Anda di halaman 1dari 39

HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST PARTUM TERHADAP

PERCEPATAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS PANGKAH KABUPATEN TEGAL

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Tugas Riset Kebidanan II

Disusun Oleh :
ANNISA RESTU RAHYAMANI
NIM : B0017005

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKILAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019

8
9

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Proposal penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Annisa Restu Rahmayani
NIM : B0017005
Tanggal :

Tanda Tangan

Annisa Restu R
B0017005

ii
10

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian ini diajukan oleh :


Nama : Annisa Restu Rahmayani
NIM : B0017005
Program Studi : DIII Kebidanan iii

HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST PARTUM TERHADAP


PERCEPATAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PANGKAH KABUPATEN TEGAL

Proposal riset ini telah disetujui untuk diujikan dihadapan


Penguji Program Studi Diploma 3 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi

Slawi, November 2019


Pembimbing I Pembimbing II

Natiqotul F.S,SiT.M,Kes Adrestia R.N. S, Sit.MPH


NIPY. 1980.12.02.03.030 NIPY. 1987.06.10.10.058

KATA PENGANTAR
11

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan judul “Hubungan
Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum terhadap Percepatan Kesembuhan Luka Perineum”
Proposal Penelitian ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa sebutkan satu-persatu, dan pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Dr. Risnanto M.Kes selaku Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
2. Ibu Woro Hapsari, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
3. Ibu Siswati S.ST, M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Bhakti
Mandala Husada Slawi.
4. Ibu Natiqotul F. S.SiT.,M.Kes selaku Pembimbing I Riset Kebidanan.
5. Ibu Adrestia R.N.S.ST.,M.PH selaku Pembimbing II Riset Kebidanan.
6. Seluruh staff dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
7. Bapak, Ibu dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan semangatnya.
8. Rekan-rekan mahasiswi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi yang telah
membantu dalam penyusunan Proposal ini.
9. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam penyusunan Proposal ini.
Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Proposal Penelitian ini maka
penulis mengaharapkan saran dan bimbngan dari berbagai pihakdemmi perbaikan
selanjutnya. Penulis berharap semoga Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Akhir kata semoga Proposal Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan pengembangan ilmu kebidanan umumnya.

Slawi, November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
iv
12

Halaman Judul ....................................................................................................... i


Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................... ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Nifas ....................................................................... 9
1. Pengertian Masa Nifas ............................................................... 9
2. Tujuan Masa Nifas..................................................................... 9
3. Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Masa Nifas ................ 10
4. Tahapan Masa Nifas .................................................................. 11
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas .................................. 12
6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas ....................................................... 13
7. Tanda Bahaya Masa Nifas ......................................................... 15
B. Tinjauan Teori Mobilisasi Dini....................................................... 16
1. Pengertian Mobilisasi Dini ........................................................ 16
2. Tujuan Mobilisasi Dini .............................................................. 16
3. Manfaat Mobilisasi Dini ............................................................ 17
4. Macam-macam Mobilisasi Dini ................................................ 18
5. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini .................................................... 18
6. Kontraindikasi Mobilisasi Dini.................................................. 19
7. Hambatan Mobilisasi Dini ......................................................... 19
C. Tinjauan Teori Luka Perineum ....................................................... 20
1. Pengertian Luka Perineum ......................................................... 20
2. Klasifikasi Luka Perineum ........................................................ 21
3. Etiologi Luka Perineum ............................................................. 22
4. Komplikasi Luka Perineum ....................................................... 22
5. Faktor-faktor Kesembuhan Luka Perineum ............................... 22
v
6. Fase Kesembuhan Luka ............................................................. 23
13

D. Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Terhadap Percepatan


Kesembuhan Luka Perineum .......................................................... 24
E. Kerangka Teori ............................................................................... 26
F. Kerangka Konsep............................................................................ 27
G. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 28
B. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 28
C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling ......................................... 28
D. Definisi Operasional dan Variabel .................................................. 29
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................. 30
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 31
G. Tehnik Analisis Data ...................................................................... 31
H. Etika Penelitian ............................................................................... 32
Daftar Pustaka
Lampiran

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu melahirkan merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat secara umum. Menurut
World Health Organization (WHO) 2012 AKI di dunia sebesar 359/100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 214/100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut masih jauh dari salah satu target Suistainable Development Goals
(SDGs) tahun 2015 yaitu mengurangi angka kematian ibu hingga 70/100.000
kelahiran ibu pada tahun 2030 (WHO, 2012)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012, menunjukan bahwa penyebab utama Angka Kematian Ibu (AKI)
yaitu karena terjadi komplikasi selama persalinan, diantaranya seperti partus
lama (memanjang) 37% dari kelahiran, ketuban pecah sebelum 6 jam bayi
lahir 17%, perdarahan pervaginam 9%, infeksi jalan lahir 7%, kejang pada ibu
2%. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes) tahun
2012, faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yaitu perdarahan
(28%), infeksi (24%), preeklamsi (11%) (DepKes, 2012).
Masa nifas merupakan salah satu bagian penting dari proses kelahiran,
karena merupakan salah satu proses memasuki peran baru sebagai ibu.
Kejadian kematian pada masa nifas, yang harus ditindak lanjuti dengan
memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi yang dilahirkan (Bahiyatun, 2009).
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah plasenta lahir sampai 6 minggu
setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta, dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung 6 minggu (Marmi, 2015).
Infeksi post partum dapat terjadi dari perlukaan jalan lahir, bendungan
asi, subinvolusi uterus, dan juga retensio urine yang disebabkan akibat
kurangnya melakukan mobilisasi dini (Wahyuni, 2011). Menurut hasil
penelitian Dewi (2012) yang dilakukan di Puskesmas Singosari Malang,

1
2

sebanyak 37,5% ibu post partum mengalami penyembuhan luka perineum


pasca heacting yang lambat disebabkan tidak melakukan mobilisasi dini
sedangkan ibu yang melakukan mobilisasi dini mengalami penyembuhan luka
lebih cepat yaitu sebanyak 57,3%.
Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir, setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Robekan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
terjadi di persalinan berikutnya, luka perineum di definisikan sebagai adanya
robekan pada jalan lahir maupun karena episiotomi pada saat melahirkan janin
(Wiknjosastro, 2005).
Menurut derajat atau tingkatan luka robekan perineum dibagi menjadi 4
derajat, yaitu derajat I meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, pada derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan kecuali jika ada
perdarahan. Derajat II meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum, pada derajat II dilakukan penjahitan dengan tehnik
jelujur. Derajat III meliputi mukosa vagina, fourchette posteriror, kulit
perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal. Derajat IV meliputi
seperti derajat III ditambah dinding rektum anterior, pada derajat III dan IV
segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan tehnik dan prosedur
khusus (Ambar Dwi Erawati, 86:2010).
Mobilisasi dini pada masa post partum, merupakan aktifitas yang
dilakukan pada ibu beberapa jam setelah setelah persalinan. Konsep mobilisasi
dini, berlangsung sekitar 2-3 hari, dan kunjungan ulang 1 minggu kemudian
untuk pemeriksaan luka jahitan pasca heacting (Manuaba, 2009). Kurangnya
pengetahuan ibu post partum tentang mobilisasi dini maka menyebabkan ibu
merasa malas, rasa takut dan lelah untuk melakukan mobilisasi dini, sehingga
perlu dilakukan pemberian informasi kesehatan dan mengajarkan tentang cara
melakukan mobilisasi dini agar dapat meningkatkan pengetahuan dan agar ibu
bisa melakukan mobilisasi dini (Kozier, 2010).
Latihan mobilisasi dini ini bermanfaat untuk mempercepat kesembuhan
luka, melancarkan pengeluaran lochea, mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli, sirkulasi darah menjadi normal dan mempercepat pemulihan
3

kekuatan ibu. Ibu yang melahirkan secara normal bisa melakukan mobilisasi 6
jam setelah bersalin dan 8 jam setelah bersalin pada ibu yang menjalani
caesar. Gerakan mobilisasi dini dilakukan secara teratur, intensif dan makin
lama makin bagus, apabila kondisi ibu dalam keadaan baik maka
pelaksanaanya dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari, misalnya pada saat
bangun tidur pagi, siang dan malam sehingga pemulihan kondisi dan
penyembuhan luka perineum menjadi lebih cepat (Hamilton, 2008).
Mobilisasi dini pada post partum memiliki manfaat yang cukup banyak
seperti mencegah infeksi puerperium, melancarkan pengeluaran lochea,
mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi gastrointestinal,
melancarkan fungsi perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat pengeluaran asi dan memperlancar pengeluaran sisa
metabolisme tubuh. Ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini post partum
dapat mengalami kenaikan suhu. Hal ini disebabkan karena involusi uterus
yang tidak baik sehingga mengakibatkan sisa darah tidak dapat dikeluarkan
sehingga menyebabkan infeksi (Suparyanto,2011).
Ibu juga dapat beresiko mengalami perdarahan yang abnormal
disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak baik serta dapat menghambat
pengeluaran darah sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya
kontraksi uterus (Mochtar, 2012).
Berdasarkan profil dinas kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2018
cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas tahun 2018 sebesar 101,05% lebih
besar dari target yang ditetapkan (96,15%). Dari data tersebut diketahui bahwa
angka nifas yang ditangani oleh Dinas Kesehatan Kota Tegal sangat tinggi.
Wilayah Kabupaten Tegal menduduki posisi kedua pelayanan kesehatan ibu
nifas yaitu dengan jumlah 26.560 (95,0%) (Dinkes 2018). Memberikan
pendidikan kesehatan dan mengajarkan tentang mobilisasi dini merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan bidan dalam mengubah perilaku ibu
post partum menjadi lebih sehat (Potter dan Perry, 2009)
Dalam masa pemulihan pasca bersalin, ibu mengalami banyak
perubahan secara fisik maupun fisiologis paling dominan perubahan terjadi
pada fisiologis. Namun jika tidak dilakukan pendampingan maka tidak
4

menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. Masa ini merupakan


masa yang cukup penting untuk tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
pemantauan, karena jika tidak dilakukan pemantauan secara maksimal dapat
menimbulkan berbagai masalah pada ibu post partum (Sulistyawati, 2009).
Menurut Permenkes 1464 tahun 2010, menyebutkan bahwa bidan dalam
menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu.
Pelayanan yang diberikan pada ibu post partum salah satunya memberikan
penyuluhan konseling. Bidan memiliki tanggungjawab dalam memberikan
pelayanan yang dibutuhkan ibu post partum. Pendidikan kesehatan yang
diberikan pada ibu post partum akan meningkatkan pengetahuan yang lebih
baik sehingga dapat mengubah perilaku ibu post partum agar menjadi lebih
sehat (Potter dan Perry, 2009).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September
2019 di Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal, menurut informasi bidan di
ruang mampu persalinan mengatakan ibu post partum belum sepenuhnya
mengerti tentang mobilisasi dini, terutama pada ibu dengan persalinan pertama
kali dan dilakukan penjahitan robekan jalan lahir sehingga ibu agak merasa
takut melakukan mobilisasi dini. Usaha yang dilakukan bidan dalam
mengatasi hal tersebut yaitu dengan memberikan KIE (Konseling, Informasi
dan Edukasi) tentang mobilisasi dini dan mengajarkan bagaimana mobilisasi
dini seperti cara melakukan mobilisasi dini, manfaat mobilisasi dini, hingga
bahaya jika tidak melakukan mobilisasi dini.
Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu post partum didapatkan
hasil bahwa, ibu post partum cenderung mengatakan takut saat akan ke kamar
mandi. Mereka beranggapan jahitan pada bekas jalan lahir bisa terlepas
apabila sering Buang Air Kecil (BAK) dikamar mandi. Sebanyak 6 (60%) ibu
post partum belum mengetahui tentang mobilisasi dini, manfaat mobilisasi
dini, dan cara melakukan mobilisasi dini sehingga penyembuhan luka
perineum pasca heacting menjadi lebih lama. Berdasarkan masalah diatas,
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum terhadap Percepatan Kesembuhan Luka
perineum di Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal”
5

B. Rumusan Masalah
Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu post partum didapatkan hasil
bahwa, ibu post partum cenderung mengatakan takut saat akan ke kamar
mandi. Mereka beranggapan jahitan pada bekas jalan lahir bisa terlepas
apabila sering Buang Air Kecil (BAK) dikamar mandi. Masih banyak ibu post
partum belum mengetahui tentang mobilisasi dini, manfaat mobilisasi dini,
dan cara melakukan mobilisasi dini sehingga penyembuhan luka perineum
pasca heacting menjadi lebih lama. Berdasarkan dari latar belakang diatas,
maka dapat dirumuskan adakah hubungan mobilisasi dini pada ibu post
partum dengan percepatan kesembuhan luka perineum.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum dengan
percepatan kesembuhan luka perineum di Puskesmas Pangkah Kabupaten
Tegal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi mobilisasi dini pada ibu post partum
b. Mengidentifikasi waktu penyembuhan luka perineum
c. Mengidentifikasi hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum
terhadap percepatan kesembuhan luka perineum

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memperluas pandangan
dan pengetahuan peneliti tentang bagaimana hubungan mobilisasi dini
pada post partum terhadap percepatan kesembuhan luka perineum serta
sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam bidang
metodologi penelitian.
2. Bagi Instansi
Diharapkan penelitian ini disajikan sebagai bahan dokumentasi, referensi
dan masukan untuk pengembangan ilmu dan bahan pengajaran bagi
6

instansi pendidikan, khusunya mengenai hubungan mobilisasi dini pada


post partum terhadap percepatan penyembuhan luka perineum.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca dan masyarakat luas umumnya dan khususnya pada
ibu nifas tentang bagaimana hubungan mobilisasi dini pada post partum
terhadap percepatan kesembuhan luka perineum.
4. Bagi Pengembangan Penelitian Selanjutnya
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitian agar lebih baik lagi
dan menggunakan alat ukur yang lebih canggih.

E. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Metodologi Hasil Penelitian Persamaan dan
Penelitian Perbedaan
1. Dina Dewi Hubungan Jenis penelitian Didapatkan hasil Persamaan :
SLI, Retty mobilisasi dini noneksperimen, bahwa sebagian Instrumen yang
Ratnawati, pada ibu post desain kecil ibu nifas digunakan.
Intan partum observasional dengan luka Perbedaan :
Berlian terhadap menggunakan perineum derajat Jenis penelitian,
(2012) kecepatan pendekatan II yang metode
kesembuhan komparatif. melakukan pengambilan
luka perineum Metode mobilisasi dini data, analisa
di seluruh pengambilan adalah data yang
wilayah kerja sampling kesembuhan digunakan,
Puskesmas purposive. lukanya lambat. jumlah populasi,
Singosari Instrumen waktu dan
Kabupaten menggunakan tempat
Malang. kueisoner dan penelitian.
lembar
observasi.
Analisa data
menggunakan
fisher exact
probability test.
2. Dhita Kris Hubungan Rancangan Ada hubungan Persamaan :
Prasetyani antara penelitian antara mobilisasi Judul penelitian
(2014) mobilisasi dini dengan dini dengann
dengan Analitik penyembuhan Perbedaan :
penyembuhan korelasional. luka perineum Jenis penelitian,
luka perineum Metode pada ibu nifas pengambilan
pada ibu nifas pengambilan menunjukan sampel,
di wilayah sampling yaitu sedang dalam instrumen
kerja total populasi. arah positif yang penelitian,
Puskesmas Analisa data berarti semakin analisa data.
Ngasem dengan uji baik mobilisasi
7

Kabupaten statistik dininya maka


Kediri. spearman rho. semakin cepat
penyembuhan
luka perineum.
3. Enny Gambaran Jenis penelitian Pengetahuan ibu Perbedaan :
Fajriyanti pengetahuan deskriptif post partum Judul penelitian,
(2017) ibu post kuantitatif. tentang instrumen yang
partum tentang Metode mobilisasi dini digunakan,
mobilisasi dini pengambilan pasca heacting di analisa data
pasca heacting sampel adalah RS PKU yang digunakan,
di RS PKU Accidental Muhammdyah metode yang
Muhammdyah sampling, Bantul sebagian digunakan,
Bantul. analisis besar dalam waktu dan
univariat dalam kategori cukup. tempat
bentuk penelitian.
presentase.
4. Annisa Hubungan Jenis penelitian Hubungan Persamaan :
Restu R mobilisasi dini kuantitatif, Mobilisasi Dini Judul Penelitian,
(2019) pada ibu post metode pada Ibu Post Jenis Penelitian
partum dengan observasional Partum dengan Perbedaan
percepatan analitik, percepatan Metode
kesembuhan dengan Kesembuhan Penelitian,
luka perineum pendekatan Luka Perineum di Analisa Data,
di wilayah cross sectional. Wilayah Kerja waktu dan
kerja Puskesmas tempat
Puskesmas Pangkah dalam penelitian
Pangkah kategori cukup.
Kabupaten
Tegal.

Perbedaan penelitian ini Dhita Kris Prasetyani 2014 dengan Judul “Hubungan
antara mobilisasi dini dengan penyemnuuhan luka perineum pada ibu nifas diwilayah
kerja Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri” menggunakan rancangan penelitian dengan
Analitik korelasional, metode pengambilan sampling yaitu total populasi. Analisa data
dengan uji statistik Spearman rho. Sedangkan pada peneliti ini dengan judul “Hubungan
mobilisasi dini pada ib post partum terhadap percepatan kesembuhan luka perineum di
Wilayah Kerja Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal” adalah jenis penelitian kuantitatif ,
dengan merode observasional analitik, dengan pendekatan cross-sectional, pengambilan
sampling sama-sama menggunakan tottal populasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai 2 jam sejak lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa
latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
Puerperium yaitu kata “puer” yang artinya bayi dan “parous”
melahirkan. Jadi puerperium berarti masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil (Vivian, Tri Sunarsih, 2011).

b. Tujuan Masa Nifas


Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan
pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal dirumah sakit maupun
setelah keluar dari rumah sakit, adapun tujuan dari perawatan masa
nifas menurut ( Ai Yeyeh, dkk, 2011) yaitu :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikis
dimana dalam asuhan pada masa nifas ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka
kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrinning yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif,
obyektif maupun penunjang.
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini
dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

8
9

4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun


bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat
langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilaksanakan. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat,
memberikan pelayanan keluarga berencana.

c. Peran dan Tanggung jawab Bidan dalam Masa Nifas


Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan
tanggungjawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus
dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, bidan mempunyai
peran dan tanggungjawab antara lain ( Ai Yeyeh, dkk, 2011) :
1) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayinya dalam beberapa saat
untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.
2) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit
pada jam kedua, jika kontraksi tidak kuat Massase uterus sampai
keras karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga
menghentikan perdarahan.
3) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
4) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan
perineum, dan kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri
posisi nyaman, dukung program bounding attachman dan ASI
Eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus dan
perdarahan, beri konseling tentang gizi, perawatan payudara,
kebersihan diri.
5) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikis selama masa nifas.
6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
10

7) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan


rasa nyaman.
8) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
9) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
10) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
12) Memberikan asuhan secara professional.

d. Tahapan Masa Nifas


Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan
dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas diantaranya
(Vivian dan Tri Sunarsih, 2011) :
1) Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya seita 6-8 minggu.
3) Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali harus
melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi
11

baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-


masalah yang terjadi. Kunjungan masa nifas terdiri dari (Risa Pitriani,
Rika Andriyani, 2014) :
1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan
abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada
ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat serta menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit ibu atau bayi
alami, memberikan konseling untuk KB secara dini.
12

f. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


Kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain (Eka Puspita, Kurnia
Dwi, 2014) :
1) Nutrisi dan cairan
Zat Makanan Wanita hamil 20 Wanita
minggu terakhir menyusui
Kalori 3000 kalori 500-800 kalori
Protein 20 gram 40 gram
Calsium 0,6 gram 0,6 gram
Ferrum 5 mg 5 mg
Vit A 1000 iu 2000 iu
Thamin 0,2 mg 0,5 mg
Riboflavin 0,2 mg 0,5 mg
Vit C 30 mg 30 mg
2) Ambulasi
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini, mobilisasi hendaknya dilakukan
bertahap pada ibu partus normal mobilisasi dini dilakukan paling
tidak 4-12 jam post partum dengan tahapan dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri terlebih dahulu, kemudian
duduk, lalu jika ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan
untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih). Manfaat
mobilisasi dini antara lain :
a) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi
puerperium
b) Mempercepat involusi uterus
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
d) Meningkatkan kelancaran peredaraan darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
3) Eliminasi BAK/BAB
Biasanya dalam 6 jam post partum, pasien sudah dapat buang air
kecil. Semakin lama urine ditahan maka dapat mengakibatkan
infeksi. Biasanya ibu malas buang air kecil karena takut akan
merasa sakit tetapi segera buang air kecil setelah melahirkan dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
13

Dalam 24 jam pertama pasien juga sudah harus dapat buang air
besar, buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir,
maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan.
4) Kebersihan diri dan perineum
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan rasa nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan dengan mandi minimal 2 x sehari, mengganti pakaian
dan alas tempat tidur serta lingkungan. Merawat perineum dengan
menggunakan antiseptik (PK/Dethol) dan membersihkan perineum
dari depan kebelakang untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada
luka jahitan dan kulit.
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan dan sarankan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan
berat. Usahakan apabila bayi tidur ibu juga ikut tidur supaya
kebutuhan istirahat terpenuhi, jika ibu kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti mengurangi jumlah
produksi ASI, memperlambat involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
6) Seksual
Dinding vagina kembali keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika
luka perineum dan lokia telah berhenti. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat mengecek dengan memasukan 1-2 jari kedalam vagina
apakah terasa nyeri atau tidak, begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasa sakit maka aman untuk memulai hubungan suami istri
kapanpun ibu siap (Vivian, Tri Sunarsih, 2011).
7) Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu kurang lebih 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
14

kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang


keluarganya. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel telur
(ovulasi) sebelum ibu mendapat haid lagi selama menyusui.
Sebekum menggunakan KB sebaiknya jelaskan terlebih dahulu
pada ibu bagaimana cara kerja dan efektifitasnya, kekurangan, efek
samping, cara penggunaan, waktu pemakaian dapat digunakan
untuk wanit pasca persalinan yang menyusui.
8) Latihan/senam nifas
Tujuan latihan pasca melahirkan adalah mengurangi rasa sakit pada
otot, memperbaiki peredaran darah, mengencangkan otot-otot perut
dadn perineum, melancarkan pengeluran lochea, mempercepat
involusi, menghindarkan kelainan (emboli, trombosis, dll),
mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, meningkatkan
otot-otot punggung, pelvis dan anterior.

g. Tanda Bahaya Masa Nifas


Tanda bahaya masa nifas menurut (Risa Pitriani, Rika Andriyani,
2014) :
1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari 2 pembalut saniter dalam waktu 30 menit)
2) Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang kuat
3) Rasa nyeri dibagian perut bawah atau punggung
4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, masalah
penglihatan
5) Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa sakit
sewaktu buang air kecil atau merasa tidak enak badan.
6) Payudara yang memerah, panas dan sakit
7) Kehilangan nafsu makan untuk waktu yang berkepanjangan
8) Rasa sakit, warna merah, pembengkakan pada kaki
9) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri dan
bayi
10) Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.
15

B. Konsep Dasar Mobilisasi Dini


1. Pengertian Mobilisasi Dini
Persalinan merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa ibu
disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat
menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan
dengan baik. Ibu harus cukup istirahat, dimana ibu harus tidur terlentang
selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum. Setelah
itu mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat
tersumbatnya pembuluh darah ibu (Eka puspita dan Kurnia Dwi, 2014).
Mobilisasi dini pada masa post partum merupakan aktifitas yang
dilakukan pada ibu beberapa jam setelah setelah persalinan. Konsep
mobilisasi dini, berlangsung sekitar 2-3 hari, dan kunjungan ulang 1
minggu kemudian untuk pemeriksaan luka jahitan pasca heacting
(Manuaba, 2009).
2. Tujuan Mobilisasi Dini
Tujuan Mobilisasi dini adalah menurunkan kejadian komplikasi
thrombosis vena, emboli paru, pneumonia dan retensio urine serta
meningkatkan kepuasan pasien dan mengurangi long of stay atau lama hari
rawat pasien (Samuel, 2011).

3. Manfaat Mobilisasi Dini


Perawatan mobilisasi dini memiliki manfaat yaitu antara lain
mencegah infeksi puerperium, melancarkan pengeluaran lochea,
mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal, melancarkan fungsi perkemihan, meningkatkan kelancaran
peredaran darah, sehingga mempercepat pengeluaran ASI, memperlancar
pengeluaran sisa metabolisme tubuh (Suparyanto, 2011).
Menurut Potter & Perry (2006) ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dari dilakukannya mobilisasi dini pada klien yaitu :
a. Sistem Respiratory
Meningkatkan frekuensi kedalaman pernafasan diikuti oleh laju
istirahat kembali lebih cepat juga dapat meningkatkan ventilasi
16

alveolar (normal 5-6 L/mnt), meningkatkan pengembangan diafragma


jika mengubah posisi pasien 2 jam sekali.
b. Sistem Kardiovaskuler
Meningkatkan curah jantung, menguatkan otot jantung dan menyuplai
darah ke jantung dan otot yang sebelumnya terjadi pengumpulan darah
pada bagian estermitas, menurunkan tekanan darah istirahat, serta
memperbaiki aliran balik vena.
c. Sistem Metabolik
Meningkatkan laju metabolisme basal dimana apabila pasien
melakukan aktivitas berat maka kecepatan metabolisme dapat
meningkat hingga 20 kali dari kecepatan normal, meningkatkan
penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan metabolisme
lambung, meningkatkan produksi panas tubuh.
d. Menurunkan insiden komplikasi
Mencegah hipotensi, otot mengecil, hilangnya kekuatan otot,
kontsipasi, meningkatkan kesegaran tubuh, mengurangi tekanan pada
kulit yang menyebabkan kulit menjadi merah atau bahkan lecet.
e. Sistem Musculuskeletal
Memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, memperbaiki
toleransi otot untuk latihan, meningkatkan toleransi aktivitas dan
mengurangi kelemahan pada pasien.

4. Macam-Macam Mobilisasi Dini


Menurut Hidayat (2006) mobilisasi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Mobilisasi penuh adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat menjalankan peran sehari-hari serta
melakukan interaksi sosial.
b. Mobilisasi sebagian adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
tetapi ada batasan gerak sehingga tidak dapat bergerak bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf sensorik dan motorik di area
tubuhnya.
17

5. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini


Menurut Ifafan (2010) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap yaitu :
a. Miring kiri / miring kanan setelah 2 jam post partum
b. Duduk sendiri setelah 6 – 8 jam post partum
c. Berjalan setelah 12 jam post partum
Menurut Clark et al (2013) mobilisasi dini meliputi :
a. Level 1 : Pada 6-24 jam pertama post partum, pasien dianjurkan
teknik nafas dalam dan batuk efektif, diajarkan latihan
gerak (ROM) dilanjut dengan perubahan posisi ditempat
tidur yaitu miring kiri dan miring kanan, kemudian
meninggikan posisi kepala mulai 15º, 30º, 45º dan 90º.
b. Level 2 : Pada 24 jam kedua post partum, pasien diajarkan duduk
tanpa sandaran dengan mengobservasi rasa pusing dan
dilanjutkan duduk ditepi tempat tidur.
c. Level 3 : Pada 24 jam ketiga post partum, pasien dianjurkan untuk
berdiri disamping tempat tidur dan diajarkan untuk
berjalan disamping tempat tidur.
d. Level 4 : Tahap terakhir pasien dapat berjalan secara mandiri.

6. Kontraindikasi Mobilisasi Dini


Menurut Zanni dan Needhan (2010) kontraindikasi pasien untuk
mobilisasi dini adalah :
a. Tekanan darah tinggi
Pasien dengan tekanan darah sistole ≥200 mmHg dan diastol ≥100
mmHg peningkatan darah yang mendadak pada orang yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal bisa menyebabkan
pembuluh darah diotak mengalami penciutan mendadak.
b. Penyakit sistemik atau demam
Mobilisasi dilakukan dengan bertahap sesuai dengan pulihnya keadaan
atau kekuatan pasien. Pengobatan yang mendukung pada sistemik atau
demam meliputi istirahat yang cukup, guna untuk mencegah
18

komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan. Pasien harus tirah


baring sampai demam pasien menurun.
c. Trombosis emboli pada pembuluh darah
Pembentukan thrombus dimulai dengan melekatnya trombosit-
trombosit pada pemeriksaan endotel pembuluh darah jantung. Darah
yang mengalir menyebabkan semakin banyak trombosit tertimbun
pada daerah tersebut. Pada saat mobilisasi, peningkatan aliran darah
yang cepat, masa yang terbentuk dari trombosit akan terlepas dari
dinding pembuluh tetapi kemudian diganti oleh trombosit lain.

7. Hambatan Melaksanakan Mobilisasi Dini


Menurut Zanni dan Needhan (2010), ada beberapa hambatan dalam
melaksanakan mobilisasi dini yaitu :
a. Gejala fisik yang dialami pasien seperti merasakan lemah, nyeri dan
kelelahan.
b. Kurangnya tenaga kesehatan untuk membantu dan membimbing
pasien ketika melakukan mobilisasi.
c. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien tentang pentingnya
melakukan mobilisasi post partum.

C. Konsep Dasar Luka Perineum


1. Pengertian Luka Perineum
Persalinan sering mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka biasanya
ringan tetapi kadang-kadang terjadi luka yang luas dan berbahaya. Setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.
Perineum merupakan daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Luka perineum
didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan lahir maupun karena
episiotomi pada saat melahirkan janin (Wiknjosastro, 2005).
Biasanya robekan terjadi digaris tengah dan dapat meluas apabila
kepala janin lahir cepat. Perineum yang dilalui bayi mengalami
19

peregangan, legam dan trauma. Rasa sakit pada perineum semakin parah
jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru,
area episiotomi atau sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7
sampai 10 hari (Bahiyatun, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum
diantaranya mobilisasi dini, vulva hiegene, luas luka, umur, vaskularisasi,
stressor, dan nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi
luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi (Mochtar, 2002).

2. Klasifikasi Luka Perineum


a. Rupture Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab
tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini
terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur (JNPK-KR,
2008).
Menurut derajat atau tingkatan rupture perineum terbagi menjadi
4 derajat yaitu (Ambar Dwi Erawti, 2010) :
1) Derajat I
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum.
Pada derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan kecuali jika terjadi
perdarahan.
2) Derajat II
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan
otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik
jelujur.
3) Derajat III
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot
perineum dan otot sfingter ani eksternal.
4) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rektum anterior. Pada derajat III dan
IV, segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik
dan prosedur khusus.
20

b. Episiotomi
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan
pengguntingan atas perobekan pada perineum. Episiotomi boleh
dilakukan bila ada indikasi tertentu, diantaranya seperti distosia bahu
dan persalinan bokong, operasi ekstraksi vakum atau forcep dan posisi
oksiput posterior (JNPK-KR, 2008).

3. Etiologi Luka Perineum menurut Syaifuddin (2007) :


a. Penyebab Maternal :
1) Partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan
4) Edema dan kerapuhan pada perineum
b. Faktor Janin
1) Bayi besar
2) Posisi kepala yang abnormal
3) Kelahiran bokong
4) Ekstraksi forsep yang sukar
5) Distosia bahu

4. Komplikasi Luka Perineum


Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika luka perineum tidak segera
diatasi menurut (Depkes, 2006) :
a) Perdarahan
b) Fistula
c) Hematoma
d) Infeksi

5. Faktor-faktor Kesembuhan Luka Perineum


Menurut (Vivian Nanny, Tri Sunarsih, 2011) :
a) Mobilisasi Dini
21

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin


membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing
secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya
mobilisasi dini dilakukan setelah 2 jam post partum (ibu boleh miring
kanan/kiri untuk mencegah adanya trombosit). Manfaat mobilisasi
dini antara lain :
(1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
(2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
(3) Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat bayinya.
(4) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
(5) Tidak mempengaruhu penyembuhan luka episiotomi atau luka
diperut
(6) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroreflexio.
b) Kebersihan Diri dan Vulva Hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan rasa nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan dengan mandi minimal 2 x sehari, mengganti pakaian dan
alas tempat tidur serta lingkungan. Merawat perineum dengan
menggunakan antiseptik (PK/Dethol) dan membersihkan perineum
dari depan kebelakang untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada
luka jahitan dan kulit.
c) Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, terutama kebutuhan
protein dan karbohidrat. Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan
pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit,
dan mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan
gangguan pada mata ataupun tulang.
22

6. Fase-fase Kesembuhan Luka


Fase penyembuhan luka menurut Taylor (1997) :
a. Fase Inflamasi
Fase inflamasi dimulai setelah perlukaan dan berakhir hari ke 3 – 4.
Dua tahap dalam fase ini adalah hemostatis dan fagositosis. Sebagai
hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat terjadinya
pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi
oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan
bakteri dan debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar
sel fagosit (makrofag) masuk kedaerah luka dan mengeluarkan faktor
angiogenesis yang merangsang pembentukan anak epitel pada akhir
pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.
b. Fase Poliferasi
Dimulai pada hari ke 3 – 4 dan berakhir pada hari ke 21. Fibroblast
secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Lapisan tipis
dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada
didalamnya, jaringan baru ini disebut jaringan granulasi.
c. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan dimulai hari ke 21 dan dapat berlanjut
sampai luka sembuh secara sempurna. Kolagen baru menyatu,
menekan pembuluh darah dalam penyembuuhan luka, sehingga bekas
luka menjadi ratadan tipis.

D. Hubungan Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum Terhadap Percepatan


Kesembuhan Luka Perineum
1. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dina Dewi SLI, Retty Ratnawati,
Intan Berlian pada tahun 2012 yang dilakukan di Puskesmas Singosari
Malang, hasil uji fisher dengan nilai signifikan sebesar 1.000 (alfa = 0,05)
bahwa tidak ada perbedaan antara waktu mobilisasi dini dengan kecepatan
penyembuhan luka perineum. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
23

bahwa waktu mobilisasi dini dilakukan 2-4 jam post partum (Magna,
2001) dan waktu mobilisasi 6- 8 jam post partum (Hamilton, 2008).
Dari kedua teori tersebut tidak ada perbedaan percepatan kesembuhan
luka perineum dikarenakan semua responden melakukan mobilisasi dini
secara bervariasi yaitu ada yang melakukan mobilisasi dini dengan cepat
dan ada yang lambat. Faktor yang paling berpengaruh dari percepatan
kesembuhan luka perineum adalah factor personal hygiene, makanan dan
obat. Selain itu responden ada yang merasa kesulitan atau mengalami
keterbatasan dalam melakukan gerakan dan meras takut terhadap nyeri
yang ditimbulkan pada luka jahitannya. Responden juga melakukan
mobilisasi dini sceara bertahap selama 3-4 kali sehari.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
a. Ibu yang melakukan mobilisasi dini masing-masing sebagian besar
selama 2-4 jam dan 6-8 jam
b. Percepatan kesembuhan luka perineum yang melakukan mobilisasi
dini selama 2-4 jam dan 6-8 jam masing-masing sebagian besar dalam
kategori cepat
c. Berdasarkan hasil uji fisher didapatkan bahwa tidak ada perbedaan
antara waktu mobilisasi dini selama 2-4 jam dan selama 6-8 jam
dengan percepatan penyembuhan luka perineum
2. Menurut penelitian yang dilakukan Tuti Meiharti, Lidia Widia, Nuraidah
pada tahun 2016 di Rumah Sakit Bersalin Paradise Simpang Empat
Kabupaten Tanah Bumbu, hasil analisis Hubungan antara Mobilisasi dini
dengan proses percepatan kesembuhan luka Perineum diperoleh bahwa
hampir seluruhnya (77,8%) dari responden adalah kelompok yang tidak
melakukan mobilisasi dini yang proses penyembuhan lukanya tidak
sembuh pada fase poliferasi dan sebagian kecil (22,2%) dari responden
yang tidak melakukan mobilisasi dini yang proses penyembuhan lukanya
sembuh pada fase poliferasi. Sedangkan kelompok yang melakukan
mobilisasi dini sebagian kecil (9,1%) dari responden proses penyembuhan
lukanya tidak sembuh pada fase poliferasi dan hampir seluruhnya (90,9%)
dari responden proses penyembuhan lukanya sembuh pada fase poliferasi.
24

Hasil uji statistik p=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang sangat erat antara Mobilisasi Dini pada ibu post partum dengan
Proses Percepatan Kesembuhan Luka Perineum pada fase poliferasi.
3. Menurut penelitian yang dilakukan Dhita Kris Prasetyani di wilayah kerja
Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri tahun 2014 bahwa ada
hubungannya antara mobilisasi dini pada ibu post partum dengan
penyembuhan luka perineum, hasil penelitian menunjukan hubungannya
sedang dalam arah positif yang berarti semakin baik mobilisasi dininya
maka semakin cepat penyembuhan luka perineum. Mobilisasi sangat
penting dalam percepatan penyembuhan luka dan mengurangi resiko
karena tirah baring lama menyebabkan kekakuan/penegangan otot-otot
diseluruh tubuh, sirkulasi darah dan pernafasan terganggu yang berakibat
peningkatan resiko terjadinya perpanjangan masa penyembuhan luka
(Carpenito, 2004).
Melalui mobilisasi dini maka proses aliran darah akan lebih lancar, hal ini
berarti pengiriman nutrisi untuk mendukung proses penyembuhan luka
perineum dapat berjalan dengan baik, kondisi ini akan mempercepat
proses penyembuhan luka.
25

B. Kerangka Teori
Kerangka Teori adalah suatu model jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan
dan dikolaborasi secara logis antar variable yang dianggap relevan sehingga
dapat menerangkan hubungan teori dengan faktor-faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah (Fitrah dan Luthfiyah, 2017).

Faktor Yang Mempengaruhi


Kesembuhan Luka Perineum: Kesembuhan
(Vivian Nanny, Tri Sunarsih, 2011) Luka Perineum
1. Mobilisasi Dini
2. Vulva Hygiene
3. Nutrisi

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antarsatu
atau lebih variable independen dengan variabel dependen (Lapau, 2012).
Variabel Independen Variabel Dependen

Mobilisasi Dini Percepatan


pada Ibu Post Kesembuhan
Partum Luka Perineum

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-
gejala atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi, dalam takaran
praktis hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian (Wagiran, 2012).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara mobilisasi dini
pada ibu post partum dengan percepatan penyembuhan luka perineum.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian observasional analitik dengan tujuan untuk menemukan ada atau
tidak adanya hubungan antara mobilisasi dini pada ibu post partum dan
percepatan kesembuhan luka perineum dengan metode pendekatan cross
sectional yaitu pengukuran variabel independen dan dependen diteliti secara
bersamaan dalam satu waktu.

B. Ruang Lingkup Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pangkah Kabupaten
Tegal.
2. Waktu
Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember - Februari 2019.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang diteliti populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas KF 1 pada bulan
Januari – Februari 2019 yaitu sebanyak 30 ibu nifas di Puskesmas
Pangkah Kabupaten Tegal.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu nifas KF 1 pada bulan
Januari - Febuari 2019 di Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal. Jumlah
sampel sebanyak 30 ibu nifas.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah tehnik total sampling dimana
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi karena jumlah populasi yang

26
27

kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian


(Sugiyono, 2007)

D. Definisi Operasional, Variabel


1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan atau pengertian secara
operasional tentang variabel-variabel yang diamati dalam kerangka konsep
yang dikembangkan peneliti (Hermawanto, 2010). Definisi operasional
variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Variabel Definisi Instrumen Hasil Ukur Skala
Variabel aktifitas yang Kuesioner Baik Nominal
Independent dilakukan pada ibu Kurang
Mobilisasi beberapa jam setelah
dini pada ibu setelah persalinan dan
post partum berlangsung sekitar 2-
3 hari, dan kunjungan
ulang 1 minggu
kemudian untuk
pemeriksaan luka
jahitan pasca heacting
Variabel adanya robekan pada Lembar 6 – 48 jam Ordinal
Dependent jalan lahir maupun Observasi 3 – 5 hari
Percepatan karena episiotomi 6 – 10 hari
kesembuhan pada saat melahirkan
Luka janin.
Perineum

2. Variabel
Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang
nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur
(Riyanto, 2011).
Dalam penelitia ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas (Independent Variable) disebut juga dengan
variabel pengaruh atau variabel perlakuan adalah variabel yang variasi
nilainya dapat mempengaruhi variabel lain (Hermawanto, 2010). Dalam
penelitian ini variabel bebasnya adalah mobilisasi dini pada ibu post
partum.
28

Variabel terikat (Variable Dependent) disebut dengan variabel


terpengaruh atau variabel yang berubah karena adanya perubahan dari
variabel bebas (Hermawanto, 2010). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah percepatan kesembuhan luka perineum.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data
yang langsung diperoleh/diambil oleh peneliti dengan menggunakan
kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Data Sekunder adalah data yang
diperoleh/diambil oleh peneliti dari data yang sudah ada, sebelum
mengambil data responden, terlebih dahulu peneliti meminta persetujuan
Pimpinan Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal untuk meneliti di
Puskesmas tersebut.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah melakukan observasi
atau pengamatan terhadap percepatan kesembuhan luka perineum setelah
melakukan mobilisasi dini. Adapun prosedur pengumpulan data dalam
penelitian iniadalah sebagai berikut :
1. Mendapat izin untuk melakukan penelitian
2. Memberikan surat untuk menjadi responden
3. Memberikan informed consent (lembar persetujuan)
4. Responden melakukan mobilisasi dini dari 2-6 jam post partum sampai
1 minggu.
5. Responden yang melakukan mobilisasi dini atau tidak melakukan
mobilisasi dini dilakukan pengamatan percepatan kesembuhan luka
perineum dengan cara mengamati perkembangan kesembuhan luka
pada hari ke 3 sampai 10 hari post partum dan dilakukan pencatatan.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar
observasi untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum dari 2-6 jam
post partum sampai 10 hari post partum.
29

G. Teknik Analisis Data


1. Analisis Univariate
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan
distribusi dari masing-masing variabel yang diteliti. Untuk mengetahui
karakteristik variabel, variabel bebas dan variabel terikat maka analisis
yang digunakan adalah analisis univariat menggunakan distribusi
frekuensi dengan presentase (Budiarto, 2002)

𝑓
𝑥= 𝑥100%
𝑛

Keterangan :
x : Hasil presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah seluruh responden
2. Analisis Bivariate
Analisis bivariat digunakan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat
digunakan untuk mengetahui dua variabel yang ydiduga berhubungan atau
berkorelasi, yaitu hubungan antara mobilisasi dini pada ibu post aprtum
dengan percepatan kesembuhan luka perineum.
Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi-Square, jika tidak memenhi
syarat uji Chi-Square maka menggunakan uji alternatifnya yaitu uji
Fisher’s Exact untuk menentukan adanya hubungan antara dua variabel
tersebut bermakna atau tidak bermakna. Interpretasi kemaknaa adalah
bermakna bila (p) ,0,05 (Notoatmodjo, 2010).

H. Etika Penelitian
1. Surat Pengantar
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan ijin kepada institusi pendidikan
untuk mendapatkan surat ijin untuk meneliti.
30

2. Informed Consent (Lembar Persetujuan)


Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum
penelitian dilakukan. Tujuan Infored consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya,. Jika
responden bersedia diteliti, maka responden harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden menolak maka peneliti tidak dapat
memaksakan kehendaknya.
3. Anominity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyekyang diteliti atau responden
peneliti tidak mencantumkan nama.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Merupakan etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semuainformasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
31

Daftar Pustaka

Eka Puspita, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta
: TIM
Vivian Nanny, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Juraida Roiti, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi.
Jakarta : EGC
Ambar Dwi Erawati, 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta : EGC
Risa Pitriani, Rika Andriyani. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (ASKEB III).
Yogyakarta : Deepublish
Ambarwati, Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendekia
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Dewi,D. (2012), Hubungan mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka perineum
pada ibu post partum.
http//eJournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/articel/viewfile/1050/1133-
umm-scientific-journal.pdf.22 Mei 2013.
Keputusan Menteri Kesehatan RI/NO. 1464/MENKES/X/2010.
http://www/pptm.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 20 September 2019.
Manuaba, I.A.C, Manuaba, I.B.G.F,\., dan Manuaba, I.B.G. (2009), Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2, EGC. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Kozier. 2010. Fundamental Keperawatan, Erlangga, Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan, Jakarta : YBP-SP.
WHO (World Health Organization). (2012), Child Health Mortality And Neonatal Infant,
[serialonline], http:// www. Who.int.gho/child-
health/mortality/neonatal-infant/en. Diakses 10 Oktober 2019.
Hamilton. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Mobilisasi Dini. (online).http://mobilisasi dini post
partum. Com. Diakses 15 November 2019.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV.
AndiOffset
Saifuddin Abdul. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jkarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Taylor, C., et al. 1997. Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia : J.B. Lipinncott Co.
32

Daftar Pustaka

Ambar Dwi Erawati, 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta : EGC
Ambarwati, Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendekia
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Dewi,D. (2012), Hubungan mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka perineum
pada ibu post partum.
http//eJournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/articel/viewfile/1050/1133-
umm-scientific-journal.pdf.22 Mei 2013.
Eka Puspita, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta
: TIM
Hamilton. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Juraida Roiti, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi.
Jakarta : EGC
Keputusan Menteri Kesehatan RI/NO. 1464/MENKES/X/2010.
http://www/pptm.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 20 September 2019.
Kozier. 2010. Fundamental Keperawatan. Erlangga, Jakarta.
Manuaba, I.A.C, Manuaba, I.B.G.F,\., dan Manuaba, I.B.G. (2009), Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
Risa Pitriani, Rika Andriyani. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (ASKEB III).
Yogyakarta : Deepublish
Saifuddin Abdul. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV.
AndiOffset
Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Mobilisasi Dini. (online).http://mobilisasi dini post
partum. Com. Diakses 15 November 2019.
Taylor, C., et al. 1997. Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia : J.B. Lipinncott Co.
WHO (World Health Organization). (2012), Child Health Mortality And Neonatal Infant,
[serialonline], http://www. Who.int.gho/child-health/mortality/neonatal-
infant/en. Diakses 10 Oktober 2019.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan, Jakarta : YBP-SP.
33

DAFTAR PUSTAKA

Ambar Dwi Erawati, 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta : EGC

Eka Puspita, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta
: TIM

Juraida Roiti, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi.
Jakarta : EGC

Risa Pitriai, Rika Andriyani. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (ASKEB III).
Yogyakarta : Deepublish

Vivian Nanny, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai