Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bencana

1. Pengertian Umum Bencana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang

menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan

bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta,

2006).

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor

non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan,

dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat

mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia

(Kamadhis UGM, 2007).

2. Jenis-Jenis Bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

9
10

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (UU RI, 2007).

Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu

bencana geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial.

1. Bencana alam geologis, contohnya Gempa bumi, tsunami, letusan gunung

berapi, longsor/gerakan tanah, amblesan atau abrasi

2. Bencana alam klimatologis, contohnya Banjir, banjir bandang, angin putting

beliung, kekeringan, hutan (bukan oleh manusia)

3. Bencana alam ekstra-terestrial contohnya Impact atau hantaman benda dari luar

angkasa (Kamadhis UGM, 2007)

3. Manajemen Bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk

meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan

analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,

penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).

Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) sebagai Proses dinamis

tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning,

organizing, actuating, dan controling. Cara kerjanya meliputi pencegahan,

mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan pemulihan.

Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses

pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value)
11

untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana

dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.

Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda

dan lingkungan hidup;

b. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan

penghidupan korban;

c. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke

daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak

huni dan aman;

d. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/

transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan

kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana;

e. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut;

f. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan

dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat

tanggap darurat, dan pasca bencana.

1. Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, dan peringatan dini).

a. Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika

mungkin dengan meniadakan bahaya).

Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang


12

penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang membuang

sampah sembarangan.

b. Mitigasi Bencana (Mitigation)

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat

dilakukan melalui :

a) pelaksanaan penataan ruang;


b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan;
dan
c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47
ayat 2 tentang Penanggulanganbencana).
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana


melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Beberapa bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang dapat
dilakukan antara lain:
1) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan
bencana;
2) pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
3) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan
dasar
4) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
5) penyiapan lokasi evakuasi
6) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tentang

tanggap darurat bencana;

7) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.


13

d. Peringatan Dini (Early Warning)

Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada

masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat

oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk

memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera

terjadi. Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat

(accesible), Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent),

Bersifat resmi (official).

2. Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat


untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan bantuan
darurat dan pengungsian.
a. Tanggap Darurat (response)

Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,

harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara

lain: a) pengkajianyang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan

sumberdaya; b) penentuan status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan

dan evakuasi masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar;

e) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan dengan segera

prasaran dan sarana vital ( UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang

Penaanggulangan Bencana).

b. Bantuan Darurat (relief)


14

Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar berupa : Pangan, Sandang, Tempat tinggal

sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.

3. Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi,


dan rekonstruksi.

a. Pemulihan (recovery)

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan

melakukan upaya rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang terkait dengan

pemulihan adalah :

1) perbaikan lingkungan daerah bencana

2) perbaikan prasarana dan sarana umum;

3) pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat

4) pemulihan sosial psikologis

5) pelayanan kesehatan

6) rekonsiliasi dan resolusi konflik

7) pemulihan sosial ekonomi budaya

8) pemulihan fungsi pelayanan publik.

b. Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca

bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara

wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana.

Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah


15

bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan

perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan

kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi

budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi

pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.

c. Rekonstruksi (reconstruction)

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta h nyata yang

terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali

secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di

tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya

hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat

sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca

bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program

rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik. Dengan melihat

manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita berharap

berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda.

B. Gempa Bumi

1. Definisi

Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang terasa dari permukaan bumi, cukup

kuat untuk menghancurkan bangunan utama dan membunuh ribuan orang. Tingkat

kekuatan getaran berkisar dari tidak dirasakan hingga cukup kuat untuk melemparkan

orang di sekitar. Gempa bumi merupakan hasil dari pelepasan tiba-tiba energi dalam

kerak bumi yang menciptakan gelombang seismik. Kegempaan, seismism atau aktivitas

seismik pada suatu daerah mengacu pada frekuensi, jenis dan ukuran gempa bumi yang
16

terjadi selama periode waktu tertentu. Ketika episentrum gempa besar terletak di lepas

pantai, dasar laut akan tergerus dan cukup untuk menimbulkan tsunami. Gempa bumi

juga bisa memicu tanah longsor, dan aktivitas vulkanik sesekali.

Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat dari seismometer. Moment

magnitude adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi dengan magnitude

sekitar (skala) 5 dilaporkan untuk seluruh dunia. Sedangkan banyaknya gempa bumi

kecil kurang dari 5 magnitude dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional

diukur sebagian besar pada skala magnitude lokal, atau disebut juga sebagai Skala

Richter. Kedua ukuran itu sebenarnya sama selama rentang pengukurannya valid.

2. Klasifikasi Gempa Bumi

Menurut Hartuti (2009) Gempa bumi dapat diklasifikasikan dalam beberapa

kategori. Berdasarkan proses terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi lima

sebagai berikut:

1. Gempa tektonik, yaitu gempa yang terjadi akibat tumbukan lempenglempeng di

lapisan litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik.

2. Gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi sehingga

hanya dapat dirasakan di daerah sekitar gunung berapi tersebut.

3. Gempa runtuhan, yaitu gempa yang terjadi karena runtuhan tanah atau batuan.

Gempa ini sering terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya dinding tambang

yang mengakibatkan getaran yang bersifat lokal.

4. Gempa jatuhan, yaitu gempa yang terjadi sebagai akibat dari jatuhnya benda langit

seperti meteor. Meteor yang jatuh ini mengakibatkan getaran pada permukaan bumi

jika massa meteor cukup besar.


17

5. Gempa buatan, yaitu gempa yang sengaja dibuat oleh manusia. Gempa ini sebagai

akibat dari kegiatan manusia seperti percobaan peledakan nuklir bawah tanah

ataupun ledakan dinamit di bawah permukaan bumi yang menimbulkan efek getaran.

3. Penyebab Gempa Bumi

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh

tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu

kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak

dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.

Gempa tektonik terjadi di mana saja di bumi di mana ada energi yang tersimpan

regangan elastis yang cukup untuk mendorong perambatan fraktur disepanjang bidang

patahan (seperti gelang karet yang ditarik kemudian dilepas tiba-tiba).

Sisi patahan bergerak melewati satu sama lain dengan lancar dan secara seismik

hanya jika tidak ada penyimpangan atau asperities (tingkat kekasaran permukaan

lempeng di zona subduksi) sepanjang permukaan patahan yang meningkatkan

hambatan gesek. Kebanyakan permukaan patahan memiliki asperities tersebut dan ini

mengarah ke bentuk stick-slip behaviour. Kadangkala ketika patahan terkunci, dan

terus terjadi gerakan relatif antara lempeng akan menyebabkan meningkatnya tekanan

dan karenanya energi regangan tersimpan dalam sekitar permukaan patahan. Ini terus

berlanjut sampai tekanan telah meningkat cukup untuk menerobos asperity, kemudian

secara tiba-tiba memungkinkan meluncur di atas bagian yang terkunci dari patahan, dan

melepaskan energi yang tersimpan (Ohnaka, 2013). Energi ini dilepaskan sebagai

kombinasi dari radiasi gelombang seismik regangan (elastis), panas dari gesekan

permukaan patahan, dan retakan dari batuan, sehingga menyebabkan gempa bumi

(Ohnaka, 2013).
18

Proses bertahap build-up dari tegangan dan tekanan yang diselingi oleh sesekali

kegagalan gempa secara tiba-tiba disebut sebagai teori elastic-rebound. Diperkirakan

bahwa hanya 10 persen atau kurang dari total energi gempa yang dipancarkan sebagai

energi seismik. Sebagian besar energi yang digunakan untuk daya gempa

perkembangan fraktur gempa atau hasil dari panas yang dihasilkan oleh gesekan. Oleh

karena itu, gempa bumi skala tersedia dari bumi yang merupkan energi potensial bumi

dan kenaikan suhu, meskipun perubahan ini diabaikan 13 dibandingkan dengan arus

konduktif dan konvektif alur panas yang keluar dari interior yang dalam bumi (Spence,

Sipkin, & Choy, 1989).

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam

gunung api. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan

gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena

menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di

Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi

cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas

bumi dan di Rocky Mountain Arsenal). Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari

peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia

senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia

seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

4. Dampak Gempa Bumi

a. Kerusakan Bangunan

Gempa berkekuatan tinggi bisa menyebabkan runtuhnya bangunan secara total.

Puing-puing dari bangunan yang runtuh merupakan bahaya utama dalam gempa
19

karena efek turunnya benda-benda berat dan besar bisa mematikan bagi manusia.

Gempa berkekuatan tinggi mengakibatkan pecahan cermin dan jendela, yang juga

membawa bahaya bagi manusia.

b. Kerusakan Infrastruktur

Gempa bumi bisa menyebabkan saluran listrik tumbang. Ini berbahaya karena kabel

hidup yang terbuka bisa menyetrum manusia atau menyalakan api. Gempa besar

dapat menyebabkan pecahnya jalan, jalur gas, dan jaringan pipa air. Saluran gas

yang rusak bisa menyebabkan gas lepas yang dapat mengakibatkan ledakan dan

kebakaran, yang mungkin sulit ditangani.

c. Tanah Longsor dan batuan beku

Saat gempa terjadi, bebatuan besar dan bagian tanah yang terdapat di atas dapat

tergelincir, akibatnya, longsor terjadi dengan cepat turun ke lembah. Tanah longsor

dan batuan beku bisa menyebabkan kerusakan dan kematian bagi masyarakat yang

tinggal di daerah peggunungan.

d. Gempa Bumi Bisa Mengakibatkan Banjir

Gempa berkekuatan tinggi bisa memicu retakan di dinding bendungan yang

kemudian menyebabkan runtuhnya bendungan. Air yang terbendung akan

mengirim dan mengamuk ke daerah-daerah terdekat yang menyebabkan banjir

besar-besaran.

e. Gempa Bumi Bisa Memicu Tsunami

Tsunami adalah rangkaian tremor laut yang panjang yang dipicu oleh gempa bumi

atau letusan gunung berapi di bawah laut. Tsunami dapat menghapus seluruh

wilayah pesisir.
20

f. Pencairan Tanah (Likufikasi)

Pencairan tanah merupakan fenomena dimana tanah menjadi lembek dan

kehilangan kekuatannya. Bila sedimen yang terdiri dari kadar air tinggi mengalami

getaran konstan, tekanan air yang tertahan di pori sedimen perlahan meningkat.

Pada akhirnya, sedimen kehilangan hampir semua kekuatan kohesif dan mulai

berakting seperti cairan. Bangunan yang dibangun di atas tanah liat ini tergelincir

atau tenggelam ke dalam tanah. Gempa bumi bertanggung jawab atas sebagian

besar peristiwia pencairan tanah yang terjadi di seluruh dunia.

5. Petunjuk Menghadapi Bencana Kebakaran

1) Bila berada di dalam rumah : Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah

di bawah meja atau tempat tidur. Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal

atau benda lainnya. Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela. Hati-hati terhadap

langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding dan

sebagainya.

2) Bila berada di luar ruangan : Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat

listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan sebagainya.

Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka. Jauhi rak-rak dan kaca jendela.

3) Bila berada di dalam ruangan umum : Jangan panik dan jangan berlari keluar

karena kemungkinan dipenuhi orang. Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir

seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.

4) Bila sedang mengendarai kendaraan : Segera hentikan di tempat yang terbuka.

Jangan berhenti di atas jembatan atau di bawah jembatan layang/jembatan

penyeberangan.

5) Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall : Jangan

menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari
21

pegawai atau satpam.

6) Bila sedang berada di dalam lift : Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi

atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat. Jika anda merasakan

getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika

lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak

dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.

7) Bila sedang berada di dalam kereta api : Berpeganganlah dengan erat pada tiang

sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak

Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta Salah mengerti

terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan

8) Bila sedang berada di gunung/pantai : Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas

gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang

dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak,

cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

9) Beri pertolongan : Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan

mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan

pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar Anda.

C. Pendidikan Kesehatan

1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik individu, kelompok, ataupun masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012)

Menurut WHO (2016) Pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar

yang dirancang untuk membantu individu dan masyarakat meningkatkan kesehatan

mereka atau mempengaruhi sikap mereka.


22

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hal yang diketahui oleh seseorang/ responden terkait

dengan kesehatan dan kesakitan, misal tentang penyakit, pengetahuan tentang

kesehatan dan kesakitan, tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana dan sebagainya.

D. Dewasa Akhir

1. Definisi

Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

yang mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.

Anak usia sekolah ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada

pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi pemebentukan

karakteristik dan kepribadian anak. Periode usia sekolah ini menjadi pengalaman inti

anak yang dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan

dengan teman sebaya, orang tua dan lannya.

Selain itu usia sekolah merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar

pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri pada kehidupan

dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Diyantini, et al. 2015).

1. Perkembangan Anak

Perkembangan jika dalam bahasa inggris disebut development. Menurut Santrock

development is the pattern of change that begins at conception and continues through

the life span, yang artinya perkembangan adalah perubahan pola yang dimulai sejak

masa konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan.

Perkembangan berorientasi pada proses mental sedangkan pertumbuhan lebih

berorientasi pada peningkatan ukuran dan struktur. Jika perkembangan berkatan dengan

hal yang bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis. Misalnya, jika

dalam perkembangan mengalami perubahan pasang surut mulai lahir sampai mati.
23

Tetapi jika pertumbuhan contohya seperti, pertumbuhan tinggi badan dimula sejak lahir

dan berhenti pada usia 18 tahun (Desmita, 2015). Beberapa komponen yang termasuk

dalam perkembangan yaitu :

a. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang

berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang

berkaitan dengan bagaimana indvidu mempelajari dan memimkirkan

lingkungannya. Perkembangan kognitif juga digunakan dalam psikolog untuk

menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,

ingatan, dan penglohan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh

pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua

proses psikologis yang berkaitan dengan individu.

Selain berkaitan dengan individu juga mempelajari, memperhatikan,

mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan

lingkungannya (Desmita, 2015).

Mengacu pada tahap perkembangan kognitif dari Piaget, maka anak pada masa

kanak-kanak akhir berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-

kira usia 7-11 tahun (tahap operasional konkret.

Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif. Anak sudah

mampu berpikir rasional dan melakukan aktivitas logis tertentu, walaupun masih

terbatas pada objek konkret dan dalam situasi konkret. Anak telah mampu mampu

memperlihatkan keterampilan konversi, klasifikasi, penjumlahan, pengurangan,

dan beberapa kemampuan lain yang sangat dibutuhkan anak dalam mempelajari

pengetahuan dasar sekolah. Cara berpikirnya sudah kurang egosentris yang ditandai
24

dengan desentrasi yang besar, yaitu sudah mampu memperhatikan lebih dari satu

dimensi dan juga menghubungkan satu dengan yang lainnya (Soetjiningsih, 2012).

Pada tahap operasional konkret, anak-ank dapat memahami :

1. Konservasi, yaitu kemampuan anak untuk memahami bahwa suatu

zat/objek/benda tetap memiliki substansi yang sama walaupun mengalami

perubahan dalam penampilan. Ada beberapa macam konservasi seperti

konservasi jumlah, panjang, berat, dan volume.

2. Klasifikasi, yaitu kemampuan anak untuk mengelompokkan

/mengklasifikasikan benda dan memahmi hubungan antarbenda tersebut.

3. Seriaton, yaitu kemampuan anak mengurutkan sesuai dimensi kuantitatifnya.

Misalnya sesuai panjang,besar dan beratnya.

4. Transitivity, yaitu kemampuan anak memikirkan relasi gabungan secara logis.

Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, da nada relasi antara objek

kedua dan ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga.

b. Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, perkembangan moral terjadi melalui tiga tingkatan dan

terdiri dari enam stadium, dan masing-masing stasium akan dilalui oleh setiap anak

walaupun tidak pada usia yang sama namum perkembangan selalui melalui urutan

ini (Soetjiningsih, 2012), yaitu :

 Tingkatan I : Penalaran moral yang pra conventional

Merupakan tingkatan terendah dari penalaran moral. Pada tingkatan ini baik

dan burk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment

(hukuman)

Stadium 1 : moralitas heteronom


25

Penalaran moral terkait dengan hukuman (punishment), anak bepikir bahwa

mereka harus patuh karena takut hukuman (tingkah laku dinilai benar bila tidak

dihukum, dan sebaliknya).

Stadium 2 : individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran

Pada tahap ini penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri

adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu,

menurut anak apa yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang

setara. Mereka berpikir jika mereka akan baik terhadap dirinya.

 Tingkatan II : Penalaran moral yang conventional

Individu memberlakukan standart tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh

orang lain, misalnya orang tua sekolah.

Stadium 3 : Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang


lain, dan konformitas interpersonal.
Pada tahap ini, anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap

orang lain sebagai dasar dari penilain moral. Anak mengadopsi standar moral

orang tua agar dianggap oleh orang tua sebagai anak yang bak. Dengan kata

lain, mereka merupakan tahap orientasi anak atau person yang baik.

Stadium 4 : Moralitas sistem sosial

Penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat,

hukum, keadilan, dan kewajiban.

Sebagai contoh, anak berpikir supaya komunitas dapat bekerja dengan efektif

perlu dilindungi oleh hukum yang diberlakukan terhadap anggotanya. Dengan

kata lain, merupakan tahap orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial

(aturan sosial yang ada harus dijaga).

 Tingkatan III : Penalaran moral yang post-conventional


26

Individu menyadari adanya jalur moral alternative , mengeksplorasi pilihan ini,

laly memutuskan berdasarkan kode moral personal.

Stadium 5 : kontrak atau utilitas sosial dan hak individu

Pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau

lebih luas darpada hukum. Individu mengevaluasi validitas hukum yang ada,

dan melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia. Dengan kata lain, merupakan

orientasi control legalitas (untuk kehidupan bersama yang teratur).

Stadium 6 : Prinsip etis universal

Individu mengembangjan standar moral berdasarkan hak asasi manusia

universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan antara hukum dan hat

nurani, individu menalar bahwa harus diikuti adalah hati nurani, meskipun

keputusan ini dapat memberikan resiko. Dengan kata lain merupakan orientasi

atas dasar prinsip dan konsiensia sendiri (ukuran penilaian adalah konsiensia

sendiri) (Soetjiningsih, 2012).

Pada masa kanak-kanak akhir usia 6-12 tahun, penalaran moral anak ada pada

angkatan II, yaitu pada moral yang conventional (tahapan selengkapnya dapat

dilihat pada uraian sebelumnya tentang masa anak awal). Pada tingkat

conventional ini individu memberlakukan satndar tertentu, tetapi standar ini

ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah (Soetjiningsih,

2012). Perkembangan moral pada masa kanak-kanak akhir, sebagai berikut:

a. Anak berbuat baik bukan untuk mendapatkan kepuasan fisik, tetapi untuk
mendapatkan kepuasan psikologis yang diperoleh melalui persetujuan
sosial.
b. Lingkungan merupkan rua ng lingkup yang lebih luas, kaidah moral
sebagian besar lebih ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dalam
kelompoknya.
27

c. Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas, seperti


kejujuran, keadilan, dan kehormatan.
d. Perbuatan baik buruk dilihat dari apa motif melakukan hal tersebut

2) Kesiapsiagaan Bencana Pada Anak Usia Sekolah

 Langkah-langkah evakuasi atau penyelamatan diri ketika bencana kebakaran


28

Anda mungkin juga menyukai