Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

Bab Pembahasan menguraikan tentang Alat-alat pendidikan dan komponen


pendidikan.

A. Alat-alat Pendidikan
Alat pendidikan berperan penting dalam proses belajar mengajar untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang sesuai dengan harapan. Peran alat pendidikan
perlu dikembangkan secara optimal agar menunjang kelancaran proses pendidikan.
Terdapat bermacam-macam pendapat mengenai pengertian alat pendidikan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan, yaitu:
Muharam A. menyatakan bahwa alat pendidikan adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk kegiatan pendidikan, baik berbentuk material maupun non
material. Selanjutnya, Indrakusumah menyatakan bahwa alat pendidikan berupa
perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang secara konkrit dan tegas
dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan
berhasil.
Ahmadi menyatakan bahwa alat pendidikan adalah hal yang tidak saja
memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik,
tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi,
dengan perbuatan dan situasi yang dicita-citakan dengan tegas, dapat mencapai
tujuan pendidikan. Jadi Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
1. Pengertian Alat Pendidikan
Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Amir Dien Indrakusuma membedakan
faktor dan alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta
menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-
langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan.

3
4

Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari


aspek fungsinya, yakni alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan
dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari
pada media. Media pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang
digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi
edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
2. Macam-macam Alat Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan, Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan
ke dalam tiga bagian :
a. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan
pengertian hafalan. Alat-alat ini dapat pula disebut alat-alat pembiasaan.
b. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara
berfikir.
c. Alat-alat yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan
pengarahan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Disamping pembagian di atas, D. Marimba juga membagi alat
pendidikan ke dalam dua bagian yaitu :
a. Ala-alat langsung, yaitu alat-alat bersifat menganjurkan sejalan dengan
maksud usaha (alat-alat positif).
b. Alat-alat tidak langsung, yaitu alat-alat yang bersifat pencegahan dan
pembasmian hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha.
Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari beberapa segi berikut:
a. Alat pendidikan positif dan negatif : positif, jika ditunjukkan agar anak
mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya : contoh yang baik pembiasaan,
perintah, pujian, dan ganjaran. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak
didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek, misalnya : larangan, celaan,
peringatan, ancaman, hukuman.
5

b. Alat pendidikan preventif dan korektif ; preventif jika maksudnya mencegah


anak sebelum anak berbuat sesuatu yang tidak baik. Misalnya, pembiasaan,
perintah, pujian, ganjaran. Korektif jika maksudnya memperbaiki karena
anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk. Misalnya.
Celaan, ancaman, hukuman.
c. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak
menyenangkan. Menyenangkan yaitu menimbulkan rasa senang pada anak-
anak. Misalnya pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan yaitu yang
menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman
dan celaan.
Sedangkan AmirDien Indrakusuma membagi alat pendidikan kedalam
dua kelompok :
a. Alat pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahaan.
Tujuannya agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu
kelancaran proses pendidikan bisa dihindari. Misalnya tata tertib, anjuran
dan perintah, larangan dan paksaan.
b. Alat pendidikan representatif (kuratif dan kerektif), ialah alat pendidikan
yang bersifat penyadaran agar anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik
dan tertib. Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.
Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua
kelompok yaitu :
a. Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang
berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan. Misalnya, papan tulis, OHP dan lain-lain.
b. Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang
berupa keadaan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam
kegiatan pendidikan.
Dalam memilih alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai, haruslah
memperhatikan empat syarat yang berikut :
a. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu,
b. Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu,
6

c. Anak (si terdidik) yang mana yang dikenai alat itu,


d. Bagaimana menggunakan alat itu,
Alat-alat pendidikan yang sangat penting adalah sebagai berikut:
a. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali,
terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum
menginsyafi apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam
arti asusila. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak
dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan
perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada
waktu tertentu, diberi makan dengan teratur dan sebagainya.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan
dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di
dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan juga di tempat lain.
Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus
memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain :
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
2) Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan
secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.
Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh
terhadap pendiriannya yang telah diambilnya.
4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi
pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.
b. Pengawasan
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Pengawasan itu
penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan
anak berbuat sekehendaknya anak tidak akan dapat membedakan yang baik
dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau
7

tidak senonoh dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang
membahayakan dan mana yang tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, dan menjadi
manusia yang hidup menurut nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu
menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah hidup yang
sebenarnya.
Memang, ada pula ahli-ahli didik yang menuntut adanya kebebasan
yang penuh dalam pendidikan. Roussean, umpamanya, adalah seorang
pendidik yang beranggapan bahwa semua anak yang sejak dilahirkan adalah
baik, menganjurkan pendidikan menurut alam. Menurut pendapatnya, anak
hendaknya dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga
mengenai hukuman pun Roussean menganjurkan hukuman alami.
Tetapi pendapat para ahli didik sekarang umumnya, sependapat
bahwa pengawasan adalah alat pendidikan yang penting dan harus
dilaksanakan, biarkan secara berangsur-angsur anak itu harus diberi
kebebasan. Pendapat yang akhir ini mengatakan bukankah kebebasan itu
yang dijadikan pangkal atau permulaan pendidikan, melainkan kebebasan
itu yang hendak diperoleh pada akhirnya.
c. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang
harus dikerjakan oleh orang lain. Melinkan dalam hal ini termasuk pula
peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap
perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah
peraturan susila.
Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh anak-anak
jika si pendidik sendiri juga menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan
itu. Tony. Tidak mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh murid-muridnya
jika guru sendiri tidak menaati peraturan yang telah dibuatnya itu. Syarat-
syarat memberi perintah antara lain :
8

1) Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar,


sehingga mudah dimengerti oleh anak.
2) Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga
jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh
anak itu. Tiap-tiap perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan
anak.
3) Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu
peritah yang lebih bersifat permintaan sehingga tidak terlalu keras
kedengarannya. Hal ini berlaku lebih-lebih terhadap anak yang sudah
besar.
4) Janganlah terlalu banyak dan berlebihlebihan memberi perintah,sebab
dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang, pendidik
hendaklah hemat akan perintah.
5) Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah
diperintahkannya, suatu perintah yang harus ditaati oleh seorang anak,
berlaku pula bagi anak lain.
6) Suatu perintah yang bersifat mengajak, sipendidik turut melakukannya,
umumnya lebih ditaati oleh anak-anak dan dikerjakannya dengan
gembira.
d. Larangan
Di samping memberi perintah, sering pula kita harus melarang
perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak
melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau dapat
membahayakan dirinya. Seorang ayah dan ibu yang sering melarang
perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap
yang kurang baik pada anak itu, seperti :
1) Keras kepala atau melawan
2) Pemalu dan penakut
3) Perasaan kurang harga diri
4) Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
5) Pemurung atau pesimis
9

6) Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis) dan sebagainya.


Syarat-syarat yang harus diperintahkan dalam melakukan larangan
diantaranya :
1) Sama halnya dengan perintah, larangan itu harus diberikan dengan
singkat, supaya dimengerti maksud larangan itu.
2) Jangan terlalu sering melarang, akibatnya tidak baik bagi anak-anak yang
masih kecil, larangan dapat dicegah dengan membolehkan perhatian anak
kepada sesuatu yang lain, yang menarik minatnya.
e. Ganjaran
Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang untuk mendidik
anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau
pekerjaannya mendapat penghargaan. Pendidik bermaksud suapaya dengan
ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk mempertinggi
prestasi yang telah dicapainya untuk bekerja atau berbuat lebih lagi.
Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat
merupakan ganjaran bagi anak didiknya.
1) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu
jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
2) Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti,
”Rupanya sudah baik pula tulisanmu, mun, kalau kamu terus berlatih,
tentu akan lebih baik lagi”.
3) pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh ”Engkau akan
segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3
ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan.
4) ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan
berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-gula atau
makanan yang lain.
f. Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak lepas dari sistem
kemasyarakatan serta kenegaraan yang berlaku pada waktu itu, dengan kata
10

lain hukuman adalah penderitaan yang diberikan atai di timbulkan dengan


sengaja oleh seseorang.
3. Kriteria Pemilihan Alat Pendidikan
Muharam A. (2009:135) meskipun alat pendidikan kebendaan/material
seperti: lahan, gedung, prabot dan perlengkapan lebih berkaitan dengan
kegiatan pendidikan di sekolah, namun karena sifat pendidikan secara
umumpun memanfaatkan pentingnya peran alat pendidikan berbentuk material,
maka beberapa kriteria berikut ini perlu dipahami dan dijadikan pertimbangan
pendidik dalam menjalankan kegiatan pendidikan seperti:
a. Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan lama
dengan memperhatikan keadaan setempat.
b. Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal.
c. Biaya alat pendidikan relative murah.
d. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau dipakai
sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.
e. Alat pendidikan relatif ringan untuk mudah dipindah-pindahkan.
Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus diperhatikan
pendidik adalah:
a. Ukuran fisik terdidik, agar pemakaianya fungsi dan efektif.
b. Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Sesuai dengan aktivitas terdidik dalam proses pendidikan.
2) Kuat, mudah pemeliharaan dan mudah dibersihkan.
3) Mempunyai pola dasar yang sederhana.
4) Mudah dan ringkas untuk disimpan atau disusun.
5) Fleksibel, sehingga mudah digabungkan dan dapat pula berdiri sendiri.
c. Kontruksi perabot hendaknya:
1) Kuat dan tahan lama.
2) Mudah dikerjakan secara masal.
3) Tidak terganggu keamanan terdidik.
4) Bahannya mudah didapat di pasaran dan disesuaikan dengan keadaan
setempat
11

B. Komponen Pendidikan
1. Pengertian Komponen Pendidikan
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya
proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses
kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
2. Macam-macam Komponen Pendidikan
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses
pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu
yakni:
a. Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu
berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang
bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada
tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan
praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau
pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-
laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung
oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat
(Syaifulah,1981).
Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia
menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan
mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup
tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan
menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan
pendidikan manusia. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-
12

nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari
tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan
tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan
dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum
pendidikan yang terjabar mulai dari:
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional),
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah),
4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah),
dan
5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional
yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan
pada Pancasila dan UUD 1945.
b. Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada
usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik.
Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada
usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga
didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas
maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan
sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut:
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak
13

memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat


kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat
manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui
sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia
sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981
mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan
dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang
budaya masyarakat peserta didik? bagaimanakah tingkat kemampuan anak
didik? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik
disekolah? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah?
Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang
memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang
memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak
didik.
c. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah
beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik
dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan
keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai
pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas
Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah:
1) Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah
adalah sebagai berikut :
a) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan
tetap
14

b) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,
termasuk cita-cita untuk mendidik
c) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau
perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
d) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara
konstruktif dan aktif penuh inisiatif
e) manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun
f) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat
g) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga
h) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
2) Orang tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik
utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih
bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga
mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua orang tua adalah
pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan
pendidikan dengan baik. sehingga kemampuan untuk menjadi orang tua
sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
3) Guru/ pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara lagsung maupun
tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk
melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi
maupun persyaratan jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap
dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan
yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin
disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat
pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
15

4) Pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan


Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat
dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam
mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin.
Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada aktifitas
pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang
didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
d. Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara
komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan
anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik
dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan,
tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam
peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran,
diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya
jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan atau
menegur, maka beliau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan
kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu
bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan
pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982).
Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk
melaksanakan tugas mendidik Penggunaan alat pendidikan itu bukan hanya
soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan
pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat
itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang teerkandung
dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksanaan alat itu hendaknya betul-betul
timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik).
16

Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran, dan
perintah.
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana
pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam
mendidik yaitu metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis
(Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang
menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh
faktor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini
menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan
segalanya.
Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang
berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan
oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri
manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu
banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak
berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal.
Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang
mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari
dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat
menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Di
sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam
proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan
asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri
Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung tulada artinya
pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus
ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus
didepan untuk memberi contoh atau tauladan.
e. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik
isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan
17

kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan


formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan
agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan
intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani.
f. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat di mana suatu
pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi
kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan
berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural
ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis.
3. Hubungan Timbal Balik Antar Komponen Pendidikan
Keseluruhan komponen-komponen Pendidikan diatas merupakan satu
kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik, Input alat
(instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, input lingkungan
(environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll.
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses
pendidikan. Sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan secara
optimal dapat ditempuh melalui proses berkomunikasi yang intensif.

Anda mungkin juga menyukai