Anda di halaman 1dari 13

“ FILSAFAT ILMU “

PERSESPSI

KELOMPOK III :
1. Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan (1881621008) / 09
2. Cokorda Istri Eka Pratiwi (1881621009) / 10
3. Ni Made Ayu Maya Puspita (1881621015) / 16

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
PERSEPSI

Persepsi adalah proses dimana kita memperoleh informasi mengenai dunia bagaimana
kita menggunakan lima indra kita yaitu indera penglihatan, pendengaran, sentuhan, perasa dan
penciuman. Ada dua masalah yang mengenai hubungan antara indera tersebut dengan dunia.
Pertama, apa saja objek persepsi itu. Apa yang menjadi fokus perhatian seseorang saat melihat
cangkir kopi kuning? Mungkin anda berpikir ini sudah jelas, tentu saja cangkir kuning meskipun
demikian kita harus mengerti bahwa banyak filsuf mengingkari hal ini dan kita akan
mengeksplor alasan-alasan mereka melakukan hal ini. Kedua, kita harus beralih kepada
justifikasi dari topik kunci epistemologi dan ke hubungan antara pengalaman persepsi,
kepercayaan persepsi dan pengetahuan persepsi.

1. Realisme Langsung
Realisme langsung merupakan akal sehat yang berpandangan bahwa meja, penjepit
kertas dan cangkir ada secara mandiri bagi orang yang melihat. Penganut paham Realisme
menyakini bahwa objek fisik atau benda yang kita alami secara inderawi itu real atau nyata-
nyata ada (buka suatu hasil imajinasi kita sendiri) dan adanya tidak tergantung dari kita atau
siapapun yang mengalaminya. Objek fisik itu dalam arti tertentu kita temukan dan bukan
kita ciptakan. Posisi ini berbeda dengan paham idealisme yang menganggap bahwa yang
sungguh-sungguh real atau nyata itu ide, roh atau nirfisik.
Realisme langsung mengklaim bahwa objek tersebut yang kita lihat langsung; kita
lihat; baui; sentuh; rasakan merupakan bentuk asli dari benda-benda yang kita kenal.
Realisme Langsung berpendapat bahwa yang kita sadari secara langsung atau yang kita
serap secara inderawi dan kita ketahui adalah objek fisik itu sendiri dan bukan hanya
gagasan atau representasi kita tentang objek tersebut. Namun demikian ada dua versi dari
realisme langsung yaitu realisme langsung naif dan realisme langsung ilmiah. Mereka
berbeda dalam beberapa hal yaitu apa yang mereka miliki saat tidak dilihat.
Realisme naif mengklaim bahwa objek-objek tersebut dapat terus memiliki hal-hal
(properti) yang biasanya kita anggap atau lihat bahwa mereka memilikinya. Hal-hal seperti
kekuningan, kehalusan dan kehangatan. Realisme ilmiah mengklaim bahwa bagian-bagian
dari sebuah objek yang tidak terlihat tidak seharusnya dipikirkan. Hal tersebut memiliki
sejarah yang panjang. Realisme Langsung Naif mengatakan bahwa objek fisik bukan hanya
mempunyai keberadaan sendiri lepas dari kegiatan penginderaan kita, tetapi adanya pada
dirinya sendiri adalah persis sama dengan objek fisik yang secara langsung seseorang alami
secara inderawi pada saat dan tempat tertentu. Maksudnya warna, bau, rasa, bentuk, ukuran
dan sebagainya dari benda tersebut pada dirinya memang sama persis dengan apa yang
secara langsung seseorang tangkap dengan indera seseorang. Paham Realisme Langsung
Naif jelas tidak memadai, sebab mengabaikan perbedaan antara apa yang tampak pada si
pengamat dan apa yang ada dalam kenyataan sesungguhnya. Paham ini mengabaikan
kenyataan bahwa bisa terjadi ketidakcocokan antara keduanya dan bahwa dalam banyak hal
ciri-ciri yang kita tangkap dengan indera kita tidak melekat pada benda itu sendiri tetapi
tergantung keadaan kita dan lingkungan disekitar kita.
Contoh:
Bagi orang yang sedang sakit demam dan badannya panas, air yang sebenarnya biasa saja
akan terasa dingin dan daun yang kelihatannya hijau disiang hari, akan kelihatan hitam
dimalam hari.
Berikut ini Galileo (1623) mengekspresikan pandangan ini :
Seseorang percaya bahwa badan eksternal yang menarik kita dalam merasakan,
membaui dan mendengarkan tidak satupun yang diperlukan dalam badan-badan sendiri
kecuali ukuran, bentuk dan banyaknya gerakan lambat/cepat. Seseorang pikir bahwa jika
telinga, lidah dan hidung jika diambil/hilangkan, kemudian ukuran, angka dan gerakan akan
tetap ada tetapi bukan bau, rasa atau suara yang terakhir itu seseorang percaya bukan apa-
apa hanyalah nama diluar dari makhluk hidup (Galileo, 1960, sec. 147).
Realisme Langsung Ilmiah sering dibahas dalam hal perbedaan menurut Locke
