Anda di halaman 1dari 8

1.

Khulafaur Rasyidin
Secara bahasa, Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa dan Ar-Rasyidin. Kata
Khulafa’ merupakan jamak dari kata Khalifah yang berarti pengganti. Sedangkan
Ar-Rasyidin artinya mendapat petunjuk. Arti bebasnya adalah orang yang
ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau pemimpin yang selalu mendapat
petunjuk dari Allah SWT. Para Khulafaur Rasyidin merupakan sahabat Nabi
Muhammad SAW, yaitu :

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq.


2. Umar bin Khattab.
3. Usman bin Affan.
4. Ali bin Abi Thalib.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin agama maupun Negara
menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun
sebagai penerusnya. Akibatnya, para sahabat mempermasalahkan dan saling
berusaha untuk mengajukan calon pilihan dari kelompoknya. Dan diperolehlah 3
calon penerus nabi dari kelompok yang berbeda, yaitu :

1. Ali bin Abi Thaalib dari kelompok Ahul Bait.


2. Saad bin Ubadah dari kelompok Anshar.
3. Abu Bakar Ash-Shiddiq dari kelompok Muhajirin.
Namun perselisihan ini mengakibatkan tertundanya pemakaman Rasulullah SAW.
Dan akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq lah yang terpilih dan di baiat sebagai
penerus Nabi Muhammad SAW. Dan Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah atau
penerus Nabi di balai pertemuan bani Saidah.
2. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash Shiddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah. Dia
merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa’ur Rasyidin, sahabat Nabi
Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang
pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini.

Pada masa kecilnya Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan
kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian
nama itu ditukar oleh Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah at-
Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling
cepat masuk Islam, sedang gelar as-Siddiq yang berarti ‘amat membenarkan’
adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat segera memberiarkan
Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isra
Mikraj. [1]
Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Khalifah Abu Bakar adalah khalifah yang sangat berjasa diawal masa khulafaur
rasyidin, meski banyak sekali cobaan dan hambatan yang datang. Masa Abu
Bakar di mulai dengan munculnya permasalahan tentang siapa pemimpin yang
akan memimpin umat Islam pasca wafatnya Rasulullah SAW. Kemudian masa ini
dihadapkan dengan banyaknya masyarakat yang murtad serta enggan membayar
zakat kembali. Hingga bermunculan orang-orang yang mengaku sebagai Nabi
setelah Nabi Muhammad SAW. Berkat ketegasan khalifah Abu Bakar serta
keteguhan hati para sahabat, permasalahan yang muncul bisa ditangani dan
distabilkan kembali.

Kemajuan yang diraih dimasa Abu Bakar


Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri
terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak
mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Karena sikap keras kepala dan
penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu
Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah
(perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang banyak berjasa dalam perang
tersebut adalah Khalid bin Walid.
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang
lebih dua tahun, antara lain:

1. Perbaikan sosial (masyarakat).


Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para
penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang
enggan membayar zakat).

1. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam.


Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam
Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang dituju
adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan
Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan tujuan
untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa, yaitu
Persia dan Bizantium

1. Pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an.


Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an adalah
atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan Al
Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al Qur’an banyak yang gugur dalam
peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu. Alasan lain karena
ayat-ayat Al Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis pada daun, kulit kayu,
tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak dan hilang.

1. Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam.


Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam, Abu
Bakar senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip
musyawarah dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW selalu dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap
sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.

1. Meningkatkan kesejahteraan umat.


Sedangkan kemajuan yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan umum,
Abu Bakar membentuk lembaga “Baitul Mal”, semacam kas negara atau lembaga
keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat Nabi SAW
yang digelari “amin al-ummah” (kepercayaan umat). Selain itu didirikan pula
lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin
Khattab. [2] Sebelum Abu Bakar Wafat, beliau sempat menunjuk Umar bin
Khattab sebagai khalifah yang berikutnya.
3. Khalifah Umar bin Khatthab
Umar bin Khatthab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin
Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin
Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-
Shiddiq.[1] Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun
lebih muda dari Rasulullah Umar juga termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku
Ady (Bani Ady).

Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya,
disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-
besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Isalm
belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang.

Kekhalifahan Umar bin Khatthab


Masa kekhalifahan Umar bin Khatthab itu sepuluh tahun enam bulan, yaitu dari
tahun 13 H/634 M sampai dengan tahun 23 H/644 M, dan wafat karena dibunuh
diusia 63 tahun. Tragedi itu merupakan pembunuhan politik yang pertama
didalam sejarah Islam.
Masa pemerintahannya yang sepuluh tahun itu paling sibuk dan paling
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya itu
imperium Roma Timur (Byzantium) kehilangan bagian terbesar dari wilayah
kekuasaannya pada pesisir barat Asia dan pesisir utara Afrika. Pada masa
pemerintahannya kekuasaan Islam mengambil alih kekuasaan didalam seluruh
wilayah imperium Parsi sampai perbatasan Asia Tengah.

Seperti halnya dengan khalifah Abu Bakar, ia tinggal dirumah biasa dan hidup
sebagai rakyat biasa di Madinah al-Munawwaroh.Dengan kesederhanaannya itu
ia disegani oleh segala pihak dan ditakuti oleh lawan dengan sangat takzim.

Kemajuan yang diraih dimasa Umar


Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran
Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi.
Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman Umar. Sejarah mencatat
banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran
Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan
pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari


dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah
yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di
seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di
Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya
hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar


mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa hijrah. Secara garis besar seperti berikut ini :

1. Peletak dasar-dasar administrasi Negara atau pemerintahan Islam.


2. Industry dan pertanian mengalami kemajuan yg pesat.
3. Kemajuan dalam bidang keilmuan umat islam.
4. Ekspansi ke luar daerah islam besar-besaran.
5. Mengadakan baitul maal.
Kemudian setelah khalifah Umar wafat, Islam dipimpin oleh Khalifah Usman
dengan pemilihan yang dilakukan oleh dewan syuura yang dibentuk oleh Khalifah
Umar.

4. Khalifah Usman bin Affan


Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn
Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya Ummu
hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW. Ayahnya ‘Affan adalah
seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-Umayyah. Usman ibn ‘Affan
menikah dengan dua orang putri Rosulullah SAW, yaitu Roqayyah dan Ummu
kulsum, sehingga ia mendapat julukan Dzu al-Nurain.
Kekhalifahan Usman bin Affan
Dalam menjadi khalifah Usman ibn ‘Affan dipilih melalui majelis khusus yang
dibentuk oleh Umar ibn Khottob. Majelis atau panitia pemilihan itu terdiri dari
enam sahabat dari berbagai kelompok sosial yang ada. Mereka adalah Ali bin Abi
thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair, Sa’ad bin Abi waqas, dan
Thalhah. Namun pada saat pemilihan berlangsung, Thalhah tidak sempat hadir,
sehingga lima dari enam anggota panitia yang melakukan pemilihan.

Setelah kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan sebagai khalifah
ketiga setelah Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. ketika
ditinggalkan oleh Umar bin Khattab, umat islam berada dalam keadaan yang
makmur dan bahagia. Kawasan dunia muslimpun telah bertambah luas. Khalifah
Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik didalam negeri sehingga ia
dapat membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah islam. Dan ketika
Usman menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan sebagian besar garis politik
Umar. Ia melakukan berbagai Ekspedisi untuk mendapatkan wilayah-wilayah
baru. Perluasan itu memunculkan situasi sosial yang tidak pernah terjadi
sebelumnya.

Kemajuan yang diraih dimasa Usman


1. Pembukuan Al-Quran pada akhir 24 H.
2. Penyatuan Qiraat Quraisy.
3. Ekspansi wilayah Islam.
4. Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
5. Ali bin Abi Thalib
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu
Nabi. Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang
memiliki kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. perumus kebijakan
dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani,
penasehat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung dan pemegang teguh
tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah
bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang
berpengaruh setelah Nabi Muhammad[3]
Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit
pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan setabil. Setelah menduduki
jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman. Dia
yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran
mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada
penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan
memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam
sebagaimana pernah ditetapkan Umar.

Kemajuan yang diraih dimasa Ali


Dikalangan kaum muslim dibeberapa daerah, terutama di basrah, mesir, dan
kuffah, pada masa akhir kepemimpinan khalifah usman bin affan terjadi fitnah
besar-besaran. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang
dipimpin oleh abdullah bin saba. Fitnah tersebut berhasil menghasud beberapa
pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya khalifah usman bin affan.

Suatu ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah khalifah usman bin
affan dan membunuhnya. Saat Kejadian tersebut, khalifah usman bin affan
sedang menjalani puasa sunah dan membaca Al-qur’an.

Muslimin dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingungan


setelah kematian usman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa pemimpin.
Sejarah sedang kosong buat madinah, selain pemberontakan yang selama itu
pula membuat kekacauan dan menanamkan ketakutan di hati orang.

Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi thalib dengan
maksud mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oleh al-gafiqi dari
pemberontakan mesir sebagai kelompok besar. Tetapi ali menolak. Setelah
kematian khalifah usman tak ada lagi oarang yang pantas menjadi khalifah dari
pada Ali bin abi thalib. Dalam kenyataannya ali memang merupakan tokoh yang
paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun yang
mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri menjadi khalifah untuk
menggantikan usman bin affan termasuk mu’awiyah bin abi sofyan selain nabi ali
bin abi thalib. Di samping itu mayoritas umat muslimin di madinah dan kota-kota
besar lainnya sudah memberikan pilihan kepada Ali, kendati ada juga beberapa
kalangan, kebanykan dari bani umayyah yang tidak mau membai’at ali, dan
sebagian dari mereka ada yang pergi ke suria.[4]
Sepeninggal Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum muslimin meminta Ali
bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi muawiyah menolak usulan
tersebut, karena keluarga besar khalifah usman bin affan (muawiyah bin abi
sofyan) menuntut pembunuh khalifah usman bin affan ditangkap terlebih
dahulu.

Sedangkan pihak ali berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya


diselesaikan terlebih dahulu, setelah itu barulah pembunuh khalifah Usman bin
affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut menjadi awal
pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin abi thalib tetap
diangkat sebagai khalifah.

Prestasi-prestasi khalifah ali bin abi thalib adalah sebagai berikut[5]


1. Memajukan dalam bidang ilmu bahasa
Pemerintahan wilaya islam pada masa khalifah ali bin abi thalib sudah mencapai
india. Akan tetapi pada saat itu, penulisan huruf ijayyah belum dilengkapi dengan
tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammad dan syaddah, sehingga
menyebabkan banyaknya kesalahan-kesalahan bacaan teks Al-qur’an dan hadits
di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.

Untuk menghindari kesalahan fatal dalam membaca Al-qur’an dan hadits,


khalifah ali bin abi thalib memerintahkan abu aswad ad-duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata
bahasa Arab.

1. Membenahi keuangan negara (baitul mal)


Harta pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita oleh
khalifah ali bin abi thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul mal dan
digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

1. Mengganti pejabat yang kurang konsisten


Para pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja, semuanya diperbaiki dan
diganti oleh khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat yang diganti
tersebut banyak yang dari keluarga khalifah usman bin affan (bani umayyah).
Akibatnya makin banyak kalangan bani umayyah yang tidak menyukai khalifah ali
bin abi thalib.

1. Bidang pembangunan
Pembangunan kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah ali bin
abi thalib. Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan oleh
Mu’awiyah bin abi Sofyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang
menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu pengetaahuan
lainnya. Perselisihan antar pendukung khalifah ali bin abi thalib dan Mu’awiyah
bin abu Sofyan mengalami berakhirnya pemerintahan islam di bawah
khulafaurrasyidin. Para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintah islam yang
paling mendekati masa pemerintahan rasulullah saw.

Anda mungkin juga menyukai