Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Anatomi Fisiologi Hepar


Tujuan Disusunnya Makalah Ini untuk Memenuhi Tugas Anatomi Fisiologi

Disusun Oleh :

Aulia Shofiea Azizah

Prodi / NIM :

D III GIZI SEMESTER 1 / P1337431114049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
Tahun Ajaran 2014 / 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi

rahmat dan ridho-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Pengaruh Kekurangan Zat Gizi Terhadap Anemia

Defisiensi Besi pada Wanita”. Atas dukungan moral dan materi yang telah

diberikan dalam proses penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Masrifan Djamil, selaku dosen pengampu mata kuliah Anatomi

Fisiologi yang telah memberikan materi dan pengajaran serta arahan

dalam menulis sebuah makalah ini.

2. Ibu Dr. Rahma dan ibu Dr. Inna yang juga selaku dosen pengampu mata

kuliah anatomi fisiologi yang telah memberikan materi dan pengajaran

kepada penulis.

3. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis

ketika penulis merasa lelah dalam proses pengerjaan makalah ini.

4. Teman – teman kos yang telah memberi semangat, dukungan dan masukan

kepada penulis dalam proses penulisan makalah ini.

5. Jehan Shabrina, yang telah mempersilakan penulis untuk mengerjakan

makalah ini di kamar kosnya dan juga menemani penulis dalam proses

menulis makalah ini siang dan malam.


Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak

kekurangan yang ada. Oleh sebab itu, saran dan masukan dari rekan – rekan

akan sangat berguna dan berarti bagi penulis untuk dapat menyempurnakan

makalah ini.

Semarang, 8 Desember 2014

Aulia Shofiea Azizah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................ .. 2
1.3.Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4.Manfaat ........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ .. 3

2.1. Definisi Anemia Defisiensi Besi (ADB)......................................................... 3


2.2. Eritropoietin ................................................................................................ .. 3
2.3. Etiologi .......................................................................................................... . 4
2.4. Gejala ADB ................................................................................................. .. 5
2.5. Dampak ADB ............................................................................................... .. 6
2.6. Terapi ........................................................................................................... .. 7

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 11

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 12

5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 12


5.2. Saran ............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hati merupakan salah satu organ pencernaan dan juga termasuk dalam

sistem ekskresi manusia. Hati memiliki banyak sekali fungsi yang penting

bagi tubuh, karena hati mengatur segala proses metabolisme dalam tubuh.

Kerusakan pada hati akan berakibat fatal bagi tubuh.

Beberapa penyakit hati dapat digolongkan ke dalam penyakit kronis dan

juga ada yang dapat disembuhkan. Perlu penanganan yang khusus bagi para

penderita kelainan hati.

1.2.RUMUSAN MASALAH

1.) Apa definisi hati (hepar) itu?

2.) Bagaimana fungsi dari hati?

3.) Apa saja penyakit kerusakan hati dan bagaimana kelainan itu?

1.3.TUJUAN
1.) Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang definisi dari hepar atau

hati.

2.) Untuk memberi penjelasan kepada tentang fungsi hati.

3.) Untuk menginformasikan apa saja penyakit atau kelainan pada kerusakan

hati..

1.4.MANFAAT

1.) Agar pembaca dapat mengetahui dan mengenali apa itu hati.

2.) Agar pembaca dapat mengetahui fungsi hati.

3.) Agar pembaca tahu bagaimana penyakit – penyakit kerusakan hati itu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Hepar ( hati ) merupakan kelenjar terbesar di tubuh, dengan berat 1,5 kg

atau lebih. Hati menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali

lemak, melalui vena porta. Hati merupakan pusat dari metabolisme tubuh.

Dalam hati terjadi proses – proses sintesa, modifikasi, penyimpanan,

pemecahan serta ekskresi dari berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk

hidup. Hati memiliki fungsi yang sangat beragam dan rumit.

Hati diliputi simpai jaringan ikat fibrosa (Glisson) dan membentuk septa

jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati dari porta hepatis dan membagi

– bagi hati dalam lobus dan lobulus. Sel – sel parenkim hati (hepatosit)

tersusun berupa lempengan saling berhubungan dan bercabang, membentuk

anyaman tiga dimensi. Diantara lempengan – lempengan ada sinusoid darah

(mirip kapiler darah). Penampang hati tampak berlobuli segienam. Di sudut –

sudut lobuli terlihat lebih banyak jaringan ikat, yang mengandung cabang –
cabang vena porta, cabang arteri hepatika, dan duktus biliaris (saluran

empedu). Daerah ini disebut daerah portal (kanal portal).

Di dalam hati terdapat beberapa macam lobulus : lobulus klasik (lobulus

hati), labulus portal, dan asinus hati (unit fingsional). Lobulus klasik dibatasi

oleh daerah portal (biasanya hanya tampak tiga dari enam sudutnya) dan

dipusatnya terdapat lubang, yaitu vena sentralis yang menampung darah dari

sinusoid. Jadi, darah mengalir dari daerah portal (cabang vena porta dan

cabang arteri hepatika) ke dalam sinusoid, lalu ke vena sentralis. Sebaliknya

empedu, yang diekskresi sel – sel hati, mengalir melalui kanalikuli biliaris ke

duktis biliaris di daerah portal. Lobulus portal mempunyai daerah portal

sebagai daerah pusatnya, dan bersudutkan tiga vena sentralis. Jadi lobulus ini

terdiri atas jaringan yang menyalurkan empedu ke dalam duktus biliaris di

daerah portal. Asinus hati (unit fungsional), seperti halnya lobulus portal,

tidak jelas batas – batasnya. Tidak semua sudut dari lobulus klasik ada daerah

portalnya. Daerah yang tidak memiliki daerah portal ini tetap mendapat darah

dari asinus hati. kedua sudut belah ketupatnya adalah vena sentralis.

2.2. Anatomi Fisiologi Hati

Unit fungsional dari hati adalah lobulus yang berbentuk silindrik dengan

panjang beberapa milimeter dan dengan diameter 0,8 – 2 mm. Dalam hati

manusia terdapat 50000 – 100000 lobuli tersebut. Lobuli hati tersusun di

sekeliling vena sentralis yang mengalirkan darah ke arah vena hepatika dan

selanjutnya menuju vena cava inferior. Lobuli itu sendiri pada dasarnya
tersususn atas beberapa lembaran yang terdiri dari sel – sel hati yang

menyebar secara radial dari vena sentralis seperti jari – jari roda. Tiap

lembaran tersebut biasanya tersusun setebal 2 sel hati. di antara sel – sel hati

yang berdekatan serta diantara lembaran sel – sel hati tersebut terdapat

saluran empedu kecil (bile kanalikuli) yang bermuara dalam saluran empedu

yang lebih besar dalam septa antara dua lobulus hati yang berdekatan. Di

dalam septa sersebut juga terdapat venula porta yang menerima darah dari

vena porta. Dari venula ini darah mengalir ke cabang – cabang sinusoid yang

terletak di antara lembaran – lembaran sel hati, dan dari sini darah mengalir

ke vena sentralis. Dengan demikian, sel – sel hati akan mendapat darah dari

vena porta secara terus – menerus. Selain venula porta, di dalam septa

interlobulerjuga terdapat arteriola hepatika. Arteriola ini sebagian

memberikan darah kepada jaringan septa dan sebagian lagi menuju sinusoid.

Sinusoid venula dibatasi oleh dua jenis sel, yaitu sel endotil yang khas

dan sel – sel Kupfer yang sebenarnya adalah sel retikuloendotil yang mampu

mengadakan fagositosis kuman – kuman atau benda – benda asing yang ada

dalam darah. Sel – sel endotil yang membatasi sinusoid venosa tersusun

sedemikian rupa sehinggan dinding dari sinusoid itu sangat “porous”.

Dibawah dinding sinusoid ini, yaitu di antara sel – sel endotil dengan sel – sel

hati terdapat satu ruangan yang amat sempit yang disebut rongga dari Disse.

Karena “porousnya” dinding sinusoid tersebut, maka zat – zat yang ada dalam

plasma dapat bergerak dengan bebas ke dalam rongga disse. Bahkan protein

plasma pun dapat bebas berdifusi ke dalam rongga tersebut.


Di dalam septa interlobuler juga terdapat sejumlah besar saluran getah

bening terminal yang mempunyai hubungan langsung dari rongga Disse.

Dengan demikian, cairan yang berlebihan yang ada dalam rongga dari Disse

akan dialirkan melalui saluran getah bening tersebut.

2.3. Fungsi Hati

Dalam garis besar, fungsi hati dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

1) Fungsi Vaskuler : untuk menimbun dan melakukan filtrasi darah.

Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui

sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis menuju

vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena cava inferior.

Selain itu, dari arteria hepatika mengalir masuk kira – kira 350 cc

darah. Darah arterial ini akan masuk ke dalam sinusoid dan bercampur

dengan darah portal. Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati

diperkirakan sekitar 1500 cc tiap menit. Aliran darah ke hati ini dapat

diukur dengan cara menempatkan alat pengukur elektromagnetik

dalam arteria hepatika dan vena porta secara langsung.

2) Fungsi Ekskretorik : membentuk empedu dan mengekskresikannya ke

dalam usus. Hati mengekresi zat – zat yang berasal dari dalam sel hati,

misalnya bilirubun, kolesterol, garam empedu dan sebagainya ke

dalam empedu. Di samping itu, ke dalam empedu juga diekskresi zat –


zat yang berasal dari luar tubuhmisalnya logam – logam berat,

beberapa macam zat warna (termasuk BSP) dan sebagainya.

Fungsi ini diukur dengan beberapa tes, misalnya : bilirubin serum,

bilirubin urin, urobilinogen dalam urin, stercobilin dalam tinja, dan

asam empedu. Disamping itu, fungsi ini juga diukur dengan

menyuntikkan bahan – bahan dari luar yang mengalami proses yang

hampir sama dengan bilirubin, misalnya dengan BSP, ICG dan Rose

Bengal Radioaktif.

Bahan – bahan tersebut pada umumnya disuntikkan dengan dosisi

tertentu dan kemudian diukur kadarnya dalam dalam darah dalam

waktu tertentu setelah penyuntikan.

3) Fungsi metabolik : untuk metabolisme karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, dan juga untuk memproduksi tenaga.

- Metabolisme Karbohidrat

Dalam metabolisme karbohidrat, hati berfungsi sebagai

tempat penyimpanan karbohidrat, tempat mengubah galaktosa

menjadi glukosa, tempat terjadinya glukogenesis dan tempat

pembentukan zat – zat kimia penting yang merupakan hasil antara

dalam metabolisme karbohidrat. Hati mempunyai fungsi buffer

glukosa, bila glukosa dalam darah berlebihan, maka glukosa akan

diambil oleh hati dan ditimbun sebagai glikogen, sebaliknya bila

glukosa dalam darah berkurang maka glikogen akan dipecah


menjadi glukosa kembali. Pada seorang penderita dengan

kelainan hati yang cukup parah, setelah makan sejumlah besar

karbohidrat maka kadar glukosa dalam darahnya akan meningkat

tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan kadar

glukosa orang normal.

- Metabolisme Lemak

Walaupun metabolisme lemak dapat terjadi pada hampir

semua sel tubuh, tetapi beberapa aspek tertentu dalam

metabolisme lemak terjadi lebih cepat di dalam sel hati. beberapa

fungsi khas dari hati dalam metabolisme lemak adalah :

 Oksidase beta dari asam lemak dan pembentukan asam lemak

asetosetat yang sangat tinggi.

 Pembentukan lipoprotein.

 Pembentukan kolesterol dan fosfolipid dalam jumlah yang

sangat besar.

 Perubahan karbohidrat dan protein menjadi lemak dan asam

lemak dalam jumlah yang sangat besar.

Untuk memperoleh tenaga dari lemak netral, maka lemak

tersebut harus dipecah terlebih dahulu menjadi gliserol dan asa

lemak. Kemudian dengan cara oksidasi beta maka asam lemak

tesebut dipecah mejadi radikal asetil yang kemudian membentuk

asetil koenzim A. Asetik Co-A ini kemudian akan ikut siklus


krebs dan menghasilkan tenaga yang besar. Karena hati tidak bisa

menggunakan keseluruhan asetil Co-A yang dihasilkan, maka

sebagian akan diubah menjadi asam asetoasetat yang merupakan

kondensasi dari dua molekul asetil Co-A. Asam asetoasetat ini

merupakan suatu asam yang sangat larut dalam asam itu akan

keluar dari dalam sel hati menuju cairan ekstraseluler dan

akhirnya masuk ke dalam peredaran darah. Jaringan yang

membutuhkan akan mengambil asam aseto asetat ini, kemudian

akan diubah menjadi asetil Co-A dan kemudian menjadi tenaga.

- Metabolisme Protein

Fungsi utama hati dalam metabolisme protein adalah:

 Deaminasi asam amino.

 Pembentukan urea untuk membersihkan cairan tubuh dari

amoniak.

 Sintesa dari protein plasma

 Interkonversi di antara asam – asam amino yang berbeda dan

senyawa – senyawa lain yang penting dari proses – proses

metabolik dari tubuh.

Untuk bisa dimanfaatkan dalam bentukan tenaga atau untuk

dapat diubah menjadi karbohidrat maupun lemak, maka asam –

asam amino harus mengalamai deaminasi terlebih dahulu.


Pembentukan urea dalam hati dangat penting, artinya untuk

mengambil amoniak dari dalam tubuh. Seperti diketahui, amoniak

merupakan zat yang toksik dan berasal dari banyak sumber yaitu

dari hati sendiri sebagai hasil samping katabolisme asam amino,

dari usus dan dari ginjal. Sintesa urea terjadi dalam hati dengan

mengikutsertakan beberapa macam asam amino yaitu ornithine,

citruline, arginine dan asam aspartat, melalui siklus krebs.

4) Fungsi pertahanan tubuh : hati merupakan suatu alat tubuh dimana

dilakukan detoksifikasi dari bahan – bahan yang beracun yang

dilakukan dengan jalan konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi, oksidasi

dan hidroksilasi. Di samping itu, fungsi pertahanan tubuh dilakukan

oleh sel – sel kupfer baik dengan fagositosis langsung, maupun

dengan pembentukan antibodi.

- Fungsi detoksifikasi

Hati memegang peranan kuncu dalam detoksiikasi dari

berbagai macam bahan, bail yang berasal dari luar tubuh misalnya

racun atau obat – obatan, ataupun bahan yang berasal dari dalam

tubuh sendiri misalnya hormon – hormon, amoniak dan lain

sebagainya.

- Fungsi detoksifikasi dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Dengan konjugasi yang mengubah senyawa – senyawa yang

tidak larut dalam air menjadi larut, sehingga dengan demikian


senyawa itu dapat diekresikan ke dalam empedu maupun air

seni dan dikeluarkan dari tubuh. Proses ini dicapai dengan

menkonjugasikan senyawa tersebut dengan asam glukoronid,

sulfat, dan lain-lain.

 Inaktivasi dari senyawa – senyawa yang toksis dengan cara

reduksi, oksidasi, hidroksilasi, metilasi dan asetilasi.

- Fungsi perlindungan

Sel – sel kupfer yang terdapat pada dinding sinusoid hati

mempunyai kemampuan fagositosis yang sangat besar sehingga

dapat membersihkan sampai 99% dari kuman – kuman yang ada

dalam vena porta sebelum darah menyebar melewati seluruh

sinusoid. Selain itu, sel kupler juga mampu mengadakan

fagositosis terhadap benda – benda lain misalnya pigmen –

pigmen sisa jaringan, dan lain sebagainya.

Selain itu sel kupler menghasilkan iminoglobulin yang

merupakan alat penting dalam penyelenggaraan kekebalan

humoral. Selain itu, dihasilkan berbagai macam antibodi yang

timbul pada berbagai kelainan hati tertentu, misalnya anti

mitokondrial antibody (AMA), smooth muscle antibody (SMA),

dan antinclear antibody (ANA).


2.4. Kelainan Pada Hati

a. Hepatitis

Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus

hepatitis ada beberapa macam, misalnya virus hepatitis A, hepatitis B

dan hepatitis C. Hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B

lebih berbahaya daripada hepatitis yang disebabkan oleh virus

hepatitis A.

1) Hepatitis A

Virus hepatitis A biasanya berkembang dengan baik dalam sel hati,

virus tersebut masuk ke dalam usus melalui empedu kemudian

dikeluarkan melalui kotoran. Virus tersebut kemudian ditularkan

melalui makanan yang tidak bersih atau terkontaminasi atau tidak

mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar. Virus ini

tidak ditularkan melalui air liur atau air seni.

Gejala – gejala hepatitis A :

- Mual

- Muntah

- Kehilangan nafsu makan

- Demam ringan

- Kelelahan

- Nyeri sendi
Hepatitis A dapat diobati dengann cara hidup sehat dan pola makan

yang baik, serta dengan konsultasi ke dokter. Pencegahannya dapat

dengan suntikan immuno globulin sampai dengan vaksinasi.

2) Hepatitis B

Hepatitis B lebih berbahaya daripada hepatitis A. Virus hepatitis B

menyebabkan infeksi menahan pada sekitar 300 juta orang

diseluruh dunia.

Hepatitis B dapat ditularkan melalui darah, jarum suntik, hubungan

seks dan melalui kelahiran. Setiap orang yang tinggal dan atau

memiliki hubungan dengan orang yang terinfeksi virus hepatitis B

ini harus mendapat vaksinasi. Vaksinasi juga wajib diberikan bagi

para tenaga kesehatan yang memiliki kemungkinan kontak secara

langsung dengan penderita hepatitis B.

b. Penyakit Kuning

Penyebab : Penyakit kuning disebabkan oleh tersumbatnya saluran

empedu yang mengakibatkan cairan empedu tidak dapat dialirkan ke

dalam usus dua belas jari, sehingga masuk ke dalam darah dan warna

darah menjadi kuning. Kulit penderita tampak pucat kekuningan,

bagian putih bola mata berwarna kekuningan, dan kuku jaripun

berwarna kuning. Hal ini terjadi karena di seluruh tubuh terdapat

pembuluh darah yang mengangkut darah berwarna kekuningan

karena bercampur dengan cairan empedu.


c. Sirosis Hati

Penyebab :

Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi

hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam

hati. Sirosis hati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang

berkelanjutan, karena alkohol, salah gizi, atau karena penyakit lain

yang menyebabkan sumbatan saluran empedu.

Penyembuhan :

Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk

mengobati komplikasi yang terjadi (seperti muntah dan berak darah,

asites/perut membesar, mata kuning serta koma hepatikum).

d. Hati Berlemak

Penyebab :

Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari

berat hati atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati.

Perlemakan hati ini sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan

hati dan sirosis hati. Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi

alkohol berlebih disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun

bukan karena alkohol disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis).


e. Kanker Hati

Penyebab :

Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati.

Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma

(HCC). HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis

kronis, terutama sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan

hemochromatosis.

f. Koletasis dan Jaundice

Penyebab :

Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan memproduksi dan

pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat

menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K

oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan

kolesterol di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah

dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan

bola mata disebut jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat

kuning, warna urin menjadi lebih gelap, sedangkan faeces lebih

terang.
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula; Anatomy and Physiology:an

easy learner. Alih bahasa, Palupi Widyastuti. Jakarta : EGC, 2003.

Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. Segala Sesuatu Tentang

Hepatitis;The Hepatitis Alphabet. Alih bahasa, Surya Satyanegara.

Jakarta:EGC, 2010.

Tambayong, Jan. Anatomi & Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC, 2001.

Mashudi, Sugeng. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta : Salemba

Medika, 2011. No telp. (021)7818616.

Soemohardjo, Soewignjo, dkk. Tes Faal Hati. Bandung : Alumni, 1983. Kotak

pos 272 ,Bandung.

Makhrudy, Husein. Anatomi Fisiologi Hati dan Empedu.(online) from:

http://huseinmakhrudy.blogspot.com/2013/07/anatomi-fisiologi-hati-dan-

empedu.html 3 Juli 2013

Anda mungkin juga menyukai