antara kualitas utama (primer) dan sekunder. Kualitas utama dari sebuah objek adalah
mereka yang keberadaannya tidak tergantung dari keberadaan seorang pengamat. Temuan
Locke dari kualitas tersebut termasuk bentuk, ukuran, posisi, angka, gerakan atau istirahat
dan kesendirian. Sains(ilmiah) mengklaim melengkapi temuan ini dengan meletakkan
bagian-bagian seperti isi, putaran dan massa kualitas sekunder dari objek adalah bagian-
bagian yang bergantung pada seorang pengamat mereka terdiri dari bagian-bagian warna,
bau dan tekstur yang dirasakan. Sebuah deskripsi ilmiah dari objek-objek di dunia tidak
meliputi kualitas sekunder ini dan karena itu bagian-bagian ini sebaiknya tidak dilihat
sebagai hal yang dimiliki oleh objek-objek tersebut sendiri.namun relatif sebagai mengamati
benda. Cangkir itu sendiri tidaklah kuning tetapi komposisi fisik dari permukaannya dan
cara tertentu permukaan ini merefleksikan sinar cahaya ke mata kita, menyebabkan kita para
realis ilmiah, kemudian hanya beberapa dari bagian yang kita amati berlanjut menjadi
dimiliki oleh objek-objek atau benda-benda ketika tidak ada pengamat disekelilingnya
sebagai kualitas primer mereka.
Jadi alam mendapatkan penghargaan yang seharusnya dilestarikan untuk diri kita
sendiri: mawar untuk baunya: burung hantu untuk lagunya: matahari untuk sinarnya. Para
penyair seluruhnya salah, mereka semestinya memperuntukkan lirik mereka untuk diri
mereka sendiri dan semestinya mengubah mereka menjadi Ode dari pemberian selamat pada
diri sendiri pada kesempurnaan pikiran manusia alam adalah satu urusan yang
membosankan tanpa suara, tanpa aroma, tanpa warna… (whitehead, 1926, p.68-69)
Perbedaan antara kualitas primer dan sekunder ini bersifat kontroversial dalam
berbagai hal tetapi hal itu tidak menjadi perhatian kita disini. Apa yang harus kita mengerti
adalah fitur kunci dari Realisme langsung Naif dan Realisme Langsung Ilmiah yaitu bahwa
kita langsung mengamati objek/benda yang keberadaannya mandiri/tidak tergantung dari
pengamat, objek yang berada di dunia. Bagian berikut ini mempertanyakan pendapat yang
menyebutkan persepsi kita adalah langsung dan di sesi ke-3 ini keberadaan objek yang tidak
tergantung dari pikiran akan dipertanyakan.
2. Realisme Tidak Langsung
Para realis tidak langsung setuju bahwa cangkir kopi ada secara mandiri dari
seseorang namun demikian seseorang tidak langsung mengamati. Realis tidak langsung
mengklaim bahwa persepsi melibatkan gambar-gambar mediasi. Ketika melihat objek
sehari-hari, bukanlah objek itu yang lengsung kita lihat tetapi suatu perantara perceptual
“sense”, “idea”, “sensibilia”, “persep” dan “penampilan”. Realisme tidak Langsung
mengatakan bahwa kita tidak secara langsung mengetahui objek fisik sendiri, tetapi hanya
melalui representasi kita tentang objek tersebut (representasionalisme) atau hanya melalui
gejala yang menampakkan diri kepada kita (fenomenalisme). Objek fisik atau benda pada
dirinya sendiri tak dapat kita ketahui secara langsung. Kita menggunakan istilah sense data
dan yang tunggal disebut sense datum. Sense data adalah objek mental yang
memanifestasikan beberapa bagian dari objek didunia yang mereka miliki dan mereka
biasanya dianggap memiliki dua daripada tiga dimensi. Bagi realis tidak langsung cangkir
kopi dimeja seseorang menyebabkan kehadiran dari sense datum kuning dua dimensi
dipikiran seseorang, dan objek inilah yang langsung seseorang amati. Akibatnya, seseorang
secara tidak langsung hanya melihat cangkir kopi yaitu seseorang hanya melihatnya dalam
hal waspada dari apa yang disebabkan oleh sense datum dalam pikiran seseorang, ini
simpulan dari argument tentang ilusi yang merupakan salah satu argument yang sangat
berpengaruh dalam mendukung Realisme Tidak Langsung dan satu hal yang mana idealism,
fenomenalisme, dan intensionalisme dapat terlihat sebagai responnya.
2.1 Argumen dari Ilusi
Ilussi adalah ketika dunia tidak seperti apa yang kita lihat/rasakan.
Contoh:
1. Ketika sebuah batang/lidi yang dimasukkan ke dalam air maka batang/lidi tersebut
tampak bengkok (sementara faktanya batang tersebut lurus)
2. Piring jika dipandang dari hampir semua sudut akan tampak berbentuk oval
meskipun sejatinya bundar
Kita tetap percaya bahwa piring itu bundar dan batang tadi adalah lurus karena
pengetahuan kita tentang perspektif dan refraksi, namun objek-objek tersebut tetap
terlihat seperti elips dan bengkok jika kita bertahan. Selain berilusi kadangkala kita juga
berhalusinasi dan melihat benda-benda yang sama sekali tidak ada. Ilusi dan halusinasi
merupakan argumen kunci untuk indirect realism (realisme tidak langsung). Jika lidi
yang bengkok bukan objek fisik maka itu adalah sesuatu tentang mental. Mental items =
sense data inilah yang kita rasakan pada kasus ilusi dan halusinasi
2.2 Dualisme
Sense data adalah masalah metafisika. Sense data adalah objek dalam, objek yang
memiliki bagian seperti warna. Hal seperti ini tidak sebanding dengan pandangan
materialis dari pikiran. Materialis menjelaskan kerja pikiran dari segi ilmiah (keadaan
otak atau struktur komputasi). Jadi, karena sense data tidak diterima oleh kaum
materialisme akan benda kuning yang kita lihat pasti tidak ada di dunia material, namun
di pikiran nonfisik. Realisme tidak langsung melibatkan dualism, suatu teori yang
menerima ontologi objek nonfisik seiring dengan objek fisik. Masalah terbesar bagi
dualis adalah bagaimana hal ini menerangkan interaksi antara pikiran dan dunia fisik.
Realis tidak langsung menerima bahwa ada sebuah dunia yang bebas (lihat dan rasakan)
yang menyebabkan adanya sense data di pikiran kita. Bagaimana hubungan penyebab
dunia fisik memunculkan adanya benda-benda non fisik dan bagaimana benda-benda ini
menyebabkan aksi-aksi fisik.
Contoh: jika ingin kafein maka persepsi seseorang tentang cangkir kopi menyebabkan
seseorang mengambil cangkir tersebut: sense datum non fisik menyebabkan gerakan fisik
dari tangan seseorang.
3. Penolakan terhadap Realism
3.1 Idealisme
Idealisme berarti sesuatu hal yang berasal dari ide. Tokoh Idealis yaitu Bishop
George Berkeley mengungkapkan bahwa baginya objek fisik terdiri dari sekumpulan
ide-ide yang nantinya disebut sense data. Alam semesta secara sederhana terbuat dari
pikiran dan sense data yang mereka lihat dan rasakan. Sense data tidak bisa ada tanpa
dirasakan dan karenanya objek fisik tergantung pada mereka yang melihatnya,
konsekuensinya adalah ketika kita tidak merasakan/melihat dunia maka dunia itu tidak
ada. Berkeley berusaha untuk menghindari simpulan itu dengan menyatkan bahwa
Tuhan merasakan objek yang tidak kita rasakan di dunia dan oleh karenanya
mempertahankan keberadaan mereka. Suatu keberadaan meskipun semata-mata dalam
realisme ide atau sense data.
3.2 Fenomenalisme
Idealis memandang dunia sebagai pengalaman aktual (atau dari Tuhan).
Fenomenalis memegang posisi yang bagi mereka mungkin berhubungan dengan
pernyataan tentang pengalaman kita atau menurut J.S. Mill merupakan objek material
bukanlah apa-apa namun adalah sensasi kemungkinan-kemungkinan yang permanen.
Fenomenalisme adalah makna dari pernyataan apapun yang mengacu kepada benda
material yang bisa mengacu pada sense data atau tampilan yang masuk akal dari benda-
benda (Chisholm, 1984,p.152). namun demikian Chisholm tidak setuju dengan pendapat
ini. Fenomenalisme tidak memerlukan Tuhan untuk mempertahankan keberadaan objek.
Objek fisik ada tanpa dirasakan karena kemungkinan yang berlanjut dari pengalaman.
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Sesuatu barang sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri yang dapat
merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak
pernah mempunyai pengetahuan tentang sesuatu barang seperti keadaannya sendiri,
melainkan hanya seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang
gejala (Phenomenon).
Contoh: menyebutkan bahwa sebuah penjepit kertas ada di dalam laci seseorang berarti
bahwa seseorang akan melihat penjepit kertas tersebut saat seseorang membuka laci itu.
 Masalah untuk Fenomenalisme
Suatu konsekuensi untuk fenomenalisme adalah jika tidak ada pikiran maka tidak ada
dunia. Ini karena objek ‘fisik’ merekontruksi pengalaman kita (yang mungkin) jika
tidak ada makhluk yang memiliki pengalaman tersebut, maka tidak akan ada dunia.
Ini sulit diterima karena dunia eksternal akan tetap ada baik ada atau tidaknya
makhluk yang mengalaminya.
Fenomenalisme menggambarkan bahwa “sense data” sendiri yang membentuk dunia.
Fenomenalisme mengenai seseorang yang membaca di perpustakaan mengklaim
bahwa buku yang dipegangnya hanyalah “sensasi kemungkinan’; bahwa tubuh
fisiknya sendiri (suatu bagian dari dunia material) juga memiliki sifat ini, dan orang-
orang yang duduk di mejanya juga suatu pandangan yang radikal.
Argument kunci yang melawan fenomenalisme adalah argument dari relativitas
perseptual.
4. Teori Intentionalist (Kesengajaan) dari Persepsi
4.1 Adverbialisme
Contoh: beberapa objek diasumsikan pasti bengkok. Kita dapat menolak asumsi ini.
Tampaknya seseorang hanya melihat pensil bengkok; tidak ada di dunia ini atau di
pikiran seseorang yang sebenarnya bengkok. Salah satu cara menolak asumsi ini yaitu
anda harus menyadari beberapa objek yang dibuat yaitu apa yang disebut gerakan
‘adverbial’. Strategi ini dapat diilustrasikan berikut ini.
“David Beckham memiliki tendangan yang cantik, tidak berarti bahwa dia pemilik objek
tertentu –sebuah tendangan- sesuatu yang dapat dia berikan atau jual”
Kita mengerti bahwa frase ini berarti bahwa dia menendang dengan cantiknya. ‘Cantik’
tidak seharusnya dimengerti sebagai sebuah kata sifat yang mendeskripsikan sifat suatu
objek, justru seharusnya terlihat berperan sebagai adverb, mendeskripsikan bagaimana
suatu aksi tertentu dilakukan. Adverbialis mengklaim bahwa ketika kita melihat warna
kuning, kita merasakan ‘tindakan kuning’. Pengalaman perseptual seharusnya
dideskripsikan dalam modifikasi adverbial dari berbagai karakteristik data kerja dari
persepsi daripada objek yang kita rasakan. Saat seseorang mengangkat cangkir kopi
kebibir seseorang, seseorang melihat tingkah laku coklat (kecoklatan) dan mencium
aroma pahit; seseorang tidak merasakan sense data coklat di bawah hidung seseorang.
4.2 Intensionalisme
Intentionalis menekankan keparalelan tertentu antara pengalaman perseptual dan
kepercayaan. Kepercayaan adalah representasi dunia. Seseorang sekarang memiliki
keyakinan tentang kaleng pensil seseorang; seseorang percaya bahwa itu hijau.
Kepercayaan memiliki apa yang disebut oleh para filsuf kesengajaan. Ini adalah fitur
yang penting dari pikiran dan mendeskripsikan sifat yang direpresentasi oleh keadaan
mental.
Intensionalis memiliki representasi tanpa komitmen secara ontologisme terhadap objek
mental. Intensionalis biasanya optimis tentang representasi naturalistik atau ilmiah.
Untuk menjelaskan persepsi, kita tidak harus mengacu pada sense data nonfisik namun
kita dapat menggunakan cara naturalistik karena fitur penting dari persepsi dapat
ditangkap oleh istilah ini.
4.3. Pheomenology (Fenomenologi)
Pengalaman kita adalah sesuatu yang melebihi dari sekadar merepresentasikan dunia
dalam cara tertentu; juga cara memperoleh representasi yang ‘menyerang kesadaran
seseorang dengan cara tertentu.
Contoh: Pengalaman seseorang memiliki dimensi fenomenologis –kualitas eksperiental-
suatu kualitas yang mungkin baru saja kita bayangkan. Suara bel ‘yang merasuki kita’
Permen pelega tenggorokan yang begitu kuat dan tajam yang membangkitkan kesadaran
seseorang dan juga merasa lebih tajam, terang dan sadar akan udara yang kita hirup.
5. Melihat bahwa, Melihat, Melihat secara Kasar
5.1 Melihat bahwa adalah melihat dunia dengan benar
Contoh : melihat ke luar jendela, seseorang melihat sedang turun hujan. Persepsi
seseorang menggambarkan dunia seperti itu.
Untuk merasakan dunia seperti ini berarti seseorang sudah memiliki konsep tentang
hujan, demikian pula cangkir kopi seseorang, berwarna kuning melibatkan konsep
cangkir kopi dan kuning.
5.2 Melihat adalah kadangkala kita juga bisa merasakan sesuatu di dunia dengan salah.
Contoh : Lidi yang sebagian terendam air sebenarnya tidak bengkok tetapi seseorang
melihatnya demikian seseorang kadang salah melihat sesuatu di dunia ketika dunia tidak
seperti apa yang kita lihat.
5.3 Melihat secara Kasar adalah suatu bentuk koheren dari persepsi yang tidak melibatkan
konsep.
Contoh : Saat seseorang berjalan melamun di sepanjang jalan seseorang tidak melihat
halte bus, tempat sampah dan pejalan kaki lainnya seseorang pasti melihat itu karena
seseorang melihat bahwa halte bisnya berwarna biru atau ada pejalan kaki yang
mengenakan jeans dengan merk Wrangler.
Persepsi “melihat secara kasar” melibatkan pemerolehan informasi perceptual, informasi
yang memungkinkan kita untuk terhubung dan objek tetapi informasi yang ada tidak
cukup untuk memiliki suatu representasi konsep yang terstruktur dari dunia. Melihat
secara Kasar dapat dilakukan oleh makhluk yang memiliki kemampuan kognitif yang
rendah yang dianggap tidak memiliki kepercayaan.
DAFTAR PUSTAKA

O’Brien, Dan. 2006. An Introduction to The Theory of Knowledge. United Kingdom: Polity Press
PEMBAHASAN SOAL
1. Teori persepsi mana yang relevan dengan pantun jenaka berikut ini?
Ada seorang lelaki muda yang berkata ‘Tuhan,
seseorang menemukan sesuatu yang sangat aneh
yaitu pohon cemara
terus tumbuh
ketika tidak seorangpun ada orang disana’

‘Saudara yang terhormat, keheranan Anda yang justru aneh


seseorang selalu ada disini
dan itulah mengapa pohon itu
selalu bertumbuh’
Tertanda ‘Tuhan’
Jawab :
Teori persepsi yang relevan adalah Idealisme karena tokoh Idealisme yaitu
Berkeley berusaha menghindari simpulan yang menyatakan bahwa objek fisik terdiri
dari sekumpulan ide-ide yang nantinya disebut sense data. Alam semesta secara
sederhana terbuat dari pikiran dan sense data yang mereka lihat dan rasakan. Sense data
tidak bisa ada tanpa dirasakan dan karenanya objek fisik tergantung pada mereka yang
melihatnya, konsekuensinya adalah ketika kita tidak merasakan/melihat dunia maka
dunia itu tidak ada. Barkeley menyatakan bahwa Tuhan merasakan objek yang tidak kita
rasakan di dunia dan oleh karenanya mempertahankan keberadaan mereka. Suatu
keberadaan meskipun semata-mata dalam realisme ide atau sense data.

2. Apakah argument dari ilusi? Jika ada apakah itu menjelaskan kepada kita tentang jenis
objek yang kita rasakan?
Jawab :
Ilussi adalah ketika dunia tidak seperti apa yang kita lihat/rasakan.
Contoh:
1. Ketika sebuah batang/lidi yang dimasukkan ke dalam air maka batang/lidi tersebut
tampak bengkok (sementara faktanya batang tersebut lurus)
2. Piring jika dipandang dari hampir semua sudut akan tampak berbentuk oval meskipun
sejatinya bundar
Kita tetap percaya bahwa piring itu bundar dan batang tadi adalah lurus karena
pengetahuan kita tentang perspektif dan refraksi, namun objek-objek tersebut tetap
terlihat seperti elips dan bengkok jika kita bertahan. Selain berilusi kadangkala kita juga
berhalusinasi dan melihat benda-benda yang sama sekali tidak ada. Ilusi dan halusinasi
merupakan argumen kunci untuk indirect realism (realisme tidak langsung). Argument
dari ilusi tidaklah dapat menjelaskan jenis objek kepada yang melihat atau merasakan
karena

3. Apa itu fenomenalisme, dapatkah fenomenalisme itu menyediakan alasan yang masuk
akal dari persepsi?
Jawab : Fenomenalisme tidak menyediakan alasan yang masuk akal dari persepsi karena
seperti yang kita ketahui bahwa persepsi itu adalah bagaimana cara kita untuk
mengenal dunia melalui panca indera kita sedangkan fenomenalisme mengatakan
bahwa objek fisik ada tanpa dirasakan karena kemungkinan berlanjut dari
pengalaman dan fenomenalisme tidak memerlukan Tuhan untuk mempertahankan
keberadaan objek-objek. Penjepit kertas yang ada di dalam laci seseorang itu berarti
bahwa seseorang ‘akan’ melihat penjepit kertas tersebut saat seseorang membuka
laci, tentu kata ‘akan’ ini tidak mencerminkan definisi persepsi yang menyatakan
sesuatu melalu panca indera yang orang miliki.

4. Apa itu Intentionalism content (konten yang disengaja), apa peran yang ia mainkan
dalam persepsi dan pemikiran(ide)?
Jawab : Intentionalis menekankan keparalelan tertentu antara pengalaman perseptual dan
kepercayaan. Peran yang intensionalism content mainkan adalah ketika kepercayaan
memiliki dari intensionalisme ini menjadi fitur penting dalam menciptakan pemikiran-
pemikiran yang nantinya menentukan persepsi sesorang mengenai suatu hal.
Intensionalis biasanya optimis tentang representasi naturalistik atau ilmiah. Untuk
menjelaskan persepsi, kita tidak harus mengacu pada sense data nonfisik namun kita
dapat menggunakan cara naturalistik karena fitur penting dari persepsi dapat ditangkap
oleh istilah ini.

5. Apakah persepsi itu representatif? Jika demikian, bagaimana?


Jawab :
Persepsi itu representatif karena persepsi itu merupakan perwakilan dari objek-objek
eksternal yang merupakan interpretasi terhadap berbagai sensasi. Jadi persepsi merupakan
pengetahuan tentang sesuatu yang ditangkap oleh indera kita.

6. Dapatkah seekor tawon melihat bahwa toples selai itu terbuka; dapatkah ia melihat
toplesnya penuh; dapatkah ia melihat selainya?
Jawab :
Seekor tawon dapat melihat bahwa toples selai itu terbuka karena tawon memiliki indera
penciuman yang tajam ketika ada aroma selai (manis) yang keluar saat toples itu terbuka,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tawon merasakan (melihat) toples selai itu terbuaka.
Seekor tawon tidak dapat menentukan toples selai itu penuh karena tawon hanya bisa
merasakan ada/tidaknya selai itu karena aroma selai (manis) yang keluar namun tidak
dapat menentukan penuh atau tidaknya toples tersebut.
Seekor tawon dapat melihat selai dalam toples karena tawon dapat merasakan kehadiran
selai melalui aroma selai yang manis yang membawanya mendekati dan melihat selai
tersebut ada.

Anda mungkin juga menyukai