sampai nyeri yang tajam.
b) Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah di bawah kulit
berdilatasi, seringkali tampak sebagai jaringan biru dibawah
permukaan kulit.
c) Hipertrofi kelenjar sebasea (lemak) muncul diareola primer dan
disebut tuberkel montgomery, kelenjar ini mempunyai peran
protektif sebagai pelumas putting susu.
d) Sekresi prakolostrum yang cair dan jernih akan mengental saat
kehamilan mendekati aterm dan kemudian disebut kolostrum.

b. Perubahan fisiologis pada system pernafasan

1) Peningkatan kadar estrogen ligament pada kerangka iga berelaksasi


sehingga ekspansi rongga dada meningkat seiring pembesaran uterus
ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut.
2) Pembesaran kapiler membentuk edema dan hyperemia di hidung,
faring, laring, trakea dan bronkus.
3) Meningkatnya volume tidal,volume gas bergerak masuk atau keluar
traktus respiratorius yang memberikan keuntungan bagi janin sehingga
dapat mentransfer karbondioksida melalui plasenta ke sirkulasi ibu.

c. Perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler

1) Cardiac Output meningkat selama kehamilan normal sekitar 30


sampai 50%, pada akhir kehamilan mungkin terjadi hambatan pada
vena cava inferior pada usia kehamilan aterm.
2) Antara 1-10% ibu hamil mengalami supine hypotension syndrome/
sindrom hipotensi pada saat berbaring telentang dan mengalami
penurunan tekanan darah serta gejala-gejala seperti pusing, pening,
mual dan rasa akan pingsan.
3) Penurunan tahanan vaskuler perifer selama kehamilan disebabkan
karena relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh hormone

14
progesterone yang mengakibatkan penurunan tekanan darah selama
trimester pertama.
4) Peningkatan volume merupakan mekanisme protektif, yang penting
untuk system vaskuler yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran
uterus, hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri
atau telentang, cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang
selama proses melahirkan dan puerperium.

d. Perubahan fisiologis pada sistem pada gastrointestinal

a) Lambung dan usus tergeser oleh uterus yang membesar seiring


dengan kemajuan usia kehamilan.
b) Biasanya terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah
c) Pirosis (nyeri ulu hati) disebabkan oleh refluks secret-sekret asam ke
esophagus bagian bawah.
d) Gusi dapat terjadi hiperemis dan melunak, dapat berdarah serta
cidera ringan.
e) Haemorroid sering terjadi ini disebabkan oleh konstipasi dan
peningkatan tekanan pada vena-vena di bawah uterus yang
membesar.

e. Perubahan fisiologis pasa sistem Perkemihan

1) Peningkatan tekanan pada kandung kemih akibat dari pertumbuhan


uterus selama trimester pertama dan ketiga menimbulkan sering
berkemih
2) Vaskularisasi pada blass menyebabkan tonus otot turun.
3) Hemodilusi terjadi menyebabkan metabolism air meningkat sehingga
pembentukan urine bartambah.

f.Perubahan fisiologis pada sistem integumen

1) Terjadi peningkatan pigmentasi pada payudara, abdomen, vulva dan


wajah (cloasma atau topeng kehamilan)

15
2) Linea alba, garis putih tipis yang membentang dari simfisis pubis
sampai bagian atas fundus dan dapat menjadi lebih gelap.Biasanya
menghilang setelah melahirkan.
3) Striae, garis-garis sedikit cekung kemerahan timbul pada kulit
abdomen,paha dan payudara.
4) Munculnya angioma atau bintik-bintik/garis menonjol kecil merah
khususnya terjadi pada wajah, leher, dada atas dan lengan dengan
radikel-radikel bercabang yang disebabkan oleh hiperestrogenemia.

g.Perubahan fisiologis pada sistem musculoskeletal

1) Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring


kedepan,penurunan tonus otot perut dan peningkatan beban berat
badan membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura
spinalis.
2) Pergerakan menjadi lebih sulit,gaya berjalan wanita yang bergoyang
disebut “langkah angkuh wanita hamil” oleh shakespeare.
3) Relaksasi ringan dan peningkatan mobilitas sendi panggul normal
merupakan akibat dari elastisitas dan perlunakan berlebihan jaringan
kolagen dan jaringan ikatdan merupakan akibat peningkatan hormon
seks steroid yang bersirkulasi.

h.Perubahan fisiologis pada sistem persyarafan

1) Kompresi syaraf panggul atau statis vascular, akibat dari pembesaran


uterus dapat menyebabkan perubahansensori di tungkai bawah.
2) Lordosis dorsolumbar, dapat mengakibatkan nyeri akibat tarikan pada
syaraf atau kompresi akar syaraf.
3) Edema pada syaraf perifer, dapat menyebabkan carpal turner
syndrome pada trimester III.
4) Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan), akibat dari posisi bahu
yang membungkuk, keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada
segmen fleksus brakialis.
5) Nyeri kepala, akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas
dan tidak pasti tentang kehamilannya

16
6) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan akibat dari ketidakstabilan
vasomotor, hipotensi postural atau hipoglikemia.
7) Hipokalsemia, dapat menimbulkan masalah neuromuscular seperti
kram otot atau tetani, ini disebabkan karena meningkatnya tekanan
vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat sumbatan parsial
vena.

i. Perubahan dan adaptasi psikologis

a. Awal kehamilan trimester I


1) Terbuka atau diam-diam
2) Perasaan ambivalent terhadap kehamilan.
3) Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi
ibu.
4) Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu
yang tidak mengiginkan kehamilannya.
5) Perasaan gembira.
6) Ada persaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai
ibu.
7) Menerima atau menolak perubahan fisik.
b. Trimester II
1) Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata.
2) Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia
menerima dan mengangap sebagai bagian dari dirinya.
3) Dorongan seksual dapat meningkatkan atau menurun.
4) Mencari perhatian suami.
5) Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya.
6) Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai
mempersiapkan perlengkapan bayinya.
7) Perasaan cenderung lebih stabil.
c. Trimester III
1) Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena
perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image.

17
2) Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian
suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.
3) 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin
meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.
4) Adanya perasaan tidak nyaman.
5) Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap
persalinan.
6) Menyibukkan diri dalam persiapan menghadapi persalinan.
(Indriyani, 2011 : 107-136)

B. Konsep Dasar Tentang Hiperemesis Gravidarum


Konsep Dasar Tentang Hiperemesis Gravidarum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum


a. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh
beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran
lemak kurang sempurna terbektuklah badan keton didalam darah
yang dapat menambah beratnya gejala klinik. (Manuaba, 2010 : 229)

b. Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak


terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan
berat badan. (Eni nur rahmawati, 2011 : 50)

c. Terdapat muntah yang terus menerus yang menimbulkan gangguan


kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. (Nurul jannah, 2012 : 189)

d. Mual dan muntah umumnya disebut mornig sickness, dialami oleh


sekitar 70-80% wanita hamil yang bersifat ringan dan merupakan
kondisi yang dapat dikontrolsesuai dengan kondisi masing-masing
individu. Hiperemesis gravidarum adalah muntah berlebihan pada
wanita hamil yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan
(lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan tidak
normalnya kadar elektrolit (Nengah runiari, 2010 : 2)

18
e. Hiperemesis gravidarum juga dapat diartikan keluhan mual muntah
yang dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali
minum ataupun makan. Akibatnya, tubuh sangat lemas, muka pucat,
dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktivitas sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menurun. meski begitu, tidak
sedikit ibu hamil yang masih mengalami mual muntah sampai
trimester ketiga (Ai yeyeh rukiyah, 2010 : 118).

f. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk. (Indrayani, 2011 : 275)

2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tidak


ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia, namun diduga dipengaruhi oleh berbagai
faktor sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi

1) Primigravida

2) Overdistensi rahim: hidramnion, kehamilan ganda, estrogen, HCG


tinggi dan mola hidatidosa

b. Faktor organik
1) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal.
2) Perubahan metabolik akibat hamil.
3) Resistensi yang menurun dari pihak ibu.
4) Alergi.
c. Faktor psikologis
1. Rumah tangga yang retak.
2. Hamil yang tidak di inginkan.
3. Takut terhadap kehamilan dan persalinan.
4. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.

19
5. Kehilangan pekerjaan. (Eni nur rahmawati, 2011 : 50)

3. Patofisiologis

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan


muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehirasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik.

a. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat


dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
b. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah dan klorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran
darah berkurang.
c. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih
banyak, dapat merusak hati.
d. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung
(sindroma mallory-weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
(Eni nur rahmawati, 2011 : 51)

4. Patologi

Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis


gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam
tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa
macam sebagai berikut :

a. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak


sentrilobuler. Kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian
dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus. Tetapi

20
separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum
menunjukkan gambaran mikroskopik hati yang normal.
b. Pada Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya
atropi, dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang
ditemukan perdarahan sub-endokardial.
c. Di otak dapat ditemukan ensefalopati wernicke yaitu dilatasi kapiler
dan perdarahan kecil-kecil didaerah corpora mamilaria ventrikel
ketiga dan keempat
d. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli kontorti. (Ai yeyeh Rukiyah, 2010 : 120)

5. Klasifikasi Hyperemesis Gravidarum

a. Tingkat I
1) Muntah terus menerus sehingga menimbulkan dehidrasi (turgor
kulit turun) nafsu makan berkurang, berat badan menurun, mata
cekung dan lidah kering.
2) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi
regurgitasi ke esophagus.
3) Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
4) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/ menit.
5) Tampak lemah dan lemas.
b. Tingkat II
1) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya: turgor kulit makin
menurun, lidah kering dan kotor, mata tampak cekung dan sedikit
ikterus.
2) Pada kardiovaskuler, frekuensi nadi semakain cepat >100 kali/
menit, nadi kecil karena volume darah turun, suhu badan
meningkat, tekanan darah turun.
3) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
4) Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang
menyebabkan oliguria, anuria dan terdapat timbunan benda keton
aseton, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan.

21
5) Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat perdarahan
esophagus dan pecahnya mukosa lambung.
c. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah.
2) Muntah berhenti.
3) Kesadaran semakin menurun hingga mencapai somnollen atau
koma.
4) Terdapat ensefalopati werniche: nistagmus, diplopia, dan
gangguan mental.
5) Kardiovaskuler, nadi kecil, tekanan darah menurun, dan
temperature meningkat.
6) Gastrointestinal, ikterus semakin berat, terdapat timbunan aseton
yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam, oliguria semakin
parah dan menjadi anuria. (Eni nur rahmawati, 2011 : 51 - 53)

6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan


menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus
menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh
kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena
itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus
mendapat pengobatan yang adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang
menyertai kehamilan harus difikirkan dan berkonsultasi dengan dokter
tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung.
Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan
hamil yang disertai penyakit. (Manuaba, 2010 : 230)

7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

a. Penatalaksanaan
1) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologi.

22
2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan

3) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan


dalam jumlah kecil tetapi sering.

4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari


tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan
teh hangat.

5) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.

6) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat


dingin.

7) Defekasi yang teratur.


8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
9) Obat-obatan
10) Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga
seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola
dirumah sakit.

11)Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan


peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk
hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan / minuman selama 24 jam.

12) Terapi psikologi

23
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.

13)Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan


protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-
3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena. (Indrayani, 2011 : 277 -
278)

14) Penghentian kehamilan

Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak


berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung.
Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:

a) Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma,


terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
b) Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran
penglihatan).
c) Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,
tekanan darah menurun). (Manuaba, 2010 : 232)

C. Konsep Dasar Tentang Antenatal Care


1. Pengertian

Antenatal care atau asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan


pada ibu hamil sejak mulai konsepsi sampai sebelum kelahiran bayi.
Asuhan antenatal secara ideal dimulai segera setelah ibu pertama kali

24
terlambat menstruasi, untuk memastikan keadaan kesehatan ibu dan
janinnya. (wafi nur, 2010 : 131)

2. Tujuan Antenatal Care

a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan janin
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta proses kelahiran bayi.
b. Mendeteksi komplikasi medis, bedah, atau obstetric selama kehamilan.
c. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan
tumbuh kembang janin.
d. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi.
e. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan nifas normal, serta merawat anak secara fisik, psikologis,
dan social.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
(Nurul jannah, 2012 : 168)

3. Langkah-langkah Asuhan Antenatal Care

Kebijakan program yamg dilakukan oleh pemerintah berkenaan dengan


asuhan kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan/ asuhan standar
minimal termasuk “7 (tujuh) T” :

a. (Timbang) berat badan,


b. Ukur (Tekanan) darah,
c. Ukur (Tinggi) fundus uterus,
d. Pemberian imunisasi (TT) lengkap,
e. Pemberian (Tablet zat besi), minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. (Tes) terhadap PMS.
g. (Temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan.

25
D. Pengertian Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan pendekatan yang digunakan oleh


bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Wafi nur, 2010 : 112)

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah asuhan


kebidanan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri
dengan evaluasi. Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan
yaitu :

1) Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua


data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap.

2) Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang


benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan.
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
3) Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasi.
4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini dilakukan
perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah
sebelumnya.

26
6) Melaksanakan perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang
menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisiensi
dan aman.
7) Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.
(Wafi nur, 2010 : 115 - 119)

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai


asuhan yang dilakukan dengan menggunakan proses berfikir secara
sistimatis sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan yang
diterapkan dengan metode SOAP. Pendokumentasian dalam bentuk
SOAP yaitu:

a) S (Data subjektif)

Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen


kebidanan menurut halen varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis.

b) O (Objektif)

Data objektif (O) merupakan pendokumentasikan manajemen


kebidanan menurut Helen varney pertama (pengkajian) terutama data
yang diperoleh melalui hasil obervasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pameriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain.

c) A ( Assesment)

Analisis atau assesment merupakan pendokumentasian


manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah kedua, ketiga
dan keempat sehingga mencakup diagnostik/masalah kebidanan,
diagnostik/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi

27
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/ masalah
potensial.

d) P (Planning )

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan yang


disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, rencana
asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya. Dengan
kata lain P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen varney langkah kelima, keenam dan
ketujuh. (Wafi nur, 2010 : 122-124)

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus

STUDI KASUS

Studi Kasus Asuhan kebidanan pada Ny."N"

Pada bab ini akan diuraikan asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I diBPM HUSNEL HAYATI. Pelaksanaan
asuhan kebidanan berlangsung dari Tanggal 23 - 26 Maret 2018, yang
meliputi pengkajian dan analisa data, merumuskan diagosa/masalah,
pelaksanaan dan perencanaan tindakan, evaluasi serta pendokumentasian
asuhan kebidanan.

No. Register :

Tgl. Masuk : 23 Maret 2019 Jam 13.30 WIB

Tgl. Pengkajian : 23 Maret 2019 Jam 10.00 WIB

A. LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR


1. Identitas istri / suami

Nama : Ny “N” / Tn “S”

Umur : 44 thn / 47 thn

Suku : jawa / batak

Agama : khatolik / khatolik

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Dusun Pinaso Siabu

Gravid / Para / Abortus : G4 P3 A0 H3

29
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Mual, muntah, pusing dan nyeri ulu hati
b. Riwayat keluhan utama
Mual dan muntah dialami sejak tanggal 21 Maret 209 dan
bertambah sering > 10 x sehari. Kemudian pada tanggal 23 Maret
2018 ibu masuk ke RSKD BPM HUSNEL HAYATI dan segera di
infus dengan KNMG3 : Panamin, 1 : 1 40 tetes menit.

3. Riwayat kesehatan lalu

a. Ibu tidak ada riwayat menderita hepatitis, diabetes melitus, alergi,


dan asma.
b. Ibu tidak ada riwayat operasi dan transfusi darah.

4. Riwayat Reproduksi

1) Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 – 30 hari
Lamanya : 5 hari
Tidak ada kelainan haid.
Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan sekarang
a) G4 P3 A0 H3
b) HPHT tanggal : 21 Januari 2019
c) HTP tanggal : 28 September 2019
d) Umur kehamilan 10 minggu 6 hari
e) Ibu mengatakan belum ada pergerakan
f) Ibu mengeluh setiap habis makan, makanan yang di masukkan
selalu di muntahkan, karakteristik muntah yaitu makanan campur
lendir berwarna kuning kehijauan.
g) Selama hamil nafsu makan ibu kurang baik dari biasanya
h) Ibu mengatakan nyeri pada ulu hati dan mengeluh pusing, serta
merasa sangat lemas.

30
i) BB sebelum hamil 55 kg, BB sekarang 52 kg maka ibu
mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg.
j) Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya.
k) Ibu mengatakan sering buang air kecil.

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Nifa
Kehamilan Persalinan Bayi
s
Tahun
Umur Keadaan Jenis Tempa Penolon J BB PB
t g K

2002 Aterm Baik Normal RS Bidan L 280 49 Baik


0 gr cm

2003 Aterm Baik Normal RS Bidan L 260 48 Baik


0 gr cm

2011 Aterm Baik Normal BPM Bidan L 320 49 Baik


0 cm

2018 Kehamil
an
sekaran
g

6. Riwayat Ginekologi
a. Tidak pernah infeksi pada organ reproduksi
b. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual
c. Tidak ada tumor atau kanker pada alat reproduksi
7. Riwayat Keluarga Berencana

31
Ibu pernah menjadi akseptor KB, menggunakan suntikan 1 Bulan (cyclofem)
selama ± 6 bulan kemudian berhenti karena ibu ingin memiliki anak lagi.

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Sehari-hari


a. Kebutuhan Nutrisi
Ibu malas makan, nafsu makan menurun, pola makan tidak teratur,
porsi makan tidak dihabiskan, setelah makan atau minum ibu
muntah.
b. Pola Eliminasi
Ibu sering buang air kecil dan selama pengkajian ibu sudah buang
air besar (BAB)
c. Istirahat Selama di rumah sakit pola tidur terganggu karena sering
muntah.
d. Personal hygiene
Ibu selalu mandi pagi dan menyikat gigi setiap mandi dan menjelang
tidur, serta mengganti pakaiannya setiap selesai mandi.
9. Data Psikilogis, Sosial, Ekonomi dan Spritual
a. Kehamilan direncanakan bersama dengan suami, dan suami sangat
senang dengan kehamilan ibu sekarang.
b. Keluarga ibu dan suami sangat senang dengan kehamilan ini.
c. Pengambilan keputusan adalah suami.
d. Ibu bekerja tiap hari dan mengurus rumah tangga sendiri.
e. Ibu berharap kehamilannya dapat dipertahankan sampai cukup bulan
dan ditolong oleh bidan dirumah sakit secara alamiah.
f. Ibu selalu berdoa kepada Tuhan untuk kesehatan diri dan janinnya.

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum ibu nampak lemas


b. Turgor kulit kurang baik.
c. BB sebelum hamil 55 kg, BB sekarang 52 kg.
d. TB : 153 cm, Lila : 26 cm.
e. Tanda-tanda vital

TD : 90/70 mmHg,

32
N : 89 x/menit

S : 37,5°C

P : 24 x/menit

f. Kepala
Rambut tampak bersih, tidak berketombe dan tidak ada nyeri tekan
g. Wajah
1) Tidak ada oedema dan cloasma pada wajah, dan tampak
pucat.
2) Mata tampak cekung, conjungtiva pucat dan scelera sedikit
ikterus.
3) Tidak ada nyeri tekan pada hidung
h. Mulut dan gigi
Mulut tidak terdapat stomatitis dan rugae, tidak ada caries pada gigi,
lidah kotor, dan bibir kering, serta tercium keton pada hawa
pernapasan.
i. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, kelenjar limfe.
j. Telinga
Simetris kiri – kanan, dan pendengaran baik
k. Payudara
Simetris kiri-kanan, putting susu terbentuk, tidak ada massa dan nyeri
tekan.
l. Abdomen
Pembesaran perut sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka
operasi, tonus otot perut tampak kendor, dan teraba ballotement.
m. Ekstremitas
1) Atas: simetris kiri - kanan, Pada tangan kanan terpasang infus
Dekstrosa 5% 28 tetes per menit botol ke empat.
2) Bawah: simetris kiri – kanan, tidak terdapat varises dan
oedema pada tungkai, dan refleks patella positif kiri - kanan.

11. Pemeriksaan Laboratorium

33
a. Hb : 11,5 gr%
b. Albumin (-)
c. Reduksi (-)
d. Plano test : positif

12. Hasil USG Tanggal 05 Maret 2018

a. Uterus gravid intra uterine tunggal, DJJ (+)


b. Umur kehamilan 10 minggu 6 hari.
c. Adnexa kanan – kiri normal

13.Tindakan yang diberikan

a. Antasida sirup 3x1 sdt/ hari


b. Ondensetron (injeksi Intra Vena per 8 jam)
c. Ranitidine (injeksi Intra Vena per 8 jam)
d. Neurobion (Drips dalam 500 cc RL per 24 jam)
e. Cairan RL : Dekstrosa 5%, 1 : 2, 28 tetes/menit
B. LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

G4 P3 A0, gestasi 10 minggu 6 hari dengan masalah hiperemesis


gravidarum tingkat I dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

1. G4 P3 A0
1. Data Subjektif :
Ibu mengatakan ini kehamilan yang keempat dan pernah mengalami
keguguran satu kali.
HPHT Tanggal : 21 Januari 2019
2. Data objektif :
1) HTP tanggal : 28 September 2019
2) Palpasi : TFU teraba ballotement
3) Tampak striae albicans, linea nigra, dan tonus otot kendor.
4) Hasil USG tanggal 05 Maret 2019
- Uterus gravid intra uterine tunggal, DJJ (+)
- Umur kehamilan 10 minggu
- Adnexa kanan - kiri normal

34
Analisis dan interpretasi :

Pada kehamilan multipara, adanya striae albicans, linea nigra, dan


kloasma gravidarum, terjadi akibat perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone
(MSH) lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Akibat peregangan dinding perut pada kehamilan sebelumnya yang
mengakibatkan tonus otot perut menjadi kendor. (Manuaba, 2010 : 94)

Gestasi 10 minggu 6 hari

Data Subjektif :

a. Ibu mengatakan umur kehamilan ± 2 bulan

b. HPHT tanggal 21-01-2019

Data Objektif :

a. Tanggal pengkajian 23-03-2019

b. TFU teraba ballottement.

Analisis dan interpretasi data :

Dari HPHT tanggal 21-01-2019 sampai tanggal pengkajian 24-03-2019


berdasarkan rumus Neagle, masa gestasi 10 minggu 6 hari (Nurul
jannah, 2012 : 82).

2. Hiperemesis gravidarum tingkat I

Data Subjektif :

a. Ibu mengatakan berat badan sebelum hamil 55 kg

b. Ibu mengatakan tidak ada nafsu makan

c. Ibu mengatakan nyeri ulu hati

d. Ibu mengatakan setiap makan dan minum dimuntahkan kembali

35
Data Objektif :

a. Ibu nampak lemah.


b. Mata cekung, conjungtiva pucat dan skelera sedikit ikterus
c. Turgor kulit kurang baik.
d. Lidah kotor dan bibir kering.
e. Tercium keton pada hawa pernapasan.
f. Ibu mual dan muntah setiap habis makan, makanan yang di masukkan
selalu di muntahkan, karakteristik muntah yaitu makanan bercampur
lendir berwarna kuning kehijauan.
g. BB sekarang 52 kg
h. Tanda-tanda vital :

TD : 90 / 70 mmHg

N : 89 x/menit

S : 37,50C

P : 24 x/menit

Analisis dan interpretasi data :

a. Pada Kehamilan trimester l, kadar HCG, estrogen dan progesterone


meningkat, menyebabkan perasaan mual dan muntah yang terus
menerus serta dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih
pada cadangan lemak dan protein yang menyebabkan pembentukan
badan keton aseton, keton dapat tercium dalam hawa pernapasan.
(Manuaba, 2010 : 229)
b. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada
system gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga pengosongan
makanan dilambung menjadi lambat. Hal ini menyebabkan perasaan
penuh terus pada lambung, sehingga terjadi mual dan muntah dan
nyeri di daerah epigastrium (Nengah runiari, 2010 : 11).

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

36
Data Subjektif :

Setiap makan dan minum dimuntahkan kembali.

Data Objektif :

a. Turgor kulit kurang baik


b. Lidah kotor dan bibir kering.
c. Mata cekung dan sedikit ikterus.
d. Berat badan turun ± 3 kg
e. Terpasang infus dengan cairan Dekstrosa 5% 28 tetes
/menit botol ke empat pada tangan kanan.
f. Tanda - tanda vital :
TD : 90/70 mmHg
N : 89 x/menit
S : 37,50C
P : 24 x/menit

Analisis dan interpretasi :

b. Akibat mual dan muntah yang berlebihan menyebabkan kehilangan


cairan ekstrakuler dan plasma berkurang, sehingga terjadi dehidrasi
dan tidak seimbangnya elektrolit mengakibatkan tonus otot lemah,
bibir kering dan suhu tubuh meningkat
c. Melalui muntah, dikeluarkan sebagian cairan lambung serta
elektrolit natrium, kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan
menambah beratnya muntah sehingga mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
sedangkan asupan makanan sangat kurang sehingga
menyebabkan turunnya berat badan klien. (Eni nur, 2011 : 51)
C. LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

1. Potensial terjadinya hiperemesis gravidarum tingkat II

Data Subjektif :

- Sudah 3 hari rawat jalan, masih mual dan muntah

37
Data Objektif :

a. Ibu nampak lemah.


b. Mata cekung, conjungtiva pucat, dan skelera ikterus.
c. Lidah kotor dan bibir kering
d. Tercium keton pada hawa pernapasan
e. Ibu mual dan muntah setiap habis makan, makanan yang di
masukkan selalu di muntahkan, karakteristik muntah yaitu makanan
bercampur lendir berwarna kuning kehijauan.

Analisa dan interpretasi :

Hiperemesis gravidarum tingkat I yang tidak tertangani dengan baik


dapat berlanjut menjadi hiperemesisi Gravidarum tingkat II dengan gejala
dehidrasi semakin meningkat, ditandai dengan turgor kulit semakin
berkura,mata cekung dan sedikit ikterus, lidah kotor dan kering, berat
badan menurun, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah,
terjadinya konstipasi, mulai tampak gejala gangguan kesadaran menjadi
apatis, nafas berbau aseton.(Manuaba, 2010 : 231)

2. Potensial terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.

Data subjektif :

a. Ibu mengeluh merasa lemas.


b. Ibu mengatakan masih sering muntah.
c. Ibu mengeluh tidak mempunyai nafsu makan.

Data objektif :

a. Ibu tampak lemah dan pucat.


b. Asupan nutrisi kurang karena setiap makanan yang dimakan di
muntahkan.

Analisa dan Interpretasi Data :

38
a. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manisfestasi
klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus
dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. (Manuaba,
2010 : 230)
b. Muntah berlebihan sedang suplai cairan dan makanan yang kurang
dan berlangsung lama dapat mengakibatkan malnutrisi pada ibu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga
pengobatan perlu segera diberikan. (Eni nur rahmawati, 2011 : 53).

D.LANGKAH IV EVALUASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI


pemberian obat oral.

E. LANGKAH V RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN


G4 P3 A0, gestasi 10 minggu 6 hari dengan masalah hiperemesis
gravidarum tingkat I, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
potensial terjadi hiperemasis gravidarum tingkat II

Tujuan :

1. Kehamilan berlangsung normal.


2. Hiperemesis gravidarum tingkat I teratasi.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi

Kriteria

1. Keadaan umum ibu dan janin baik.


2. Mual dan muntah berhenti.
3. Nafsu makan baik.
4. Nyeri epigastrium berkurang / berhenti.
5. Turgor kulit baik.
6. Lidah tidak kotor.
7. Mata tidak cekung.
8. Berat badan bertambah normal.
9. Tanda - tanda vital dalam batas normal

39
TD : Sistole : 90 - 120 mmHg Diastole : 70 - 90 mmHg
N : 70 - 90 x/menit
S : 36,50C - 37,50C.
P : 16 - 24 x/menit

Rencana Tindakan

1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu


Rasional : Menyampaikan hasil pemeriksaan tentang keadaan umum
ibu dan keadaan kehamilannya sehingga ibu dapat mengetahui
perkembangan kondisinya.
2. Jelaskan pada ibu tentang masalah yang di hadapinya.
Rasional: Memberikan penjelasan dan pengertian pada ibu bahwa
kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak
perlu takut dan khawatir.
3. Timbang berat badan dengan menggunakan alat yang sama.
Rasional : Penimbangan berat badan dilakukan untuk mengetahui
penurunan berat badan yang terjadi akibat muntah berlebihan.
4. Observasi mual dan muntah
Rasional : Berkurangnya frekuensi jumlah muntah (cairan yang keluar
menandakan kemajuan kondisi ibu yang menggambarkan reaksi
positif terhadap perawatan dan pengobatan yang di berikan.
5. Anjurkan kepada ibu untuk :
a. Mengkonsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan.
b. Memperbanyak minum air
c. Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu.
d. Makan sedikit-sedikit tapi sering.
e. Makan makanan selingan seperti biscuit dan roti kering.
Rasional :
a. Nutrisi yang adekuat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin didalam kandungan.
b. Dengan minum air cukup dapat membantu peristaltic usus besar
sehingga dapat mencegah konstipasi.

40
c. Makanan yang berlemak dan berbumbu dapat menstimulasi terjadinya
mual dan muntah.
d. Makan sedikit-sedikit tapi sering dilakukan untuk menghindari rasa
penuh pada lambung sehingga ibu tidak merasa mual dan muntah.
e. Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsangan
mual dan muntah yang berlebihan serta mencegah hipoglikemia.

6. Anjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen
rasa mint untuk mengurangi rasa mual dan muntah.

Rasional : Beberapa penelitian menguji efek jahe dalam mengurangi rasa


mual dan muntah pada beberapa wanita hamil.

7. Bantu ibu memilih posisi yang menyenangkan.

Rasional : Istirahat dengan posisi yang menyenangkan ditempat tidur


dapat membantu ibu untuk istirahat dengan baik, mengurangi rasa bosan
dan tidak nyaman.

8. Observasi TTV

Rasional : TTV merupakan dasar untuk menilai perkembangan dan


sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tindakan selanjutnya.

9. Observasi pengeluaran urine.

Rasional : Untuk mengetahui jumlah pengeluaran urine agar dapat


diketahui berapa jumlah kehilangan cairan tubuh.

10. Lanjutkan pemberian cairan secara intravena yaitu infuse RL : D5 1:2

Rasional : Cairan Dextrose dan RL dapat membantu mengganti cairan

dan elektrolit yang keluar melalui muntah karena setiap 1000 ml larutan
dextrose 5 % mengandung glukosa 55,0 % gr sedangkan RL
mengandung natrium laktat 6,1 gr, natrium klorida 6,0 gr dan kalium
klorida 0,4 % gr.

11. Tindakan yang diberikan :

41
a. Antasida sirup 3x1 sdt
b. Ondensetron (injeksi Intra Vena per 8 jam)
c. Ranitidine (injeksi Intra Vena per 8 jam)

Rasional : Dapat memperbaiki keadaan umum ibu.

F. LANGKAH VI IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal 24 Maret 2018, Jam: 16.00 WIB.

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa ibu dalam


keadaan lebih baik dari sebelumnya.
2. Menjelaskan pada ibu tentang masalah yang dihadapinya
Hasil : ibu mengerti dan memahami keadaannya.
3. Mengobservasi mual dan muntah
Hasil : Ibu muntah sebanyak 6 kali
4. Menimbang berat badan dengan menggunakan alat yang
sama.
Hasil : BB ibu sekarang 52 kg.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk :
- Mengkomsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan.
Hasil : Ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang
bernutrisi untuk kesehatannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin yang dikandungnya.
- Memperbanyak minum air.
Hasil : Ibu minum air putih ± 1000 ml.
- Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu.
Hasil : Ibu bersedia untuk tidak makan makanan yang
berlemak dan banyak bumbu.
- Makan sedikit-sedikit tapi sering.
Hasil : Ibu makan makanan
- Makan makanan selingan seperti biscuit dan roti kering.
Hasil : ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang
dianjurkan.

42
- Menganjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk the
jahe) dan permen rasa mint untuk mengurangi rasa mual dan
muntah.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

G. LANGKAH VII EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal 24 Maret 2019, jam 17.00 WIB.

1. TTV :
TD : 90/70 MmHg
N : 89 x/menit
P : 24 x/menit
S : 37,5°C
2. Ibu masih mual dan muntah setiap kali makan dan minum.
3. Keadaan umum ibu masih lemah.
4. Nafsu makan kurang, makan tidak dihabiskan.
5. Conjungtiva masih pucat dan scelera sedikit ikterus.
6. Mata masih cekung.
7. Turgor kulit masih kurang baik.
8. Tindakan yang diberikan:
a. Terpasang Cairan infuse Dextrose 5% 28 tetes/ menit botol ke
empat pada tangan kanan.
b. Pada jam 14.00 WIB di berikan Antasida sirup 1 sdt.
c. Pada jam 16.00 WIB di berikan injeksi ranitidine.

43
H. PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN PADA NY “B”
( SOAP HARI KE I) Tanggal 23 Maret 2019

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan ini kehamilan yang keempat dan tidak pernah


mengalami keguguran.
2. Haid terakhir tanggal 21-01-2019
3. Ibu mengatakan mengalami mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu
dengan frekuensi muntah < 10 kali sehari, dan pada tanggal 23
maret 2019 dari jam 10.00 WIB - jam 17.00 WIB ibu muntah
sebanyak 6 kali.
4. Ibu mengatakan setiap makan dimuntahkan.
5. Ibu mengatakan nyeri ulu hati.
6. Ibu merasa pusing
7. Ibu mengatakan merasa lemah
8. Berat badan sebelum hamil : 55 kg, dan sekarang merasa berat
badannya turun.

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu lemah


2. Wajah ibu pucat
3. TFU teraba ballotemen
4. Berat badan : 52 kg
5. Tinggi badan : 153 cm
6. Lila 26 cm.
7. Tanda-tanda vital :
TD : 90/70 mmhg
N : 89 x/menit
S : 37,5°C
P : 24 x/menit
8. Ibu muntah sebanyak 6 kali, karakteristik muntah yaitu makanan
bercampur lendir berwarna kuning kehijauan.
9. Turgor kulit kurang baik.Mata cekung.

44
10. Conjungtiva pucat dan sedikit ikterus.
11. Lidah kotor dan bibir kering
12. Tercium keton dalam hawa pernapasan.
13. Tindakan yang diberikan:
a. Terpasang cairan infuse Dekstrosa 5% 28 tetes/menit botol ke
empat pada tangan kanan.
b. Pada jam 14.00 WIB ibu minum antasida sirup 1 sdt.
c. Pada jam 16.00 WIB intravena ondensetron dan ranitidin.

Assesment (A)

GIV PII AI, umur kehamilan 10 minggu 6 hari, hiperemesis gravidarum


tingkat I, dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Planning (P)

Tanggal 24 maret 2019, jam 16.00 WIB.

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa ibu dalam keadaan


lebih baik dari sebelumnya.
2. Menjelaskan pada ibu tentang masalah yang dihadapinya.
Hasil : ibu mengerti dan memahami keadaannya.
3. Mengobservasi mual dan muntah.
Hasil : Ibu muntah 6 kali.
4. Menimbang berat badan ibu dengan menggunakan alat yang sama.
Hasil : BB ibu sekarang 52 kg.
Menganjurkan kepada ibu untuk:
- Mengkomsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan.
Hasil : Ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang bernutrisi.
- Memperbanyak minum air.
Hasil : Ibu minum air putih ± 1000 ml.
- Mengurangi makan makanan yang berlemak dan berbumbu.
Hasil: Ibu bersedia untuk tidak makan makanan yang berlemak
dan banyak bumbu.
- Makan sedikit-sedikit tapi sering.

45
Hasil : Ibu makan makanan yang di berikan rumah sakit dan porsi
tidak di habiskan.
- Makan makanan selingan seperti biscuit dan roti kering.
Hasil : ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang dianjurkan.
5. Memberikan dukungan psikologis pada ibu dan memberi kesempatan
untuk mengungkapkan perasaanya.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN PADA Ny N" ( SOAP HARI KE II )

Tanggal 24 Maret 2019

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan mual dan muntah mulai berkurang.


2. Ibu mengatakan nafsu makan mulai membaik
3. Ibu masih sedikit pusing
4. Ibu merasa nyeri ulu hati mulai berkurang
5. BAK lancar, dan sudah BAB

Data Objektif (O)

1. KU ibu masih lemah


2. Kesadaran ibu baik.
3. Ibu muntah sebanyak 2 kali.
4. Wajah ibu sedikit pucat.
5. Tanda-tanda vital :

TD : 100/70 mmHg

N : 84 x/menit

S : 36,30C

P : 22 x /menit

6. Mata ibu masih agak cekung


7. Bibir tidak kering
8. Tindakan yang diberikan:

46
a. Pada jam 10.00 WIB drips neurobion 1 ampul pada cairan
infuse RL 28 tetes per menit botol kelima pada tangan kiri.
b. Pada jam 14.00 WIB ibu minum antasida sirup 1 sdt.
c. Pada jam 16.00 WIB Injeksi ondensetron dan ranitidine.

Assesment (A)

G4 P3 A0, Gestasi 10 minggu 7 hari , hiperemesis gravidarum tingkat I,


dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Planning (P)

Tanggal 24 Maret 2018, jam 16.00 WIB.

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa ibu sudah lebih


baik dari sebelumnya.
2. Mengobservasi mual dan muntah
Hasil : ibu muntah dari jam 10.00 s/d 17.00 WIB sebanyak 2 kali.

3. Memantau berat badan dengan menggunakan alat yang sama.

Hasil : BB ibu 52 kg.

Mengobservasi tanda-tanda vital jam 12.00 WIB


TD : 100 / 70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,30C
P : 22 x/menit

4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan sedikit – sedikit tapi sering,


tidak banyak bumbu dan tidak berlemak. Hasil : ibu makan bubur
yang di berikan oleh rumah sakit.

5. Memantau pemberian cairan intravena yaitu: Hasil : Terpasang


cairan RL + neurobion 28 tetes/ menit botol kelima pada tangan kiri.

6. Melibatkan keluarga dalam perawatan ibu. Hasil : keluarga bersedia


untuk membantu dalam penyembuhan ibu.

47
7. Tindakan yang diberikan:

a. Pada jam 10.00 WIB drips neurobion pada cairan RL.

b. Pada jam 14.00 WIB diberikan antasida sirup 1 sdt.

c. Pada jam 16.00 WIB diberikan injeksi ondensetron dan


ranitidine.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN PADA Ny “B”( SOAP HARI III )

Tanggal 25 Maret 2018

Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan muntah sudah berhenti, namun masih agak sedikit


mual
2. Ibu merasa sudah lebih baik dari sebelumnya
3. Ibu mengatakan mulai banyak minum air putih
4. Ibu merasa tidak terlalu pusing.

Data Objektif (O)

1. KU ibu nampak baik


2. TTV :

TD : 100/80 mmhg

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36,5°C

3. Turgor kulit baik


4. Mata tidak nampak cekung
5. Bibir tidak kering.
6. Tindakan yang diberikan:

48
a. Terpasang cairan infus RL 28 tetes/ menit.
b. Pada jam 14.00 WIB antasida sirup 1 sdt
c. Pada jam 16.00 WIB injeksi ondesentron dan ranitidin.

Assesment (A)

G4 P3 A0, umur kehamilan 10 minggu 4 hari dengan hiperemesis


gravidarum tingkat I.

Planning (P)

Tanggal 26 Maret 2018, jam: 17.00 WIB.

1. Menyampaikan pada ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu sudah


membaik.
2. Mengobservasi TTV :
TD : 110/80 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36,5ºC
P : 20 x/menit
3. Memberi penyuluhan pada ibu tentang makanan yang bergizi
dan 9 tanda bahaya dalam kehamilan. Hasil : Ibu mengetahui
jenis makanan yang dibutuhkan ibu hamil dan bersedia
mengkomsumsi makanan yang bergizi serta ibu mengetahui
tentang tanda bahaya pada kehamilan.
4. Tindakan yang diberikan:
a. Terpasang cairan infus RL 28 tetes / menit.
b. Pada jam 14.00 WIB ibu diberikan antasida sirup 1 sdt.
c. Pada jam 16.00 WIB injeksi ondesetron dan ranitidin.
d. Merencanakan Aff infus bila keadaan umum ibu semakin
membaik.

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
hasil tinjauan kasus pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “B”
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I. Pembahasan ini dibuat berdasarkan
asuhan yang nyata dengan pendekatan asuhan kebidanan. Untuk
memudahkan pembahasan, penulisan akan membahas berdasarkan tahap
proses kebidanan sebagai berikut.

A. Langkah I Pengkajian dan Analisa Data

Dalam pengkajian di awali dengan pengumpulan data melalui anamnese


yang meliputi identitas klien, data biologis / fisiologis, serta data spiritual
klien yang berpedoman pada format pengkajian, namun tidak tertutup
kemungkinan untuk dikembangkan dengan data-data lain yang ditemukan
pada klien.

Untuk memperoleh data, baik data subjektif maupun objektif, penulis


melakukan pendekatan-pendekatan antara lain pengamatan langsung,
wawancara kepada klien dan keluarga, pemeriksaan fisik, baik inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi serta pemeriksaan laboratorium dan konsultasi
dengan tim kesehatan serta melalui catatan medic. Pada pelaksanaan
pengkajian data penulis tidak banyak mengalami hambatan oleh karena
adanya kerjasama yang baik dari klien, keluarga dan tim kesehatan
lainnya, sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.

Pada teori hiperemesis gravidarum tingkat I diperoleh gejala yaitu muntah


terus-menerus menyebabkan penderita tampak lebih lemah, nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, terjadi dehidrasi ditandai dengan turgor
kulit berkurang, nyeri di daerah epigastrium, tekanan darah menurun, nadi
cepat dan lemah, mata cekung dan sedikit ikterus. (Manuaba, 2010 : 231).

50
Pada kasus Ny. "B" data yang diperoleh terdapat gejala dan tanda seperti
mual dan muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah,
tidak mau makan, berat badan menurun, nadi kecil dan cepat dengan
frekuensi 89 x/ menit, tekanan darah 90/70 mmHg, lidah kering dan kotor,
turgor kulit jelek, mata cekung dan sedikit ikterik, Dalam hal ini tidak
terdapat perbedaan antara teori dan kasus sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Langkah II Diagnosa / Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah


berdasarkan interprestasi yang benar atas data - data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interprestasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.

Pada kehamilan terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron,


dimana sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
peningkatan HCG dalam serum, sehingga dapat menimbulkan reaksi
berupa mual sampai muntah. Pada umumnya, ibu hamil dapat beradaptasi
dengan keadan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah ini dapat
menjadi berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari yang disebut
hiperemsis gravidarum, hubungan faktor psikologis pada ibu dengan
kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas, besar kemungkinan bahwa
wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan
hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil mudah, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.

51
Berdasarkan data diatas dirumuskan diagnosa / masalah aktual sebagai
berikut: G4 P3 A0, kehamilan 10 minggu 7 hari, hiperemesis gravidarum
Tingkat I dengan masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dan Diagnosa pada Ny.”N” didasarkan atas data objektif dan data subjektif
yang didapat dari hasil pengkajian dan analisis secara teoritis. Dalam hal
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan data yang ditemukan.

C. Langkah III Diagnosa / Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka masalah potensial yang dapat terjadi


selama kehamilan dengan kasus hiperemesis gravidarum tingkat I antara
lain: potensial terjadi hiperemesis gravidarum tingkat II dan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin. Dikatakan potensial terjadi
hiperemesis gravidarum tingkat II karena muntah yang berlebihan
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terbentuklah
badan keton didalam darah yang menambah beratnya gejala klinik.

Pada kasus Ny.”B” data yang diperoleh menunjukkan adanya persamaan


gejala/keluhan yang terdapat pada hiperemesis gravidarum tingkat I.
Dalam hal ini tidak tetrdapat kesenjangan antara teori dengan data yang
ditemukan.

D. Langkah IV Melaksanakan Tindakan Segera / Kolaborasi

Tindakan segera dan kolaborasi pada langkah ini seharusnya adalah


pemberian infus dan obat - obat antiemetik, namun pada kasus Ny "N"
klien sudah tiga hari dirawat di rumah sakit dan infus sudah terpasang,
obat-obat sudah ada namun tetap dilakukan kolaborasi dengan dokter
untuk mengatasi gangguan keseimbangan cairan elektrolik akibat muntah
yang berlebihan.

E. Langkah V Perencanaan Tindakan

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan


oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

52
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah di identifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini, informasi / data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan tinjauan kepustakaan,


tindakan yang dilakukan pada Ny."N" dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I adalah terapi obat-obatan, melalui oral dan parental (cairan) serta
terapi psikologis. Begitu pula rencana tindakan yang dilakukan pada kasus
Ny"N” dalam hal ini perencanaan pada tinjauan kasus dan tinjauan pada
kepustakaan tidak ada kesenjangan yang berarti bahwa setiap perencanaan
disesuaikan dengan kebutuhan klien, kriteria serta tujuan yang akan dicapai.

F. Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke-V dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny."N”. penulis


melaksanakan sesuai rencana yaitu penatalaksanaan pemberian cairan
dan kolaborasi terapi obat, serta melakukan terapi psikologis. Pada tahap
ini penulis tidak menemukan permasalahan yang berarti, hal ini di tunjang
oleh klien dan keluarganya kooperatif dalam menerima semua anjuran dan
tindakan yang diberikan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dalam
pelaksanaan yang terjadi pada teori dan pada kasus Ny. “N” bahwa dalam
pemberian makanan diberikan dalam porsi kecil namun sering hal ini
dilakukan untuk membantu mengurangi mual dan muntah akibat makanan
atau minuman yang masuk melalui oral.

G. Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah


diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.

53
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan.
Hasil evaluasi dari Ny.”N” telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan
klien, dan tujuan dari rencana yang ditentukan telah tercapai, yaitu ibu
mengerti keadaan yang sedang dialaminya, tidak terjadi komplikasi yang
lebih berat, kekurangan cairan sudah teratasi ditandai dengan keadaan ibu
yang sudah membaik, ibu tidak mual dan muntah lagi, nyeri epigastrium
sudah berkurang / hilang, dan kebutuhan nutrisi ibu sudah membaik, hal ini
membuktikan bahwa pendekatan asuhan kebidanan yang diberikan pada
Ny.”N" berhasil.

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tidak adanya kesenjangan


antara teori dan kasus pada Ny."N".

54
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis membahas tentang asuhan kebidanan dengan hiperemesis


gravidarum tingkat I pada Ny "N"di BPM Husnel hayati dari tanggal 23 - 25
Maret 2018, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran
sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum merupakan suatu masalah/diagnosa yang


sering terjadi terutama pada triwulan I kehamilan, dan kadang-kadang
dapat berlangsung terus selama kehamilan yang ditandai dengan mual
muntah yang berlebihan, sampai terjadi dehidrasi dan aseton urin serta
gangguan kesadaran.

Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum dapat diketahui dengan


pasti, namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu
faktor predisposisi, faktor organik dan faktor psikologi. Tindakan pertama
yang perlu diperhatikan dalam penanganan masalah hiperemesis
gravidarum adalah menentukan tingkat penyakit berdasarkan gejala-gejala
klinik yang ada yaitu ringan, sedang atau berat dan segera mengganti
cairan yang keluar akibat muntah yang hebat.

Pada penderita hiperemesis gravidarum perlu dilakukan kolaborasi untuk


pemberian obat yang dapat mengatasi muntah dan rasa nyeri pada ulu
hati.

Hiperemesis gravidarum jika diberikan penanganan yang lebih baik dan


lebih awal akan lebih cepat mengatasi morbiditas dan dapat mencegah
terjadinya mortalitas bagi ibu dan janin.

B. Saran
1. Bagi ibu hamil

55
Diharapkan agar tiap ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan
kehamilan (ANC) sedini mungkin secara teratur dan selalu waspada
terhadap segala resiko terjadinya komplikasi khususnya pada kasus
hiperemesis gravidarum.

2. Pentingnya kematangan fisik dan mental dalam mempersiapkan setiap


kehamilan agar kehamilan dapat terjaga dan dapat melahirkan bayi
yang sehat.

56
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Visi dan misi depkes. info@puskom.depkes.go.id Diakses


pada tanggal 23 Maret 2018.

Anonim. 2010. Masalah kematianibu. http://akuindonesia.wordpress.com

Diakses pada tanggal 21 Maret 2018.

Dinas kesehatan Sulawesi selatan. 2009. Profil kota


Makassar.http://datinkesulsel.wordpress.com diakses pada tanggal 21 Maret
2018.

Indrayani. 2011. Buku ajar asuhan kebidanan. Tim (Trans Info Media);
Jakarta.

Jannah, nurul. 2012. Buku ajar asuhan kebidanan. Andi ; Yogyakarta.

Manuaba, ida bagus Gde. 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan, dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. EGC ; Jakarta.

Muslihatun, wafi nur. 2010. Dokumentasi kebidanan. Fitramaya ; Yogyakarta.

Prawirohardjo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Bina pustaka ; Jakarta.

Rahmawati, eni nur. 2011. Ilmu praktis kebidanan. Victory Inti Cipta ;
Surabaya.

Rukiyah, Ai yeyeh. 2010. Ilmu kebidanan IV (patologi kebidanan). Tim (Trans


Info Media) ; Jakarta.

Runiari, nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis


gravidarum. Salemba medika ; Jakarta.

Sinclair, Christopher. 2011. Buku saku ilmu kebidanan dan kandungan.


Binarupa aksara ; Tangerang selatan.

57
Tamsuri, anas. 2009. Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektolik.
EGC ; Jakarta.

58
i
ii
1

Anda mungkin juga menyukai