Anda di halaman 1dari 30

PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA PENANGGULANGAN

BENCANA GEMPA BUMI PADA FASE TANGGAP DARURAT

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Manajemen Bencana

Oleh kelompok:

1.) Asri Purwanti Rahayu 1601460004


2.) Fadhil Rizqi Rahmatullah 1601460007
3.) Elinda Miftahur Rohma 1601460010
4.) Alfiana Tirta Ningrum 1601460017
5.) Berlyana Yosie Kartika S. 1601460028
6.) Trismadani Erlina Putri 1601460033
7.) Ika Linda Agustina 1601460039
8.) Bella Rara Wahyudi 1601460045

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
AGUSTUS, 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
innayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW telah membimbing kita dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang benderang . Oleh karena itu penulis menghaturkan banyak
terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Heri Suwarsono, selaku dosen pembimbing atas semua dukungan
bimbingannya.
2. Baapak, ibu dan keluarga di rumah terima kasih banya baik dukungan baik materiil
maupun bimbingan spiritual.
3. Untuk teman-teman baik anggota kelas maupun kelompok, terima kasih atas kerja
samannya dalam menyusun makalah ini. Semoga selalu solid dan kompak

Penulisan sangat bersyukur dan berterimakasih kepada sseluruh pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini serta dapat terealisasi.

Semoga makalah ini dapat di pahami dan bersemanngat bagi pembaca. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dari makalah ini, dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun, demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang.

Malang, 23 Agustus 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................................. ii

Daftar gambar ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3. Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 3

2.1.pengertian gempa .......................................................................................................... 3

2.2. karateristik gempa ........................................................................................................ 3

2.3. macam macam gempa .................................................................................................. 3

2.4. penyebab terjadinya gempa.......................................................................................... 4

2.5. proses terjadinya gempa ............................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 8

3.1. Identifikasi daerah gempa di Indonesia ...................................................................... 8

3.2. keperluan medis alat dan bahan untuk memanajemen bencna gempa bumi ............... 11

3.3. identifikasi manajemen jumlah tenaga medis yang di butuhkan dalam bencana gempa
bumi ............................................................................................................................. 14

3.4. contoh kasus gempa bumi ............................................................................................ 18

3.5. perencanaan keperawatan dalam penanggulangan bencana gempa bumi ................... 19

3.6 Identifikasi Korban Bencana......................................................................................... 21

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 24

4.1. KESIMPULAN ............................................................................................................ 24

4.2. saran ............................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana merupakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non-alam.
Akibat dari bencana dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan suatu
kejadian alam yang tidak dapat diprediksi waktu terjadinya, begitu pula dengan bencana
gempa bumi yang tidak dapat dihindari.. Gempa bumi sendiri sering terjadi di Indonesia,
dari yang berskala besar maupun kecil. Banyaknya gempa yang terjadi di Indonesia tidak
terlepas dari kondisi tektonik yang sangat aktif. Indonesia telah banyak dilanda gempa
merusak dan bahkan sering diikuti oleh gelombang tsunami yang dahsyat. Kepulauan di
Indonesia mempunyai risiko besar terhadap gempabumi, dimana 80% dari wilayah
Indonesia terletak di daerah seismik yang berisiko tinggi di dunia.
Secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara,
dan lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak dan saling
bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dan
menimbulkan gempa bumi, jalur gunungapi, dan sesar atau patahan. Penunjaman
(subduction) Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke utara dengan Lempeng
Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur gempa bumi dan rangkaian gunungapi
aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur
penunjaman kedua lempeng. Disamping itu jalur gempa bumi juga terjadi sejajar dengan
jalur penunjaman, maupun pada jalur patahan regional seperti Patahan
Sumatera/Semangko. Dampak kondisi tektonik yang sedemikian inilah yang menjadikan
Indonesia sangat rawan terhadap bencana gempabumi (Puslitbang BMKG, 2009).
Gempa bumi terjadi karena gesekan antar lempeng-lempeng tektonik di bawah
permukaan bumi. Pergesekan ini mengeluarkan energi yang luar biasa besar dan
menimbulkan goncangan di permukaan. Gempa merupakan bencana alam yang sampai saat
ini masih sangat sulit dan kompleks untuk diprediksi, kapan bencana tersebut akan terjadi
dalam hitungan yang sangat detail. Besarnya potensi kegempaan di wilayah Indonesia ini
tidak disertai dengan tingkat kesiap-siagaan masyarakat dan pemerintah dalam
mengantisipasi potensi bencana tersebut yang berakibat pada besarnya jumlah korban jiwa

4
dan kerusakan yang terjadi di daerah bencana, oleh karena itu perlu diupayakan langkah-
langkah strategis untuk melindungi masyarakat dengan tindakan dan mitigasi bencana yang
merupakan upaya untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atau kerusakan
yang dapat ditimbulkan oleh bencana (Bakornas PBP, 2002).
Untuk meminimalisasi dampak bencana, upaya mitigasi perlu dilakukan secara dini
dan optimal. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan penelitian ilmu kebumian yang makin
intensif, pemasangan jaringan pemantau yang representatif dan mutakhir, pembuatan
sistem informasi kerawanan kegempaan serta diseminasi informasi. Upaya mitigasi dan
pencegahan bencana sebagai bagian dari pengelolaan bencana merupakan bagian yang
penting untuk menekan kerugian akibat bencana. Pengurangan tingkat risiko dari suatu
ancaman bencana dapat dilakukan secara fisik maupun nonfisik melalui penekanan tingkat
ancaman atau pengurangan kerentanan. Ada tiga langkah upaya yang dapat dilakukan
dalam mengurangi dampak bencana, yaitu: Memahami kerawanan (ancaman) bencana
suatu wilayah, memahami kerentanan wilayah dan melakukan upaya tindak lanjut misalnya
dengan membangun sistem peringatan dini (early warning system), peta kerawanan
bencana dan lain-lain

1.2 Tujuan
 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum menegnai perencanaan keperawatan dalam
penanggulangan bencana gempa bumi pada fase tanggap darurat.
 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi tentang gempa bumi
2. Mengetahu jenis-jenis gempa bumi
3. Mengetahui penyebab terjadinya gempa bumi
4. Mengetahui proses terjadinya gempa bumi
5. Mengetahui cara mencegah gempa bumi

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana perencanaan keperawatan dalam penanggulangan bencana gempa bumi pada
fase tanggap darurat?

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Gempa Bumi

Pada hakeketnya gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang
bersifat tidak abadi/sementara dan kemudian menyebar ke segala arah (Howel, 1969). Gempa
bumi juga merupakan hentakan besar yang terjadi sekaligus akibat penimbunan energi elastik
atau strain dalam waktu yang lama secara kontiuitas akibat dari adanya proses pergerakkan
lempeng benua dan samudera. Sesungguhnya, kulit bumi bergetar secara kontinyu walaupun
relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan sebagai gempa bumi karena sifat
getarannya terus menerus, sedangkan gempa bumi memiliki waktu awal dan akhir terjadinya
sangat jelas. Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa bumi dinamakan Seismologi.

2.2 Karakteristik Gempa Bumi


Adapun karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut:
 Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
 Lokasi kejadian tertentu
 Akibatnya dapat menimbulkan bencana
 Berpotensi terulang lagi
 Belum dapat diprediksi
 Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

2.3 Macam Macam Gempa Bumi


1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api )
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi
tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu

6
menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan
(tenaga) yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya
gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh
tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate
(plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,
sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan
seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa
tektonik.
Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan
aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-
lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi),
kerangka teoretis
tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi
tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas
pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi
di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB.
3. Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
4. Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

2.4 Penyebab Terjadinya Gempa Bumi


Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya gempa bumi, yaitu:
1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4. Aktivitas gunung api
5. Ledakan Nuklir

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh


bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan

7
runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa
kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan
maupun tanggul penahan lainnya.

2.5 Proses Terjadinya Gempa Bumi

Para ahli menganggap bahwa terdapat empat sebab yang menimbulkan gempa bumi, yaitu:

1. Runtuhan lubang-lubang interior bumi


2. Tabrakan/ impack
3. Letusan gunung api
4. Kegiatan tektonik
2.2.1 Runtuhan Lubang-Lubang Interior Bumi

Runtuhnya lubang-lubang interior seperti gua atau tambang batuan/mineral dalam


bumi dapat menyebabkan getaran diatas permukaannya, namun getaran ini tidak terlalu
besar dan terjadi hanya di setempat saja atau terjadi secara lokal.

2.2.2 Tabrakan (impack)

8
Tabrakan benda langit atau sering disebut meteor juga dapat menyebabkan getaran,
hanya saja getaranya tidak sampai terekam oleh alat pencatat getaran gempa bumi dan juga
sangat jarang terjadi.

2.2.3 Letusan atau Ledakan Gunung Api

Aktivitas gunung api dapat menimbulkan gempa yang disebut gempa bumi
vulkanik. Gempa bumi ini terjadi baik sebelum, selama, ataupun sesudah letusan gunung
api. Penyebab gempa ini adalah adanya persentuhan antara magma dengan dinding gunung
api dan tekanan gas pada letusan yang sangat kuat, atau perpindahan magma secara tiba-
tiba dari dapur magma.

Kekuatan gempa bumi vulkanik sebenarnya sangat lemah dan hanya terjadi di
wilayah sekiar gunung api yang sedang aktif. Dari seluruh gempa bumi yang terjadi hanya
7% yang termasuk ke dalam gempa bumi vulkanik, walaupun demikian kerusakannya
cukup luas juga, karena disertai dengan letusan gunung api.

Berdasarkan kedudukan sumber gempanya (posisi kegiatan magma), dapat


dibedakan menjadi empat jenis:

a. gempa vulkanik dalam kedalaman sumber gempanya ± 2-30 km. Gempa bumi ini
banyak persamaanya engan gempa bumi tektonik, terutama mengenai gempa
susulannya. Terjadi pada saat menjelang letusan suatu gunung api, atau sebagai
pertanda bahwa suatu gunung api tengah mulai aktif.
b. Gempa vulkanik dangkal, kedalaman sumeber gempa kurang dari 2 km, terjadi pada
saat mendekati terjadinya letusan, saa letusan dan setelah letusan terjadi.
c. Gempa bumi ladakan, terjadi sehubungan dengan tengah berlangsungnya ledakan
gunung api, sumber gempa sangat dangkal kurang dari 1 km.
d. Getaran vulkanik atau tremor, trerjadi terus-menerus sehingga menciptakan suasana
tidak tenang, sumber gempanya terletak dari kedalaman 30 km sampai permukaan

2.2.4 Kegiatan Tektonik

Gempa bumi yang mempunyai efek sangat besar seenarnya berasal dari kegiatan
tektonik, yaitu mencakup 90% dari seluruh kegiatan gempa bumi. Gempa bumi ini
berhubungan dengan kegiatan gaya-gaya tektonik yang telah terus berlangsung dalam

9
proses pembentukan gunung-gunung, terjadinya patahan-patahan (faults) dan tarikan atau
tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng batuan penyusun kerak bumi.

Proses dan jalur pusat-pusat gempa bumi tektonik di seluruh dunia dapat dijelaskan
dengan teori tektonik lempeng. Bagian-bagian paling aktif sepanjang jalur pusat gempa
bumi terletak sepanjang busur kenpulauan (island arc) dan tepi benua atau continenal
margin. Proses gempa tektonik sangat berkaitan dengan adanya zona subduksi.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi daerah gempa di Indonesia

Indonesia menjadi daerah rawan bencana. Karena Indonesia berdiri di atas pertemuan
lempeng-lempeng tektonik, yang berakibatnya negeri ini berada di atas jalur gempa, patahan-
patahan yang menyebabkan gempa. sekitar 140 gunung yang aktif. Iklim kita yang tropis juga
menyebabkan banyak tanah yang tidak stabil. rusak. Iklim tropis dengan curah hujan yang
cukup tinggi memudahkan terjadi pelapukan. berpenduduk padat, terutama di Pulau Jawa dan
Sumatera. Kalau kawasan timur Indonesia mungkin belum begitu banyak. Infrakstuktur kita
tidak didesain sesuai dengan kondisi alam.

Bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari pulau
Sumatera - Jawa - Nusa tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan
daratan rendah yang sebagian di dominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah
longsor.

Hal ini menjadikan Indonesia yang rawan bencana menjadikan masyarakat Indonesia
harus selalu waspada. Untuk mengetahui lokasi daerah yang rawan akan gempa bumi
pemerintah melalui PUSGEN (Pusat Studi Gempa Nasional), bersama BMKG, dan para pakar
gempa dari beberapa perguruan tinggi membuat "Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi
Indonesia tahun 2017" sebagai salah satu upaya dan langkah mitigasi gempabumi di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian, pengumpulan data, dan sebagainya yang dilakukan oleh
PUSGEN beserta banyak pihak didapatkan daerah yang menjadi pusat gempa di Indonesia

11
12
13
3.2 Keperluan Medis Berupa Alat dan Bahan Dalam Manajemen Bencana Gempa Bumi

14
15
16
3.3 Identifikasi Manjemen Kebutuhan Tenaga Medis Berdasarkan Bencana Gempa
Bumi

Tim Bantuan Kesehatan


Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA
kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan, terdiri dari:
1. Dokter Umum
2. Apoteker dan Asisten Apoteker
3. Perawat (D3/ S1 Keperawatan)
4. Perawat Mahir
5. Bidan (D3 Kebidanan)
6. Sanitarian (D3 kesling/ S1 Kesmas)
7. Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1 Kesmas)
8. Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas)
9. Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1 Biologi)

Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis bencana
dan kasus yang ada, misal:
Gempa bumi
Banjir bandang/tanah longsor
Gunung meletus
Tsunami
Ledakan bom/kecelakaan industri
Kerusuhan massal
Kecelakaan transportasi
Kebakaran hutan

17
Kebutuhan tenaga bantuan kesehatan sesuai jenis bencana gempa bumi dapat dilihat di tabel
berikut ini :
Kebutuhan Tenaga Kesehatan sesuai Jenis Bencana Gempa Bumi
No. Jenis Jenis Tenaga Kompetensi Jumlah
Tenaga
Bencana

1. Gempa Bumi Dokter Spesialis Bedah Umum & Sesuai kebutuhan/


Orthopedi rekomendasi tim RHA

Bedah Plastik

Obgyn

Anestesi

Anak

Penyakit Dalam

Jiwa

DVI

Forensik

Dental Forensik

D3 Perawat Mahir Anestesi dan Sesuai kebutuhan/


perawat mahir rekomendasi tim RHA
gawat darurat
(emergency
nursing) dasar
dan lanjutan
serta perawat
mahir jiwa,
OK/ICU

18
Radiografer Rontgen Sesuai kebutuhan/
rekomendasi tim RHA

Sedangkan kebutuhan jumlah minimal SDM Kesehatan untuk penanganan korban bencana
berdasarkan:
1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang:
Dokter umum : 4 org
Perawat : 10 – 20 org
Bidan : 8 – 16 org
Apoteker : 2 org
Asisten apoteker : 4 org
Pranata laboratorium : 2 org
Epidemiologi : 2 org
Entomolog : 2 org
Sanitarian : 4 – 8 org
Ahli gizi : 2 – 4 org

2. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan:


Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan: dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan 2,
sanitarian 1orang, gizi 1 orang, asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.
Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan: dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1 orang,
sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang.
3. Berdasarkan fasilitas rujukan/Rumah sakit, dapat dilihat dalam rumus pada Gambar
dibawah ini.

19
Pendayagunaan tenaga mencakup:
1.) Distribusi
Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan. Pada saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal
dari dalam/luar negeri diterima oleh kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang akan
didistribusikan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini Dinas Kesehatan.

2.) Mobilisasi
Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan SDM
kesehatan pada saat dan pasca bencana bila:
▪ Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat diselesaikan oleh daerah tersebut
sehingga memerlukan bantuan dari daerah atau regional.
▪Masalah kesehatan yang timbul akibat bencana seluruhnya tidak dapat diselesaikan oleh
daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan dari regional, nasional dan internasional.

Langkah-langkah mobilisasi yang dilakukan:


1. Menyiagakan SDM kesehatan untuk ditugaskan ke wilayah yang terkena bencana
2. Menginformasikan kejadian bencana dan meminta bantuan melalui:
▪ Jalur administrasi/Depdagri
(Puskesmas → Camat → Bupati → Gubernur → Mendagri)
▪ Jalur administrasi/Depkes
(Puskesmas → Dinkes Kab/Kota → Dinkes Provinsi → Depkes)
▪ Jalur rujukan medik
(Puskesmas → RS Kab/Kota → RS Prov → RS rujukan wilayah → Ditjen Bina
Yanmed/ Depkes)

20
3.4 Contoh Kasus Bencana Gempa Bumi
Gempa 7.0 SR Lombok Terasa Hingga Bali, Ini Penjelasan BMKG Denpasar

Minggu, (5/8/2018, pukul 18.46 WIB, wilayah Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan
Jawa Timur diguncang gempa bumi tektonik. Dari hasil analisis BMKG, gempa bumi ini
memiliki kekuatan 7.0 SR dengan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,37 LS dan
116,48 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 18 km arah barat laut Kabupaten
Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 15 km.
Saat dikonfirmasi, Staff Pusat Gempa Regional 3 BMKG Denpasar, Yohanes Agus
Tiawan, Senin (6/8/2018) pagi mengatakan, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa
bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh
deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," katanya.
Mengingat epicenternya relative sama dengan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu,
maka BMKG menyatakan bahwa gempa bumi ini merupakan gempa bumi utama (Main Shock)
dari rangkaian gempa bumi yang terjadi sebelumnya.
Dampak gempa bumi dirasakan di daerah Mataram dengan intensitas IV SIG-BMKG
(VII MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan, sedangkan di Bima, Denpasar,
Karangasem mengalami intensitas III SIG-BMKG (V-VI MMI) yang artinya bangunan
mengalami kerusakan ringan apabila memenuhi konstruksi standar.
Gempa bumi ini juga dirasakan di Kuta II SIG-BMKG (IV MMI), yang artinya tidak
ada kerusakan namun dirasakan oleh banyak orang, sedangkan di Waingapu, Genteng,
Situbondo, Malang II SIG-BMKG (II-IIIMMI), yang artinya getaran dirasakan nyata dalam
rumah. Dalam rilis ini, PVMBG juga mengatakan pusat gempa bumi berada di darat. Sebagian
besar daerah tersebut tersusun oleh endapan gunung api berumur Tersier hingga Kuarter,
sedimen dan metamorf Tersier sampai Pra Tersier, dan sebagian besar endapan tersebut telah
tersesarkan dan terlapukkan.
"Pada endapan yang terlapukkan diperkirakan goncangan gempa bumi akan lebih kuat
karena batuan ini bersifat urai, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek getaran, sehingga
rentan terhadap goncangan gempa bumi," tulis PVMBG pada rilis tersebut.
Sehingga, berdasarkan posisi dan kedalamannya diperkirakan sumber gempa bumi
berasosiasi dengan Flores back- arc Thrust.

21
Jumlah korban tewas akibat gempa bumi yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat
(NTB) terus bertambah. Data terakhir yang diterima oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) menunjukkan korban tewas sudah mencapai angka 91 orang.
Menurut Sutopo, daerah terparah yang dihantam gempa berada di Kabupaten Lombok
Utara, Lombok Timur dan Kota Mataram. Sebagian besar korban tewas disebabkan akibat
tertimpa bangunan yang roboh.
Gempa yang menggoyang Lombok terjadi ketika masyarakat di sana tengah melakukan
pemulihan dari gempa sebelumnya yang berkekuatan 6,4 SR. Bahkan, gempa yang terjadi pada
Minggu malam (5/8) jauh lebih dahsyat yakni mencapai 7,0 SR dan berpusat di kedalaman
kurang dari 20 kilometer, di area darat pula.
"Gempa bumi ini bersifat destruktif atau menghancurkan," ujar Sutopo ketika berbicara di
Metro TV pada Minggu malam kemarin.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengaktifkan
peringatan akan terjadinya gelombang tsunami. Namun, dalam kurun waktu satu jam
peringatan itu dicabut. Walaupun menurut data dari BMKG, gelombang tsunami sudah sempat
menghantam wilayah pesisir dengan ketinggian 10-13 centimeter.
Pasca terjadinya gempa besar sekitar pukul 18:46 WITA, Lombok sudah digoyang 47
kali gempa susulan dengan intensitas gempa yang lebih kecil.
"BMKG menyatakan gempa berkekuatan 7,0 SR adalah gempa utama (main shock) dari
rangkaian gempa sebelumnya, artinya kecil kemungkinan terjadi gempa susulan dengan
kekuatan yang lebih besar," kata Sutopo.

3.5 Perencanaan Keperawatan Dalam Penanggulangan Bencana Pada Tahap


Tanggap Darurat
Perawat dalam asuhan keperawatan memiliki tanggung jawab peran dalam membantu
mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan postimpact
Peran perawat multiple:
3.6 Sebagai bagian dari penyusun rencana,
3.7 Pendidik,
3.8 Pemberi asuhan keperawatan
3.9 Bagian dari tim pengkajian kejadian bencana
Perawat bertanggung jawab untuk mencapai peran dan kompetensi mereka dalam semua
tahap bencana, terutama pada fase respon atau tanggap darurat yang meliputi peringatan,
mobilisasi, dan evakuasi adalah tanggung jawab pertama yang dicapai. Kemudian, menilai

22
masalah kesehatan korban dan pelaporan data ke instansi emerintah terkait harus dilakukan
dalam rangka untuk memberikan dan menstabilkan kondisi kesehatan korban bencana.
Peran perawat dalam perencanaan penanggulangan bencana pada fase tanggap darurat,
diantaranya:
1. Pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
- Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik pertolongan pertama,
seperti kontrol perdarahan, mengobati shock dan menstabilkan patah tulang.
- Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen perdarahan eksternal,
mengamankan pernafasan, dan melakukan teknik yang sesuai dalam penanganan
cedera.
- Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti membersihkan jalan napas,
melakukan resusitasi dari mulut-mulut, melakukan CPR/RJP, mengobati shock, dan
mengendalikan perdarahan.
- Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi saluran napas harus
menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran udara harus dibuka dengan metode Head
Tilt/Chin Lift.
- Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan perdarahan, maka perawat
harus mnghentikan perdarahan, karena perdarahan yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kelemahan dan apabila akhirnya shock dapat menyebabkan korban
meninggal.
2. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan.
3. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
pertama.
4. Seleksi pasien (triase ) untuk penanganan segera (emergency)
- Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di
lapangan)
- Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
- pembedahan darurat (life saving surgery).
- Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat, Area tindakan harus
ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.
- Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi harus diutamakan

23
3.6 Identifikasi Korban Bencana
Identfikasi merupakan merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi primer adalah Jenis metode
identifikasi primer dan yang paling dapat diandalkan, yaitu identifikasi sidik jari, analisis
komparatif gigi dan analisis DNA. Jenis metode identifikasi sekunder meliputi deskripsi
personal, temuan medis serta bukti dan pakaian yang ditemukan pada tubuh.

A. Identifikasi Survey Primer


1. Sidik Jari
Ada tiga alasan mengapa sidik jari merupakan indikator identitas yang dapat
diandalkan:
- Sidik jari unik: Tidak ada kecocokan mutlak antara papiler ridges pada jari dari
dua individu yang berbeda atau pada jari yang berbeda dari orang yang sama.
- Sidik jari tidak berubah: papiler ridges terbentuk pada bulan keempat
kehamilan dan tetap tidak berubah bahkan setelah mati. Sidik jari tumbuh
kembali dalam pola yang sama setelah luka ringan. Luka yang lebih parah
mengakibatkan jaringan parut permanen.
- Sidik jari dapat diklasifikasikan: Karena sidik jari dapat diklasifikasikan, maka
dapat diidentifikasi dan didata secara sistematis dan dengan demikian dapat
diperiksa dengan mudah untuk tujuan perbandingan.
2. Identifikasi Gigi
Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari
cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan
presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.
Ruang lingkup forensik odontologi meliputi :
a. Identifikasi terhadap jenasah korban yang tidak diketahui melalui gigi, rahang
dan tulang-tulang kraniofasial
b. Analisa jejak bekas gigitan
c. Analisa trauma orofasial yang berhubungan dengan kekerasan
d. Dental jurisprudence, termasuk menjadi saksi ahli
Dengan profil dental postmortem dapat membantu dalam menemukan informasi
mengenai umur, latar belakang keturunan, dan jenis kelamin.
3. DNA

24
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah rantai kode informasi genetic yang terdapat
di dalam inti sel, yang menentukan karakteristik keturunan individu.
Ada banyak yang jumlah sampel yang bisa diterima untuk pemeriksaan profil DNA.
Prosedur pastinya termasuk pengumpulan sampel, penyimpanan sampel, dan
ekstraksi DNA dari beragam sampel. Pemeriksaan polimorfisme DNA meliputi
pemeriksaan Sidik DNA (DNA Fingerprint), VNTR (Variable Number of Tandem
Repeats) dan RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphisms), secara
Southern Blot maupun dengan PCR ( Polymerase Chain Reaction).
B. Identifikasi Survey Sekunder
1. Deskripsi pribadi/temuan medis
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna
mata, cacat atau kelainan khusus. Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain
dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi
(termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatannya cukup tinggi.
Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi
ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur
dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Deskripsi pribadi terdiri dari data dasar (usia, jenis kelamin, tinggi badan, etnis)
dan kekhasan tertentu. Temuan medis, seperti bekas luka dan operasi pengangkatan
organ dapat pro-vide informasi penting tentang riwayat kesehatan korban. Jenis-
jenis operasi yang memperlihatkan beberapa karakteristik individu (misalnya usus
buntu) harus diperhitungkan dalam konteks ini. Nomor unik yang ditemukan pada
jantung kecepatan pembuat dan perangkat palsu adalah fitur mengidentifikasi
handal. Tato, tahi lalat dan pengrusakan juga dapat berfungsi sebagai indikator
identitas.
2. Properti
Kategori ini mencakup semua efek yang ditemukan pada tubuh korban
(misalnya perhiasan, barang dari pakaian, dokumen identifikasi pribadi, dll). Item
yang terukir pada perhiasan dapat memberikan petunjuk penting mengenai identitas
korban. Penting untuk dipertimbangkan, bagaimanapun, bahwa item tertentu
mungkin tidak benar-benar bukti milik tubuh tertentu (misalnya surat-surat identitas
dapat dilakukan oleh orang yang berbeda, barang perhiasan atau pakaian mungkin
telah dipinjamkan sengaja untuk individu lain, selama pengambilan, item mungkin
tidak sengaja telah ditempatkan dalam satu kantong mayat). Produk perhiasan

25
memiliki nilai identifikasi yang lebih tinggi jika mereka terpasang kuat ke tubuh
korban (misalnya tindikan)

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bencana merupakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan non-alam. Akibat dari bencana dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, tidak
dapat diprediksi waktu terjadinya, begitu pula dengan bencana gempa bumi yang tidak
dapat dihindari.
Karakteristik dari gempa sendiri bisa di sebabkan oleh beberapa aspek, baik dari
segi waktu, skala, lokasi, dan potensi yang di dapat di prediksi terjadinya. Jenis jenis
gempa juga ada bebrapa macam, antara lain gempa bumi vulkanik dan juga tekntonik,
dan ada juga di lihat dari sumbernya seperti gempa bumi muntahan dan juga gempa
bumi buatan yang masing masing di sebabkan oleh hal yang berbeda beda dan dari
sumber yang berbeda.
Indonesia sendiri merupakan Negara dengan Super market bencana yang
hampir semua bencana di bumi ini terdapat di Indonesia. Gempa Bumi di Indonesia
sendiri di sebakan karena di indonesia terdapat banyak sekali gunung berapi aktiif di
Indonesia dan dapat menyebabkan gempa bumi vulkanik dan juga wilayah Indonesia
yang 70% wilayahnya lautan sangat berpotensi terjadinya gempa bumi Tektonik. Untuk
itu Pemerintah bersama PUSGEN, BMKG, dan para Pakar serta Peneliti gempa,
merencanakan membuat PETA sumber dan bahaya gempa bumi di Indonesia 2017
sebagai saran Mitigasi gempa di Indonesia.
Untuk memanajemen bencana gempa bumi sendiri, khususnya dalam
penanganan segi medis diperlukan beberapa perlengkapan dan juga sumber daya medis
yang berbeda beda sesuai kebutuhan dan jenis gempa dilihat dari segi jumlah penduduk
dan juga itensitas skala atau potensi dari gempa tersebut.

4.2 Saran
Dengan di buatnya makalah ini, di harapkan dapat menambah wawasan
pembaca dalam hal memanajemen bencana, baik dalam memahami karakteristik dan
jenis bencana, tindakan Pemerintah untuk memanjemen bencana dan hingga
memanjemen bencana khususnya dalam segi penanganan Medis.

27
Penulis menyarankan agar pengetahuan tentang Mitigasi bencana khususnya
dalam bencana gempa bumi di berikan sejak dini agar lebih paham dan dapat secara
mandiri serta sudah terbiasa dalang menanggapi datangnya bencana.

28
DAFTAR PUSTAKA

BNPB.2017.Pemutahiran Sumber dan Peta Gempa Indonesia (Online),


(https://www.bnpb.go.id/uploads/24/seminar/Pemutahiran_Sumber_dan_Peta_Gempa_I
ndonesia.pdf), diakses pada 07 Agustus 2018.

Departemen kesehatan RI. 2007. Lesson Learnt Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Gempa
Bumi Provinsi D.I Yogyakarta Dan Jawa Tengah 27 Mei 2006. (online).
(file:///C:/Users/ASUS/Downloads/files28861lesson-learnt-gempa-jogja.pdf). Diakses
pada 8 Agustus 2018.

Desmonda, N, I & Pamungkas, A. 2014. Penentuan Zona Kerentanan Bencana Gempa Bumi
Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan. (Online).
(file:///C:/Users/mylaptop/Downloads/7232-20701-1-PB.pdf), diakses pada 07 Agustus
2018.

Dewi, S. 2018. BNPB: Jumlah Korban Tewas Akibat Gempa di Lombok Bertambah
91 Orang. https://www.idntimes.com/news/indonesia/santi-dewi/bnpb-jumlah-
korban-gempa-bumi-lombok-mencapai-82-orang/full, diakses 6 Agustus 2018.

Naryanto, H, R. 2008. Analisis Potensi Kegempaan Dan Tsunami Di Kawasan Pantai Barat
Lampung Kaitannya Dengan Mitigasi Dan Penataan Kawasan. (Online).
(https://media.neliti.com/media/publications/131042-ID-analisis-potensi-kegempaan-
dan-tsunami-d.pdf), diakses pada 07 Agustus 2018.

Nur, A. M. 2010. Gempa Bumi, Tsunami Dan Mitigasinya. (Online),


(https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/92/93), diakses pada 07
Agustus 2018.

Prakarya R,S; Mangundap, E; dkk. 2007. PEDOMAN TEKNIS PENANGGULANGAN KRISIS


KESEHATAN AKIBAT BENCANA [Mengacu pada standar internasional] Panduan
bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisis Kesehatan akibat
Bencana di Indonesia. DEPARTEMEN KESEHATAN RI : JAKARTA,
(online)(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/penanganan-
krisis/buku_pedoman_teknis_pkk_ab.pdf), diakses 8 Agustus 2018.

29
Putra, A., Juwita, R., dkk,. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam
Manajemen Bencana Pada Fase Tanggap Darurat, http://www.jurnal.unsyiah
.ac.id, diakses 8 Agustus 2018.

Sunardi, B, dkk. 2012. Kajian Kerawanan Gempabumi Berbasis Sig Dalam Upaya Mitigasi
Bencana Studi Kasus Kabupaten Dan Kota Sukabumi. (Online),
(https://www.researchgate.net/profile/Bambang_Sunardi2/publication/282006395_KAJ
IAN_KERAWANAN_GEMPABUMI_BERBASIS_SIG_DALAM_UPAYA_MITIGA
SI_BENCANA_STUDI_KASUS_KABUPATEN_DAN_KOTA_SUKABUMI/links/5
6012bed08aec948c4fa9d41/KAJIAN-KERAWANAN-GEMPABUMI-BERBASIS-
SIG-DALAM-UPAYA-MITIGASI-BENCANA-STUDI-KASUS-KABUPATEN-
DAN-KOTA-SUKABUMI.pdf), diakses pada 07 Agustus 2018.

Supartika, P. 2018. Gempa 7.0 Sr Lombok Terasa Hingga Bali, Ini Penjelasan
Bmkg Denpasar. http://bali.tribunnews.com/2018/08/06/gempa-70-sr-lombok-
terasa-hingga-bali-ini-penjelasan-bmkg-denpasar., diakses 6 Agustus 2018.

Tim Pusat Studi Gempa Nasional, Dkk. 2017. Peta Sumber Dan Bahaya Gempa DiInodensia
Tahun 2017. Bandung: Pusat Pebelitian Dan Pengembangan Perumahan Dan
Permukiman, Badan Penelitian Dan Pengembangan, Kementrian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat.

Yayasan IDEP. 2007. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. (Online),


((http://atdr.unsyiah.ac.id:8080/jspui/bitstream/123456789/607/1/01_Pendahuluan.pdf),
diakses pada 07 Agustus 2018.

Prawestiningtyas, Eriko. Identifikasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder


Sebagai Penentu Identitas Korban pada Dua Kasus Bencana Massal. Malang: Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya; 2009

30

Anda mungkin juga menyukai