Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN IDEAL DIRI

Disusun Oleh :

AYU LESTARI

181440107

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu :

Ns. Suherman, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki masih
sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pangkalpinang, 04 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi......................................................................................................... 3
B. Dimensi Konsep Diri................................................................................... 3
C. Perkembangan Konsep Diri......................................................................... 4
D. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri.................................................... 5
E. Rentang Respon Konsep Diri....................................................................... 6
F. Penyebab Gangguan Konsep Diri................................................................ 8
G. Asuhan Keperawatan Gangguan Ideal Diri................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan
perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri dibangun pada saat
seseorang dapat berpikir dan mengenali hal-hal yang dapat
mempengaruhinya, dimulai pada saat remaja hingga usia tua. Data
menunjukkan bahwa cara berpikir secara negatif sangat mempengaruhi
pada masa usia lanjut karena intensitas emosional dan perubahan fisik
berhubungan dengan penuaan. (Potter & Perry, 2010).

Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu


mengalami atau berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran
atau pandangan dirinya sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan
konsep diri merupakan salah satu bentuk masalah kejiwaan yang sering
terjadi. Gangguan konsep diri meliputi gangguan pada: gambaran diri,
ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan harga diri.

Menurut World Health Organitation (WHO) 2009, prevalensi


masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia
pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah
gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa
memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat
Menurut sekretaris jendral departemen kesehatan (Sekjen Depkes), H.
Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan
global bagi setiap negara termasuk indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari konsep diri?
1.2.2 Apa saja dimensi pada konsep diri?
1.2.3 Bagaimana perkembangan dari konsep diri?
1.2.4 Apa saja faktor-faktoryang mempengaruhi konsep diri?
1.2.5 Bagaimana rentang respon darikonsep diri?
1.2.6 Apa saja penyebab gangguan padakonsep diri?
1.2.7 Apa saja pembagian dari konsep diri?
1.2.8 Apa saja asuhan keperawatan pada gangguan ideal diri?
1.2.9 Bagaimana masalah keperawatan pada gangguan ideal diri?
1.2.10 Apa saja tindakan keperawatn pada gangguan ideal diri?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari konsep diri.
1.3.2 Untuk mengetahui dimensi pada konsep diri.
1.3.3 Untuk mengetahui perkembangan dari kosep diri.
1.3.4 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.
1.3.5 Untuk mengetahui rentang respon dari konsep diri.
1.3.6 Untuk mengetahui penyebab gangguan pada konsep diri.
1.3.7 Untuk mengetahui pembagian dari konsep diri.
1.3.8 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan ideal diri
1.3.9 Untuk mengetahui masalah keperawatan pada gangguan ideal diri
1.3.10 Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada gangguan ideal diri

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya
kuat dalam matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan
percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah

5
sadar maupun sadar. Konsep diri memerikan kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. (Potter & Perry, 2005)

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian


yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. (Stuart and Sudeen, 1998).

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial,


sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep
diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik,
emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep diri
ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita
sendiri atasdiri kita yang diukur dengan standar penilaian orang lain.
(Muhith, 2015)

2.2 Dimensi Konsep Diri


Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep
diri, Calhom dan Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi
tersebut, yakni:
1. Dimensi pengetahuan
2. Dimensi pengharapan
3. Dimensi penilaian

6
Dimensi konsep diri:
1. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan (kognitif) mencakup segala sesuatuyang kita
pikirkan tentang diri kita sendiri sebagai pribadi, seperti saya pintar, saya
cantik, saya anak baika dan seterusnya.

2. Dimensi Pengharapan
Dimensi pengharapan yakni pengharapan bagi diri kitasendiri. Pengharapan
ini merupakan self-ideal atau diriyang dicita-citakan. Cita-cita diri
meliputidambaan,aspirasi,harapan, keinginan bagi diri kita, ataumenjadi
manusia seperti apa yang kita inginkan.

3. Dimensi Penilaian
Dimensi ketiga yakni penilaian kita terhadap diri sendiri.Penilaian diri
sendiri merupakan pandangan kita tentangharga atau kewajaran kita sebagai
pribadi.

2.3 Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep
diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses
perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi
dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara
berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang
terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan
konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap
individu akan mengalami sensasi dari badannya dan lingkungannya, dan
individu akan mulai dapat membedakan keduanya. Lebih lanjut Cooley (dalam
Partosuwido, 1992) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan
proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran, dan identitas dalam hubungan
interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer, misalnya
keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut mampu
memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang
lain terhadap dirinya. Dan dalam proses perkembangannya, konsep diri
individu dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain

1
(Sarason, 1972). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan
dan perkembangan individu menuju kedewasaan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan asuhnya karena seseorang belajar dari lingkungannya

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari
teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang
terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari
kita baca lebih lanjut tentang “Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri”
berikut ini:

1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara
bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan
orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah
dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan
melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan,
pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area
tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri
dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)


Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan
orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara
pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap
diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang
lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting
sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception (persepsi diri sendiri)


Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta
persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri
dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga
konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang
dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal,

2
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri
yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

2.5 Rentang Respon Konsep Diri


Dari rentang respon adaptif sampai respon maladaptif, terdapat lima
rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri
rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham
Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai individu yang telah mencapai
seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan.

1. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif


dengan melatarbelakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima,
ditandai dengan citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas,
konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang
memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang
jelas.

2. Konsep diri positifmerupakan individu yang mempunyai pengalaman


positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan
mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan
keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep
diri yang positif adalah: Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan
yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah,
danpercaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara
dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau
meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian
tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan
rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa
setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan
orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang
tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha

3
mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi
lebih baik agar diterima di lingkungannya.

3. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep
diri yang adaptif dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan gejala
yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat
tindakan penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan
martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga diri rendah diantaranya rasa
bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri atau orang lain, menarik
diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu,
perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah
tersinggung dan marah berlebihan.

4. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-


aspek. Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan,
dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena
identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain.
Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara
kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan
identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan
stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami
perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja
mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan
mental akibat peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya
kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan
orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam
kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang
harmonis.

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap


diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang

4
ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan,
sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu
dan proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi,
berarti orang tersebut telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya.
Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang
menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat
mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau
berulang untuk beberapa tahun. Orang dengan gangguan tersebut seringkali
mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-
gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan
dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan
gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah
efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan
membantu seseorang dengan gangguan tersebut.

2.6 Penyebab gangguan konsep diri


Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat
menyebabkan gangguan konsep diri antara lain :
6. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi
konsep diri yang telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan
oleh orang tua, maka akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positf.
Sedangkan sikap negative yang ditunjukkan oleh orang tua, akan menimbulkan
asumsi bahwa dirinya tidak cukup berhargauntuk dikasihi, untuk disayangi dan
dihargai.

2. Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan
pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua
penyebab terletak pada kelemahan diri sendiri. Kegagalan sering membuat
seseorang merasa dirinya tidak berguna.

3. Depresi

5
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang
cenderung lebih negative dalam memandang dan merespon segala sesuatu
termasuk dalam menilai diri sendiri.

4. internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering berfungsi
sebagai regulator atau rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku. Agar
keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi diri dengan
baik.

5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah
rumit dengan berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau
terhadap diri kita sendiri. Namun dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat
mengalami perubahan kearah yang lebih positif.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Ideal Diri, tanyakan tentang:
a. Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/ peran.
b. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat)
2. Kaji Faktor presipitasi gangguan ideal diri Trauma emosi: penganiayaan fisik, seksual,
psikologi pd masa anak-anak, merasa terancam kehisupannya, menyaksikan
kejadian berupa kejahatan.
a. Ketegangan peran
b. Perkembangan transisi
c. Situasi transisi peran

6
d. Transisi peran sehat-sakit
e. Faktor psikologis
f. faktor sosiologis
g. Faktor fisiologis
h. Persepsi klien terhadap ancaman
3. Kaji Perubahan Perilaku
Observasi perilaku/ penampilan klien : kebersihan, dandanan, pakaian dll à kemudian
diskusikan dtg klien untuk mendapatkan pandangan diri klien.
a. Apakah ideal diri anda?
b. Apakah penampilan sesuai dengan ideal diri anda?
c. Apakah pencapaian ideal diri memberi kepuasan?
d. Apakah klien menghargai kemampuannya?
e. Apakah klien menganggap kelemahan sebagai kekurangan?
f. jawaban dpt dibandingkan dg hasil observasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
keluarga : koping defensif.
D. Rencana Tindakan
1. Diagnosa 1
Tujuan Umum :
a. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan
selanjutnya. Tindakan.
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional :
Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu
mengurangi stress dan penyebab perasaaan menarik diri.
Tindakan :
1). Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul.

7
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul.
Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Klien dapat keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain.
Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri
Tindakan :
1.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
1.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
1.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
1.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
1.5 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
1.6 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain.
1.7 Biskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
1.8 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.
Untuk mengetahui perilaku menarik diri yang dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku konstruktif destruktif.
Tindakan :
1.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
1.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K–P
K – P – lain
K – – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masyarakat
1.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
1.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
1.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
1.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
1.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat

8
menyelesaikan masalah.
Tindakan :
1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
1.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
1.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
f. Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga.
Rasional :
Memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan
akurat kondisi fisik dan non fisik klien serta keadaan perilaku dan sikap
keluarganya.
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1.2 Salam, perkenalan diri.
Jelaskan tujuan.
Buat kontrak.
Eksplorasi perasaan klien.
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku diri.
Penyebab perilaku menarik diri.
yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
1.3 Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
1.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu.
1.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
2. Diagnosa
Tujuan umum :
a. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secaraoptimal.
Tujuan khusus :
1). Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1.1. Siapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
1.2. Perkenalkan diri dengan sopan
1.3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
1.4. Jelaskan tujuan pertemuan

9
1.5. Jujur dan menepati janji
1.6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
1.7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rasional :
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas
ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin
mendapatkan pujian.
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
2.3. Utamakan memberikan pujian yang realistik.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk
berubah.
Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahank
an penggunaannya.
Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Klien perlu bertin
dak secara realistis dalam kehidupannya.
Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
Kegiatan mandiri.
Kegiatan dengan bantuan sebagian.
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Rasional :

10
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga
diri klien.
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang bias dilakuk
an.
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
Rasional:
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.
Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses
penyembuhan klien.
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah
6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Calhoun, JF &Acocella, J.R. 1995. Psychology of Adjusment and Human Relationship. New.
York : Mc Graw Hill, Inc.

Carpenito. 2001. Book Of Nursing Diagnosised.8. Jakarta : EGC

Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. 2005. Proses keperawatan kesehatan
jiwa,Edisi 2.Jakarta : EGC

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI

Norris, J. Kunes Connel M. 1985. Self Esteem Disturbance.Ncbi 745-61

11
Partosuwido, S.R. 1992. Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Dengan Konsep
Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai