Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PENANGGULANGAN

GAWAT DARURAT TERPADU SEHARI-HARI (SPGDT-S)

Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
Tingkat 3

Dosen Mata Kuliah :


Eko Prasetya W.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelompok 4 :
Faizah Shofiya Ningrum (172303101051)
Trisna Nur Imaniyah (172303101063)
Nabillah (172303101065)
Kitfatul Islamiyah (172303101072)
M.Ashif Burkhiyah (172303101074)
Sanggeta Azham Ramdhani (172303101075)
Pingkan Maulida Y.H (172303101080)
Wahyu Ari Sandi (172303101079)
Erika Yudi Saputri (172303101082)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah menolong hambanya
menyelesaikan makalah ini. Karena tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat lebih memahami tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu Sehari-Hari (SPDGT-S)
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam
menempuh perkuliahan di semester ini. Kami berharap dengan disusunnya
makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah
ini.

Lumajang, 23 Agustus 2019

Kelompok 4

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 DEFINISI....................................................................................................................3
2.2 MEKANISME SPGDT-S...............................................................................................3
2.3 KLASIFIKASI...............................................................................................................6
2.1 SISTEM PELAKSANAAN.............................................................................................7
2.5 KONSEP KASUS SPGDT-S...........................................................................................9
2.6 APLIKASI KONSEP DI RUMAH SAKIT........................................................................10
BAB 3. PENUTUP..............................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................12
3.2 SARAN....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan :


Pertama ; pada saat sebelum bencana (pre event) berupa kesiapsiagaan
menghadapi bencana (disaster preparedness) dan pengurangan resiko bencana
(disaster mitigation), Kedua ; kegiatan tanggap bencana (emergency response)
dan kegiatan pemulihan akibat bencana (disaster recovery).
Berdasar realitas, kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca
bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan pemulihan (recovery) akibat
bencana, tapi sangat sedikit sekali perhatian terhadap kegiatan untuk
kesiapsiagaan pra bencana dan pengurangan resiko bencana. Kegiatan-
kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari kesiapsiagaan dan
pengurangan resiko bencana adalah : Kegiatan pendidikan kesadaran bencana
(disaster awareness), Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat,
Penyiapan Teknologi Tahan/Siaga Bencana, Membangun Sistem Sosial yang
tanggap bencana dan Perumusan Kebijakan Penanggulangan Bencana secara
komprehensif dan terpadu.
Kegiatan-Kegiatan diatas tersebut tentunya harus melibatkan pihak-pihak
yang berkepentingan. Dan salah satu pihak tersebut adalah masyarakat di
lingkungan yang rawan bencana. Termasuk di dalam masyarakat adalah
komunitas tenaga medis dan paramedis yang menjadi bagian masyarakat.
Karena mereka paham bagaimana menyiapkan sistem kesiapsiagaan
menghadapi bencana dan mereka memiliki bekal pengetahuan-ketrampilan
teknis medis yang bisa didayagunakan dalam penanggulangan korban gawat
darurat pasca bencana
Bencana menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan
pemerintah maupun swasta. Namun dalam pelaksanaannya menolong korban
haruslah secara tepat dan cepat, selain itu juga diperlukan koordinasi yang
bagus. Diperlukan skill dan pengetahuan yang cukup tentang penanganan
pertama disamping pengetahuan medan bencana serta komunikasi yang
terpadu dalam menolong korban bencana.

2 Rumusan Masalah

1
1. Apa definisi dari SPGDT-S?
2. Bagaimana mekanisme atau fase-fase SPGDT-S?
3. Apa saja klasifikasi SPGDT-S?
4. Bagaimana system pelaksanaan SPGDT-S?
5. Bagaimana contoh konsep kasus SPGDT-S?
6. Bagaimana aplikasi konsep di ruah sakit?

3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari SPGDT-S


2. Untuk mengetahui mekanisme atau fase-fase SPGDT-S
3. Untuk mengetahui klasifikasi SPGDT-S
4. Untuk mengetahui system pelaksanaan SPGDT-S
5. Untuk mengetahui contoh konsep kasus SPGDT-S
6. Untuk mengetahui aplikasi konsep di ruah sakit

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

2
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang
terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan
antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat
darurat dan sistem komunikasi.

SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah
Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.

SPGDT bertujuan untuk tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal,


terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan
gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada
dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan
sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin
terjadi (Depkes, 2006)

2.2 MEKANISME SPGDT

SPGDT merupakan suatu mekanisme yang dirancang untuk memberikan


pertolongan pada korban gawat darurat unuk mencegah kematian atau kerusakan
organ. Mekanisme tersebut terdiri dari beberapa komponen / fase diantaranya :

1. Komponen/ Fase Deteksi

Fase ini dapat dideteksi dimana sering terjadi kecelakaan seperti


Kecelakaan Lalu Lintas (KLL), derah bekerja di pabrik yang berbahaya,
tempat olahraga/main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat, di
daerah mana sering terjadi tindak criminal, gedung umum mana rawan
terjadi rubuh/konstruksi tidak sesuai dengan kondisi tanah, daerah mana
rawan terjadi gempa.
2. Komponen/ Fase Supresi
Kalau kita dapat mendeteksi apa yang menyebabkan kecelakaan atau
diaman dapat terjadi bencana/korban missal mak kita dapat melakukan
supresi :

3
- Perbaikan konstruksi jalan (Engineering)
- Pengetahuan peraturan lalu lintas (Enforcement)
-Perbaikan kualitas helm
-Pengetahuan undang-undang lalu lintas
-Pengetahuan peraturan keselamatan kerja
-Pengetatan peraturan keselamatan kerja
-Peningkatan patrol keamanan
-Membuat “Disaster Mapping”
3. Komponen/ Fase Pra Rumah Sakit
Rosita,(2002) menjelaskan komponen Pra Rumah Sakit ( Luar Rumah
Sakit ) meliputi:
1) Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Awam
dan Petugas Kesehatan (Sub-Sistem Ketenagaan)
Pada umumnya yang pertama menemukan penderita gawat darurat
ditempat musibah adalah masyarakat yang dikenal dengan istilah
orang awam. Oleh karena itu, sangatlah bermanfaat sekali bila orang
awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan dalam
penanggulangan penderita gawat darurat.
2) Upaya Pelayaan Transportasi Penderita Gawat Darurat (Sub-Sistem
Transportasi) AGD 118, Basic Trauma And Cardiac Life Support
menguraikan bahwa tujuan transportasi adalah memindahkan
menderita gawat darurat dengan aman tanpa memperberat keadaan
penderita ke sarana kesehatan yang memadai. Persyaratan yang
harus dipenuhi untuk transportasi penderita gawat darurat adalah:
1. Sebelum diangkat
a. Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
b. Perdarahan telah dihentikan
c. Luka-luka telah ditutup
d. Patah tulang telah difiksasi
2. Selama perjalanan, harus dimonitor kesadaran, pernapasan,
tekanan darah, denyut nadi dan keadaan luka
3) Upaya Pelayanan Komunikasi Medik untuk Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (Sub-Sistem Komunikasi)
Pada dasarnya pelayanan komunikasi di sektor kesehatan terdiri dari:
a. Komunikasi Kesehatan Sistim komunikasi ini digunakan untuk
menunjang pelayanan kesehatan di bidang administratif.
b. Komunikasi Medis Sistim komunikasi ini digunakan untuk
menunjang pelayanan kesehatan di bidang teknis-medis.

4
Tujuan : untuk mempermudah dan mempercepat penyampaian dan
penerimaan informasi dalam menanggulangi penderita gawat
darurat.

Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan penderita gawat


darurat

a. Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta pertolongan ke


sarana kesehatan (akses kedalam sistem gawat darurat).
b. Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang
diberikan di tempat kejadian dan selama perjaanan ke sarana
kesehatan yang lebih memadai.
c. Untuk mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
dari puskesmas ke rumah sakit atau antar rumah sakit.
d. Untuk mengkoordinir penanggulangan medis korban bencana.

4. Komponen / Fase Rumah Sakit


Di Indonesia terdapat sekitar 982 Rumah Sakit dengan UGD nya dengan
kualitas yang bebeda-beda dan tidak ada kerjasama/koordinasi dalam
penanggulanagn pendderita gawat darurat maupun penanggulangan
bencana. Di suatu daerah sebaiknya kerja sama antar rumah sakit
dilakukan dengan “”Regionalisasi”, seperti urban, Trauma Center Level I
sebaiknya hanya satu dan biasanya adalah “Teaching Hospital” dimana
ada pendidikan specialis yang merupakan Recidency Service dan juga
mempunyai tanggung jawab melakukan (PPKK, 2003) :
a. “Quality Assurance/Control
b. Penelitian dalam bidang trauma maupun gawat darurat
c. Melaksanakan Pelatihan ACLS dan ATLS
d. Memonitor/mengatur rujukan penderita gawat darurat dll.
5. Komponen/Fase Rehabilitasi
Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun bencana harus
dilakukan rehabilitasi secara mental maupun fisik sehingga mereka dapat
kemabli berfungsi di dalam kehidupan masyarakat.

2.3 KLASIFIKASI

SPGDT-S terdiri dari rangkaian beberapa kegiatan diantaranya :


A. Pra Rumah Sakit
-Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat

5
-Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
- Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau
awam khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
-Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari
tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
B. Dalam Rumah Sakit
-Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
-Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
-Pertolongan di ICU/ICCU
C. Antar Rumah Sakit
- Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
-Organisasi dan komunikasi

2.4 SISTEM PELAKSANAAN

Sistem pelaksanaan yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya :

1. Pra RS-RS-INTER RS

PRA RS -Peran masyarakat (on scene care)

-Edukasi kegawatdaruratan

-Hotline number

-Ambulans

RS -Ketersediaan Call Center Gawat


Darurat (119)

-Kualitas Pelayanan :IGD ,HCU,


ICU, ICCU

INTER RS -Sistem rujukan

-Sistem Komunikasi

-Sistem transportasi

2. Komunikasi dan transportasi

6
Komponen Komunikasi

: mulai dari komunikasi yang paling sederana /tradisional sampai modern yang
dimiliki dan dapat dioperasionalkan oleh masyarakat setempat

Komponen Transportasi

: seperti ojek, mobil angkutan umum atau pribadi, Jika tersedia menggunakan
Ambulans .Komponen ini sangat diperlukan sebagai sarana penunjang untuk
mendukungpenyebaran informasi, sistem kewaspadaan dini dan rujukan pasien.

3. SDM Kesehatan dan Non Kesehatan

Sumber Daya Manusia: petugas kesehatan (dokter, perawat /paramedis


dari Puskesmas) dan Kader Kesehatan (Petugas Polkesdes / awam umum).

4. Multi Sektor

7
Komponen sektor-sektor terkait : yaitu seluruh stakeholder (Individu
danlembaga) yang mendukung terselenggaranya desa siaga, misalnya :
Pemda,LSM, tokoh masyarakat, organisasi profesi, dunia usaha dll.

2.5 KONSEP KASUS SPGDT-S

Comtoh : Kasus Kecelakaan Lalu lintas

8
2.6 APLIKASI KONSEP DI RUMAH SAKIT

Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita


gawat darurat. Oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya gawat
darurat harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga mampu menanggulangi
penderita gawat darurat (“to save life and limd”). Unit gawat darurat
merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan
kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari rangkaian upaya
penanggulangan penderita gawat darurat yang perlu diorganisir. Tidak
semua rumah sakit harus mempunyai bagian gawat darurat yang lengkap
dengan tenaga memadai san peralatan canggih, karena dengan demikian
akan terjadi peghamburan dana dan sarana.
Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat harus memperhatikan 2
(dua) aspek yaitu:
a. Sistem rujukan penderita gawat darurat.
Contoh rujkan :

9
b. Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita gawat darurat
Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut, maka kategorisasi (akreditasi)
unit gawat darurat tidak selalu sesuai dengan kelas rumah sakit yang
bersasngkutan. Rumah sakit tertentu dapat mengembangkan unit gawat
darurat dengan kategorisasi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kelas
rumah sakit tersebut.
Terdapat juga Unit Pelayanan Intensif / ICU ICU adalah ruang rawat
rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk
mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang
mengancam jiwa.

Hal-hal dibawah ini diperlukan untuk memberikan pelayanan medis


dirumah sakit sesuai dengan kewenangan masing masing :
a. Pada pelayanan dirumah sakit diperlukan sarana, prasarana, UGD, HCU,
ICU, kamar jenazah, penunjang lain : radiologi, laboratorium klinik, farmasi,
gizi, ruang rawat inap, dll
b. Diperlukan “hospital disaster plan” (perencanaan dari suau rumah sakit untuk
menghadapi kejadian bencana) baik perencanaan untuk bencana yang terjadi
di dalam rumah sakit (intra hospital disaster plan) dan perencanaan rumah
sakit dalam menghadapi bencana yang terjadi diluar rumah sakit (ekstra
hospital disaster plan).
c. Pelayanan di UGD adalah pelayanan pertama bagi kasus gawat darurat yang
memerlukan organisasi yang baik, pembiayaan termasuk sumber pembiayaan
, ssdm yang baik dan terlatih, mengikuti perkembngan teknologi pada
pelayanan medis.

10
d. BSB yang berada dirumah sakit adalah satuan tugas khusus terutama untuk
memberi pelayanan medis pada saat kejadian bencana yang terjadi dirumah
sakit maupun diluar rumah sakit. Juga pada kejadian lain yang menyebabkan
korban masal.
e. Penunjang diagnostik, penunjang dalam pengobatan terdiri dari berbagai
sarana dan prasarana yang merupakan pendudkung dalam pelayanan gawat
darurat dalam sehari-hari maupun dalam keadaan bencana
f. Transportasi intra hospital, adalah kegiatan pendukung untuk pelayanan
gawat darurat yang perlu mendapat perhatian untuk memberikan pelayanan
antar unit pelayanan ( UGD, HCU, ICU, kamar bedah) diperlukan prosedur,
peralatan dan sdm yang memiliki pengetahuan cukup.
g. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan sdm, kontinuitas dan peningkatan pelayanan medis.

BAB 3. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) merupakan


penanganan awal dan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke Rumah
Sakit dan mendapatkan penanganan medis lanjutan, misalnya pada saat terjadi
bencana alam. Salah satu hal penting yang perlu ada pada saat terjadi bencana
alam yaitu posko kesehatan, dimana penderita gawat darurat atau korban dapat
ditangani pada posko kesehatan ini.SPGDT terdiri dari unsur, pelayanan pra
rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan antar rumah sakit.

SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah
Sakit dan terjalin dalam suatu sistem.

SPGDT bertujuan yang intinya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban


bencana, sehingga diperlukan cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan
terstruktur).

3.2 SARAN

11
Diharapkan semua orang akan mempunyai kesiapan dalam upaya penyelamatan
dan mengurangi dampak kesehatan yang buruk apabila terjadi bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Seri Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency


Life Support (GELS) : Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT). Cetakan ketiga. Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2006.

Tanggap Darurat Bencana (Safe Community modul 4). Depkes RI, 2006.

Hamurwono, G,B. (2012). Kebijakan Depkes dalam Pengembangan SPGDT.


Disampaikan dalam rangka Pemantapan SPGDT untuk Menunjang Safe
Community, Cisarua

12

Anda mungkin juga menyukai