Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pegampu : Firdaus S.Pdi, M.Pdi
KELOMPOK 1 :
1. Desi Mastarani 156410757
2. Gytha 176410637
3. Melati Khairunnisya 176410712
4. Syarah Aulia 176410515
5. Syarul Ramadhan 176410641
KELAS : 5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh proses pemikiran tersebut didasari pengalaman yang mendalam serta luas
tentang masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam dirinya sendiri. Sebagai
hasil pemikiran bercorak khas Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam, tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim.
Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupakan pemikiran yang
mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh
karena itu, filsafat ini juga memberikan gambaran tentang latar belakang timbulnya filsafat
Pendidikan Islam masih dalam aspek fungsional, filsafat pendidikan Islam juga bertugas
melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan
Islam itu sendiri sekaligus memberikan Pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut
harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan.
Didalam filsafat pendidikan, akan kita jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya
akan menambah wawasan keilmuan kita. Dan didalam makalah ini akan diterangkan
mengenai pengertian filsafat pendidikan islam, ruang lingkup pendidikan islam , serta tujuan
filsafat pendidikan islam.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
filsafat dalam islam itu sendiri mengandung banyak arti dan makna yang
dalam. Dimana setiap aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh filsafat dan juga
agama islam. Semua tindakan yang kita lakukan serta hal yang kita pelajari
merupakan bagian dari filsafat dan juga islam itu sendiri oleh karena itu sebelum
masuk kepada pengertian filsafat pendidikan dalam islam maka kita ketahui dulu
filsafat dalam islam.
3
baru. filsafat pendidikan mengandung upaya untuk mencari konsep-konsep yang
menempatkan manusia di tengah gejala-gejala yang bervariasi dalam proses
pendidikan. Kemudian terdapat pula upaya menjelaskan berbagai makna yang
menjadi dasar dari konsep-konsep pendidikan dengan aspek-aspek tumpuan
perhatian manusia.
Pemikiran logis dalam Islam mendasarkan diri pada harmoni dan integrasi,
tidak ada pemisahan antara agama, politik dan ilmu pengetahuan, atau antara
pikiran dan akal, jiwa dan tubuh. Memang benar bahwa topik-topik ini tidaklah
sama. Setiap topik merupakan unit independen.Tetapi ada integrasi di antara unit-
unit tersebut.Kita dapat menggambarkan hubungan antara unit-unit ini dan
menganggapnya sebagai satu-kesatuan yang saling melengkapi dan
menyempurnakan.
4
Kita dapat mengatakan bahwa agama Islam merupakan acuan etika dalam
kehidupan manusia.Manusia dalam Islam adalah khalifah Allah (Khalifatullah) di
bumi.Peran manusia di dunia ini adalah merekonstruksi bumi, sehingga
menggapai kemajuan kehidupan adalah tugas utama manusia.Semuanya di muka
bumi ini ditundukkan kepada manusia dan bekerja untuk manusia.Inilah
yangTanggung jawab manusia dalam membangun kehidupan di muka bumi
berawal dari komitmennya untuk menjalankan amanat Tuhan.Manusia harus
menginvestasikan usahanya untuk tujuan ini. Dari konsep inilah, hidup dan
berpikir menjadi kewajiban setiap muslim guna meningkatkan kehidupan
manusia.
5
aktifitas pendidikan, dimana manusia tidak dapat melepaskan diri dari proses
penyesuaian dengan sesamanya maupun lingkungannya.
a. Filsafat itu sebuah ilmu pengetahuan yang mengandalkan penggunaan akal (rasio)
sebagai sumbernya. Akal digunakan sebagai sumber filsafat.
b. Tujuan filsafat adalah mencari kebenaran atau hakekat segala sesuatu yang ada.
6
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu
yang ada mencakup “ ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak” . ada yang
tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika..
Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan
objektif tentang yang ada, untuk dapat diketahui hakekatnya
yang meletakkan landasan ajaran berfikir yang benar dan valid, sangat
diperlukan dalam pendidikan kecerdasan. Pelaksanaan pendidikan menghendaki
7
seseorang mampu mengutarakan pendapat dengan benar dan valid sehingga
diperlukan penguasaan logika.Karena itu hubungan antara filsafat dan pendidikan
merupakan keharusan, terutama menjawab persoalan-persoalan pendidikan pokok
dan mendasar yang dihadapi oleh pendidikan. Brubacher sebagaimana dikutip oleh
Ozmon & Craver menyarankan agar persoalan-persoalan yang mendasar tentang
pendidikan dibahas dan dipecahkan menurut teori filsafat. Sebagai implikasinya
diperlukan bangunan filsafat pendidikan yang kokoh dalam pelaksanaan sistem
pendidikan. Jika tidak demikian, dikhawatirkan akan terjadi : (1) pendidikan akan
terapung-apung (tanpa tujuan), (2) tujuan-tujuan pendidikan akan samar-samar
(meragukan), bertentangan, dan tidak menunjang kesetiaan, (3) ukuran-ukuran dasar
pendidikan menjadi sangat longgar, (4) ketidak menentuan peranan pendidikan dalam
suatu masyarakat, (5) sekolah-sekolah akan memberikan banyak kebebasan kepada
siswa dan tidak mampu memupuk apresiasi terhadap otoritas dan kontrol, dan (6)
sekolah akan menjadi sangat sekuler dan mengabaikan agama.
Ibarat sebuah bangunan rumah, maka bangunan filsafat pendidikan Islam itu
mencakup berbagai dimensi, yaitu :Pertama, dimensi bahan-bahan dasar yang
menentukan kuat atau tidaknya suatu fondasi bangunan. Dalam konteks filsafat
pendidikan berarti sumber-sumber atau semangat pemikiran dari para pemikir
pendidikan Islam itu sendiri.Kedua, dimensi fondasi bangunan itu sendiri, yang
berupa prinsip atau dasar dan asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar) berfikir
dalam menjawab persoalan-persoalan pokok pendidikan yang termuat dalam sistem
(komponen-komponen pokok aktivitas) pendidikan Islam.Ketiga, adalah dimensi
tiang-tiang penyangga yang berupa struktur ide-ide dasar serta pemikiran-pemikiran
yang fundanmental yang telah dirumuskan oleh pemikir pendidikan Islam itu sendiri
dalam mengembangkan, mengarahkan dan memperkokoh bangunan sistem
pendidikan Islam.
8
tinjauan filosofis tentang hakikat manusia, alam semesta, masyarakat, ilmu
pengetahuan, nilai/akhlak, dan hakikat hidup/kehidupan.
Menurut Ahmad Tafsir (Bakhtiar, 2014: 6) istilah filsafat berasal dari bahasa
yunani yang terdiri atas dua kata: philo dan sophia. Philo berarti cinta dalam arti luas,
yakni keinginan dan Sophia berarti hikmat ( kebijakan) atau kebenaran. Jadi secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijakan atau kebenaran (love of wisdom).
Menurut Gazalba (1985: 121) kata islam ialah kata-jadian Arab. Asalnya dari
kata-jadian juga: aslama. Akar katanya ialah salima,berarti : sejahtera, tidak bercela,
tidak bercacat. Dari kata itu terjadi masdar: salamat (dalam bahasa
Malaysia/Indonesia menjadi selamat), seterusnya Salm dan Silm.Slam atau
Slimberarti: kedamaian, kesejahteraan, kepatuhan penyerahan diri kepada Tuhan.
Pendidikan berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah dengan kata kerjanya yaitu
rabba yang berarti mendidik.
Menurut Sadulloh (2015: 57) Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses
unruk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencangkup
pengetahuannya, nilai dan sikapnya, serta keterampilannya.
Pendidikan dalam islam sudah ada sejak zaman Nabi dan Rasul. Namun,
pengertian-pengertian tentang pendidikan saat itu belum dijelaskan secara istilah.Pada
zaman tersebut pendidikan diartikan mealui kegiatan yang dilakukan oleh para Nabi
dan Rasul. Hal ini ditemukan dari perkembangan islam dimana Nabi berdakwah,
mendidik dan menyampaikan ajaran islam sehingga masyarakat jahiliyah yang
9
tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, dan sombong berubah menjadi mukmin,
taat kepada Allah, dan hormat kepada orang lain.
Dari pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
10
Abdullah (1982), yaitu : pertama, kelompok yang berusaha mengangkat konsep
pendidikan Islam dari alQur’an dan al-Hadits saja, sehingga konsep filsafatnya hanya
berasal dari kedua sumber ajaran Islam tersebut ; dan kedua, kelompok yang
menghendaki adanya keterbukaan terhadap pandangan hidup non Islami dan
berusaha meminjam serta memasukkan konsep pemikirannya ke dalam filsafat
pendidikan Islam.
11
Menurut Mappasiara (2017: 269) ruang lingkup filsafat pendidikan islam
dapat dilihat dari berbagai dimensi. Bukhairi melihatnya dari dua dimensi yaitu
dimensi lingkungan pendidikan dan dimensi jenis permasalahan
pendidikan.Sedangkan Soedomo menambahkannya dengan dimensi waktu, dan
dimensi ruang atau geografis.
Dilihat dari dimensi waktu terdapat tiga masalah pendidikan yaitu masalah
kontemporer, masalah kesejarahan, dan masalah masa depan. Dilihatt dari dimensi
ruang geografis terdapat dua masalah yaitu masalah pendidikan di Indonesia dan
masalah pendidikan di Negara-negara atau masyarkat di luar Indonesia.
Jika dilihat dari berbagai dimensi tersebut, maka filsafat pendidikan dapat
dikategorikan ke dalam masalah landasan pendidikan yang menjadi salah satu
landasan tegaknya aktivitas pendidikan yang berusaha memberikan kemampuan
memilih yang lebih baik, memberi arah, dan mengontrol suatu sistem pendidikan.
12
niali akhlak, dan fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang
menghubungkan manusia dengan manusia lain serta masyarakat dengan
masyarakat yang lain sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan seimbang.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa hakikat dari tujuan pendidikan Islam
tidak lain adalah membentuk manusia yang baik, manusia yang beribadah kepada
Allah serta mampu mengemban amanat dan tugasnya sebagai khalifah di muka
bumi.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan yang harus dicapai dalam semua kegiatan
pendidikan.Tujuan umum meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Aspek ini akan
berhubungan dengan sistem nilai dan norma-norma dalam suatu kebudayaan, agama
dan kepercayaan, filsafat, ideologi, dan sebagainya. Hummel (Sadulloh, 2015: 58)
13
mengemukakan bahwa ada beberapa nilai yang harus diperhatikan dalam menentukan
tujuan pendidikan, diantaranya:
a. Autonomi, yaitu memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan individual
ataupun kelompok sehingga mereka dapat hidup mandiri dan hidup bersama
dalam kehidupan yang lebih baik.
b. Keadilan, yaitu tujuan pendidikan harus memberikan kesempatan yang sama
kepada seluruh masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya
dan kehidupan ekonomi dengan memberikan pendidikan dasar yang sama.
c. Survival, yaitu dengan adanya pendidikan dapat menjamin pewarisan kebudayaan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sadulloh (2015: 59) mengemukakan hal-hal yang harus ada pada manusia untuk dapat
dikatakan sebagai manusia dewasa, yaitu manusia yang mandiri, bertanggung jawab,
serta telah mampu memahami dan mampu melaksanakan norma-norma serta moral
dalam kehidupannya.
Menurut Abdul Fatah Jalal (Zainal, 2015: 58), tujuan umum pendidikan Islam adalah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Manusia sebagai hamba Allah berarti
semua amal, pikiran, dan perasaan dihadapkan kepada Allah dengan cara beribadah.
Nata (2015: 289) mengemukakan bahwa hikmah merupakan tujuan, inti, misi, dan
jiwa dari ajaran Islam yang dengannya ajaran Islam akan memiliki daya dorong yang
kuat bagi pembinaan kepribadian hidup manusia agar menjadi orang yang baik,
memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi, jujur, amanah, ikhlas, tawakal, sabar,
bersyukur, ridho, dan sebagainya.
14
Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan
formal, tujuan pendidikan harus selalu dikaitkan dengan pendidikan Islam dalam
mewujudkan manusia dewasa yang berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur,
berbudaya, dan memiliki pengetehuan serta keterampilan. Secara khusus, tujuan
umum pendidikan Islam yaitu agar manusia mendapatkan hikmah dalam hidupnya
dengan cara beribadah sebagai bentuk menghambakan dirinya kepada Allah SWT.
2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam akan berlangsung selama hidupnya. Hal ini dikarenakan tujuan
umum yang berbentuk insan kamil sangat dipengaruhi oleh perasaan, lingkungan, dan
pengalaman.Maka dari itu, pendidikan Islam berguna untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan
yang telah dicapai.Karena pendidikan Islam berlangsung selama hidup manusia, maka
tujuan akhir pendidikan Islam berada pada akhir hidupnya.Dalam firman Allah surah
Ali Imran ayat 102, tujuan akhir pendidikan adalah menjadi manusia yang bertakwa.
Perhatikan firman berikut:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya, dan janganlah kamu sekali-kali mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT merupakan ujung dari takwa
sebagai akhir dari proses hidup yang merupakan hasil dari akhir pendidikan. Akhir
dari proses pendidikan inilah yang merupakan tujuan akhir pendidikan Islam.
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang akan dicapai setelah anak
mendapatkan pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal. Daratdjat (2014: 32) mengemukakan tujuan pendidikan Islam
seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin
15
merupakan suatu lingkaran kecil.Semakin tinggi pendidikannya, lingkaran tersebut
semakin besar.Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk
lingkaran ini sudah harus kelihatan.Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan
Insan Kamil itu.
Bentuk Insan Kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan semua dalam setiap tingkat
pendidikan.Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus dapat merumuskan tujuan
pendidikan Islam sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Tetapi, pola pendidikannya
harus tetap sama, yaitu takwa, dan yang berbeda hanya bobot dan mutunya saja.
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Dalam tujuan operasioal, anak dituntut dapat memiliki
kemampuan dan keterampilan tertentu.Anak mampu mengucapkan, mengerti,
memahami, meyakini, dan menghayati suaru ilmu tertentu.Misalnya anak mampu
mengucapkan dan menghafal bacaan-bacaan shalat serta mampu melaksanakan shalat.
16
Filsafat pendidikan Islam berdasarkan wahyu, tidak semata berpijak
humanistik, tidak mengenal kebenaran terbatas, tapi universal.Berusaha
mengembangkan pandangan yang integral dan mengintergralkan pandangan antara
dunia dan akhirat sekaligus. Filsafat
17
Dalam sejarah pendidikan Islam, para pendidikan muslim menerapkan
berbagai metode mendidik dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Al-Ghazali
mengatakan, seorang pendidik harus menggunakan pengaruhnya serta cara yang
tepat guna sukses dalam tugas.Penggunaan pengaruh cenderung menjadi suatu
alat kontrol terhadap peserta didik untuk tetap berada dalam naungan pengawasan
dan pengarahan pendidik.Wibawa seorang guru, misalnya, menjadi salah satu alat
kontrol.Wawasan keilmuan yang luas juga dapat menjadi alat kontrol.Di bawah
pengaruh wibawa dan wawasan keilmuan seorang guru maka peserta didik dapat
dikontrol, diarahkan, dan dicetak sesuai visi pendidikan.
18
baik, mengajarkan hal-hal sesuai kemampuan akal anak didik, memahami karakter
setiap anak didik, dan mendidik aspek keimanannya.
Jika al-Ghazali lebih fokus pada metode integrasi dan moralitas maka
Ibnu Khaldun memberikan prinsip-prinsip metodologis yang cenderung
psikologis dalam mengajar, seperti: a) hendaknya tidak memberikan pelajaran
tentang hal-hal sulit ekpada anak didik yang baru mulai belajar. Anak didik harus
diberi persiapan secara bertahap yang menuju kesempurnaan, b) anak didik diajar
tentang masalahmasalah yang sederhana dan dilanjutkan ke permasalahan yang
lebih tinggi secara bertahap dengan mempergunakan contoh yang baik, alat
peraga, dan alat bantu lainnya, dan c) jangan memberikan ilmu yang melebihi
kemampuan akal pikiran anak didik. Sebab, ia akan diserang rasa malas.
Ibnu Khaldun melihat sosok anak adalah pribadi yang belum dewasa dan
belum matang sepenuhnya. Anak masih berada pada usia dini, yang lebih banyak
memiliki kelemahan dibanding orang dewasa. Karenanya, pendidikan yang
diberikan kepada anak harus dijenjang dan diberikan secara bertahap, guna
menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Guru atau tenaga pendidik
harus memperhatikan aspek-aspek kepribadian masing-masing peserta didik,
memetakan tingkat kecerdasan dan kemampuan individual mereka, serta
memberikan ilmu pengetahuan dengan porsi yang tak harus sama.
Tentu saja, metode pendidikan dari al-Ghazali dan Ibnu Khaldun bersifat
saling melengkapi. Dari al-Ghazali, seorang pendidik dapat belajar tentang apa
saja yang harus dikerjakan, dan dari Ibnu Khaldun dapat belajar tentang
bagaimana cara mengerjakan. Semua metode atau cara mendidik yang diajarkan
oleh al-Ghazali dan Ibnu Khaldun dapat bermanfaat bagi peserta didik dalam
19
rangka mencapai tujuan akhir pendidikan, yakni menjadi manusia sempurna
(insan kamil).
Visi pendidikan Islam yang seperti itu harus ditopang oleh perangkat
pendidikan di antaranya tujuan yang kuat sebagai fondasi utama dalam
pelaksanaan pendidikan serta metode-metode yang relevan dengan situasi,
kondisi, dan kebutuhan peserta didik.Para tenaga pengajar tidak harus terlalu
fokus pada transformasi ilmu pengetahuan.Aspek-aspek tingkah laku atau
moralitas anak didik juga harus diperhatikan, sebagaimana mentalitas dan
kebugaran jasmani mereka juga penting.Artinya, metode atau langkah yang harus
ditempuh harus mengarah pada pengembangan tiga aspek secara seimbang, yakni
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik secara seimbang.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan dalam islam adalah bagaimana pandangan tujuan serata
pengaruh dari hal yang kita pelajari dan kita terapkan dalam kehidupan sehari hari
dalam perspektif islam, serta bagaimana pandangan islam atas pendidikan yang ada.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam mencangkup kesemua aspek dalam
kehidupan karena dimana ada pendidikan disana pasti ada norma yang didasari oleh
al quran yang merupakan kitab suci islam.
Tujuan dari adanya pendidikan dalam islam tidak jauh berbeda dari apa yang
biasanya menjadi tujuan pendidikan yang hakikatnya menuntun seseorang menjadi
lebih baik, dengan perubahan sikap dan tingkah laku menjadi seseorang yang sholeh.
Mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia tidak akan berdiri selain dari pada
karena Allah semata.
21
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, Noor. 2018. Filsafat Pendidikan Islam: Konteks Kajian Kekinian. Gresik:
Caremedia Communication.
Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Agama (Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia).
Jakarta: Rajawali Pers.
Daratjat, Zakiah dkk. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Gazalba, Sidi. 1985. Ilmu, filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama. Jakarta: P.T
Bulan Bintang
Mappasiara. 2017. Filsafat Pendidikan Islam. Makassar: Filsafat Pendidikan islam, Volume
6, nomor 2:269-284.
Mustafa. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Epistimologi Ilmu. Jurnal Iqra’ Vol.3,No.1:
82-86.
22
Rohinah. 2013. Filsafat Pendidikan Islam: Studi Filosofis atat Tujuan dan Metode Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Islam ,Volume II, Nomor 2: 310-324.
Zainal, Veithzal Rival. 2015. Islamic Education Management: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers.
23