Anda di halaman 1dari 5

YULIA ASTUTI / 1921212001

S2 EPIDEMIOLOGI UNAND PADANG

SINDROMA METABOLIK

A. Pengertian

Sindroma metabolik merupakan kumpulan dari faktor risiko metabolik yang berhubungan dengan

peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM) tipe 2. Sindrome metabolik meliputi

hipertensi, kadar gula darah tinggi, dislipidemia, dan obesitas. Kondisi ini cukup berbahaya karena merupakan

penyebab dari penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Penyebabnya gaya hidup tidak sehat sehingga menyebabkan

tubuh yang tidak sehat pula. Berbagai penyakit dapat timbul dan akan mengganggu sistem metabolisme tubuh.

Metabolisme mencakup semua proses fisika dan kimia yang keseluruhannya akan mempertahankan serta

memelihara tubuh sehingga baik badaniah maupun dalam fungsi‐fungsinya memperlihatkan kesehatan yang wajar.

Obesitas adalah salah satu kondisi yang disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan sehari-hari yang tidak sehat

kemudian akan berhubungan dengan sindroma metabolik.

Disamping gaya hidup tidak sehat, jarang berolahraga atau beraktivitas fisik, sebagai penyebab munculnya

sindrom metabolik, sindrom metabolik juga berkaitan dengan kondisi resitensi insulin. Biasanya, sistem pencernaan

dapat memecah makanan yang dimakan menjadi gula (glukosa). Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas

yang membantu gula diserap oleh sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Orang yang memiliki resistensi

insulin, sel-selnya tidak dapat merespons secara normal terhadap insulin, dan glukosa tidak bisa diserap oleh sel-sel

dengan mudah. Akibatnya, kadar glukosa dalam darah akan meningkat meskipun tubuh telah menghasilkan banyak

insulin. Pada akhirnya, hal ini dapat juga menyebabkan diabetes, sehingga tubuh tidak dapat membuat cukup insulin

untuk mengatur glukosa darah pada kisaran normal.

B. Gejala Sindrome Metabolik

Tubuh merubah kalori menjadi energi untuk memenuhi kebutuhan setiap sel. Kalori digunakan sebagai

bahan bakar untuk setiap fungsi tubuh. Kita memperbaharui persediaan energi sel kita setiap hari melalui makanan.

Secara umum, proses metabolisme merubah makanan menjadi energi hanya sekitar 85% efisien, tubuh masih harus

menangani kelebihan kalori sekitar 15% inefisien. Bila pola makan tidak berubah misal tetap berpola makan yang
YULIA ASTUTI / 1921212001
S2 EPIDEMIOLOGI UNAND PADANG

penuh kalori bahkan yang berkolesterol tinggi, maka proses kegemukan akan dimulai. Gaya hidup masa kini yang

selalu dengan ritme tergesa-gesa seperti pada skenario sangat memungkinkan terjadinya kegemukan atau kelebihan

berat badan, karena kita tidak pernah sempat menghitung kalori dari setiap makanan yang telah tersaji.

Suatu pendapat yang ada di masyarakat tentang makan adalah supaya kenyang, sehingga yang terjadi

komposisi makanan lebih banyak pada karbohidrat. Karbohidrat bila dicerna hanya menghasilkan energi sehingga

kebutuhan vitamin, mineral, nutrition sel dan serat tidak ukup terpenuhi, maka yang terjadi adalah

ketidakseimbangan. Apabila aktivitas tubuh berkurang maka yang terjadi kegemukan. Pada tubuh yang gemuk akan

terjadi suatu kondisi yang tidak bersemangat untuk melakukna aktivitas tubuh misalnya olahraga, dan badan terasa

mudah lelah. Sehingga gejala sindrom metabolik sangat mudah dikenali, salah satunya adalah memiliki lingkar

pinggang yang besar. Jika kadar gula darah tinggi, pengidap akan mengalami gejala-gejala diabetes seperti perasaan

haus, seringnya buang air kecil, sering merasa lapar, dan kelelahan. Dalam kondisi ini satu-satunya jalan adalah

mengurangi karbohidrat dan mnjaga kebutuhan vitamin, mineral, serat, dan nutrisi

Menurut buku panduan dari National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel(ATP III)

tahun 2001, terdapat tiga ciri utama kriteria sindroma metabolik, yaitu :

a. Lingkar perut pada laki laki lebih dari 102 cm dan lebih dari 88 cm pada perempuan.

b. Kadar triglycerida darah lebih dari 150 mg/dl.

c. HDL kolesterol lebih rendah dari 40 mg/dl pada laki laki dan 50 mg/dl pada perempuan.

d. Tekanan darah diatas 130/85 mmHg.

e. Gula darah puasa lebih dari 110 mg/dl.

Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) kriteria sindroma metabolik yakni :

a. Kadar insulin yang tinggi, peningkatan kadar gula darah puasa atau peningkatan kadar gula darah 2 jam setelah

makan dengan diikuti oleh sekurang kurangnya 2 kriteria tambahan di bawah ini :

b. Kegemukan pada daerah perut dengan rasio antara pinggang dan pinggul lebih dari 0,9, body mass index

(BMI) sekurang kurangnya 30 kg/m2 atau lingkar pinggang lebih dari 37 inchi.
YULIA ASTUTI / 1921212001
S2 EPIDEMIOLOGI UNAND PADANG

c. Pada pemeriksaan kolesterol ditemukan kadar triglycerida sekurang kurangnya 150 mg/dl atau HDL kolesterol

kurang dari 35 mg/dl.

d. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

C. Faktor Risiko Sindrom Metabolik

Faktor-faktor yang meningkatkan seseorang mengidap sindrom metabolik antara lain:

a. Usia.

Risiko sindrom metabolik akan meningkat seiring meningkatnya usia, lebih sering terjadi pada 40% diatas usia

60 tahun.

b. Penyakit lain.

Risiko sindrom metabolik juga akan jadi lebih tinggi pada penderita penyakit jantung, penyakit perlemakan

hati non-alkoholik, atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).

c. Diabetes.

Penderita Diabetes memiliki risiko sindrom metabolik jika selama kehamilan mengalami diabetes. Kondisi ini

bisa juga terjadi karena memiliki riwayat keluarga yang memiliki diabetes tipe 2 (kencing manis).

Beberapa pendapat ahli menyebutkan bahwa faktor genetik dan lingkunganlah yang memegang peranan

penting terjadinya sindroma metabolik. Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2, hipertensi dan penyakit jantung

akan meningkatkan kemungkinan seseorang menderita sindroma metabolik.

Fator lingkungan yang berperan antara lain kurangnya berolah raga, gaya hidup yang buruk, dan

peningkatan berat badan yang terlampau cepat. Kegemukan juga merupakan faktor resiko yang sangat penting

terjadinya sindroma metabolik begitu juga Perempuan yang telah memasuki menopause, merokok, mengkonsumsi

terlalu banyak karbohidrat, kurang berolah raga, mengkonsumsi minuman beralkohol. Sindroma metabolik terjadi

pada 5% orang dengan berat badan normal, 22% pada orang dengan kelebihan berat badan dan 60% pada orang

yang gemuk. Orang dewasa yang berat badannya meningkat lebih dari 5 kg per tahun akan meningkatkan pula

resiko terjadinya sindroma metabolik sekitar 45%.


YULIA ASTUTI / 1921212001 9
S2 EPIDEMIOLOGI UNAND PADANG

TUGAS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEGENERATIF

DOSEN PENGAMPU : Dr. SYAHRIAL, SKM.M.Biomed

PROGRAM MAGISTER EPIDEMIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNAND PADANG
2019/2020
YULIA ASTUTI / 1921212001
S2 EPIDEMIOLOGI UNAND PADANG

Anda mungkin juga menyukai