Anda di halaman 1dari 8

Biosaintifika 5 (2) (2013)

Biosaintifika
Journal of Biology & Biology Education

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika

Status Antioksidan Glutation pada Pasien Tuberkulosis Paru di Balai Kesehatan


Paru (Bkpm) Makassar

Glutathione Antioxidant Status of Pulmonary Tuberculosis Patients in The Lung Health


Center (Bkpm) Makassar

Ari Yuniastuti1, Irawan Yusuf2, Muh Nasrum Massi3, Budu4
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
2, 3,4
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Antioksidan merupakan senyawa untuk pertahanan tubuh host terhadap radikal
Diterima Juli 2013 bebas. Pada pasien tuberkulosis paru (TB paru), rendahnya antioksidan menyebabkan
Disetujui Agustus 2013 kerusakan jaringan. Salah satu antioksidan tubuh adalah glutation. Rendahnya glutation
Dipublikasikan September berhubungan dengan gangguan sistem imun, sehingga menyebabkan keparahan penyakit
2013 pada pasien TB paru. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar glutation plasma
penderita tuberkulosis paru. Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Sampel
Keywords: TB paru dipilih di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), Makassar yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan sesuai kadatangan (consecutive sampling).
Pulmonary tuberculo- Dua mililiter darah diambil dari setiap sampel, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
sis; glutamate cystein glutation dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glutation sampel
ligase; glutathione pasien TB paru sebelum pemberian obat antituberkulosis (OAT) sebesar 0,48383±0,0344
mM dan setelah pemberian OAT sebesar 0,49465±0,0371 mM. Setelah pemberian OAT
kadar glutation mengalami peningkatan sebesar 2,2% meskipun masih lebih rendah dari
kadar glutation normal.

Abstract
Antioxidants prevent hosts against free radicals. In pulmonary tuberculosis (TB) patients, the
low level of antioxidants may cause tissue damage in oxidative hosts. One of antioxidants is
glutathione. The poor glutathione level correlates with immune system disorder. The current study
aimed to determine glutathione plasma levels in pulmonary tuberculosis patients. The study design
was prospective cohort. Pulmonary TB samples were obtained from patients in the Lung Health
Centre (BBKPM) in Makassar, and they were selected based on the inclusive and exclusive criteria
and on their admittance times (a consecutive sampling technique). Two mililiters of blood was
taken from each sample and the glutathione level was examined using ELISA. The study indicated
that the glutathione level of the pulmonary TB patients before administered with antitubeculosis
drug was 0.48383±0.0344 mM and after antituberculosis drug was 0.49465±0.0371 mM. After
administration of antituberculosis drug the glutathione level increased by 2.2%, although still lower
than normal glutathione level.

© 2013 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2085-191X
FMIPA UNNES Gd D6 Lt 1 Jln. Raya Sekaran- Gunungpati- Semarang 50299
Telp./Fax. (024) 8508033; E-mail: ari_yuniastuti@yahoo.co.id
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

PENDAHULUAN Mycobacterium tuberculosis, mengontrol pertumbu-


han intraseluler Mycobacterium tuberculosis pada
Tuberkulosis paru (TBC) merupakan pe- makrofag, memiliki aktivitas antimikobakteria
nyakit infeksi oleh kuman Mycobacterium tubercu- yang berperan sebagai pembawa nitric oxide (NO),
losis, sebagai penyebab kematian terbesar di dunia sebagai molekul efektor pada imunitas seluler
dan masih menjadi masalah kesehatan masyara- untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi Myco-
kat yang serius di negara berkembang termasuk bacterium tuberculosis (Venketaraman et al 2003;
Indonesia (Aditama 2008). Venketaraman et al 2005; Venketaraman et al
Saat tubuh terinfeksi Mycobacterium tuber- 2006; Dayaram et al 2006; Connel dan Venketera-
culosis, maka sistem imun akan merespon infeksi man 2009). Hal ini menunjukkan bahwa betapa
bakteri tersebut dengan fagositosis makrofag me- pentingnya antioksidan glutation bagi tubuh kita.
lalui peristiwa Respiratory burst (Kwiatsoka et al Pada pasien TB paru, glutation tidak hanya me-
1999). Respiratory burst menyebabkan peningka- miliki aktivitas anti-mikobakteri langsung tetapi
tan Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Ni- juga dapat mengatur fungsi sel kekebalan tubuh
trogen Intermediate (RNI) di paru-paru. Peningka- untuk mengendalikan infeksi Mycobacterium tuber-
tan ROS ini, dapat menimbulkan cedera jaringan culosis.
dan peradangan di paru. Kondisi ini lebih lanjut Berdasarkan penelitian terdahulu menun-
memberikan kontribusi terhadap terjadinya de- jukkan bahwa pada pasien TB paru terjadi penu-
fisiensi imun (Plit et al 1998). Peningkatan ROS runan status total antioksidan (Akiibinu et al
dapat pula terjadi akibat pemberian obat yang 2008; Reddy et al 2009; Taha and Imad 2010;
terus menerus dan berulang sehingga memberi- Parchwani et al 2011), kapasitas total antioksidan
kan efek Adverse drug reaction bagi metabolisme (Suresh et al 2010; Hashmi et al 2012) aktivitas an-
dan biomolekuler tubuh, mengingat secara gene- tioksidan superoksid dismutase (Mohod et al 2011;
tik setiap individu memiliki respon yang berbe- Hashmi et al 2012), enzim katalase (Akiibinu et al
da terhadap obat. Namun demikian perlu kajian 2011), vitamin C (Mohod et al 2011) dan vitamin
lebih lanjut, hubungan antara peningkatan ROS E (Lamsal et al 2007). Belum pernah dilaporkan
dengan terapi OAT pada pasien TB paru. tentang status antioksidan glutation pasien TB
Peningkatan ROS dan RNI menyebabkan paru sebelum terapi obat antituberkulosis (OAT)
peningkatan penggunaan antioksidan endogen maupun setelah terapi OAT. Oleh karena itu di-
(seperti glutation) untuk menetralisir ROS. Bila lakukan penelitian ini yang bertujuan untuk men-
terjadi peningkatan ROS pada paru sedangkan getahui kadar glutation pada pasien TB paru.
kapasitas detoksifikasi antioksidan endogen tetap
atau bahkan kurang (misalnya kondisi malnu- METODE
trisi), maka terjadi ketidak seimbangan oksidan
dan antioksidan sehingga terjadi stres oksidatif Penelitian ini merupakan penelitian
pada pasien TB (Tostman et al 2007; Akiibinu et Kohort prospektif, dilakukan di Balai Besar Ke-
al 2011; Taha dan Imad 2010; Saraswathy et al sehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan Labora-
2012). Stres oksidatif dapat menyebabkan beber- torium Mikrobiologi RS Pendidikan Universitas
apa keadaan yang kurang menguntungkan, sep- Hasanuddin. Populasi pada penelitian ini adalah
erti : gangguan sinyal transduksi terhadap Myco- semua penderita TB paru yang datang berobat
bacterium tuberculosis, gangguan sintesis DNA dan ke Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM).
RNA, sintesis protein dan menyebabkan resis- Jumlah sampel penelitian sebanyak 80 pasien
tensi OAT dan berhubungan dengan mekanisme TB paru. Sampel diperoleh berdasarkan urutan
patogenesis TB (Kumar et al 2011). kedatangan pasien berobat ke BKPM selama
Tubuh memiliki sistem perlindungan yang periode penelitian (consecutive sampling from ad-
kompleks dan komprehensif untuk mengatasi mission). Bahan penelitian yang digunakan yaitu
kerusakan oksidatif (stres oksidatif), disebut se- sampel darah perifer individu penderita tuberku-
bagai antioksidan. Glutation (GSH) merupakan losis paru, methanol + BHT 0,05%; Chloroform,
salah satu antioksidan yang berperan pada regu- air suling steril, Kit Glutation (Cubios Lab, USA).
lasi sitem imun. Glutation berperan sebagai kom- Alat-alat yang digunakan meliputi spuit 5 ml, tor-
ponen utama dalam respiratory burst (Seres et al niquiet, tabung EDTA, tabung vacutainer, sentri-
2000), merupakan antioksidan dalam melindungi fus kecapatan 6000 rpm, tabung ependrof, hand
sel paru dari inflamasi, melindungi sel dari pen- glove, Laminar Air Flow, dan ELISA reader.
garuh toksik ROS dan RNI serta memilki efek an- Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA)
timikroba secara langsung dengan meningkatkan dilakukan secara mikroskopik langsung dengan
kekebalan tubuh dan menghambat pertumbuhan pewarnaan Ziehl Neelson. Sedangkan pemerik-

75
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

Tabel 1. Karakteristik dan Uji Homogenitas Sampel Penelitian


Variabel Jumlah P
Jenis Kelamin 0,000
Laki-laki 47
Perempuan 33
Total 80
Kelompok Umur (th) 0,000
< 19 4
20-34 30
35-50 36
>51 10
Total 80
Berat Badan (kg) 0,000
< 30 -
31-45 40
46-55 34
56-65 5
>66 1
Total 80
Tinggi Badan (cm) 0,000
< 140 1
141-155 24
156-165 40
>166 15
Total 80
IMT 0,000
< 18,5 43
18.6-22.9 34
>25 3
Total 80
Sumber data primer

saan kadar Glutation menggunakan KIT-ELISA lah p < 0,05, dengan tingkat kepersayaan 95%.
Reader yang dilakukan di laboratorium Mikro-
biologi RS Pendidikan Universitas Hasanuddin. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan analisis data, data di-entry
dalam file komputer dan di cleaning, setelah itu Gambaran karakteristik data pasien TB
dilakukan analisis statistik deskriptif dan anali- dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif
tik serta uji homogenitas Shapiro wilk untuk me- dapat dijelaskan dalam Tabel 1.
lihat normalitas distribusi data. Dalam analisis Tabel 1 menyajikan distribusi sampel pene-
deskriptif, dihitung nilai kecenderungan sentral litian berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur,
(mean dan median) dan sebaran (Standard Deviasi). berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
Untuk mencari perbedaan kadar glutation awal (IMT) dan sputum Bakteri Tahan Asam (BTA).
dan akhir diantara sampel menggunakan uji Subyek laki-laki sebanyak 47 orang (58,7%), lebih
Wilcoxon Rank Test. Sedangkan untuk mengetahui tinggi dibanding subyek perempuan yaitu seba-
hubungan kadar glutation dengan bakteri tahan nyak 33 orang (41,2%). Rentang umur responden
asam (BTA) menggunakan uji Pearson’s correla- penelitian 15 sampai 60 tahun. Kelompok umur
tion. Analisis statistik dibantu dengan program produktif yaitu dalam rentang umur 20-50 tahun.
SPSS 12 for windows (Dahlan 2011). Nilai signi- Hasil penelitian ini menunjukkan rentang usia
fikansi yang digunakan dalam penelitian ini ada- 20-34 sebanyak 30 orang (37,5%) dan rentang

76
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

Tabel 2. Kadar Glutation dan Sputum BTA sebelum dan setelah pemberian OAT
Sputum BTA
Terapi OAT Kadar Glutation
(+++) (++) (+) (-)
Sebelum 0,48383±0,0344 10 11 59 -
Setelah 0,49465±0,0371 - 6 21 53

usia 35-50 tahun sebanyak 36 orang (45%), hal ini Saphiro-Wilk, pada tingkat kemaknaan P > 0,05.
menunjukkan bahwa rata-rata penderita TB paru Data sputum BTA pasien TB paru ber-
adalah pada individu yang produktif dengan to- distribusi data tidak normal, sehingga untuk
tal penderita sebanyak 66 orang (82,5%). Berat melihat perbedaan antara kadar BTA sebelum
badan terbanyak pada rentang 31-45 kg (52,4%), pemberian OAT dan setelah pemberian OAT
dan tinggi badan terbanyak pada rentang 156-165 dilakukan uji statistik Wilcoxon Rank test. Berdas-
cm (51.5%). Indeks Massa Tubuh (IMT) terba- arkan hasil uji statitistik menunjukkan adanya
nyak adalah dibawah 18,5 (58,3%). Sputum Bak- perbedaan yang signifikan antara sputum BTA
teri Tahan Asam (BTA) sebelum pemberian obat sebelum pemberian OAT dan setelah pemberian
anti tuberkulosis (OAT) terbanyak adalah BTA OAT (p=0,00). Untuk melihat hubungan antara
(+) (59 pasien) dan setelah pemberian OAT ter- kadar glutation sebelum pemberian OAT dengan
banyak adalah negatif (53 pasien), meskipun ma- sputum BTA sebelum pemberian OAT serta hu-
sih ada yang positif. Data sputum Bakteri Tahan bungan kadar glutation setelah pemberian OAT
Asam (BTA) disajikan sebagai data pendukung dengan sputum BTA setelah pemberian OAT di-
untuk mengetahui respon pasien TB paru terha- lakukan uji statistik Pearson’s Correlation. Berdas-
dap obat antituberkulosis (OAT) (Tabel 2). arkan hasil uji statistic Pearson’s correlation menun-
Data kadar glutation diperoleh pada awal jukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar
pemeriksaan, yaitu sebelum pasien mendapat te- glutation dengan sputum BTA sebelum pemberi-
rapi obat antituberkulosis (OAT) dan akhir peme- an OAT (p=1,88). Sedangkan setelah pemberian
riksaan yaitu setelah pasien mendapat terapi obat OAT selama menunjukkan menunjukkan adanya
antituberkulosis selama 6 bulan. Selanjutnya dari hubungan antara kadar glutation dengan sputum
data tersebut dicari rata-ratanya (mean) dan sim- BTA (p=0,00).
pangan bakunya (SD). Tabel 2 di atas menunjuk- Gambaran perbandingan kadar glutation
kan bahwa rerata kadar glutation awal sebelum awal dan akhir pada pasien tuberkulosis paru
pemberian OAT (0,48383±0,0344) dan setelah disajikan pada diagram Gambar 1.
pemberian OAT (0,49465±0,0371). Berdasarkan Glutation (GSH) memiliki peran fisiologis
uji Saphiro-Wilk data kadar glutation berdistribu- penting dalam pemeliharaan tingkat jaringan,
si tidak normal, sehingga uji beda antar variabel penting untuk menjaga kesehatan dan mence-
menggunakan uji Wilcoxon Rank Test dengan ting- gah pengembangan berbagai penyakit. Glutati-
kat kemaknaan p<0,005. Berdasarkan uji statistik on (GSH) adalah prekursor untuk GSNO, dan
Wilcoxon Rank test tidak terdapat perbedaan signi- GSNO merupakan bentuk aktif dari ikatan GSH
fikan antara kadar glutation sebelum pemberian dengan Nitric Oxide (NO) sebagai yang dapat ber-
OAT dengan kadar glutation setelah pemberian peran sebagai agen antimikroba (Venketaraman
OAT (p=0,506). et al 2005).
Berdasarkan uji statistik tidak terdapat Hipotesis Spallholz (1987) menyatakan
hubungan antara kadar glutation sebelum pem- bahwa : “GSH secara struktural mirip dengan
berian OAT dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) prekursor antibiotik yang diproduksi oleh jamur
(p=0,166). Demikian pula dengan kadar glutati- genus Penicillium dan Cephalasporium”. Berpoten-
on setelah pemberian OAT tidak memilki hubun- si mengkonversi beta lactam bentuk dari GSH,
gan yang signifikan dengan IMT (p=0,735) derivate glutacilin untuk menjadi penicillin, se-
Sputum BTA sebelum pemberian OAT hingga timbul pertanyaan menarik apakah GSH
menunjukkan hasil BTA (+++) 10 orang (12,5%), secara universal dapat digunakan sebagai prekur-
BTA (++) 11 orang (13,75%), BTA (+) 59 orang sor antibiotik dalam sel makhluk hidup. Dinding
(73,75%). Setelah OAT pasien menjadi BTA (-) sel mikobakteri mungkin memiliki sensitivitas
sebanyak 53 orang (92,4%) dan BTA (+) seba- intrinsik terhadap struktur ini.
nyak 21 orang (7,6%) dan BTA (++) sebanyak 6 Rerata kadar GSH pasien TB paru sebe-
orang (7,5%). Untuk melihat normalitas distribu- lum diberi obat anti tuberkulosis (OAT) adalah
si data dan homogenitasnya, data diuji dengan uji sebesar (0,48383±0,0344) lebih rendah diban-
ding rerata kadar GSH setelah konsumsi OAT

77
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

mikromolar (mM)

Gambar 1. Diagram Kadar Glutation awal dan akhir pada pasien tuberkulosis paru

selama 6 bulan adalah sebesar (0,49465±0,0371) stress oksidatif atau ketidak seimbangan antara
mM. Meskipun kadar GSH awal lebih rendah antioksidan dan oksidan maka hal ini memicu
daripada kadar GSH akhir, berdasarkan uji Wil- terjadinya perubahan kadar antioksidan glutati-
coxon Rank test kadar GSH awal dan kadar GSH on.
akhir tidak berbeda bermakna (p=0,506). Hal ini Kadar GSH pasien TB paru sebelum pem-
menunjukkan bahwa pada awal terinfeksi oleh berian OAT tidak memiliki hubungan signifikan
Mycobacterium tuberculosis, kadar GSH mengala- dengan sputum BTA. Sedangkan kadar GSH me-
mi penurunan di bawah kadar GSH normal (ka- milki hubungan signifikan dengan sputum BTA
dar GSH normal 2-8mM). Setelah pengobatan setelah pemberian OAT. Hal ini menunjukkan
selama 6 bulan kadar GSH mengalami pening- bahwa setelah pemberian OAT kadar GSH men-
katan meskipun belum mencapai normal, namun galami peningkatan dan secara signifikan glutati-
pasien TB paru sudah dinyatakan sembuh dan on berpengaruh terhadap infeksi bakteri Mycobac-
tidak perlu pengobatan kembali dengan indikator terium tuberculosis, yaitu sebagai antimikobakteri.
pemeriksaan BTA sputumnya negatif (-). Berdasarkan penelitian Venketaraman et al
Hasil penelitian ini sejalan sejalan dengan (2005) menyatakan bahwa Mycobacterium tuber-
hasil penelitian Palanisamy et al (2011) yang culosis sensitif terhadap kadar GSH 5 mM dan 5
menyatakan bahwa kadar glutation darah pada mM GSNO (Venketaraman et al 2005). Sensitivi-
marmut yang diinfeksi M. tuberculosis mengalami tas Mycobacterium tuberculosis terhadap GSNO ka-
penurunan yang signifikan pada hari ke-30 dan rena efek bakterisida NO dilepaskan dari GSNO
60 setelah infeksi dibandingkan dengan hewan kompleks. Mekanisme kerja antimikobakterial
sehat. Peneliti lain menyatakan bahwa antioksi- GSH belum diketahui dengan pasti, kemungki-
dan penting seperti asam askorbat dan glutation nan karena mikobakteri tidak mensintesis GSH,
mengalami penurunan dalam serum pasien tu- tetapi mengandung mycothiol yang berfungsi
berkulosis (Madebo et al 2003). Penurunan GSH mengurangi pengaruh oksidan. Bila bakteri ter-
intraseluler dan sistein plasma diamati pada pasi- papar oleh konsentrasi GSH yang tinggi maka
en HIV adalah karena stres oksidatif kronis, yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan redoks
dapat menyebabkan perkembangan penyakit sehingga menghambat pertumbuhannya (Venke-
(Morris et al 2010) taraman et al 2005; Dayaram et al 2006).
Kadar GSH pasien TB paru tidak berhu- Glutation memainkan peran penting
bungan secara signifikan dengan indeks massa dalam kekebalan bawaan terhadap infeksi TB
tubuh, dalam arti berapapun nilai indkes massa (Venketaraman et al 2003; Venketaraman et al
tubuh tidak memperi pengaurh terhadap kadar 2005). Glutation berpengaruh pada pertumbu-
glutation. Kadar glutation lebih dipengaruhi oleh han H37Rv secara in vitro (Venketaraman et al
kondisi adanya ketidakseimbangan antara anti- 2005). Penelitian secara In vitro menunjukkan
oksidan dan oksidan di dalam tubuh. Bila terjadi bahwa terjadi penurunan kadar GSH intraselu-

78
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

ler dalam kelangsungan sel hidup, mengubah dan Glutation merupakan molekul penting ti-
meningkatkan fungsi sel T, aktivasi NF-kB, dan dak hanya dalam bertindak sebagai antioksidan,
sensitivitas TNF-α, kematian sel (Denneke and tetapi bila tidak stres oksidatif, berperan sebagai
Fanburg 1989). molekul sinyal endogen. Mekanisme molekuler
Ketika sel inang menghasilkan ROI dan peraturan redoks GSH sedang aktif diselidiki dan
RNI, ada juga sintesis simultan GSH dalam me- telah sebagian diidentifikasi (Ghezzi and Simpli-
merintahkan untuk melindungi sel inang dari cio 2007; Ghezzi 2005).
efek racun dari ROI dan RNI. Oksida nitrat Glutation memfasilitasi pengendalian per-
(NO) telah terbukti dapat menghambat pertum- tumbuhan intraseluler Mycobacterium tuberculo-
buhan M. tuberculosis dalam sistem pernafasan. sis makrofag manusia. Dengan kata lain, GSH
NO juga bereaksi dengan GSH untuk memben- memiliki aktivitas langsung sebagai anti-miko-
tuk S-nitrosoglutathione (GSNO), dan dengan bakteri (Venketaraman et al 2003; Venketaraman
demikian, GSNO dianggap sebagai donor NO et al 2005; Dayaram et al 2006). Glutation tidak
(Venketaraman et al 2003). Formasi dari GSNO hanya memiliki aktivitas anti-mikobakteri secara
kemungkinan akan meningkatkan aktivitas NO, langsung tetapi juga dapat mengatur fungsi sel
dan pelepasan NO dari kompleks GSNO me- kekebalan untuk mengendalikan infeksi Mycobac-
nyebabkan kematian patogen (Venketaraman et terium tuberculosis. Terjadi penurunan kadar GSH
al 2003). GSH dan GSNO berperan dalam pen- secara signifikan dalam sel mononuklear darah
gendalian partumbuhan mikobakterium di dalam perifer (PBMC) dan sel-sel darah merah (RBC)
makrofag (Venketaraman et al 2003). yang diisolasi dari individu sehat dan TB aktif
Penurunan GSH secara parsial telah ter- (TB) (Venketaraman et al 2006; Venketaraman et
bukti menurunkan fungsi kekebalan tubuh dan al 2008).
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai Venketaraman et al (2008) melaporkan
xenobiotik dan kerusakan oksidatif. GSH sangat bahwa kadar GSH berkurang pada individu
penting untuk beberapa fungsi sistem kekebalan dengan TB paru dan penurunan kadar GSH ini
tubuh, baik bawaan dan adaptif, termasuk pro- berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan
liferasi T-limfosit. Aktivitas fagositosis neutrofil M. tuberculosis dan peningkatan produksi sitokin
polimorfonuklear (PMN) dan fungsi sel dendri- proinflamasi. Penurunan kadar GSH berkorelasi
tik, dan juga penting untuk langkah pertama imu- dengan peningkatan pertumbuhan Mtb di dalam
nitas adaptif, yang terdiri dari presentasi antigen makrofag (Guerra et al 2011)
oleh sel antigen-penyajian (APC).
Mycobacterium tuberculosis adalah pato- SIMPULAN
gen intraseluler yang tumbuh di phagosomes,
di mana dilindungi dari sistem kekebalan efek- Berdasarkan hasil penelitian ini dan kajian
tor seperti antibodi dan limfosit T. Pada tahun penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan
1950-an beberapa literatur menunjukkan bahwa bahwa terdapat hubungan antara polimorfisme
kadar GSH lebih rendah pada pasien dengan TB gen GCL dengan infeksi Mycobacterium tuberculo-
dibanding individu normal. Penelitian Venke- sis dan rendahnya kadar GSH pada pasien TB
taraman et al (2005) tentang efek GSH pada in- paru. Setelah pemberian OAT selama 6 bulan,
feksi M. tuberculosis dipelajari secara mendalam. kadar GSH mengalami peningkatan meskipun
Menggunakan sel makrofag tikus, menunjukkan secara statistik tidak berbeda bermakna dengan
bahwa IFN-gamma dan endotoksin meningkat- kadar GSH awal. Artinya meskipun kadar GSH
kan produksi nitrat oksida (NO) dan aktivitas akhir telah mengalami peningkatan namun ka-
bakterisida, dan penurunan GSH, dimana GSH darnya masih di bawah kadar normal. Agar ka-
bereaksi dengan NO untuk membentuk S-nitro- dar GSH pasien TB menjadi normal perlu suple-
soglutathione (GSNO). Pada kondisi eksperi- men antioksidan eksogen dan waktu pemberian
mental, deplesi GSH karena BSO menghambat yang lebih lama, bisa lebih dari 6 bulan.
aktivitas mikrobisida makrofag. Sementara itu
prekursor NAC mengalami peningkatan dalam UCAPAN TERIMA KASIH
membunuh mikobakteri intraseluler pada makro-
fag manusia, namun biasanya tidak terlalu efektif Ucapan terima kasih penulis sampaikan
dalam membunuh mikobakteri (Venketaraman et kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian ke-
al 2003; Venketaraman et al 2005). Secara in vitro, pada Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan
GSH dan GSNO memiliki aktivitas langsung se- Tinggi melalui Lembaga Penelitian dan pengab-
bagai bakterisida terhadap patogen ini (Green et dian kepada Masyarakat yang telah memberikan
al 2000). Hibah Penelitian Fundamental tahun 2012.

79
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

centration of Conjugated malondialdehyda in


DAFTAR PUSTAKA patients with pulmonary tuberculosis. Respir
Med. 93:272-276.
Aditama TY. (2008). Tuberkulosis Masalah dan Perkem- Lamsal M, Narayan G, Narendra B, Bishamber DT,
bangannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Shymal KB, and Nirmal B. (2007). Evaluation
Tetap dalam Bidang Pulmonologi dan Ilmu Ke- of Lipid Peroxidation Product, Nitrite And An-
dokteran Respirasi FK UI. UI Press: Jakarta. tioxidant Levels In Newly Diagnosed And Two
hal : 22-27. Months Follow-Up Patients With Pulmonary
Akiibinu MO, Ogunyemi OE, Arinola OG, Adenaike Tuberculosis. Southeast Asian J Trop Med Public
AF, and Adegoke OD. (2008). Assessment of Health 38(4):695-703
Antioxidants and Nutritional Status of Pulmo- Madebo T, Bernt L, Pal A, and Roef KB. (2003). Cir-
nary Tuberculosis Patients in Nigeria. Eur. J. culating Antioxidants and Lipid Peroxidation
Gen. Med. 5(4): 208-211. Products in Treated Tuberculosis Patients in
____________. (2011). Levels of Oxidative Metabo- Ethiopia. Am J. Clin. Nutr.78: 117-122.
lites, Antioxidants and Neopterin in Nigerian Mohod K, Archana D, and Smith K. (2011). Status of
Pulmonary Tuberculosis Patients. Eur. J. Gen. Oxidants and Antioxidants in Pulmonary Tu-
Med 8(3): 213-218. berculosis With Varying Bacillary Load. Jour-
Connell ND, and Venketaraman V. (2009). Control of nal of Experimental Science 2(6):35-37.
Mycobacterium tuberculosis infection by Gluta- Morris D, Carlos G, Clare D, and Hyoung O. (2010).
thione Recent Patients on Anti-Infective. Drug Unveiling The Mechanism for Decreased Glu-
Discovery 4;214-226 tathione in Individuaks with HIV Infection.
Dahlan MS. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kes- Clinical and Developmental Immunology. Page:1-
ehatan : Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat dileng- 10.
kapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Salemba Palanisamy GS, Natalie MK, David FA, Crystal AS,
Medika : Jakarta. Ian MO, Randall JB. (2011). Evidence for
Dayaram YK, Talaue MT, Connell ND, and Venketa- Oxidative Stress and Defective Antioxidant Re-
raman V. (2006). Characterization of a gluta- sponse in Guinea Pigs with Tuberculosis. PLoS
thione metabolic mutant of Mycobacterium One. 6(10): 26254: 1-13.
tuberculosis and its resistance to glutathione Parchwani D, Singh SP, and Digisha P. (2011). Total
and Nitrosoglutathione. J Bacteriology 188: Antioxidant Status and Lipid Peroxides in pa-
1364–1372 tient With Pulmonary Tuberculosis. National
Deneke SM, and Fanburg BL. (1989). Regulation of Journal of Community Medicine 2( 2):225-228.
cellular glutathione. Am J Physiol 257(4 Pt 1): Plit ML, Theron AJ, Fickl H, Van Rensburg, CE Pen-
L163-173. del S, and Anderson R. (1998). Influence Of
Ghezzi P. (2005). Regulation of protein function by Antimicrobial Chemoterapy And Smoking Sta-
glutathionylation. Free Radic Res. 39(6):573– tus On The Plasma Concentration Of Vitamin
580. C, Vitamin E, Beta-Carotene, Acute Phase Re-
Ghezzi P, and Simplicio P. (2007). Glutathionylation actans, Iron And Lipid Petroxides In Patients
pathways in drug response. Curr Opin Pharma- With Pulmonary Tuberculosis. Int. J. Tuberc.
col. 7(4):398–403. Lung. Dis. 2:590-596.
Green RM, A. Seth, and ND Connell. (2000). A pep- Reddy YN, Murthy SV, Krishna DR, and MC Prab-
tide permease mutant of Mycobacterium bovis hakar. (2009). Oxidative metabolic changes in
BCG resistant to the toxic peptides glutathione pleural fluid of tuberculosis patients. Bangla-
and S-nitrosoglutathione. Infect. Immun 68:429– desh J Pharmacol 4: 69-72.
436. Spallholz JE. (1987). Glutathione: is it an evolution-
Guerra C, Devin M, Andrea S, Steven K, Meshare ary vestige of the penicillins? Med. Hypoth.
F, Dennis G, Michelle T, Frederick G, Fadi 23:253–257
TK, and Venketaraman V. (2011). Glutathi- Saraswathy SD, and Devi CSS. (2012). Antitubercu-
one and Adaptive Immune Response Against lar drugs induced hepatic oxidative stress and
Mycobacterium tuberculosis Infection in ultrastructural changes in rats. BMC Infectious
Healthy and HIV Infected Individual. PLosOne Disease 12(suppl1):85-92
6(12):e28378. Seres T, Knickelbein RG, Warshaw JB, and Jonhnson
Hashmi MA, Bilal A, Syed IAS, and Muhammad RB Jr. (2000). The Phagocytosis-Associated
IUK. (2012). Antioxidant Capacity and Lipid Respiratory Burst in Human Monocyte Is As-
Peroxidation Product in Pulmonary Tuberculo- spciated with Increased Uptake of Glutathione.
sis. Al Ameen J Med Sci 5 (3 ):313-319 J Immunol.165:3333-3340
Kumar A, Aisha F, Ioni G, Vikram S, Mary H, and Suresh DR, Vamseedhar A, Krishneppa P, and Ham-
Adrie JCS. (2011). Redox Homeostasis in My- saveena. (2010). Immunological Correlation of
cobacteria : The Key to Tuberculosis Control Oxidative Stress Markers in Tuberculosis Pa-
? Expert Review in Molecular Medicine 13:39-49. tiens. Int. J. Biol. Med. Res:1(4):185-187.
Kwiatkowska S, Piasecka G, Zieba M, Piotmoski W, Taha DA, and Imad AJT. (2010). Antioxidant sta-
and Nowak D. (1999). Increased Serum Con- tus, C-Reactive Protein and Status in Patient

80
Ari Yuniastuti et al. / Biosaintifika 5 (2) (2013)

with Pulmonary tuberculosis. SQU MED.J 10 thione in macrophage defense against M. tuber-
(3):361-369. culosis. Infect Immunity 73: 1886–1889
Tostman A, Boeree MJ, Aarnouts RE, de Lange WC, Venketaraman V, Rodgers T, Linares R, Reilly N,
Van der Ven AJAM, and Dekhuijen R. (2007). Swaminathan S, Hom D, Millman AC, Wallis
Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: R, and Connell ND. (2006). Glutathione and
Concise up-to-date review. Journal of Gastroen- growth inhibition Mycobacterium tuberculosis in
terology and Hepatology 23:192–202 healthy and HIV infected subjects. AIDS Re-
Venketaraman V, Dayaram YK, Amin AG, Ngo R, search and Therapy 3(5):1-12.
Green RM, Talaue MT, Mann J, and Connell Venketaraman V, Millman A, Salman M, Swamina-
ND. (2003). Role of glutathione in macro- than S, Goetz M, Lardizabal A, David H, and
phage control of Mycobacteria. Infect Immunity Connel DN. (2008). Glutathione levels and im-
71(4): 1864–71 mune responses in tuberculosis patients. Micro-
Venketaraman V, Dayaram YK, Talaue MT, dan Con- biol Pathogenesis 44(3):255-261
nell ND. (2005). Glutathione and Nitrosogluta-

81

Anda mungkin juga menyukai