SHODAQOH DAN
WAKAF
Oleh:
Saprida, M.H.I
EDISI REVISI
i
Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan
sebagian maupun seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
Ketentuan Pidana
Kutipan Pasal 72 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima
juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Dicetak oleh:
NoerFikri Offset
Jl. KH. Mayor Mahidin No. 142
Telp/Fax : 366 625
Palembang – Indonesia 30126
E-mail : noerfikri@gmail.com
ii
KATA PENGANTAR
iii
kepada Allah penulis memohon ampun sekiranya dalam
tulisan ini banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan.
Saprida, M.H.I.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................... v
v
Waqaf dan Peranannya dalam Meningkatkan Ekonomi Umat 45
vi
Pengertian Zakat Emas dan Perak .......................... 87
Dasar Hukum Emas dan Perak Wajib Dikeluarkan... 88
Kaedah Kiraan Zakat Emas dan Perak .................. 89
Nishab Zakat Emas ................................................... 90
Nishab Zakat Perak .................................................. 92
Dalil Zakat Perak ...................................................... 92
3. Zakat Hasil Pertanian................................................ 92
Pengertian Hasil Pertanian ....................................... 92
Syarat Zakat Pertanian ............................................. 93
Nisab Zakat Hasil Pertanian ................................... 93
Dalil Zakat Hasil Pertanian ..................................... 96
4. Zakat Harta Perdagangan ....................................... 97
Pengertian Harta Perdagangan ............................... 97
Nishab Harta Perdagangan ..................................... 98
Cara Menghitung Zakat Perdagangan ................... 98
Cara Mengeluarkan Zakat Perdagangan Menurut
Madzhab Maliki ........................................................ 100
Syarat Zakat Barang Dagangan .............................. 101
Ketentuan Zakat Perdagangan ............................... 102
Landasan Hukum Zakat Perdagangan .................. 103
5. Zakat Barang Tambang dan Rikaz ......................... 104
Pengertian Barang Tambang dan Rikaz ................ 104
Nishab Barang Tambang dan Rikaz ....................... 108
Mustahiq Zakat Mal .................................................. 112
Orang yang Tidak Berhak Menerima Zakat Mal ... 115
Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Mal ............. 116
Prinsip-prinsip Zakat Mal ....................................... 123
Pengaruh Zakat bagi Masyarakat ........................... 123
vii
Beberapa problematika masyarakat yang disorot
oleh Yusuf Qardawi Hikmah Zakat Mal ............... 125
Hikmah Zakat Mal .................................................... 127
viii
Perhitungan Zakat Perusahaan .................................... 158
F. Zakat Saham dan Obligasi............................................. 162
Zakat Saham ................................................................... 162
Zakat Obligasi ................................................................ 164
G. Zakat Hasil Bumi Atas Tanah Yang Disewakan ......... 165
Pendapat Ulama Tentang Zakat Hasil Bumi Atas Tanah
Yang Disewakan ............................................................ 167
Nishab dan Kadar Zakat Sewa Tanah ......................... 171
ix
BAB X TATA CARA MEMBAYAR ZAKAT ................... 198
Cara Membayar Zakat ......................................................... 198
Hubungan Pemerintah Dengan Zakat .............................. 198
Baitul Mal Zakat .................................................................... 200
Kedudukan Niat Dalam Zakat ........................................... 203
Menyerahkan Harga Zakat ................................................. 203
Memindahkan Zakat ke Tempat Bukan Penghasil Zakat 204
Mempercepat Mengeluarkan Zakat dan Mengakhirkannya 205
x
Benda Bergerak yang dapat Diwakafkan .......................... 234
Pelaksanaan Wakaf di Indonesia ....................................... 234
Macam-macam wakaf .......................................................... 237
Pengaturan Wakaf ................................................................ 239
Menukar dan Menjual Harta Wakaf .................................. 240
Hikmah Wakaf ..................................................................... 242
Perbedaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Waqaf ................ 245
1. Zakat ........................................................................... 245
2. Infaq ............................................................................ 246
3. Shodaqoh ................................................................... 247
4. Waqaf ......................................................................... 258
Dalil Tentang Infaq dan Shodaqoh .................................... 248
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
xi
xii
Latar Belakang
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada umat
manusia untuk mengatur berbagai persoalan dan urusan
kehidupan dunia dan untuk mempersiapkan kehidupan akhirat.
Agama Islam dikenal sebagai agama yang kaffah (menyeluruh)
karena setiap detail urusan manusia itu telah dibahas dalam Al-
Qur‟an dan Hadits. Ketika seseorang sudah beragama
Islam/Muslim, maka kewajiban baginya adalah melengkapi
syarat menjadi muslim atau yang dikenal dengan Rukun Islam.
Rukun Islam terbagi menjadi lima bagian yaitu membaca
syahadat, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, menjalankan
puasa dan menunaikan haji bagi orang yang mampu.
Zakat adalah salah satu ibadah pokok yang menjadi
kewajiban bagi setiap individu (Mukallaf) yang memiliki harta
untuk mengeluarkan harta tersebut sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku dalam zakat itu sendiri. Zakat merupakan rukun
Islam yang ketiga setelah syahâdatain dan shalat, sehingga
merupakan ajaran yang sangat penting bagi kaum muslimin. Bila
saat ini kaum muslimin sudah sangat paham tentang kewajiban
shalat dan manfaatnya dalam membentuk keshalehan pribadi.
Namun tidak demikian pemahamaannya terhadap kewajiban
terhadap zakat yang berfungsi untuk membentuk keshalehan
sosial. Implikasi keshalehan sosial ini sangat luas, kalau saja kaum
muslimin memahami tentang hal tersebut. Pemahaman shalat
sudah merata dikalangan kaum muslimin, namun belum
2│ Saprida, M.H.I
dalam hidup mereka. Akal fikiran dan ilmu pengetahuan
manusia yang terbatas tidak akan mampu menciptakan sebuah
solusi yang lebih baik dari pada solusi yang dibuat oleh pencipta
manusia itu sendiri (Ahkmad 2007, hal. 55)
Salah satu ajaran Islam yang bertujuan mengatasi
kesenjangan dan gejolak sosial tersebut adalah zakat, zakat yang
menjadi salah satu tiang penyangga bagi tegaknya Islam serta
menjadi kewajiban bagi pemeluknya, membawa misi
memperbaiki hubungan horizontal antara sesama manusia,
sehingga pada akhirnya mampu mengurangi gejolak akibat
problematika kesenjangan dalam hidup mereka. Selain itu, zakat
dapat juga memperkuat hubungan vertikal manusia dengan
Allah, karena Islam menyebutkan bahwa zakat merupakan
bentuk pengabdian (ibadah) kepada Yang Maha Kuasa (Ahkmad
2007, hal. 56).
Menurut pendapat Al-Zuhaili definisi zakat adalah hak
(tertentu) yang terdapat dalam harta seseorang. Definisi umum
ini dihimpun dan muncul dari saringan berbagai definisi yang
lebih spesifik yang dikemukakan oleh ahli fiqih, yaitu suatu
istilah tentang suatu ukuran tertentu dari harta yang telah
ditentukan, yang wajib dibagikan kepada golongan tertentu serta
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun hukum
zakat, agama Islam telah menyatakan dengan tegas, bahwa zakat
merupakan salah satu rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan
oleh setiap muslim yang hartanya sudah memenuhi kriteria dan
syarat tertentu. Otoritas fiqih Islam yang tertinggi, Al-Qur‟an dan
Hadist menyatakan hal tersebut. Dalam banyak kesempatan
Jumhur Ulama‟pun sepakat, bahwa zakat merupakan suatu
kewajiban dalam agama yang tidak boleh diingkari. Artinya,
siapa yang mengingkari kewajiban berzakat, maka dihukum telah
kufur terhadap ajaran Islam, karena dalam ajaran Islam zakat
4│ Saprida, M.H.I
Sejarah Zakat Pada Masa Rasulullah
1. Pada Periode Makkah
Ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengingatkan orang mukmin agar
mengeluarkan sebagian harta kekayaannya untuk orang-orang
miskin diwahyukan kepada Rasulullah SAW. ketika beliau masih
tinggal di Makkah. Perintah tersebut pada awalnya masih sekedar
sebagai anjuran, sebagaimana wahyu Allah SWT. dalam surat Ar-
Rum ayat 39:
6│ Saprida, M.H.I
Abdurrahman bin Auf, tetapi Abdurrahman menolaknya. Ia
hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Di sanalah ia mulai
berdagang. Dalam waktu tidak lama, berkat kecakapannya
berdagang, ia menjadi kaya kembali. Bahkan, sudah mempunyai
kafilah-kafilah yang pergi dan pulang membawa dagangannya.
Selain Abdurrahman, orang-orang muhajirin lainnya banyak juga
yang melakukan hal serupa. Kelihaian orang-orang Makkah
dalam berdagang ini membuat orang-orang di luar Makkah
berkata, “Dengan perdagangan itu, ia dapat mengubah pasir
sahara menjadi emas”. Tidak semua orang muhajirin mencari
nafkah dengan berdagang. Sebagian dari mereka ada yang
menggarap tanah milik orang-orang anshar. Tidak sedikit pula
yang mengalami kesulitan dan kesukaran dalam hidupnya. Akan
tetapi, mereka tetap berusaha mencari nafkah sendiri karena tidak
ingin menjadi beban orang lain. Misalnya, Abu Hurairah.
Kemudian Rasulullah SAW. menyediakan bagi mereka yang
kesulitan hidupnya sebuah shuffa (bagian Masjid yang beratap)
sebagai tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, mereka disebut
Ahlush Shuffa (penghuni shuffa). Belanja (gaji) para Ahlush
Shuffa ini berasal dari harta kaum Muslimin, baik dari kalangan
muhajirin maupun anshar yang berkecukupan.
Setelah keadaan perekonomian kaum Muslimin mulai mapan
dan pelaksanaan tugas-tugas agama dijalankan secara
berkesinambungan, pelaksanaan zakat sesuai dengan hukumnya
pun mulai dijalankan. Di Yatsrib (Madinah) inilah Islam mulai
menemukan kekuatannya. Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW.
menerima wahyu berikut ini:
8│ Saprida, M.H.I
Sejarah Zakat Pada Masa Sahabat
1. Masa Khalifah Abu Bakar Ashidiq
Setelah Nabi Muhammad SAW. wafat, kepemimpinan umat
Islam diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar Ashidiq. Di masa
pemerintahan Abu Bakar, zakat dilakukan dengan merujuk
kepada cara-cara pengelolaan zakat yang dilakukan Rasulullah
SAW. Namun, persoalan baru muncul, ketika ada orang atau
kelompok yang enggan membayar zakat, di antaranya
Musailamah Al-Kadzdzab dari Yamamah dan Sajah Tulaihah.
Masalah ini berakar dari pemahaman sebagian umat Islam bahwa
perintah zakat yang tertuang dalam surat At-Taubah ayat
103: “Ambilah sedekah (zakat) dari harta mereka, dari zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka”, bermakna hanya Nabi yang
berhak memungut zakat, karena beliaulah yang diperintahkan
untuk memungut pajak. Mereka juga menilai hanya pemungutan
yang dilakukan Nabi yang dapat membersihkan dan
menghapuskan dosa mereka. Dengan demikian, zakat hanya
menjadi kewajiban mereka ketika Rasullulah masih hidup, dan
ketika rasul telah wafat maka mereka terbebas dari kewajiban
berzakat tersebut. Pandangan tersebut jelas keliru. Menyikapi hal
itu, Abu Bakar mengambil kebijakan tegas dengan memerangi
mereka. Bagi Abu Bakar mereka dianggap telah murtad. Pada
awalnya, kebijakan Abu Bakar ini ditentang oleh Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab berpegang kepada hadis Nabi yang menyatakan,
“Saya diutus untuk memerangi manusia sampai ia mengucapkan
kalimat La ilahailallah”. Bagi Umar, dengan masuk Islam yang
dibuktikan dengan mengucapkan lafaz syahadat, sudah menjamin
bahwa darah dan kekayaan seseorang berhak memperoleh
perlindungan. Akan tetapi Abu Bakar beragumen bahwa teks hadis
di atas memberi syarat terjadinya perlindungan tersebut, yaitu,
“kecuali bila terdapat kewajiban dalam darah dan kekayaan itu”.
Artinya : “Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa
binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian)
lagi berikan untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir”. (QS.
Al-Haji : 28).
)۵ : ۹ (اﻠﺗﻭﺑﺔ
Artinya : “Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha
Penyayang” (Depag RI. 2000, hal. 149).
3. Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki
5 ekor unta maka ia terkena kewajiban zakat. Selanjtnya zakat itu
bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah.
Tabel 3. nishab unta adalah sebagai berikut :
No. Jumlah(ekor) Zakat
1. 5-9 1 ekor kambing/domba (a)
2. 10-14 2 ekor kambing/domba
3. 15-19 3 ekor kambing/domba
4. 20-24 4 ekor kambing/domba
5. 25-35 1 ekor unta bintu Makhad (b)
6. 36-45 1 ekor unta bintu Labun (c)
7. 46-60 1 ekor unta Hiqah (d)
8. 61-75 1 ekor unta Jadz'ah (e)
9. 76-90 2 ekor unta bintu Labun (c)
10. 91-120 2 ekor unta Hiqah (d)
Keterangan :
a. Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur
satu tahun atau lebih.
E. Zakat Perusahaan
Definisi Zakat Perusahaan
Yusuf Qardawi menghimpun jenis ini dengan sebutan harta
yang diusahakan, yaitu harta yang diusahakan oleh para
pemiliknya untuk berusaha dengan cara menyewakannya atau
menjual hasilnya. Perbedaanya dengan harta perniagaan adalah
bahwa keuntungan yang diperoleh dalam perdagangan adalah
lewat penjualan atau pemindahan benda-benda itu ke tangan
orang lain. Sedangkan harta perusahaan masih berada di tangan
pemilik, dan keuntungan diperoleh dari penyewaan atau
penjualan produknya.
Zakat perusahaan (Corporate zakat) adalah sebuah fenomena
baru, sehingga hampir dipastikan tidak ditemukan dalam kitab
2. Zakat Obligasi
Obligasi merupakan istilah dari surat berharga bagi
penerapan hutang dari pemilik/pihak yang mengeluarkan
obligasi atas suatu proyek dan memberikan kepada pemegang
hak bunga telah disepakati. Disamping nilai nominal obligasi
tersebut pada saat habisnya masa. Obligasi ialah surat pinjaman
dan sebagainya yang dapat diperdagangkan dan biasa dibayar
dengan jalan untuk tiap-tiap tahun. Kalau pemegang perusahaan
Pengertian Pajak
Pajak secara etimologi adalah pungutan wajib, biasanya
berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai
sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan
dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya.
Dilihat dari definisi tersebut maka dapat kita tarik kesimpulan
bahwa pajak ada unsur pemaksaan, karena ada kata-kata
pungutan wajib dan sebagai sumbangan wajib. Sementara tujuan
pajak adalah untuk menggali dana atau uang sebanyak-
banyaknya tanpa melihat dan memandang orang kaya ataupun
miskin. Rachmat Sumitro (1987: 5) mendefinisikan bahwa, “Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi
tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment”.
Fungsi Pajak
Pada dasarnya fungsi pajak adalah sebagai sumber
pemasukan keuangan negara (fungsi budgeter), yang nantinya
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran operasional
maupun investasi oleh negara. Namun ada fungsi lainnya yang
tidak kalah pentingnya yaitu pajak sebagai fungsi mengatur.
1. Fungsi Budgeter, adalah fungsi yang letaknya pada sektor
publik, dan pajak-pajak di sini sebagai alat (atau suatu
sumber) untuk memasukkan uang sebanyaknya ke dalam kas
negara yang pada waktunya akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara. Pajak-pajak ini terutama
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
rutin, dan apabila setelah itu masih ada sisa (surplus), maka
surplus ini dapat digunakan untuk membiayai investasi
pemerintah (public saving untuk public investment).
2. Fungsi Mengatur (regularend), adalah digunakan sebagai alat
untuk melaksanakan kebijakan negara dalam bidang ekonomi
dan sosial, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
letaknya di luar bidang keuangan. Hal ini merupakan usaha
pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal mengatur
dan bila perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan
dalam sektor swasta. (Gustian 2006, hal. 53).
Macam-Macam Shadaqah
Rasulullah SAW. menjelaskan tentang cakupan shadaqah
yang begitu luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para
sahabatnya yang tidak mampu secara maksimal bershadaqah
dengan hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk
banyak hartanya. Lalu Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa
shadaqah mencakup :
1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid
Rasulullah SAW. menggambarkan pada awal penjelasannya
tentang shadaqah bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah
shadaqah. Oleh karenanya mereka diminta untuk memperbanyak
tasbih, tahlil dan tahmid, atau bahkan dzikir-dzikir lainnya.
Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah
SWT. Dalam riwayat lain digambarkan: Dari Aisyah ra,
bahwasanya Rasulullah SAW. berkata, “Bahwasanya diciptakan dari
setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang
siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan
Adab-adab Shodaqoh
1. Ikhlas dalam Bersedekah
Seseorang wajib mengikhlaskan niat karena Allah semata di
dalam bersedekah dan mencari keridhaan-Nya serta kedekatan di
sisi-Nya, baik sedekah wajib maupun sedekah sunnah. Jika
keikhlasan tidak ada, maka sedekah akan batal dan dapat
menggugurkan pahalanya. Sebagian orang bersedekah dengan
tujuan riya‟ dan berbangga-bangga untuk menyombongkan diri
agar ia dikenal dengan sedekahnya. Bahkan ia berusaha
menonjolkan hal itu. Orang-orang seperti ini akan di siksa pada
hari kiamat dengan siksa yang sangat berat.
2. Mempelajari Kewajiban-kewajiban dalam Bersedekah
Seorang Muslim wajib mempelajari tentang sedekah-sedekah
yang diwajibkan atas dirinya, mempelajari ukuran-ukurannya
dan kepada siapa sedekah itu harus diberikan, serta hal lain-lain
yang akan meluruskan ibadahnya tersebut. Hal itu dilakukan
sebelum ia melakukan sedekah, walaupun ia harus bertanya
kepada ahli ilmu. Sebab ia tidak akan terhitung melaksanakan
kewajiban di dalam ibadah hingga ia melakukannya sesuai
dengan yang di syari‟atkan Allah SWT. Selain itu, agar tidak
mengeluarkan sesuatu dari jenis harta yang tidak wajib dikeluarkan
zakatnya atau ia tidak memberikannya kepada orang yang tidak
berhak menerimanya dan hal-hal semacam itu.
3. Tidak Menunda-nunda Sedekah yang Wajib Hingga Keluar
Waktunya
Jika telah wajib seseorang muslim untuk mengeluarkan zakat
atas hartanya, tanamannya, perniagaannya, atau yang lainnya
Hikmah Shodaqoh
Shodaqoh memiliki nilai sosial yang sangat tinggi. Orang
yang bersedekah dengan ikhlas ia bukan hanya mendapatkan
pahala tetapi juga memiliki hubungan sosial yang baik. Hikmah
yang dapat dipetik :
1. Orang yang bersedekah lebih mulia dibanding orang yang
menerimanya sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis
“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”.
2. Mempererat hubungan sesama manusia terutama kepada
kaum fakir miskin, menghilangkan sifat bakhil dan egois dan
dapat membersihkan harta serta dapat meredam murka
Tuhan.
3. Orang yang bersedekah senantiasa didoakan oleh kedua
malaikat. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari
Muslim yang artinya “Tidaklah seorang laki-laki berada di pagi hari
kecuali dua malaikat berdoa, Ya Allah berilah ganti orang yang
A. Syarat wakif
Orang yang mewakafkan (wakif disyaratkan memiliki
kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam
membelanjakan hartanya kecakapan bertindak disini meliputi
empat kriteria yakni :
1. Merdeka
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya),
tidak sah karena wakaf adalah pengguguran hak milik
dengan cara memberikan hak milik itu kepada orag lain.
Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik,
Pengaturan Wakaf
Tujuan wakaf dapat tercapai dengan baik, apabila faktor-
faktor pendukungnya ada dan berjalan. Misalnya nadzir atau
pemelihara barang wakaf. Wakaf yang diserahkan kepada badan
hukum biasanya tidak mengalami kesulitan. Karena mekanisme
kerja, susunan personalia, dan program kerja telah disiapkan
secara matang oleh yayasan penanggung jawabnya. Pengaturan
Hikmah Wakaf
Manfaat wakaf dalam kehidupan dapat dilihat dari segi
hikmahnya. Setiap peraturan yang disyaratkan Allah SWT.
kepada makhluknya baik berupa perintah atau larangan, pasti
mempunyai hikmah dan manfaatnya, bagi kehidupan manusia,
khususnya bagi umat Islam. Manfaat itu bisa dirasakan ketika
hidup sekarang maupun setelah di akhirat nantinya yaitu berupa
pahala (didasarkan pada janji Allah). Ibadah wakaf yang
tergolong pada perbuatan sunnah ini banyak sekali hikmahnya
yang terkandung dalam wakaf ini, antara lain:
1. Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan
terjamin kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya
hilang atau pindah tangan, karena secara prinsip barang
wakaf tidak boleh ditassarufkan, apakah itu dalam bentuk
menjual, dihibahkan atau diwariskan.
2. Pahala dan keuntungan bagi si wakif akan tetap mengalir
walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda
wakaf itu masih ada dan dapat dimanfaatkan. Oleh sebab
itulah diharuskan benda wakaf itu tahan lama. Dalam
keadaan seperti ini wakaf sebagai inventaris untuk meraih
keuntungan pahala dari Allah. Selain itu mendapat balasan di
dunia. Baik kepuasan bathin atau semakin terciptanya ikatan
ukhuwah Islamiyyah bagi mereka. Terhadap perbuatan-
perbuatan yang baik, akan senantiasa mengalir pahalanya
setelah meninggal dunia. Disebutkan Rasulullah dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, Sesungguhnya
sebagian amalan dan kebaikan orang yang beriman yang
dapat mengikutinya sesudah ia meninggal ialah ilmu yang
2. Infaq
Infaq secara bahasa bermakna : Keterputusan dan
kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna : mengorbankan
harta dan semacamnya dalam hal kebaikan. Dengan demikian,
kalau kedua makna ini di gabungkan maka dapat dipahami
bahwa harta yang dikorbankan atau didermakan pada kebaikan
itulah yang mengalami keterputusan atau lenyap dari
kepemilikan orang yang mengorbankannya. Berdasarkan
pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan)
harta dan semacamnya pada kebaikan disebut Al-Infaq. Dalam
infaq tidak di tetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula
dengan besar atau kecil jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik
dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang yang di
korbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat umum,
berbeda dengan zakat. Jika seseorang berinfaq, maka kebaikan
akan kembali pada dirinya, tetapi jika ia tidak melakukan hal itu,
maka tidak akan jatuh kepada dosa, sebagaimana orang yang
telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia tidak
melaksanakannya.
Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada nishabnya,
infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang yang
beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,
apakah ia di saat lapang maupun sempit (QS. 3:134). Jika zakat
3. Shodaqoh
Shodaqoh atau yang dalam bahasa indonesia seringkali
dituliskan dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas lagi
dari zakat dan infaq. Shodaqoh dapat dimaknai dengan satu
tindakan yang dilakukan karena membenarkan adanya
pahala/balasan dari Allah SWT. Sehingga shodaqoh dapat kita
maknai dengan segala bentuk/macam kebaikan yang dilakukan
oleh seseorang karena membenarkan adanya pahala/balasan dari
Allah SWT. Shodaqoh dapat berbentuk harta seperti zakat atau
infaq, tetapi dapat pula sesuatu hal yang tidak berbentuk harta.
Misalnya seperti senyum, membantu kesulitan orang lain,
menyingkirkan rintangan di jalan, dan berbagai macam kebaikan
lainnya. Seperti halnya infaq, dalam shodaqoh tidak di tetapkan
bentuknya, bisa berupa barang, harta maupun satu sikap yang
baik. Jika ia berupa harta atau barang, maka shodaqoh tidak di
tetapkan waktunya, dan jumlahnya. Shodaqoh adalah jenis
kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq, maka
seringkali kita menemukan kata shodaqoh ini diartikan dengan
zakat atau dengan infaq. Shodaqoh seringkali juga di gunakan
4. Waqaf
Waqaf dan qurban termasuk ke dalam infaq dan shodaqoh
dengan tingkatan dan anjuran yang lebih khusus. Keduanya
bukan termasuk zakat. Waqaf berasal dari makna kata yang
berarti, menahan, diam, atau berhenti. Harta yang berhenti,
ditahan dan sudah tidak di gunakan lagi oleh pemiliknya (diam)
untuk tujuan kebaikan dan manfaat, maka ia disebut dengan
waqaf. Waqaf hanya dapat berupa harta yang memiliki nilai
uang, seperti uang, emas, perak, tanah, binatang, dan lain lain.
Perbedaannya juga dapat dicermati antara lain yaitu :
1. Zakat, sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah
harta yang harus zakat dan siapa yang boleh menerima.
2. Infaq, sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi).
3. Shadaqah, lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan
tidak terbatas pada materi saja. (Fahrur 2011, hal. 128).
Fatah Idris, Abdul dan Ahmadi, Abu 1994. Fiqih Islam Lengkap. PT.
Renika Cipta, Jakarta.
Hasan, Ali 2001. Tuntutan Puasa dan Zakat. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Labid, dkk 2000. Kuliah Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan
Hikmanya. Tiga Putra, Surabaya.
http://feryusb.blogspot.com/2013/11/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.html, kamis 18 juni 2015
http://muslimnegarawankammi.blogspot.com/2010/01/hukum-
perwakafan.html, senin 6 Juli 2015
http://afirdauz.blogspot.com/2014/05/makalah-pengelolaan-
zakat-produktif_1959.html, kamis 18 juni 2015
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1160986641, kamis 18
juni 2015
http://www.eramuslim.com/konsultasi/zakat/dasar-hukum-
zakat-perusahaan.htm#.VYJO22G-7nU , kamis 18 juni 2015
http://www.kompasiana.com/dhoifman/cara-menghitung-
zakat-gaji-profesi_551284278133119357bc5fb8, kamis 18 juni
2015
http://www.republika.co.id/berita/dunia-
Islam/hikmah/12/08/07/m8daxd-inilah-5-keutamaan-
sedekah, 24 Juni 2015
Saprida, M.H.I
Kelahiran Betung Ogan Ilir, 14 November 1984
Sumatera Selatan, anak dari Aswandi dan
Muroidah. Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah
diselesaikan 2005 di Pondok Pesantren Nurul
Islam Seribandung Ogan Ilir. Penulis merupakan alumni Fakultas
Syariah IAIN Raden Fatah Palembang yang sekarang UIN Raden
Fatah Palembang dan mendapat gelar Sarjana Hukum Islam
(S.H.I) Pada tahun 2009 dan gelar Magister Hukum Islam (M.H.I)
dengan jurusan Ekonomi Syariah Program Studi Hukum Islam
pada tahun 2012. Penulis menikah dengan Musril, ST. dan baru
dikaruniai seorang putri bernama Najwa Azizah.
Karier akademik sebagai Dosen Tetap Sekolah Tinggi
Ekonomi dan Bisnis Syariah Indo Global Mandiri (STEBIS IGM)
pada Tahun 2014-sekarang, pengampu mata kuliah Ekonomi
Islam, Fiqih Zakat dan Waqaf, Fiqih Muamalah dan Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam.
Email: sapridamusril @yahoo.co.id