Anda di halaman 1dari 13

MATA PELAJARAN PABP

DAKWAH ISLAM DI INDONESIA

Oleh:

DIAN MELANI

FATHURROHIM

M.ROZA ULFA RIHIN

REGITA DINAR N

SELPIYANA

TITA RAHAYU

XII- UPW

SMK NEGERI 2 SUBANG

2019/2020
Dakwah (Arab: ‫دعوة‬, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru,
mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai
dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah
merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan,
seruan atau ajakan.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga
menjadi "Ilmu dakwah" dan Dakwah Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Ilmu dakwah
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara dan tuntunan untuk menarik
perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan
suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang
menyampaikan dakwah disebut "da'i" sedangkan yang menjadi objek dakwah
disebut "mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah
"da'i".

Tujuan utama dakwah


Artikel utama: As-Sabiqun al-Awwalun
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. NabiMuhammad mencontohkan
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja
yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat
ataurisalah nabi adalah
kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan
Raja Najasyi dari Habasyah(Ethiopia).

Ilmu dan Metode Dakwah

A. Fiqhud-dakwah
Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah,
sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi
mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah
al Islamiyah.
B. Dakwah fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada
orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan
terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan
tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati
teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat
mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan
pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
C. Dakwah ammah
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan
media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan
pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya
berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi
subjeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh
organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.
D. Dakwah bil-lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan
(ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan objek dakwah). dakwah
jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah
seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan
menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan
metode dialog dengan hadirin.
E. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini
dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan
hal ihwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar
pada diri penerima dakwah.
Pada saat pertama kali rasulullah tiba di kota Madinah, dia
mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan
mempersatukan kaum Anshor dan kaumMuhajirin dalam ikatan ukhuwah
Islamiyah.
F. Dakwah bit-tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-
tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, majalah,
internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting
dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai,
atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini
rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari
darahnya para syuhada".

G. Dakwah bil hikmah


Dakwah bil hikmah adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang arif
bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek
dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-
hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan
atas dasar persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah fi ad-Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin Wahif
al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain Menurut
bahasa:

 Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil


 Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari
kerusakan
 Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
 Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
 Pengetahuan atau ma'rifat.
Menurut istilah Syar'i:

 Valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan


mengamalkannya, wara' dalam dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya
dan menjawab dengan tegas dan tepat.
Macam – Macam Dakwah

Dakwah Fardiah
Merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada individu lain (satu
orang) atau kepada banyak orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya
dakwah fardiah berlangsung tanpa adanya kesiapan dan tersusun secara tertib.
Dakwah Ammah
Dakwah Ammah adalah jenis dakwah yang dilaksanakan seseorang dengan media
lisan yang diarahkan kepada orang banyak dengan tujuan memberi pengaruh
kepada orang lain.
Dakwah bil-Lisan
Dakwah bil-Lisan yang adalah dakwah yang secara langsung disampaikan dalam
wujud lisan sehingga ada interaksi yang terjalin antara pemberi dakwah dengan
orang yang mendengarkan dakwah tersebut. Dengan dakwah lisan atau dakwah
langsung, seseorang bisa langsung mendengarkan dan memahami apa yang telah
disampaikan oleh pemberi dakwah, jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka
orang tersebut bisa langsung menanyakan langsung hal tersebut agar lebih jelas
dan mampu dipahami.
Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal merupakan dakwah yang mengutamakan perbuatan nyata.
Dakwah jenis ini dilaksanakan dengan maksud tidak cuma membuat pendengar
memahami arti yang disampaikan dari dakwah tersebut, tapi juga mengaplikasikan
berbagai perbuatan yang dicontohkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, orang yang mendengarkan dakwah tidak cuma memaknai
sebuah kebaikan dan keburukan, tapi juga mampu melaksanakan nilai-nilai
kebaikan tersebut dan menjauhkan nilai-nilai keburukan dalam kehidupan sehari-
harinya.
Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin
(dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah,
internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting
dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai,
atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw
bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para
syuhada”.
menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan
Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga
teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya
Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama
Islam ke Nusantara.

1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF
Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat,
lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu
adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo
dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia
menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan
banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah.
SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan
T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13
sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh
sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses
penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan
budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra
Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di
pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-
tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan
dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan
seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut
berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut
dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang
tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang
Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan
pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan
ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran
Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan
masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut,
maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya
masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah
dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui
pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin
cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di
pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan walisongo atau wali sembilan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Saat berdagang terjadilah komunikasi
antara penjual dan pembeli, atas interaksi ini maka
terjadilah penyebaran agama Islam
Wali songo yang menyebarkan agama Islam di Indonesia dengan metode
Dakwah yang berbeda:

Maulana Malik Ibrahim


Maulana Malik Ibrahim merupakan Walisongo yang pertama di tanah Jawa. Cara
beliau berdakwah adalah mendekati masyarakat dengan memperbaiki taraf hidup
masyarakat saat itu. Maulana Malik Ibrahim berdakwah dengan membuka warung
murah, pengobatan gratis, serta mengajari masyarakat bercocok tanam. Cara ini
terbukti menarik hati masyarakat setempat untuk mengenal Allah lewat keikhlasan
yang ditunjukkan oleh Beliau.

Sunan Ampel

Sunan Ampel memiliki Ayah seorang ulama dari Samarkand di Asia Tengah.
Beliau datang ke Nusantara dan kemudian menikah dengan Putri Bupati Tuban.
Mulai saat itulah Sunan Ampel memiliki nama Raden Rahmat.

Sunan Ampel berdakwah dengan memperbaiki moral masyarakat, yaitu dengan


mengajarkan untuk menjauhi 5 hal tercela : tidak berjudi, tidak mabuk-mabukan,
tidak mencuri, tidak menghisap candu, dan tidak berzina.

Sunan Giri
Sunan Giri, yang merupakan menantu Sunan Ampel ini, memanfaatkan kekuasaan
dan jalur perniagaan untuk berdakwah. Beliau juga mendirikan pesantren yang
mendidik murid-murid, bukan hanya dari Jawa namun juga dari Kalimantan,
Makassar, hingga Tidore. Hingga saat ini, Pesantrennya masih ada dan bernama
Pesantren Luhur Malang.Sunan Giri juga menciptakan beberapa tembang dan
permainan untuk anak-anak. Salah satu yang paling dikenal hingga saat ini adalah
Cublak-Cublak Suweng yang mengajarkan agar manusia tidak menuruti hawa
nafsu dalam mencari harta atau kebahagiaan.
Sunan Bonang
Sunan Bonang dikenal sebagai seorang dalang. Dengan memanfaatkan
keahliannya, beliau mengadakan pertunjukan wayang untuk menyebarkan ajaran
Islam. Inilah yang membuat dakwahnya lebih mudah diterima oleh masyarakat
setempat waktu itu.

Sunan Drajat
Sunan Drajat dikenal sangat bijak dalam menyebarkan agama Islam. Beliau rutin
mengadakan dakwah lewat pengajian, pesantren, serta memberikan petuah dalam
menyelesaikan masalah. Sunan Drajat juga menggunakan kesenian tradisional,
seperti menggunakan tembang pangkur yang diiringi oleh gending Jawa. Beliau
juga menggunakan ritual adat tradisional untuk menyampaikan ajaran agama
Islam.

Sunan Kudus
Para wali sebenarnya sangat kesulitan untuk mencari pendakwah ke Kudus, karena
karakter masyarakat yang masih sangat teguh memeluk agama Hindu saat itu.
Sunan Kudus kemudian mendekati masyarakat dengan cara yang sangat halus.
Beliau menggunakan simbol-simbol Hindu – Budha untuk menyebarkan Islam.
Hal tersebut tampak dari bangunan menara masjid yang beliau bangun di Kudus,
yang bentuknya mirip pura atau candi.

Selain itu, beliau juga menambatkan seekor sapi di halaman masjid untuk menarik
simpati masyarakat setempat. Sapi merupakan hewan suci bagi pemeluk Hindu.
Beliau melarang pengikutnya untuk menyembelih sapi saat Idul Adha, serta
menceritakan kisah dalam surat Al Baqarah (Sapi Betina). Berkat strategi yang
lembut itu, banyak warga yang terpikat dan kini Kudus dikenal sebagai salah satu
kota santri.
Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga, yang dikenal sebagai seniman budayawan, filsuf, dan waliyullah,
ini menggunakan budaya masyarakat setempat untuk mengajarkan Islam. Beliau
lihai memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam budaya Jawa yang sudah ada saat itu.
Salah satunya adalah berdakwah dengan menggunakan wayang kulit, dengan
menyajikan cerita yang berbau Islam. Beliau juga menciptakan lagu Lir Ilir, serta
bedug yang digunakan untuk memanggil umat muslim untuk shalat. Selain itu,
Sunan Kalijaga juga menciptakan budaya Grebeg Maulid di Demak untuk
memperingati kelahiran Rasulullah.

Sunan Muria
Sunan Muria, yang merupakan Putra Sunan Kalijaga ini, meniru cara dakwah
ayahnya yang menggunakan pendekatan budaya Jawa. Sunan yang dimakamkan di
Gunung Muria, Kudus, ini tidak lantas mengharamkan tradisi kuno yang dilakukan
oleh masyarakat setempat. Cara beliau berdakwah dikenal dengan nama Topo
Ngeli, yang artinya adalah menghanyutkan diri dalam masyarakat. Beliau lebih
senang berdakwah di masyarakat di daerah pelosok dengan menggunakan kesenian
Jawa. Tembang macapat Sinom dan Kinanti adalah tembang yang digunakan untuk
mengajak umat mengamalkan ajaran Islam.

Sunan Gunung Jati


Sunan Gunung Jati adalah wali yang berhasil menyebarkan agama Islam di Jawa
Barat. Cucu Prabu Siliwangi, dari Kerajaan Pajajaran ini, berdakwah dengan
menggunakan akulturasi budaya. Beliau tidak menggunakan bahasa Arab, namun
menggunakan adat dan budaya lokal lewat kesenian daerah. Misalnya adalah
dengan menggunakan gamelan Sekaten untuk mengundang keramaian di hari Idul
Fitri dan Idul Adha. Masyarakat yang ingin menyaksikan pertunjukan gamelan
tersebut harus membayarnya dengan dua kalimat syahadat. Karena itulah gamelan
Sekaten sebenarnya berasal dari kata ‘syahadatain’ atau dua kalimat syahada
dalam perkembangan Islam di Indonesia, tentu ada faktor yg mempengaruhinya,
Yaitu:

1. Melalui Perdagangan : Para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia dtg ke
Indonesia sambil berdagang berupaya mencari simpati dari masyarakat. Mereka
bergaul akrab dgn penduduk yg mendatanginya. Dari upaya itu, transaksi jual beli
menjadi sangat menguntungkan. Setelah hubungan sosial - ekonomi lancar, mereka
sedikit demi sedikit memperkenalkan nilai Islam ke penduduk.

2. Melalui Proses Perkawinan : Dari perkawinan yg terjadi antara putri raja atau
anak bangsawan lainnya, terbentuklah ikatan kekerabatan yg besar diantara kedua
belah pihak. Islam mulai berkembang dalam lingkungan tersebut.

3. Melalui Ajaran Tasawuf : Sebelum Islam masuk, sebagian masyarakat telah


memiliki dasar ajaran kebatinan. Kedatangan ahli tasawuf disambut dgn baik oleh
masyarakat. Nah, byk diantara penduduk yg tertarik dgn kesederhanaan dan
kesaktian ahli tasawuf tersebut.

4. Melalui Kegiatan Pendidikan : Islam pun mulai disebarkan melalui pendidikan


pesantren oleh para mubalig. Para mubalig menyelenggarakan pesantren untuk
membentuk kader yg kelak jadi ulama atau guru agama. Dgn demikian, semakin
banyaklah penganut Islam.

5. Melalui Sarana Kesenian : Cabang seni yg berpengaruh terhadap Islam adalah


arsitektur, seni pahat, dan lainnya. Sunan Kalijaga adalah salah satu figur wali yg
sangat suka seni. Ia menggunakan seni sebagai sarana dakwah. Dari sinilah
masyarakat kemudian tertarik mempelajari Islam.
III. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat mengetahui bahwa agama islam yang
masuk ke indonesia dipengeruhioleh beberapa daerah seperti gujarat, mekah, dan
persia, sehingga disinyalir islam datang dari sana. Dan dari beberapa pengaruh itu,
agama islam mendapatkan pengaruh lagi dari kebudayaan indonesia sendiri yang
dapat kita lihat dari metode yang digunakan para penyebar islam di berbagai
wilayah indonesia, seperti di daerah jawa yang disebarkan oleh walisongo, dan di
daerah lain yang terdapat kerajaan kerajaan islam.
Tetapi memang titik tumpu kekuatan masyarakat islam di indonesia sehingga dapat
melangsungkan proses dakwahnya hingga masa kini adalah bertumpu pada tiga
kekuatan yaitu ekonomi, politik, dan agama, karena ketiganya mempunyai aspek
yang sangat penting yang saling membutuhkan dan tidak terpisahkan.
Masyarakat Jawa, yang dulunya menganut agama Hindu, Budha dan Kapitayan,
berhasil memahami Islam dan akhirnya memutuskan menjadi seorang muslim
dalam kurun waktu 50 tahunan saja. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari metode
dan strategi yang digunakan oleh Walisongo saat berdakwah.

Anda mungkin juga menyukai