Anda di halaman 1dari 27

EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

PENGARUH PEMBERIAN DIET BUBUR TEMPE TERHADAP


FREKUENSI BAB PADA ANAK DIARE DI RUANG MELATI
RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Disusun Oleh:

Fanni Dwi Agustina : 319007

Fazar Dwi Septiawan : 319008

Imam Husaini : 319009

Indriyani Widiastuti : 319010

Joshua Pangestu : 319011

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
JAWA BARAT
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan unsur

kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang Republik

Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang kesehatan).

Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas

dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu biliun

kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat,

ada 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya, sedangkan pada 16,5

juta anak sebelum berusia 5 tahun menghasilkan 2,1-3,7 juta anak yang

harus berobat ke dokter akibat dari penyakit diare tersebut (Nelson, 2005).

Selain itu 500 bayi dan anak di Amerika Serikat meninggal karena diare

pertahunnya (Vinay, et.al, 2007). Diare merupakan salah satu penyebab

utama morbilitas dan mortabilitas pada anak di negara berkembang. Anak

usia 0-3 tahun rata-rata mengalami tiga kali diare pertahun. Menurut WHO

diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi

lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut

berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama > 14

hari. Secara klinis penyebab diare terbagi menjadi enam kelompok, yaitu

infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan makanan, imunodefisiensi dan


penyebab lainnya, misalnya: gangguan fungsional dan malnutrisi

(Rahmadhani, dkk, 2013).

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan

dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat

dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO

memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2

juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5

tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20

jumbo jet kecelakaaan setiap hari. Di Indonesia, diare masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih

tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama

pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa

(Adisasmito, 2007).

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.

Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian

nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada

golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang keempat

(13,2%). Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara

signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus

pada tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan

penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.

Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di


Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76% (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

didapatkan bahwa penyebab kematian bayi (usia 29 hari -11 bulan) yang

terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Hasil survei

Morbaditas Diare dari tahun 2000 s.d. 2010 didapatkan angka kesakitan

diare balita tahun 2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1000, sedikit

menurun di tahun 2003 (1.100 per 1000), agak meningkat pada tahun 2006

(1.330 per 1000), dan ditahun 2010 angka morbiditas kembali menurun

(1.310 per 1000). Dilihat dari distribusi umur balita penderita diare di

tahun 2010 didapatkan proporsi tersebut adalah kelompok umur 6-11

bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar

14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi

terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06% (Rahmadhani, dkk,

2013).

Data di atas menunjukkan bahwa diare masih merupakan masalah

kesehatan utama pada anak terutama balita di negara berkembang karena

angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Sekitar 80% kematian karena

diare terjadi pada anak di bawah dua tahun. Di Indonesia terdapat

kecenderungan peningkatan kejadian diare, 1.078 (1996) menjadi 1278 per

1000 anak (2000). Pada tahun 2003 diperkirakan 8 dari 10 kematian terjadi

pada anak di bawah 2 tahun dengan angka kesakitan diare 374 per 1.000

penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Pasien diare di kota
Semarang 29.943 per tahun dan sepertiganya adalah balita (Purnamasari,

2011).

Upaya pemerintah selama ini dalam penanggulangan diare

khususnya diare pada balita sudah dilakukan melalui berbagai kegiatan

misalnya perbaikan sanitasi lingkungan dan air di enam daerah ibu kota,

pembuatan tengki septik komunal dan limbah. Tujuan yang diharapkan

tersebut sampai saat ini belum tercapai dan angka kejadian diare masih

meningkat di Indonesia. Hal tersebut tidak ditanggulangi dengan sungguh-

sungguh maka pemerintah akan banyak mengalami kerugian baik di sektor

ekonomi maupun sumber daya manusia (Depkes, 2009).

Untuk membantu menurunkan angka kejadian diare beberapa

peneliti melakukan riset mengenai pemberian bubur tempe terhadap pasien

diare salah satunya oleh Hartiningrum (2010). Penelitian dilakukan

terhadap semua penderita penyakit diare pada anak usia 6-24 bulan yang

dirawat di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara. Sampel diambil secara

accidental dari bulan Januari - Pebruari 2010. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa formula tempe dapat dipakai sebagai pengganti

formula Preda pada anak dengan penyakit diare akut. Rata-rata lama

penyakit diare pada pemberian formula Preda adalah 4,95 hari dan

pemberian bubur tempe adalah 4,21 hari. Tempe dipilih sebagai bahan

dasar, karena tempe merupakan pangan tradisional yang mudah didapat,

tempe mengandung komponen fungsional probiotik dan prebiotik, serat

larut, asam lemak omega 3 polyunsaturated, konjugasi asam linoleat,


antioksidan pada tanaman, vitamin dan mineral, beberapa protein, peptida

dan asam amino seperti phospholipid. Kandungan tersebut mempunyai

efek positif terhadap perbaikan mukosa usus, semua ini ditujukan untuk

memperbaiki kesehatan dan status gizi penderita.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di

ruang melati RSUD Soreang terdapat 3 pasien anak yang mengalami diare.

Dari hasil wawancara bersama orang tua pasien yang menyatakan bahwa

sebelumnya tidak pernah diberikan bubur tempe sebelumnya. Orang tua

pasien menyatakan melakukan tindakan pertama ketika anaknya diare

adalah dengan minum oralit. Dari hasil observasi di ruangan, intervensi

keperawatan pemberian diet bubur tempe ini belum dilakukan

sebelumnya. Oleh karena itu, dengan dilakukannya Evidence Based

Nursing ini dapat memberikan manfaat terkhusus untuk orang tua dengan

anak yang mengalami diare agar dapat menerapkan terapi ini pada saat

anak mengalami diare sebagai alternatif awal yang dapat dilakukan di

rumah.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh diet bubur tempe untuk menurunkan

frekuensi BAB pada anak dengan diare di ruang Melati RSUD Soreang

Kabupaten Bandung?
C. Tujuan

1. Tahap 1: Mengetahui informasi mengenai kebutuhan asuhan

keperawatan pada pasien dengan diare berdasarkan wawancara dengan

anggota keluarga, perawat, tenaga kesehatan lain, rekam medis dan

observasi.

2. Tahap 2: Mengetahui rumusan PIOT mengenai pengaruh atau

efektivitas diet bubur tempe pada anak yang digunakan untuk

membantu mengidentifikasi masalah keperawatan diare yang akan

dilakukan sehingga proses pencarian bukti/hasil penelitian lebih

spesifik berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

3. Tahap 3: Mengetahui evidence atau artikel yang tepat yang akan

dijadikan bukti ilmiah pelaksanaan EBN terkait pasien dengan diare

pada anak.

4. Tahap 4: Mengetahui quality assesment/apraisal atau nilai dari hasil

penelitian/bukti yang didapat untuk menentukan hasil penelitian

tersebut merupakan hasil penelitian terbaik yang tidak akan

menimbulkan bahaya jika diterapkan.

5. Tahap 5: Mengintegrasikan hasil penelitian terbaik (jurnal) mengenai

pasien dengan diare menurut pandangan ahli.


BAB II
PELAKSANAAN EBN

A. TAHAP I

Setelah dilakukan pengkajian melalui wawancara dan observasi di

ruang Melati RSUD Soreang, didapatkan bahwa terdapat pasien yang

mengalami diare pada anak. Dikatakan diare apabila BAB >3x sehari

dengan konsistensi cair.

B. TAHAP II

P : Anak yang mengalami diare atau BAB >3x sehari.

I : Memberi diet bubur formula tempe

O : Menurunnya frekuensi BAB

T : pemberian selama fase akut.

C. TAHAP III

Jumlah yang
Query Waktu
ditemukan
Sumber : Scholar
Diet bubur tempe 1.260 09:51

458 09:52
Diet bubur tempe dan diare

Diet bubur tempe dan diare pada anak 452 09:53


Diagram flow proses pencarian

Jumlah artikel yang didapat

Pubmed & Scholar (n= 1.260)

Jumlah artikel yang di-exclude


(berdasarkan kriteria eksklusi)

(n=458)

Jumlah artikel yang di-exclude


Jumlah artikel yang layak
(berdasarkan kriteria inklusi)
(n = 452)
(n= 3)

Jumlah artikel yang masuk


dalam pengkajian

(n=2)
D. TAHAP IV

1. CASP Checklist

“Pengaruh Refeeding bubur beras merah dan bubur tempe beras putih terhadap pemulihan berat badan pada balita penderita
diare”
Respon
No Pertanyaan Fokus Komentar
Tidak
Ya Tidak
dilaporkan

Section A: Apakah hasil studinya valid?

1 Apakah studi tersebut  Studi populasi Ya Studi ini menjelaskan masalah secara fokus karena
menjelaskan  Intervensi yang menjelaskan tentang pengaruh Refeeding bubur beras merah
masalahnya secara diberikan dan bubur tempe beras putih terhadap pemulihan berat
fokus  Kelompok badan pada balita penderita diare . Intervensi diberikan yaitu
control/komparasi reeding bubur beras merah dan bubur tempe beras putih.
 Hasil/ outcome Dalam studi ini terdapat 2 kelompok kelompok pertama
dengan perlakuan refeeding bubur tempe beras merah dan
kelompok kedua dengan perlakuan refeeding bubur tempe
beras putih Hasilnya adalah terdapat perbedaan posttest
pemulihan berat badan pada balita penderita diare antara
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.

2 Apakah pembagian  Bagaimana ini Ya Pengambilan sampel dengan one group pretest post test dan
pasien ke dalam dilakukan terbagi kedalam 2 kelompok kelompok pertama dengan
kelompok intervensi  Apakah alokasi perlakuan refeeding bubur tempe beras merah dan
dan control dilakukan pasien dilakukan kelompok kedua dengan perlakuan refeeding bubur tempe
secara acak secara tersembunyi beras putih Penelitian ini tidak dilakukan secara terbuka
dari peneliti dan karena memberikan informed consent terlebih dahulu pada
pasien responden.

3 Apakah semua pasien  Apakah dihentikan Ya Pasien yang terlibat di penelitian ini di catat di proses
yang terlibat dalam lebih awal penelitian dan kesimpulan.
penelitian dicatat  Apakah pasien
dengan benar dianalisis dalam
dikesimpulannya? kelompok untuk
yang mereka acak
4 Apakah pasien, Tidak Penelitian ini tidak blind karena sebelum dilakukan
petugas kesehatan penelitian, responden diberitahu terlebih dahulu tentang
dan responden pada prosedur penelitian.
penelitian ini ‘Blind’
terhadap intervensi
yang dilaksanakan?

5 Apakah waktu Ya Waktu dan lamanya pelaksaanaan untuk setiap responden


pelaksanaan untuk sama
setiap grup sama?

6 Selain intervensi Ya Setiap grup diperlakukan sama adil tanpa adanya


yang dilaksanakan, diskriminatif.
apakah setiap grup
dipelakukan
sama/adil?

Section B: Apa hasilnya?

7 Seberasa besar efek  Apa outcome yang Ya Dalam studi ini, hasil terdapat perbedaan posttest pemulihan
dari intervensi diukur? berat badan pada balita penderita diare antara kelompok
tersebut  Apakah hasil control dengan kelompok eksperiment
dijelaskan secara
spesifik

8 Seberapa tepat dan  Berapa confidence Ya Intervensi sangat akurat terbukti dari hasil penelitian yang
akurat efek limitnya menyebutkan bahwa Refeeding bubur beras merah dan
intervensi? bubur tempe beras putih terhadap pemulihan berat badan
pada balita penderita diare

Section C: Akankah hasil membantu secara lokal?


9 Bisakah hasilnya  Apakah karakteristik Ya Bisa diterapkan, dengan syarat kolaborasi dengan ahli gizi.
diterapkan populasi pasien sama dengan
lokal, atau di konteks tempat
saat ini dilingkungan bekerja/populasi
sekarang? anda?
 Jika berbeda, apa
perbedaannya
10 Apakah hasil  Apakah infomasi Ya Penting untuk dipertimbangkan karena metode yang
penelitian ini penting yang anda inginkan digunakan sangat mudah dan manfaatnya sangat baik dalam
secara klinis untuk sudah terdapat dalam membantu menurunkan frekuensi BAB.
dipertimbangkan? penelitian
 Jika tidak, apakah
akan berpengaruh
terhadap
pengambilan
keputusan
11 Apakah manfaatnya Meskipun tidak Ya Dalam melaksanakan intervensi ini tidak akan menimbulkan
sepadan dengan tercantum dalam bahaya jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat.
bahaya dan biaya penelitian, bagaiman
yang dibutuhkan? menurut anda
2. CASP Checklist

“Bubur Tempe Membantu Penanganan Diare Pada Balita”


Respon
No Pertanyaan Fokus Komentar
Tidak
Ya Tidak
dilaporkan

Section A: Apakah hasil studinya valid?

1 Apakah studi tersebut  Studi populasi Ya Masalah yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan dan
menjelaskan  Intervensi yang informasi tentang penanganan diare dengan pemberian
masalahnya secara diberikan Bubur Tempe. Target kegiatan pengabdian masyarakat ini
fokus  Kelompok adalah ibu-ibu yang mempunyai anak Balita di wilayah
control/komparasi Gendengan, Wirun,
 Hasil/ outcome
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dan luaran
yang diharapkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini
adalah Peserta penyuluhan yang terdiri dari ibu-ibu

yang mempunyai balita mampu memahami tentang penyakit


diare.

Peserta dapat mempunyai ketrampilan pembuatan bubur


tempe untuk penanganan diare.
2 Apakah pembagian  Bagaimana ini Ya Pemberian penyuluhan
pasien ke dalam dilakukan
Kesehatan tentang Diare meliputi: pengertian, penyebab,
kelompok intervensi  Apakah alokasi
dan control dilakukan tanda gejala, komplikasi, dan penatalaksanaan. Metode
pasien dilakukan
secara acak demonstrasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat
secara tersembunyi
dilakukan dengan pembuatan bubur tempe.
dari peneliti dan
pasien
3 Apakah semua pasien  Apakah dihentikan Ya Pada kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan
yang terlibat dalam lebih awal pada hari Selasa tanggal 27 Februari 2018 di rumah warga
penelitian dicatat  Apakah pasien di Desa Gendengan Wirun Kecamatan Mojolaban
dengan benar dianalisis dalam Sukoharjo. Kegiatan pengabdian masyarakat diikuti oleh 35
dikesimpulannya? kelompok untuk orang. Tema penyuluhan yang disampaikan adalah tentang
yang mereka acak Penanganan Diare pada Balita dengan Bubur Tempe.
Pelaksanaan penyuluhan kesehatan dimulai kurang lebih
pukul 18.30 sampai dengan pukul 20.00. Dalam kegiatan
penyuluhan tersebut di dampingi oleh ibu Ketua RW III
Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
sebagai pembuka acara. Peserta penyuluhan sebelumnya
telah mendapat undangan dari tim pengabdian masyarakat
untuk mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Penanganan
Diare pada Balita di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo . Jumlah peserta yang diundang
sebanyak 35 orang, semua peserta hadir dalam kegiatan
penyuluhan.

4 Apakah pasien, Tidak Materi penyuluhan berupa presentasi dan demonstrasi


petugas kesehatan tentang Penanganan Diare pada Balita dengan Bubur Tempe
dan responden pada untuk Penanganan Diare pada Balita dan memberikan
penelitian ini ‘Blind’ kesempatan pada peserta untuk mendemonstrasikan ulang
terhadap intervensi
yang dilaksanakan?

5 Apakah waktu Ya Pelaksanaan penyuluhan kesehatan dimulai kurang lebih


pelaksanaan untuk pukul 18.30 sampai dengan pukul 20.00.
setiap grup sama?

6 Selain intervensi Ya kegiatan penyuluhan kesehatan ini, bahwa mayoritas peserta


yang dilaksanakan, aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab
apakah setiap grup pertanyaan yang diberikan oleh tim pengabdian masyarakat
dipelakukan serta dapat mendemonstrasikan kembali cara pembuatan
sama/adil? bubur tempe

Section B: Apa hasilnya?

7 Seberasa besar efek  Apa outcome yang Ya pendidikan kesehatan dilakukan agar sasaran mampu
dari intervensi diukur? menerapkan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan
tersebut  Apakah hasil mereka sendiri untuk mengatasi perasmalahan yang mereka
dijelaskan secara hadapi, dengan sumber daya yang dimiliki, serta adanya
spesifik dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan
yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat
dan kesejahteraan masyarakat

8 Seberapa tepat dan  Berapa confidence Ya pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan diare
akurat efek limitnya dengan pemberian bubur tempe telah membuktikan bahwa
kemampuan masyarakat meningkat setelah diberikan
intervensi? penyuluhan. Masyarakat memahami materi yang telah
disampaikan dan Masyarakat mampu melakukan
demonstrasi ulang dalam pembuatan bubur tempe.

Section C: Akankah hasil membantu secara lokal?

9 Bisakah hasilnya  Apakah karakteristik Ya peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang
diterapkan populasi pasien sama dengan penyakit diare dan penanganan diare pada balita dengan
lokal, atau di konteks tempat bubur tempe
saat ini dilingkungan bekerja/populasi
sekarang? anda?
 Jika berbeda, apa
perbedaannya
10 Apakah hasil  Apakah infomasi Ya Peserta mengalami peningkatan ketrampilan dalam upaya
penelitian ini penting yang anda inginkan penanganan diare pada balita dengan mendemonstrasikan
secara klinis untuk sudah terdapat dalam kembali cara pembuatan bubur tempe. Setelah adanya
dipertimbangkan? penelitian kegiatan penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare
 Jika tidak, apakah pada balita ini dapat direkomendasikan kepada kader
akan berpengaruh posyandu untuk menindaklanjuti dengan pemberian
terhadap makanan tambahan pada anak yang mengalami diare pada
pengambilan saat posyandu
keputusan
11 Apakah manfaatnya Meskipun tidak Ya Media dan bahan pembuatan bubur tempe antara lain
sepadan dengan tercantum dalam blender, tempe kukus, garam, gula air, mentega, sendok dan
bahaya dan biaya penelitian, bagaiman mangkuk. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 27 Februari
yang dibutuhkan? menurut anda 2018
2. LAPORAN ANALISIS JURNAL

1. LAPORAN ANALISIS JURNAL

Jenis Hasil
Penulis, tahun Tujuan penelitian Intervensi
Penelitian
Ratnasari, Ririn Untuk mengetahui One grup Dalam studi ini terdapat Berdasarkan data diperoleh Z hitung < Z tabel ( 0,345< 1,960)
dan Farida siti, pengaruh Refeeding pretest dan 2 kelompok kelompok dengan taraf signifikansi 5% tidak terdapat pengaruh yang
2014 bubur beras merah dan postest pertama dengan signifikan pemulihan berat badan sebelum dan sesudah
bubur tempe beras perlakuan refeeding diberikan reffeding bubur tempe berasa merah pada anak balita
putih terhadap bubur tempe beras merah penderita diare dan Z hitung < Z Tabel (0,437<1,960) bahwa
pemulihan berat badan dan kelompok kedua tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemulihan berat badan
pada balita penderita dengan perlakuan sebelum dan sesudah diberikan refeeding bubur tempe berasa
diare refeeding bubur tempe merah pada anak balita denga diare. Kemudian tabel
beras putih independen test student diperoleh data t hitung > 1 tabel
(2,427< 2,056) dan nilai signifikan < taraf 5 % ( p =
0,022<0,05) sehingga terdapat perbedaan post test pemulihan
berat badan balita penderita diare.
Jenis Skor
Tujuan penelitian Intervensi Hasil CASP
Penulis, tahun Penelitian
Dewi Kartika Memberikan Metode Pada kegiatan Observasi dari kegiatan penyuluhan kesehatan ini, bahwa
Sari1, Anjar pengertian kepada pelaksanaan pengabdian mayoritas peserta aktif dalam mengajukan pertanyaan
Nurrohmah2 masyarakat bahwa kegiatan masyarakat yang maupun menjawab pertanyaan yang diberikan oleh tim
GEMA bubur tempe dapat pengabdian telah dilakukan pengabdian masyarakat serta dapat mendemonstrasikan
SSIKA mengobati diare masyarakat pada hari Selasa kembali cara pembuatan bubur tempe. Pemberian
VoL. 3 pada balita. yang tanggal 27 Februari pendidikan kesehatan tentang penanganan diare dengan
No.1 dilakukan 2018 di rumah pemberian bubur tempe telah membuktikan bahwa
Mei menggunakan warga di Desa pengetahuan dan ketrampilan masyarakat meningkat
2019 metode Gendengan Wirun setelah diberikan penyuluhan
Penyuluhan/ Kecamatan
pendidikan Mojolaban
kesehatan Sukoharjo.
tentang Kegiatan
penyakit diare pengabdian
dan masyarakat diikuti
Demonstrasi oleh 35 orang.
tentang cara Tema penyuluhan
membuat yang disampaikan
Bubur Tempe adalah tentang
dengan media Penanganan Diare
dan bahan pada Balita dengan
pembuatan Bubur Tempe.
bubur tempe. Pelaksanaan
penyuluhan
kesehatan dimulai
kurang lebih pukul
18.30 sampai
dengan pukul
20.00. Dalam
kegiatan
penyuluhan
tersebut di
dampingi oleh ibu
Ketua RW III Desa
Wirun Kecamatan
Mojolaban
Kabupaten
Sukoharjo sebagai
pembuka acara.
Peserta penyuluhan
sebelumnya telah
mendapat undangan
dari tim pengabdian
masyarakat untuk
mengikuti
penyuluhan
kesehatan tentang
Penanganan Diare
pada Balita di Desa
Wirun Kecamatan
Mojolaban
Kabupaten
Sukoharjo . Jumlah
peserta yang
diundang sebanyak
35 orang, semua
peserta hadir dalam
kegiatan
penyuluhan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diet bubur tempe merupakan intervensi keperawatan bersifat non

farmakologi yang mudah dan aman untuk dilakukan di rumah. Pemberian

makanan yang berbahan dasar tempe dapat mempersingkat diare akut serta

mempercepat pertambahan berat badan setelah menderita satu episode diare

akut. Tempe dipilih sebagai bahan dasar, karena tempe merupakan pangan

tradisional yang mudah didapat, tempe mengandung komponen fungsional

probiotik dan prebiotik, serat larut, asam lemak omega 3 polyunsaturated,

konjugasi asam linoleat, antioksidan pada tanaman, vitamin dan mineral,

beberapa protein, peptida dan asam amino seperti phospholipid. Kandungan

tersebut mempunyai efek positif terhadap perbaikan mukosa usus, semua ini

ditujukan untuk memperbaiki kesehatan dan status gizi penderita.

Penelitian mengenai diet bubur tempe yang dijadikan sebagai

Epidence Based Nursing memilik efek terhadap frekuensi diare pada anak.

Sebagian besar frekuensi BAB sebelum diberikan diet bubur tempe antara 5-

10x/hari, setelah diberikan diet bubur tempe mayoritas frekuensi diare

menjadi 1-4x/hari.

B. SARAN

Untuk RSUD Soreang diharapkan terapi diet bubur tempe dapat di

jadikan intervensi tambahan untuk pasien diare pada anak sehingga dapat

meminimalkan efek samping dari pemberian farmakologi.


Untuk profesi ners selanjutnya disarankan untuk mencari terapi yang

lain yang lebih efektif dalam penanganan anak dengan diare selain diet bubur

tempe.
DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari, Ririn. (2018). Pengaruh Refeeding Bubur Tempe Beras Merah dan
Bubur Tempe Beras Putih Terhadap Pemulihan Berat Badan Pada Balita
Penderita Diare. Jurnal Florence. Vol. VII. No. 1 Januari 2014

Setiawati, Heni. Pengaruh Pemberian Diet Bubur Tempe Terhadap Frekuensi


BAB Pada Anak Diare Di Ruang Mina Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta.

Sari, Kartika, Dewi. (2019). Bubur Tempe Membantu Penanganan Diare Pada
Balita. GEMASSIKA. Vol. 3 No. 1 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai