Anda di halaman 1dari 14

32

BAB III
TINJAUAN UMUM

A. Apotek
1. Pengertian Apotek
Istilah Apotek berasal dari bahasa Belanda “apotheek” yang berarti toko
untuk meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter. Pengertian Apotek
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah toko tempat meramu dan menjual
obat berdasarkan resep dokter serta memperdagangkan barang medis. Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek menjelaskan bahwa
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker.
2. Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2017 dan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi Apotek adalah:
a.Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.
b.Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
c.Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau
bahan obat.
d.Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata
e.Sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada tenaga
kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan
mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.
3. Persyaratan Apotek
Suatu Apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). SIA adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik modal untuk
menyelenggarakan pelayanan Apotek disuatu tempat tertentu. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002,
disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan Apotek antara lain:
a.Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik modal yang telah
memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
33

sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.
b.Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
c.Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan
farmasi.
Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu Apotek,
antara lain:
a.Lokasi dan tempat
Menurut Permenkes No. 922/MenKes/PER/X/1993 lokasi Apotek tidak lagi
ditentukan harus memiliki jarak minimal dari Apotek lain dan sarana Apotek
dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi
lainnya di luar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus mempertimbangkan
segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah penduduk, jumlah
dokter,sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang higienis dan faktor-
faktor lainnya.
b.Bangunan dan kelengkapannya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993
menyebutkan bahwa luas Apotek tidak diatur, namun harus memenuhi
persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi serta
kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin.
c.Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang harus dimiliki oleh Apotek:
1)Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan meliputi timbangan milligram
dan timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera, serta
perlengkapan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan
2)Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi terdiri dari lemari dan rak untuk
penyimpanan obat, lemari pendingin, dan lemari untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika.
3)Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket, wadah pengemas dan
pembungkus untuk penyerahan obat.
4)Alat administrasi meliputi blanko pesanan obat, blanko kartu stok
obat,blanko salinan resep, blanko faktur dan nota penjualan, buku
pencatatan dan pesanan obat narkotika, serta form laporan obat narkotika.
34

5)Buku standar yang diwajibkan yaitu Farmakope Indonesia edisi terbaru 1


buah dan kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan Apotek.
4. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat
Tanda Registrasi Apoteker (STRA) untuk memperoleh SIPA. SIPA adalah surat
izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada Apotek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011, untuk memperoleh STRA,
Apoteker harus memenuhi persyaratan:
a.Memiliki ijazah Apoteker
b.Memiliki sertifikat kompetensi Apoteker
c.Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker
d.Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik
e.Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
Permohonan SIPA harus melampirkan:
1)Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
2)Surat pernyataan mempunyai praktek profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian
3)Surat rekomendasi dari organisasi profesi
4)Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak dua lembar dan 3x4 cm
sebanyak dua lembar
5. Tata Cara Perizinan Apotek
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 992/MENKES/SK/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, tata cara pemberian izin Apotek adalah
sebagai berikut:
a.Permohonan izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari
kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada
35

Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan Apotek


melakukan kegiatan.
c.Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat.
d.Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
e.Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek.
f.Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
mengeluarkan Surat.
g.Terhadap surat penundaan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.

B. Sejarah Apotek Mawar


Apotek Mawar merupakan Apotek yang dikelola oleh Dana Pensiunan
(DAPEN) Bank Kalbar dan bertanggung jawab pada PT. Karya Dapen Sejahtera
(KDS). Apotek Mawar berdiri pada tanggal 7 Februari 2014 yang bertujuan untuk
menjamin dan meningkatkan kesejahteraan pegawai dan pensiunan Bank Kalbar.
Selain itu, Apotek Mawar juga melayani pembelian dari luar Bank Kalbar
(umum).
1. Lokasi Apotek
Apotek Mawar berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto No. I 1-7 (di daerah
Pasar Mawar). Sebelum dijadikan sebagai Apotek, gedung yang digunakan oleh
Apotek Mawar merupakan Koperasi Dana Pensiun Unit Usaha Mikro (UUM)
yang digunakan oleh Dapen Bank Kalbar.
2. Tata Ruang Apotek
36

Gedung Apotek Mawar terdiri dari 3 lantai, dimana di lantai 1 terdapat ruang
display obat, ruang tunggu pasien, ruang dokter, ruang pemeriksaan pasien, ruang
racik, dan rak obat pareto (fast moving); lantai 2 terdapat WC, gudang obat (obat
generik dan paten slow moving, lemari psikotropika, prekursor, narkotika, dan
obat-obat tertentu (OOT) serta lemari pendingin untuk menyimpan obat yang
perlu penyimpanan dengan suhu sejuk), kantor (ruang pimpinan, ruang APA, dan
ruang bidang akutansi), dan dapur; adapun lantai 3 digunakan sebagai gudang
barang.
3. Visi dan Misi Apotek Mawar
a. Visi Apotek Mawar
Visi Apotek Mawar adalah untuk menjadi sebuah unit pelayanan kefarmasian
yang terpercaya dengan memberikan pelayanan berlandaskan profesionalisme
Apoteker yang mengedepankan konsep Pharmaceutical Care serta menerapkan
prinsip enterpreneurship di bidang kefarmasian sehingga seluruh lapisan
masyarakat merasakan pelayanan yang maksimal.
b. Misi Apotek Mawar
Misi Apotek Mawar antara lain:
1)Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, dan informatif
dengan menerapkan konsep Pharmaceutical Care secara profesional.
2)Memperkenalkan fungsi dan peran Apoteker dalam pelayanan obat di
Apotek kepada masyarakat.
3)Menyediakan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi yang bermutu,
berkualitas serta terjangkau bagi karyawan aktif dan pensiunan Bank
Kalbar pada khususnya serta masyarakat pada umumnya.
4)Mengevaluasi kinerja di Apotek secara rutin dan menyeluruh serta
senantiasa melakukan perbaikan.
5)Meningkatkan kesejahteraan pegawai Apotek dan pemilik modal serta
menerapkan manajemen living company agar pegawai di Apotek bekerja
dengan loyalitas tinggi, sigap, disiplin, bersemangat dan bertanggung
jawab.
6)Menjaga kerjasama dengan teman sejawat serta supplier Apotek.

4. Logo Apotek Mawar


Simbol dari Apotek Mawar yaitu sloki dengan bunga mawar.
37

Gambar 2. Logo Apotek Mawar

5. Struktur Organisasi Apotek


Struktur Organisasi dari Apotek Mawar adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Struktur Organisasi Apotek Mawar

Staff Operasional
Ruri Nindi Hapsari, A.Md

6. Pengelolaan Apotek
a. Pengelolaan Obat
Perencanaan pengadaan obat dilakukan berdasarkan data penggunaan obat
yang diresepkan oleh dokter, penggunaan obat oleh pegawai dan pensiunan Bank
Kalbar sebagai pelanggan tetap, dan epidemiologi masyarakat di lingkungan
Apotek. Pengadaan perbekalan farmasi yang dilakukan di Apotek Mawar
dilakukan dengan pembelian obat melalui PBF dan kerja sama dengan Apotek
lain. Perbekalan farmasi yang dibeli melalui Apotek lain merupakan obat-obatan
yang jarang dikeluarkan di Apotek dan dalam jumlah yang sedikit, serta harganya
38

cukup mahal. Pengadaan juga dilakukan secara konsinyasi untuk obat-obat baru,
barang promosi, alat kesehatan, dan suplemen kesehatan.
Distribusi obat ke Apotek Mawar dilakukan dengan PBF yang terpercaya
untuk memastikan keaslian, jaminan mutu, dan khasiat obat yang diadakan.
Pemilihan distributor dilakukan dengan mempertimbangkan mutu barang yang
ditawarkan, ketepatan waktu pengiriman, masa kredit yang sesuai, harga yang
bersaing dan potongan harga yang diberikan, serta apakah distributor tersebut
merupakan agen resmi yang ditunjuk oleh suatu industri farmasi.
Obat yang datang dari PBF dilakukan pemeriksaan untuk melihat kesesuaian
antara barang yang datang dengan faktur yang diberikan oleh PBF dan
disesuaikan dengan barang yang dipesan oleh Apotek. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi nama barang, jenis barang, jumlah dan tanggal kadaluarsa. Hal
ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 73 Tahun 2017 yaitu
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Bila barang yang dipesan telah sesuai maka
faktur ditandatangani oleh petugas Apotek. Khusus untuk obat-obat narkotika,
psikotropika, prekursor, dan OOT ditandatangani hanya oleh Apoteker. Kemudian
dilakukan pencatatan di kartu stok dan komputer, serta disimpan dalam masing-
masing lemari penyimpanan obat yang telah disediakan. Bila barang tidak sesuai
dengan SP atau terdapat kerusakan fisik maka barang dapat diretur ke PBF yang
bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai.
Penyimpanan obat di Apotek Mawar dilakukan berdasarkan kecepatan
pengeluaran obat, bentuk sediaan, golongan obat, dan suhu penyimpanan obat.
Obat bebas dan bebas terbatas maupun OTC diletakkan di etalase di bagian kasir.
Obat keras dalam bentuk sirup, semipadat (salep dan krim), dan tetes (tetes mata,
hidung, telinga) diletakkan di dalam ruang racik. Untuk obat dalam bentuk tablet
dengan tingkat penjualan cepat (fast moving) diletakkan dalam lemari di dekat
ruang peracikan. Sedangkan untuk obat tablet slow moving dan obat yang
membutuhkan suhu dan tempat penyimpanan khusus di simpan di gudang obat.
Penyusunan obat dilakukan secara alfabetis untuk memudahkan dalam
pengambilan obat, serta secara FIFO dan FEFO untuk mencegah obat yang
39

disimpan mencapai batas tanggal kadaluarsa. Pengontrolan terhadap kadaluarsa


obat juga dilakukan saat penerimaan barang. Hal ini dilakukan dengan menolak
barang yang datang jika tanggal kadaluarsanya dekat (tanggal kadaluarsa minimal
jarak satu tahun dari tanggal penerimaan). Pengontrolan terhadap tanggal
kadaluarsa obat dilakukan untuk menjamin keamanan obat yang diberikan kepada
pasien dan mencegah kerugian di pihak Apotek. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 73 Tahun 2017 yaitu semua obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
Pengendalian terhadap obat/barang di Apotek Mawar dilakukan dengan
sistem komputerisasi dan kartu stok. Kartu stok digunakan untuk obat-obat
narkotika, psikotropika, prekursor, dan OOT. Hal ini sesuai berdasarkan
Permenkes RI nomor 73 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Pencatatan obat dengan kartu stok dapat mengontrol
jumlah barang yang masuk dan keluar tetapi akan memperlama saat proses
penyiapan obat, terlebih jika pasien yang mengantri cukup banyak.
Pengendalian persedian obat di Apotek dilakukan oleh petugas Apotek yang
ditunjuk untuk bertanggung jawab dalam memantau ketersediaan obat di tempat
penyimpanan. Stock opname dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tiap akhir bulan
untuk mencocokan kesesuian data di komputer dengan stok fisik barang. Hal ini
dilakukan untuk mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap kualitas,
kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving,
demikian juga barang yang tidak laku.
Pelaporan obat yang terdapat di Apotek Mawar telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 73 Tahun 2017 yaitu Pelaporan Internal dan Eksternal.
Pelaporan Internal yaitu pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
Apotek meliputi keuangan dan barang. Pelaporan Eksternal berupa pelaporan
penggunaan obat narkotika, psikotropika, prekursor, dan obat generik yang harus
dilaporkan setiap bulan (paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya).
Laporan ini memuat nama obat, jumlah awal, pemasukan, pengeluaran, jumlah
akhir dan harus ditandatangani oleh APA. Pelaporan penggunaan obat narkotika,
psikotropika, dan prekursor dibuat secara manual (laporan penggunaan narkotika
40

dibuat sebanyak 4 rangkap, laporan psikotropika 3 rangkap, dan laporan prekursor


2 rangkap) dan online melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) yang dilaporkan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Laporan SIPNAP diserahkan juga ke
BBPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) secara hard copy.
b. Pengelolaan Resep
Pengelolaan resep yang dilakukan oleh Apotek Mawar terdiri dari enam
langkah yaitu penerimaan resep, pembayaran, penyiapan dan peracikan,
pemeriksaan akhir, penyerahan obat dan pemberian informasi obat. Pada saat
penerimaan resep, terlebih dahulu diperiksa kelengkapan dan keabsahan resep
tersebut kemudian diperiksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat
yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan diberitahukan
kepada pasien. Setelah pasien setuju kemudian dilakukan pembayaran atas obat
pada bagian kasir. Pembayaran bagi pegawai dan pensiunan Bank Kalbar, serta
pasien BPJS tidak dilakukan. Pembayaran dilakukan dengan menandatangani
kwitansi pembayaran yang selanjutnya digunakan sebagai bukti klaim biaya ke
Dapen Bank Kalbar dan BPJS. Penyiapan obat dilakukan di ruang racik dan obat
dilengkapi dengan etiket. Sebelum obat diberikan ke pasien, dilakukan
pemeriksaan kembali oleh petugas yang berbeda meliputi nomor resep, nama
pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya juga dilakukan pemeriksaan salinan
resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. Pemeriksaan oleh petugas
yang berbeda bertujuan untuk memperkecil kesalahan pemberian obat.
Selanjutnya obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep dan
dilakukan pemberian informasi mengenai cara penggunaan obat, aturan pakai,
lama penggunaan, efek samping, dan penyimpanan oleh Apoteker. Hal ini telah
sesuai dengan Permenkes RI nomor 35 tahun 2014, dimana Pelayanan Informasi
Obat (PIO) dan Konseling dilakukan oleh Apoteker.
Lembaran resep asli dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor dan
tanggal resep. Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah, psikotropika
diberi garis biru, prekursor dan OOT diberi garis hitam kemudian dipisahkan
penyimpanannya dengan resep lain supaya memudahkan dalam pembuatan
41

laporan. Resep disatukan berdasarkan bulan pengambilan resep dan disimpan


sekurang-kurangnya selama lima tahun.

c. Pengelolaan Administratif
Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Mawar hanya
berupa administrasi harian dalam bentuk administrasi resep dan administrasi non
resep. Administrasi resep berupa pencatatan data pasien, pembuatan kuitansi dan
salinan resep, pengarsipan resep dan pengarsipan catatan pengobatan pasien.
Administrasi non resep berupa administrasi keuangan dimana secara berkala
Apotek Mawar mempunyai kewajiban untuk melaporkan bukti setoran kas yang
dibuat oleh kasir atas hasil penjualan tunai pada tiap shift, kemudian di serahkan
kepada pegawai bagian administrasi dan akuntansi. Surat Pesanan (terutama
narkotika dan psikotropika), laporan stock opname dan lain-lain. Administrasi
SDM yang meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja, lembur pegawai,
perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.
Proses administrasi di Apotek Mawar dilakukan secara komputerisasi untuk
meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan Apotek. Sistem ini juga
membantu Apotek untuk mencegah maupun mengatasi masalah yang mungkin
baru diketahui setelah obat diserahkan ke pasien.
d. Pengelolaan SDM
Untuk dapat mengelola sebuah Apotek diperlukan tenaga kerja yang sesuai
bidangnya, oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang efektif dan
efisien sehingga tujuan organisasi tercapai. Apotek Mawar merekrut karyawan
dengan susunan sebagai berikut:
1. Pimpinan Apotek : 1 orang
2. Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang
3. Apoteker Pendamping : 1 orang
4. Karyawan umum : 2 orang
5. Akuntansi dan Administrasi : 1 orang
6. Staff Operasional : 1 orang

C. Perpajakan
42

Pajak yang ada di Apotek Mawar yaitu pajak reklame/iklan (papan nama),
dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Semua pembayaran pajak tersebut
dilakukan secara terpusat oleh PT. Karya Dapen Sejahtera sehingga Apotek hanya
befokus pada pelayanan. Pajak yang ditanggung oleh Apotek Mawar sendiri
adalah pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak bruto sesuai PPH pasal 4 ayat 2
sesuai PP 46 tahun 2013 yaitu 1% dari omset perbulan.

D. Pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care (PC)


Apotek Mawar telah melaksanakan pelayanan KIE dan PC dengan baik,
bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan berupa pemberian informasi obat
kepada pasien yang mendapatkan obat dengan atau tanpa resep dokter pada saat
menyerahkan obat, pemberian informasi tersebut dilakukan oleh Apoteker, asisten
Apoteker maupun semua petugas yang berada di Apotek. Kegiatan KIE ini telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang menyatakan bahwa Apoteker
harus memberikan informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Selain itu, Apoteker
juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan, salah dalam
penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.

E. Evaluasi Apotek
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 Bab V, evaluasi mutu di
Apotek Mawar adalah:
1. Mutu Manajerial
a) Metode Evaluasi
a. Audit
- Audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(stock opname) yaitu dengan cara setiap tiga bulan sekali yaitu pada
akhir bulan dengan cara menghitung jumlah fisik obat untuk masing-
masing item kemudian dicek kesesuaiannya dengan data yang ada.
43

- Audit keuangan (cash flow, neraca, laporan rugi laba) di bantu oleh
tenaga akutansi sehingga pelayanan Apoteker lebih berfokus pada
pelayanan, dan bagian keuangan di lakukan oleh bagian akutansi.
b. Review
- Pengkajian terhadap Obat fast/slow moving yaitu dengan menjalankan
stock opname untuk mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap
kualitas, kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast moving
atau slow moving, demikian juga barang yang tidak laku.
- Perbandingan harga Obat dilakukan berdasarkan nilai harga terendah
dari distributor.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan yaitu:
- Observasi terhadap penyimpanan dilakukan berdasarkan kecepatan
pengeluaran obat, bentuk sediaan, golongan obat, dan suhu
penyimpanan obat. Obat bebas dan bebas terbatas maupun OTC
diletakkan di etalase di bagian kasir. Obat keras dalam bentuk sirup,
semipadat (salep dan krim), dan tetes (tetes mata, hidung, telinga)
diletakkan di dalam ruang racik. Untuk obat dalam bentuk tablet
dengan tingkat penjualan cepat (fast moving) diletakkan dalam lemari
di dekat ruang peracikan. Sedangkan untuk obat tablet slow moving
dan obat yang membutuhkan suhu dan tempat penyimpanan khusus di
simpan di gudang obat. Obat-obatan diberi penandaan pada tiap kotak
penyimpanannya di lemari obat untuk memudahkan saat proses
penyiapan dan pengambilan obat. Setiap petugas Apotek sebaiknya
lebih sering melakukan pengontrolan terhadap tanggal kadaluarsa
untuk meminimalkan resiko kerugian akibat obat yang tidak terjual
karena sudah kadaluarsa dan meningkatkan keamanan penggunaan
obat.
- Proses transaksi dengan distributor dilakukan dengan pengecekan
kesesuaian barang datang dengan faktur dan barang yang dipesan.
Pengecekan dilakukan terhadap nama, jumlah, kekuatan, jenis sediaan,
tanggal kadaluarsa dan nomor bets. Pembayaran dilakukan secara
konsinyasi dan berdasarkan tanggal jatuh tempo faktur.
44

- Ketertiban dokumentasi Administrasi resep berupa pencatatan data


pasien, pembuatan kuitansi dan salinan resep, pengarsipan resep dan
pengarsipan catatan pengobatan pasien. Administrasi non resep berupa
administrasi keuangan dimana secara berkala Apotek Mawar
mempunyai kewajiban untuk melaporkan bukti setoran kas (BSK)
yang dibuat oleh kasir atas hasil penjualan tunai pada tiap shift. BSK
ini kemudian di serahkan kepada pegawai bagian administrasi dan
akuntansi. Administrasi barang meliputi Bon Permintaan Barang
(BPB), Surat Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika, OOT dan
prekursor), laporan stock opname dan lain-lain. Administrasi SDM
yang meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja, lembur
pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.
b) Indikator Evaluasi Mutu
a. Kesesuaian proses terhadap standar yaitu pada saat penerimaan resep,
penyiapan obat, pemberian obat dengan pemberian informasi obat
kepada pasien, sarana dan prasarana yang memadai, penyimpanan obat
yang baik, dan pelaporan yang dibuat secara berkala.
b. Efektifitas dilakukan dengan pemeriksaan kembali oleh petugas lain
untuk memperkecil kesalahan dalam pemberian obat. Sedangkan
efisiensi terhadap proses penyiapan obat sebaiknya ditingkatkan
dikarenakan tempat penyimpanan obat yang jauh sehingga proses
pengambilan obat membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Mutu pelayanan Farmasi Klinik


a) Metode Evaluasi Mutu
a. Audit
Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap
proses dan hasil pelayanan farmasi klinik. Audit penyerahan Obat
kepada pasien oleh Apoteker dan audit waktu pelayanan
b. Review
Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap
pelayanan farmasi klinik dan seluruh sumber daya yang digunakan.
Apoteker mengidentifikasikan obat yang diresepkan, dan jika segera
mengkoordinasikan ke dokter apabila tidak sesuai.
b) Indikator Evaluasi Mutu
45

a. Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero defect dari medication error


b. Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin mutu pelayanan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
c. Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit
d. Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik berupa kesembuhan
penyakit pasien, pengurangan atau hilangnya gejala penyakit,
pencegahan terhadap penyakit atau gejala, memperlambat
perkembangan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai