Anda di halaman 1dari 46

ETIKA DALAM

PRAKTEK
KEFARMASIAN

Ika Ratna H
ETIK berasal dari kata Ethos
Yang berarti watak kesusilaan
KODE ETIK PROFESI:
adalah kumpulan ketentuan tentang baik buruknya tingkah laku
anggota suatu profesi, yang harus ditaati oleh anggota profesi
itu berdasarkan kesepakatan anggota profesi itu sendiri
KODE ETIK APOTEKER :
adalah kode etik yang harus ditaati oleh anggota IAI
berdasarkan kesepakatan yang diputuskan dalam Kongres IAI

IKATAN MORAL
HUBUNGAN DOKTER - APOTEKER - PASIEN

MENENTUKAN JENIS DAN DOSIS OBAT

DOKTER APOTEKER

MEMERIKSA DAN MENYERAHKAN


MENDIAGNOSE PENYAKIT MENJELASKANDAN
MEMONITOR OBAT

PASIEN
TUHAN YANG MAHA ESA

SUMPAH APOTEKER

IKATAN MORAL

KODE ETIK APOTEKER

KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN TERHADAP PENDERITA

KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEJAWAT


KEWAJIBAN TERHADAP PETUGAS KESEHATAN
Praktek profesi
apoteker berlandaskan 3
pilar utama yaitu

E H
I
T U
L
I K
M
K U
U
A M
APA DAN SIAPA
APOTEKER ? Kemampuan
/keahliannya

Motivasi / Niatnya

Pekerjaannya

Langkahnya
CIRI-CIRI PROFESI APOTEKER

• Memiliki tubuh pengetahuan kefarmasian yang berbatas jelas


1
• Memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang
2 profesi Apoteker.
• Pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi
3 farmasi.
• Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat
4 otonom yakni IAI

• Memberlakukan kode etik Apoteker.


5
• Memiliki motivasi altruistic dalam memberikan pelayanan
6 kefarmasian.

• Proses pembelajaran seumur hidup.


7
• Ethical (Etis)

• Altruistic
SIX
• Responsible (Tanggung
CHARACTERISTICS jawab)
OF PROFESSIONAL
STYLE
• Theoretical (Teoretis)

• Intellectual

• Committed
ETHICAL STYLE
(MODEL ETIS)

• Jujur pada diri sendiri dan dengan orang lain


• Menjaga kerahasiaan tentang hal-hal
profesional.
• Sikap dasar dan tindakan atas alasan yang
rasional
• Percaya bahwa orang lain mengakui figur
seorang profesional.
ALTRUISTIC STYLE
(MODEL ALTRUISTIK)

• Berperilaku tulus
• Mencurahkan praktek untuk kepentingan orang lain.
• Menunjukkan motif untuk praktek profesional yang
TIDAK egois
• Menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain.
• Menunjukkan sikap positif terhadap rekan kerja,
anak-anak, orang dewasa, dan anggota masyarakat.
RESPONSIBLE STYLE
(MODEL BERTANGGUNG JAWAB)

• Hanya menjanjikan apa yang bisa disampaikan.


– Mengikuti komitmen.
– Memberikan pada waktunya.
– Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
• Mendukung prinsip-prinsip dasar profesi.
– Mengembangkan filosofi dan praktek profesional.
• Berpikir sebelum bereaksi.
– Mungkin meramalkan hasil tindakan profesional.
– Membuat keputusan berdasarkan kemungkinan.
– Mempertimbangkan kepentingan terbaik klien.
• Mengevaluasi praktek profesionalnya.
– Menghadapi perbedaan antara niat dan tindakan.
– Menilai kontribusi sendiri realistis.
THEORETICAL STYLE
(MODEL TEORITIS)

• Berpikir kritis.
• Memberikan kontribusi terhadap basis
pengetahuan.
• Menunjukkan apresiasi terhadap penelitian
dan teori.
• Menyajikan landasan teoritis gagasan dan
tindakan.
• Mengevaluasi praktek sendiri
INTELLECTUAL STYLE
(MODEL INTELEKTUAL)

• Membaca Jurnal-Jurnal
– Terus mengikuti kemajuan IPTEK.
– Dibaca sekitar dan yang terkait profesi sendiri dan spesialisasi.
• Berinteraksi dengan rekan-rekan untuk mendapatkan perspektif
baru.
– Berpartisipasi dalam konferensi.
– Mendaftar di program secara teratur.
• Berusaha menuju perbaikan diri.
– Mengembangkan kinerja keterampilan.
COMMITTED STYLE

• Menghabiskan waktu dalam panggilan tugas.


• Miliki dan mengambil peran aktif dalam organisasi profesional.
• Mengidentifikasi profesi baik ketika dipuji dan dikritik.
• Mengartikulasikan profesi dan praktek kepada publik.
APOTEKER ????
Sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker. (Pasal 1 PP 51)

Tenaga Kefarmasian (Pasal 33) ayat (1)


Tenaga Kefarmasian terdiri atas:
a. Apoteker;
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.

SEBAGAI TENAGA KESEHATAN, YANG


MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN
MELALUI PELAYANAN KEFARMASIAN
Siapa Apoteker ?

APOTEKER
APOTEKER “MENJELASKAN DAN
KOMPETEN TENTANG MENGURAIKAN
OBAT DAN FARMAKOTERAPI
KESEHATAN

HEALTHCARE PROVIDER YANG


MEMBERIKAN PELAYANAN
KEFARMASIAN KEPADA KLAYAN
7 Star Pharmacist Menurut WHO
Care Giver
• Memberikan pelayanan berkesinambungan dan bermutu tinggi
Communicator
• Komunikasi dengan pasien dan tenaga profesi kesehatan lain
Decision maker
• Mampu mengambil keputusan, baik manjerial maupun dalam hal mengambil keputusan terbaik
terkait dengan pelayanan kepada pasien
Leader
• Mampu menjadi seorang pemimpin di apotek
Manager
• Mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan, pengelolaan manajemen apotek,
pengelolaan tenaga kerja dan administrasi keuangan
Life long learner
• Harus terus-menerus menggali ilmu pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan
dan keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri.
Teacher
• Mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya,
harus mau menekuni profesinya
PERAN DAN FUNGSI
IAI DALAM
MENEGAKKAN ETIKA
DAN DISIPLIN
APOTEKER
3 POTENSI APOTEKER PARIPURNA

TRUTH
TRUST

ETIS

APOTEKER PARIPURNA
Ada 2 (dua) prinsip umum yang wajib dijalankan
oleh suatu Profesi, antara lain:

Prinsip agar menjalankan Profesinya secara bertanggung jawab


Maksudnya adalah Profesional yang bersangkutan bertanggung
jawab baik terhadap Profesi yang dijalankan (menjalankan
Profesinya sebaik mungkin) maupun terhadap hasilnya (hasil
berkualitas);

Prinsip untuk menghormati hak-hak orang lain, termasuk dalam


menjalankan Profesi wajib menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
KODE ETIK

APOTEKER

Keputusan Kongres Nasional XVII/


Nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/
tanggal 18 Juni 2005
tentang
Kode Etik Apoteker Indonesia
MUKADIMAH
• Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya
serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan
bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.
• Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta didalam
mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji
Apoteker.
• Menyadari akan hal tersebut Apoteker didalam pengabdian profesinya
berpedoman pada satu ikatan moral yaitu : Kode Etik Apoteker Indonesia
BAB I. KEWAJIBAN UMUM (sumpah/
janji )
1. Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
apoteker
2. Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan
kode etik Apoteker Indonesia
3. Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai Kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh kepada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan kewajibannya
4. Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan dibidang farmasi pada khususnya
BAB I. KEWAJIBAN UMUM ( lanjutan )

5. Didalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari


usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat
dan tradisi luhur jabatan kefarmasian
6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain
7. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
8. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan pada umumnya dan dibidang farmasi pada
khususnya.
BAB II. Kewajiban Apoteker terhadap Penderita

( Ps. 9 )
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi
penderita dan melindungi makhluk hidup insani mempertebal rasa saling
mempercayai didalam menunaikan tugasnya.
BAB III. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP
TEMAN SEJAWAT
1. Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana
ia sendiri ingin diperlakukan
2. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik
3. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker didalam
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya
Pasal 11. sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan ketentuan kode etik

Pedoman Pelaksanaan :
1. Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya
melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia harus
melakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebut untuk
mengingatkan kekeliruan yang ada
2. Bilamana yang bersangkutan sulit untuk menerima, maka dia
dapat menyampaikan kepada pengurus cabang dan atau
MPEAD secara berjenjang
Pasal 12. Setiap Apoteker harus mempergunakan
setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama
yang baik sesama Apoteker didalam memelihara
keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai didalam
menunaikan tugasnya
Pedoman pelaksanaannya :
1. Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan
sejawat apoteker lainnya
2. Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam
menjalankan pengabdian profesinya
3. Seorang apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam
menjalin/memelihara kerjasama
Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat
Bab III pasal 10
Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.

Pedoman Pelaksanaan=
1. Setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan kerjanya.
2. Bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi yang problematik, baik
secara moral atau peraturan perundangan yang berlaku, tentang hubungannya
dengan sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan dengan baik
dan santun
3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun Majelis Pembina Etik Apoteker
dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat.
BAB IV. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP
SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYA

1. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap


kesempatan untuk membangun dan meningkatkan
hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai
dan menghormati sejawat petugas kesehatan lainnya
2. Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lainnya
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat
petugas kesehatan lainnya

PEDOMAN PELAKSANAAN
1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga
profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.
2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari
pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka Apoteker tersebut harus
mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut,
tanpa yang bersangkutan harus merasa dipermalukan.
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya/hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
kesehatan lainnya

• Pedoman Pelaksanaan:

Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari


pelayanan profesi tenaga kesehatan lainnya, maka Apoteker
tersebut harus mampu mengkomunikasikannya dengan baik kepada
tenaga kesehatan tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa
dipermalukan.
BAB V. PENUTUP :
• Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam
menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
• Bila seorang Apoteker baik sengaja maupun tidak sengaja
melanggar atau tidak memenuhi Kode Etik Apoteker
Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi
dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang
menanganinya (IAI) dan mempertanggung jawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa”
PEDOMAN DISIPLIN
APOTEKER INDONESIA 201

Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014


BAB I
PENDAHULUAN
• Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat
Indonesia yang dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan
teknologi serta keahlian di bidang kefarmasian, yang dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi
warga negara Republik Indonesia, untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, berazaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
• Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan
Apoteker untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang - undangan dan/atau peraturan
praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dapat
dijatuhi hukuman disiplin.
• Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau
ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam
tiga hal, yaitu:

1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.


2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.

anggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker


ng tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
oteker.
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.
• Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek
Profesi/standar kompetensi yang benar, sehingga berpotensi
menimbulkan/mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggungjawabnya,
tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau Apoteker
pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenaga -
tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/masyarakat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara yang
mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional sebagai
Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian,
sesuai dengan kewenangannya.
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan
‟khasiat/manfaat‟ kepada pasien.
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan baku
obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan tidak
terjaminnya mutu, khasiat obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
atau kerugian kepada pasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung
jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-medikasi
(self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan
yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak
benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau Surat
Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
diketahuinya secara benar dan patut
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan
per-Undang-Undang an yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang dimaksud
dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik sementara
selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau
selamanya; Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker yang dimaksud dapat berupa:
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi pendidikan
atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan
yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama1 (satu) tahun.
KESIMPULAN
Apoteker dalam pengabdiaan
profesinya harus berpegang teguh
pada
Sumpah/Janji Apoteker
dan
Kode Etik Apoteker
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai