Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

TURBINE DRIVEN BOILER FEED WATER PUMP


( TDBFWP )

Disusun oleh :

JUNAIDIN
1511041

JURUSAN TEKNIK MESIN S-1


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2018

Laporan kerja praktek PT. POMI UNIT 3 PAITON


Institut Teknologi Nasional Malang 2018
11
DASAR TEORI

PROSES PRODUKSI KESELURUHAN

DISKRIPSI UMUM SIKLUS PRODUKSI

Seperti yang kita ketahui, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah
satu pembangkit tenaga listrik yang banyak digunakan di Indonesia. PLTU menggunakan
energi dari uap panas untuk memutar turbin, yang kemudian energi mekanis dari turbin
tersebut dipakai untuk memutar generator listrik. Untuk pembangkitan uap ini diperlukan
energi panas yang diperoleh dari pembakaran bahan bakar di dalam dapur (furnace) pada
unit pembangkit uap. Energi panas ini kemudian dipindahkan ke fluida kerja untuk
merubah fase fluida kerja dari cair menjadi uap.

Prinsip kerja dari PLTU di unit 3 ini berawal dari air laut yang telah di proses terlebih
dahulu sehingga air laut tersebut memenuhi standard kualitas yang telah di tentukan. Pada
tahap selanjutnya air laut yang telah diproses tasi masuk ke dalam economizer terlebih
dahulu. Tujuannya adalah membuat suhu air naik sebelum masuk ke dalam boiler. Pada
saat air masuk dalam boiler suhunya sudah mencapai 289 C. Air masuk ke boiler sangat
mudah menjadi uap kering karena suhu yang begitu tinggi. Karena suhu yang tinggi
tersebut menyebabkan tekanan yang tinggi pula. Maka, uap air bisa memutar turbin yang
selanjutnya turbin memutar generator. Terjadilah perubahan energi mekanis menjadi energi
listrik.

3.1.1 Water and steam Cycle

Air laut yang digunakan dalam overall proses diatas terlebih dahulu disedot oleh
desillination water pump. Selanjutnya disaring dengan menggunakan screen bar agar
sampah tidak masuk kedalam proses. Setelah melalui screen bar, air laut tersebut disaring
kembali pada travelling band screen dan debris filter agar debris atau sampah kayu yang
terikut dapat dipisahkan sehingga proses pendinginan air kondensate di condenser berjalan
dengan optimal.

Air laut yang berada di kondenser juga dialirkan untuk penyemprotan di dalam Flue Gas
Desulfurization (FGD) untuk mengurangi kandungan sulfur di dalam flue gas. Pengaliran
air laut ke FGD ini dilakukan oleh absorber pump. Di dalam FGD, air laut yang mulanya
bersih akhirnya mengandung sulfur. Air ini kemudian dialirkan menuju Aeration Basin
untuk berikutnya dilakukan penambahan kadar oksigen sebelum akhirnya dialirkan ke
Discharge Canal. Di discharge canal, sebelum air benar-benar dikembalikan kelaut,
terdapat dilution pump yang bertugas memompakan air laut yang masih murni, hal ini
bertujuan agar suhu di discharge canal menjadi normal kembali.

Selain digunakan untuk pendinginan, air juga mengalami water treatment dimana
air laut difilter dan dibersihkan sehingga benar-benar seperti air murni dan dijaga
kualitasnya. Air ini nantinya akan disebut sebagai feed water (air umpan) yang akan
dipompakan menuju boiler. Pertama, air masuk melalui intake yang berbeda dari intake air
yang digunakan untuk kondensor. Air akan melewati PF setelah sebelumnya melewati
DMF. Setelah melalui filter tersebut, air kemudian dipompa menggunakan SWRO Feed
pump dan disaring kembali menggunakan catridge filter. Proses secara reverse osmosis,
artinya air laut difilter agar menjadi air tawar. Proses ini biasa disebut dengan Sea Water
Reverse Osmosis (SWRO). Disini air mengalami pembalik osmosis atau yang disebut
reverse osmosis. Air dilewatkan pada membran semipermiabel yang terbuat dari
polyamiteide acid. Tekanan yang ada pada SWRO adalah 4200 Kpa. Air dinetralisir hingga
25 % dengan TDS (Total Disolve Solid ) sebesar 200 ppm, yang kemudian diteruskan ke
permeate water tank dan service water tank, dan protable tank dari water treatment
tersebut, air ini akan digunakan untuk 3 kebutuhan utama, yaitu air pada kamar mandi, air
untuk boiler dan air untuk kebutuhan lapangan PLTU.

Air yang sebelumnya telah diproses di RO (Reverse Osmosis) di alirkan menuju CP


(Condensate Polisher) dengan menggunakan condesate pump. Air dialirkan melalui Low
Preasure Feed Water Heater (LPFWH). Awalnya air yang bersuhu 39 0C naik menjadi 92
0
C. Hal ini bertujuan agar pada saat maemasuki bolier tidak ada perubahan suhu yang
terlalu signifikan. Ada lima LPFWH yang digunakan, selanjutnya air mengalir menuju
Dearator yang berfungsi sebagai pemisah oksigen dan gas lainnya yang tidak dibutuhkan
dalam proses pembakaran, namun masih terkandung dalam feed water. Pada saat keluar
dari dearator air sudah bersuhu 190 0C dengan tekanan 28 Mpa.

Air yang telah bersih dan memiliki tekanan tinggi tersebut akan mengalami proses
pemanasan di High Preasure Feed Water Heater (HPFWH) sebelum akhirnya masuk ke
Economizer. Di Economizer air telah bersuhu 289 0C yang artinya air telah berwujud
menjadi uap. Namun, setelah keluar dari economizer masih ada yang berjwud air.
Gabungan dari air dan uap selanjutnya akan masuk ke water separator. Didalam water
separator ini, air akan jatuh ke bawah untuk dipanaskan kembali di Economizer hingga
menjadi uap. Sedangkan uap dari economizer akan masuk ke Superheater pada bagian
Boiler.

3.1.2 Fuel system : Coal and oil cycle

Batu bara yang digunakan pada unit 3 ini, semua dikumpulkan terlebih dahulu di coal pile.
Dengan menggunkan conveyor batu bara dipindahkan menuju ke coal silo, dimana didalam
coal silo terdapat indikator dari jumlah batu bara yang ada (dalam satuan ton) dan ketika
sudah mencapai batas maksimal, maka conveyor yang awalnya running menjadi off.
Diantara coal silo dan pulverizer, terdapat coal feeder yang berguna untuk
menghubungkan keduanya sehingga batu bara yang berasal dari coal silo dapat masuk ke
dalam pulverizer untuk dihaluskan. Dicoal feeder ini terdapat bagian yang disebut gate
valve, gate valve ini berfungsi untuk mengatur berapa banyak batu bara yang masuk dalam
satuan ton per jam. Ketika panas yang dihasilkan diboiler masih kurang, maka coal feeder
akan menambah jumlah batu bara yang akan dibakar. Di dalam pulverizer, penghalusan
batu bara terjadi secara hati-hati agar suhunya dijaga supaya tidak terjadi gesekan yang
dapat menyebabkan batu bara terbakar sebelum masuk ke burner. Setelah dihaluskan, batu
bara tersebut akan dikirim ke boiler dengan bantuan Primary Air Fan (PAF) melalui 4
buah pipa outlet menuju ke boiler. Namun sebelum digunakan oleh boiler untuk
pembakaran, 4 pipa tadi bercabang menjadi 8 pipa. Percabangan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan effisiensi dari penyebaran batubara guna menghasilkan pembakaran yang
lebih berkualitas.

Pada aliran flow diatas, terdapat Forced Draft Fan (FDF) yang berguna untuk menambah
tekanan pada boiler dengan cara menambah udara didalamnya. Udara yang ditambahkan
tersebut sebelumnya dialirkan terlebih dahulu menuju Air Heater (AH), agar diperoleh
udara bakar dengan temperatur yang sesuai untuk mempercepat proses pembakaran ketika
masa start-up, boiler melakukan pembakaran dengan menggunakan oil (solar) yang berasal
dari No.2 Fuel Oil Tank. Setelah massa start-up selesai, barulah batu bara yang telah
dihaluskan pada pulverizer dikirim oleh PAF untuk masuk kedalam boiler. Didalam boiler
PLTU unit 3, saat proses pembakaran terjadi, maka dihasilkan 2 buah bola api sehingga
pemanasan didaerah boiler lebih efisien dan lebih cepat terjadi.
3.1.3 Steam Cycle

Uap kering yang berasal dari economizer kemudian menuju ke superheater. Didalam
superheater terjadi pemanasan utama yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Setelah
melalui superheater, uap air memiliki kisaran suhu dan tekanan sebesar 541,3 0C dan 24,07
Mpa. Dengan tekanan tinggi tersebut uap dialirkan menuju High Preassure (HP) turbin
yang mengakibatkan terjadinya penurunan suhu dan penurunan tekanan pada uap sehingga
uap air yang melalui HP turbin hanya bersuhu 305,6 0C dengan tekanan 4,65Mpa. Energi
pada uap tersebut digunakan untuk menggerakkan baling-baling yang ada pada turbin
untuk diubah menjadi energi mekanik yang nantinya dapat menggerakkan rotor pada
generator. Uap yang keluar dari HP turbin kemudian dialirkan kembali menuju reheater
(RH) yang ada di boiler untuk dipanaskan kembali dan diteruskan kembali ke Intermediet
Preassure (IP) turbin. Pada reheater, tekanan uap yang masuk dibuat tetap sehingga
hanya terjadi perubahan suhu saja didalam reheater.

Setelah melalui IP turbin, ada sebagian uap yang kembali dipanaskan di reheater dan ada
sebagian uap yang dialirkan menuju Low Preassure (LP) turbin. Seperti halnya yang
terjadi pada HP dan IP turbin, uap yang masuk akan mengalami penurunan suhu,
penurunan tekanan, dan pembesaran volume. Keluaran uap dari LP turbin yang telah
mengalami banyak penurunan suhu kemudian dialirkan ke condenser. Di condenser, uap
tersebut dikondensasikan menjadi air yang nantinya dapat digunakan kembali sebagai
sumber air pada proses firing system di boiler. Energi panas dari uap disetiap turbin
tersebut akan diubah menjadi energi mekanik untuk menggerakkan generator.

Generator mengubah energi mekanik yang berasal dari turbin untuk diubah menjadi energi
listrik yang nantinya akan dialirkan terlebih dahulu menuju travo step-up untuk dikuatkan
tegangan keluarannya, sebelum akhirnya didistribusikan kepada konsumen.

3.1.4 Air and Flue Gas Cycle (mengubah udara bakar sampai jadi flue gas)

Proses pembakaran tentu saja menghasilkan gas buang (flue gas). Flue gas yang dihasilkan
dari proses pembakaran mengandung debu (dust), CO2 dan SO2. Gas buang ini dialirkan
menuju electrostatic precipitator (EP), disini fly ash akan mengalami penyaringan secara
electrostatic dimana partikel negatif yang diapncarkan oleh discharge electrode dari fly ash
akan tertangkap oleh katoda yang berasal dari EP. Katoda tersebut terletak di plat EP.
Debu yang tersaring akan dijatuhkan ke bawah dengan cara dipukul oleh rapping hammer.
Debu jatuh ke drag conveyor lalu dibuang ke ash disposal dengan diangkut oleh dump
truck. Berikutnya, flue gas hasill keluaran EP yang masih mengandung SO2 dan CO2 akan
dialirkan menuju Flue Gas Desulfurization (FGD), dengan bantuan Induced Draft Fan
(IDF). Di dalam FGD dilakukan penyemprotan air laut kepada flue gas untuk mengurangi
tingkat sulfur pada gas sebelum nantinya akan dibuang ke udara bebas. Untuk menghindari
adanya air laut yang akan melewati stack maka dibagian paling atas dari FGD, terdapat
mist eliminator. Gas buang yang hanya menyisakan CO2 dan sedikit SO2 ini akan
dikeluarkan ke udara bebas dengan terlebih dahulu melewati stack, dimana stack dibuat
sangat tinggi agar flue gas yang keluar tidak mencemari wilayah pemukiman sekitar
pabrik.

3.2 COAL HANDLING

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton unit 3, bahan bakar utama yang
digunakan ialah batubara. Oleh karena itu, diperlukan proses penerimaan dan
pengangkutan batu bara hingga akhirnya dapat digunakan untuk proses pembakaran. Jenis
batubara yang digunakan batubara adaro dan kideco dengan kandungan ash sebesar 0.8%
untuk adaro dan 2.3% untuk kideco. Batubara tersebut didatangkan langsung dari
Kalimantan Timur dengan menggunakan kapal tongkang yang memuat kapasitas hingga 12
ribu ton batubara. Bila kondisi laut sedang tidak baik, digunakan kapal biasa untuk

mengirim batubara tersebut dengan kapasitas hingga 42 ribu ton, hanya saja biaya
pengiriman yang dikeluarkan jauh lebih mahal apabila dibandigkan menggunakan kapal
tongkang. Batubara tersebut kemudian ditampung di coal pile dengan kapasitas 1.000.000
ton, dimana jumlah tersebut cukup untuk satu bulan operasional.
Setelah kapal telah sampai di tempat coal pile, dilakukan proses stacking. Stacking adalah
proses pemindahan batubara dari kapal atau tongkang ke coal pile, proses ini hanya
dilakukan ketika kapal sedang berlabuh. Berikutnya dilakukan proses reclaiming, dimana
pada proses ini dilakukan pemindahan batubara dari coal pile ke coal silo. Batubara
dikeruk atau dipindahkan dari coal pile dengan menggunakan stacker dan reclaimer
kemudian diangkut oleh conveyor menuju coal silo. Setelah berada di coal silo, batubara
tersebut akan diteruskan ke pulverizer dengan terlebih dahulu melalui coal feeder untuk
diatur jumlah batubara yang sedang dibutuhkan dalam proses pembakaran. Ketika sudah
sampai di pulverizer, batubara dihaluskan agar dapat mudah dibakar ketika digunakan
sebagai bahan bakar.

3.2. KOMPONEN UTAMA PLTU


3.2.1. Boiler System

Boiler yang digunakan di PLTU adalah Boiler dengan jenis Supercritical.


Boiler ini banyak digunakan di pembangkit listrik tenaga uap. Boiler ini
dinamakan supercritical karena beroperasi pada temperature kritis, yaitu diatas
3200 psi atau 220,6 bar. Berbeda dengan boiler superheater yang membutuhkan
suatu alat untuk memisahkan antara uap dan air (steam drum), boiler
supercritical tidak membutuhkannya. Selama proses pembentukan uap air tidak
akan terbentuk gelembung uap karena tekanan air berada diatas tekanan
kritisnya yang masih mungkin membentuk gelembung uap. Hal ini
menyebabkan penggunaan bahan bakar yang jauh lebih sedikit dan efisien dan
selanjutnya mengakibatkan produksi gas buang CO2 menjadi berkurang.
Sebenarnya istilah boiler tidak tepat digunakan pada boiler supercritical, karena
pada proses pembentukan uap air yang tidak terjadi proses boiling di dalamnya.
Sehingga boiler supercritical lebih dikenal dengan sebutan supercritical steam
generator.
3.3.1.1 Furnace Wall

Syarat terjadinya pembakaran adalah adanya bahan bakar, oksigen, dan pemantik.
Untuk mengontrol pembakaran tersebut agar terjadi secara efisien diperlukan dua
elemen tambahan, yaitu turbulence (putaran) dan time (waktu). Turbulensi digunakan
agar bahan bakar dan udara dapat bercampur dengan sempurna, sedangkan untuk
mencapai pembakaran secara sempurna diperlukan waktu.

Oksigen berasal dari udara yang dihembuskan dari primary air fan (PAF) dan forced
draft fan (FDF). Sedangkan batubara ditransport dari pulverizer oleh hot primary air
yang berasal dari primary air fan (PAF) menuju windbox. Bahan bakar yang
bercampur dengan udara tersebut dialirkan ke pembakar dengan furnance melalui pipa
pancar (nozzle). Pematik (ignitor) sebagai sumber panas yang diperlukan dalam proses
pembakaran. Pembakar dilingkupi oleh kotak udara (windbox) yang berguna di sekitar
pembakar.

Pada masa start-up, digunakan bahan bakar minyak dimana secara periodik nantinya
akan digantikan oleh batubara ketika sudah berada di kondisi normal. Agar diperoleh
pembakaran yang sempurna dan tetap terjaga selama unit service, maka boiler harus
berada pada tekanan negatif. Hal ini dimaksudkan agar selama inspection terjadi, api
tidak dapat keluar dari boiler melainkan udara dari luar yang akan masuk ke dalam
boiler. Supaya diperoleh tekanan negatif, digunakan induced draft fan (ID Fan).

3.3.1.2 Super Heater dan Reheater (SH dan RH)

Untuk mendapatkan super heated steam (uap kering), maka uap dilewatkan super
heated untuk menaikkan suhu air hingga mencapai 5420 C dan bertekanan sekitar 25.7
Mpa. Uap kering hasil super heater inilah yang nantinya akan dialirkan untuk
menggerakkan High Pressure (HP) turbin. Super heater (SH) yang yang digunakan
sebagai pemanas utama ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Low Temperature Superheater


2. Second Superheater
3. Final Superheater
Uap didalam Low Temperature superheater dipanaskan dengan gas buang yang
dialirkan berlawanan dengan aliran uap tersebut. Kemudian uap keluar dari Low
Temperature superheater outlet melalui pipa transfer yang dilengkapi dengan pipa spray
type attemperatur untuk mengatur suhu uap menuju second superheater, disini uap akan
dipanasi lebih lanjut seperti pada low Temperature superheater, selanjutnya uap akan
masuk ke final superheater dimana uap juga akan dipanaskan. Uap dari final superheater
outlet meninggalkan boiler menuju high pressure turbin.

Setelah mengalami penurunan suhu dan tekanan, uap hasil keluaran dari HP turbin akan
dialirkan terlebih dahulu menuju Reheater, dimana uap kering akan kembali dipanaskan
dengan panas yang dihasilkan oleh pembakaran awal. Pemanasan dilakukan dalam
keadaan tekanan yang dijaga agar konstan. Selanjutnya suhu dinaikkan hingga mencapai
5680 C, uap lalu dialirkan kembali menuju Intermediate Pressure (IP) turbin.

3.3.1.3 Water Separator

Seperti halnya steam drum pada boiler type drum type boiler, water separator berguna
untuk memisahkan air dengan uap yang berada pada uap jenuh hasil keluaran dari
pembakaran water wall di dalam boiler ketika masa start-up. Air yang sudah terpisah,
kemudian dialirkan ke dalam water separator drain tank sebelum nantinya dikirim
kembali ke dalam water wall pada furnance untuk dipanaskan menjadi uap. Air pada
water eparator drain tank dikirim ke economizer dengan bantuan boiler circulation
pump.

3.3.1.4 Economizer

Sebelum air yang dialirkan dari HP heater dibwa menuju water wall pada boiler, air
akan dipanaskan kembali di economizer dengan memanfaatkan panas dari flue gas.
Economizer berguna untuk memanaskan air agar tidak mengalami perubahan suhu
yang sangat signifikan apabila air langsung dialirkan menuju water wall. Selain itu,
karena suhu keluaran economizer sudah cukup tinggi, maka ketika kembali dipanaskan
di dalam water wall, heat yang digunakan tidak sebesar apabila air tidak melewati
economizer agar lebih efisien.

Pada economizer terdapat sistem sensor untuk mendeteksi kandungan oksigen di dalam
flue gas berada dalam kandungan yang dapat ditelorir. Jumlah sensor econimizer yang
digunakan ialah enam buah, sesuai dengan level tingkat dari burner yang terdapat
dalam boiler, dimana terdapat tiga buah sensor economizer di kiri dan tiga buah di
kanan. Apabila flue gas yang mengalir economizer tersebut masih mengandung banyak
okigen, maka pembakaran yang terjadi di dalam boiler tidak sempurna. Hal sebaliknya,
apabila kandungan oksigen pada flue gas tersebut terlalu sedikit maka dapat diduga
bahwa kandungan N2 sangat banyak dan dapat membahayakan.

3.2.2. Steam Turbine

Tipe turbin yang digunakan oleh unit 3 ialah Tandem Compound, dimana unit yang
menyusun sistem turbin meliputi 3 buah silinder yang terhubung secara tandem,
dengan 4 buah keluaran dan terdapat kondensasi reheat turbin untuk efisiensi dan
flexibilitas. HIP turbin (HP turbin dan IP turbin yang dikombinasikan) membentuk satu
buah silinder dan dua buah LP turbin membentuk silinder ke dua dan ke tiga. Daya
keluaran yang dapat dicapai turbin mencapai 865.9 MW, dengan kondisi uap di
masukkan MSV ialah 24.4 Mpa (g) x 538 deg C dan kondisi uap di masukkan RSV
ialah 566 deg C. Kecepatan putaran dari turbin ialah 3000 rpm.

Fungsi utama dari turbin ialah mengubah energi panas yang dibawa oleh uap menjadi
energi mekanik yang nantinya digunakan untuk menggerakkan rotor pada generator
sehingga dapat menghasilkan listrik. Uap yang telah melewati turbin nantinya juga
akan digunakan kembali untuk menghasilkan sumber airr melalui proses kondensasi,
pemanasan daerator, auxiliary sistem, dan pemanasan air sebelum dikirim lagi ke boiler
agar tidak mengalami perubahan suhu yang signifikan.

Konstruksi penyusun turbin terdiri atas:

 Casing
Casing merupakan bagian terluar dari turbin. Casing berguna untuk
melindungi turbin dari gangguan yang berasal dari luar dan juga mampu
mengatasi suhu dan tekanan tinggi yang terjadi di dalam turbin. Turbin juga
harus mampu memuai sampai beberapa inchi bila suhunya sudah mencapai
sangat tinggi. Berdasarkan casing-nya, turbin terbagi menjadi dua, yaitu
single casing dan double casing. Turbin dengan single caing digunakan pada
turbin dengan daya rendah sedangkan turbin dengan double casing
digunakan untuk daya yang besar. Casing juga merupakan tempat untuk
menempelnya fixed blading agar tidak bergerak/stationer.

 Rotor
Rotor merupakan bagian yang berputar pada turbin. Pada turbin terdapat
moving blade yang menempel pada sumbu rotor. Moving blade bergerak
dengan pengaruh steam yang masuk ke dalam turbin. Ketika turbin berhenti
atau trip, rotor pada turbin tidak boleh langsung berhenti berputar karena
dapat menyebabkan shaft menjadi bengkok oleh panas. Oleh karena itu,
rotor harus tetap berputar ketika turbin berhenti sampai kecepatan rendah
dan panas yang di akibatkan operasi mulai menghilang.

 Blading
Blading merupakan salah satu komponen penting dalam berputarnya
rotorpada turbin. Terdapat dua jenis blading, yaitu fixed blading dan moving
blading. Fixed blading merupakan blade yang menempel pada casing turbin
dan tidak bergerak. Fixed blading berguna untuk mengarahkan uap yang
masuk agar dapat menggerakkan moving blading. Moving blading
merupakan blade yang bergerak dan menempel pada rotor turbin. Ada dua
jenis moving blade, yaitu reaction shaped dan impulse shaped. Pada reaction
shaped blading, tekanan uap di outlet lebih kecil dari pada tekanan uap yang
berada di inlet, sedangkan pada impulse shaped blading, tekanan uap di
outlet sama dengan tekanan uap yang berada di inlet.

 Valve Turbin
Turbin memiliki valve yang berguna untuk mengontrol banyak tidaknya
uap yang diperbolehkan untuk mengalir di dalam turbin. Ada beberapa jenis
valve yang berada di turbin, diantaranya ialah:

a. Main Stop Valve


Main stop valve merupakan valve utama yang berada di dalam turbin
dan berguna untuk mengalirkan atau menutup aliran uap yang masuk
ke dalam turbin.

b. Control Valve
Control valve merupakan valve berguna untuk mengatur laju aliran
uap yang masuk ke turbin ketika main stop valve berada dalam
kondisi terbuka.

c. Reheat Stop Valve dan Intercept Valve


Reheat Stop Valve dan Intercept Valve merupakan valve yang
berguna untuk mengatur aliran uap dari reheater menuju ke turbin.
Pada kondisi normal, valve tersebut terbuka sedangkan pada saat
shutdown valve tersebut akan menutup untuk menghindari tekanan
balik steam dari cold reheater yang dapat membuat kecepatan turbin
tidak dapat dikontrol.

d. Emergency Blowdown Valve


Emergency Blowdown Valve merupakan valve yang berguna untuk
membuang uap yang tersisa di HP turbin saat kondisi turbin
mengalami shutdown.

Berikut aliran uap pada valve ketika berada di dalam turbin:

Uap berasal dari boiler masuk ke turbin melalui selubung bagian dalam HP turbin yang
berada di tengah HP-IP turbin silinder. Uap keluaran dari HP turbin kemudian dikirim
kembali ke boiler untuk dipanaskan kembali melalui reheater yang ada pada boiler.
Uap yang sudah dipanaskan kembali kemudian memasuki selubung bagian dalam IP
turbin yang berada ditengah HP-IP turbin silinder. Uap yang telah melewati IP turbin
kemudian diteruskan langsung ke LP turbin silinder.

Uap superheated yang berasal dari boiler dikirim ke HP turbin melalui 2 buah Main
Stop Valve (MSVS) dan 4 buah Governing Valve (GVS), dimana setiap MSVS terhubung
dengan 2 buah GVS. Uap yang telah memasuki salah satu jenis turbin akan mengalami
pengurangan tekanan dan pembesaran volume. Reaksi yang terjadi setelah melalui HP
turbin atau jenis turbin lainnya akan mengubah energi panas dari uap menjadi energi
mekanik.

Uap yang telah melewati HP turbin kemudian dikirim ke boiler untuk dipanaskan
kembali melalui reheater. Uap yang telah dipanaskan reheater kemudian dikirim
kembali ke IP turbin melewati 2 buah Reheat Stop Valves (RSVS) dan 4 buah
Interceptor Control Valves (ICVS), setiap RSV terhubung dengan 2 buah ICVS. Uap yang
telah melewati IP turbin akan mengalami pembesaran volume serta penurunan
tekanan sehingga berikutnya uap akan mengalir ke 2 buah LP turbin, 3A dan 3B.

Berikut uap yang telah melewati LP turbin, akan dialirkan menuju kondenser:

Sistem turbine bypass berguna untuk mempercepat start-up dari plant dengan cara
menyamankan parameter dari uap yang diperbolehkan masuk ke dalam turbin. Uap
yang berasal dari boiler yang dialirkan melalui HP turbine bypass valve langsung
menuju kondenser dengan melewati turbine bypass DeSH (Desuperheater).
Temperature uap yang berada di keluaran HP turbine bypass valve dikontrol dengan
air hasil kondensasi di DeSH. Dengan tetap menjalankan sistem HP turbine bypass
valve pada waktu start-up, maka tekanan dan suhu pada boiler akan meningkat dan
siap untuk membuat uap yang dihasilkan oleh boiler dapat diperbolehkan masuk ke
dalam turbin. Untuk keadaan ketika turbin mengalami trip atau geneartor mengalami
kelebihan beban, turbine bypass akan terbuka dan mengirimkan uap langsung ke
kondenser, hal ini berguna untuk keamanan operasi pada boiler.

3.2.3. Power Generation

Tipe generator yang digunakan pada unit 3 ialah horizontally mounted cylindrical
rotor, rotating field type, dimana energi mekanik yang dihasilkan oleh

turbin untuk memutarkan rotor diubah menjadi energi lostrik oelh generator dan kuat
medan magnet yang dihasilkan dipengaruhi oleh arus eksitasi. Tegangan keluaran
yang dihasilkan adalah 27 kV dan kecepatan rotor berputar ialah 300 rpm pada
frekuensi 50 Hz.

3.2.3.1 Induksi pada Generator


Generator menerakan konsep induksi untuk menghasilkan tegangan. Tiga elemen yang
diperlukan untuk menghasilkan induksi ialah konduktor, medan magnet, dan gerakan
relatif antara konduktor dengan medan magnet.

Konduktor yang dipakai ialah kawat tembaga yang membungkus suatu cincin metal.
Medan magnet dihasilakn oleh suatu batangan metal yang dililit oleh kawat dan
terhubung dengan sumber arus searah. Ketika arus searah tersebut mengaliri kawat,
maka aliran tersebut akan melewati batangan dan terciptalah electromagnetik.
Elektromagnetik seperti halnya magnet permanent, memiliki pole utara dan pole
selatan.

Gerakan relatif yang terjadi antara medan magnet dan konduktor disebabkan oleh
perputaran elektromagnetik yang terjadi sehingga medan magnet tersebut memotong
melewati konduktor. Setiap waktu salah satu pole pada elektromagnetik memotong
konduktor, disitulah terjadi tegangan induksi, dan setiap waktu salah satu pole
menjauhi konduktor dan tidak memotong konduktor, saat itulah tegangan induksi
perlahan-lahan berkurang.

3.2.3. 2 Capability Curve

Merupakan kurva yag menunjukkan maksimum keluaran MVA di setiap tegangan dan
power factor (biasanya 0,8 atau 0,9 lagging) dimana keluaran tersebut tidak
menimbulkan panas berlebih. Kurva ini juga memperlihatkan seberapa besar arus
maksimum yang diperbolehkan untuk lewat agar rotor atau strator tidak mengalami
panas berlebih. Kurva ini juga menunjukkan maksimum daya reaktif yang dapat
dialirkan atau disimpan oleh suatu mesin, pada kurva dibawah dapat kita lihat bahwa
power factor biasanya memiliki nilai maksimal 0,85.

Gambar diatas menunjukkan capability curve ketika tekanan gas hydrogen yang
digunakan untuk generator bernilai 400 MVA. Ketidak efektifan dalam proses
pendinginan juga bergantung dari besarnya tekanan yang diberikan oleh gas hydrogen.
Dapat dilihat juga bahwa MVA berada pada 45 PSIG (pound/ square inch gauge)
dimana terjadi disetiap tekanan hydrogen, segmen AB mempresentasikan batas wilayah
mengalami pemanasan, segmen BC batas wilayah panas yang diperbolehkan, dan
segmen CD adalah wilayah yang tidak mengalami pemanasan karena berhenti secara
otomatis.
Pada pengaplikasiannya, ketika berada pada segmen diatas/lagging, maka terjadi export
tegangan secara besar sehingga mengakibatkan rotor pada generator cepat panas (arus
yang mengalir ke rotor lebih besar dari yang keluar rotor). Bila kejadian terus menerus
terjadi, maka dapat mengakibatkan trip karena suhu pada rotor menjadi terlalu tinggi.
Sedangkan untuk posisi leading, maka yang akan mengalami pemanasan ialah ujung
strator dan kondisi yang terjadi ialah mesin menghentikan aliran arus secara otomatis.

3.2.4. Condensate System


Fungsi dari system kondensasi dalam pembakitan PLTU ini sebagai proses pengubahan
sea water (air laut) menjadi uap yang sebelumnya diubah dahulu menjadi air tawar (drain
water) digunakan untuk menggerakkan turbin.

Setelah LP Turbin diputar steam kemudian steam akan mengalir menuju Condenser
untuk didinginkan dan berubah menjadi air. Condenser ada dua, condenser A dan B yang
letaknya dibawah LP Turbin A dan B. Proses yang terjadi, steam bersentuhan langsung
dengan pipa yang didalamnya dialiri pendingin berupa air laut . Kondensasi ini mengubah
steam menjadi air yang kemudian ditampung di Condensate Hot Well. Air laut selain
berfungsi sebagai media Heat Transfer juga berfungsi untuk mendinginkan kondenser juga
mendinginkan Closed Cooling Sistem (air pendingin). Closed Cooling Sistem ini
mendinginkan berbagai per-alatan yang membutuhkan pendinginan seperti Air
Compressor, Pump dan Generator Stator Cooling dan juga penting untuk mendinginkan
oli untuk pelumasan Turbin. Proses pertukaran panas antar Close Cooling dengan air laut
terjadi pada alat yang disebut Heat Exchanger.

Karena adanya Blowdown pada Steam Drum, maka untuk mengembalikan volume air
ke volume semula, pada Condenser terdapat Make-Up Water untuk menambah volume air.
Make Up water diambil dari Make Up Demineralizing RO. Kondenser bekerja dalam
kondisi vakum, hal ini dikarenakan proses kondensasi yang terjadi yaitu perubahan steam
ke air menyebabkan berkurangnya volume. Untuk menjaga agar kondensor dalam keadaan
vakum, maka gas-gas yang dilepas dari steam (ketika steam berubah menjadi air) dipompa
keluar oleh vakum pump. Alasan lain keadaan vakum adalah efisiensi, steam yang diambil
dari turbin adalah Enthalpi Steam (selisih steam masuk dan keluar) sehingga tekanan
diminimalkan agar energi yang dimanfaatkan semakin besar karena Enthalpinya juga
besar. Berikut adalah bagian utama dalam Condensate system:

3.2.4.1. Pompa
Pompa adalah suatu alat/ pesawat yang digunakan untuk memindahkan fluida cair
(liquid) dari suatu tempat yang rendah ke tempat lain yang lebih tingi melalui suatu
sistem perpipaan, atau dari suatu tempat yang bertekanan rendah ke tempat yang
bertekanan tinggi, atau dari satu tempat ke tempat lain yang jauh serta untuk
mengatasi tahanan hidrolisnya.

Prinsip kerja pompa yaitu menaikan energi cairan yang dilayani dengan cara
mentransfer energi mekanis dari suatu sumber energi luar (motor listrik, motor
bensin/diesel ataupun turbin dll.) untuk dipindahkan ke fluida kerja.Sehingga cairan
tersebut dapat mengalir dari suatu tempat yang bertekanan rendah ke tempat yang
bertekanan tinggi.

Dari sekian banyak klasifikasi pompa, mayoritas pompa yang digunakan pada PLTU
Paiton unit 3 adalah pompa axial. Hal ini disebabkan karena ukuran pipa dan
kebutuhan fluida yang diinginkan sangatlah besar dalam hal kapasitas dan continuitas,
oleh karena itu pompa axial dirasa paling memenuhi permintaan tersebut.

Bagian-bagian pompa axial secara umum adalah:

Gambar 3.8 Bagian-bagian axial pompa


Keterangan:

1. Discharge Pipe: adalah tempat keluarnya fluida setelah mendapat energi berupa
energi kinetik dari impeller, dalam hal ini energi kinetik (kecepatan) yang
diberikan oleh impeller kemudian diubah menjadi energi tekanan untuk
mendorong fluida ke tempat yang diinginkan.).
2. Pump Casing: Adalah bagian pompa yang digunakan untuk membungkus dan
melindungi pipa dari gangguan diluar, bagian terluar dari pompa. Didalam casing
terdapat berbagai macam komponen.
3. Impeller: adalah komponen utama dalam meneruskan energi yang dihasilkan oleh
energi pada motor. Energi dari motor diteruskan ke impeller melalui putaran
shaft. Jenis impeller yang digunakan pada axial pump umumnya adalah open
impeller.
4. Sunction chamber: adalah tempat masuknya air kedalam pompa, bagian sunction
pada pompa harus benar-benar terbenam didalam air agar supply air ke impeller
menjadi lancar dan efisien.

Karena dalam fungsinya pompa hanya memindahkan fluida cair saja, maka dalam
penggunaannya di pembangkit listrik, fungsi pompa hanya terbatas pada water cycle saja
dimana fungsi dari pompa sendiri adalah untuk mempercepat jalannya air baik dari air
laut menuju tempat tertentu seperti kondensor melalui intake canal, maupun
mengembalikan air menuju laut melalui discharge canal. Penggunaan pompa pada PLTU
Paiton unit 3 ini, antara lain:

a. Desalination water pump: Adalah pompa yang terletak pada awal proses sirkulasi
air pada kondensor, pompa ini berfungsi untuk menyedot air dari intake canal.
Setelah melalui desalination water pump, maka air akan melalui proses desalinasi
agar lebih jernih.
b. Circulating Water pump: Pompa yang bertujuan untuk meneruskan aliran setelah
proses desalination menuju ke debris filter.
c. Dilution Pump: Pompa yang beroperasi didaerah dekat discharge canal. Fungsi
dari pompa ini adalah untuk memompakan air yang lain ke arah air laut yang
panas akibat dari proses di kondensor. Dengan adanya semprotan dari pompa ini,
maka air yang tadinya bertemperatur tinggi makin lama temperaturnya turun dan
sesuai dengan standar suhu air laut yang diperbolehkan.

3.2.4.2. Debris Filter

Debris Filter adalah komponen yang berfungsi sebagai penyaring apabila masih ada
kotoran yang melewati screen bar, seperti lumpur dan kotoran lain yang tidak terlarut.
Setelah beberapa saat, dilakukan pembersihan secara manual terhadap debris filter ini.

3.2.4.3. CTCS Ball Strainer

Condensor Tube Cleaning System (CTCS) ball strainer adalah komponen yang berfungsi
untuk menyaring kotoran yang masih ada setelah melewati proses kondensasi di
kondensor. Seperti namanya, CTCS menggunakan bola-bola kecil sebagai penyaring
kotoran terakhir sebelum air dibuang lagi ke discharge canal.

3.3.4.5 Intake dan Discharge Canal

Intake canal merupakan jalan masuk air laut menuju ke proses condensasi maupun proses
pembersihan flue gas. Sedangkan Discharge canal adalah tempat pembuangan terakhir
setelah air laut melalui berbagai proses dan juga water treatment. Didalam discharge
canal, juga terjadi penambahan air dari delution pump agar suhu air yang kembali ke laut
sesuai dengan suhu yang diijinkan.

3.2.5. Boiler Fuel System


Pada dasarnya boiler adalah suatu sistem pada pembangkit tenaga listrik yang
berfungsi sebagai tempat pemanasan air, dimana pemanasan pada boiler terdiri dari
berbagai macam komponen pendukung sehingga pemanasan air menjadi lebih efektif
dan efisien. Oleh karena itu, bahan bakar sangat dibutuhkan untuk mendukung
proses pembakaran yang efisien dan sempurna. Bahan bakar dari PLTU Paiton adalah
batu bara. Berikut adalah komponen utama dalam Boiler fuel system.
3.2.5.1. Conveyor

Gambar 3.9 Konveyor pengangkut batu bara

Conveyor adalah komponen penyalur batu bara dari coal pile (tempat stock batu bara)

menuju ke coal silo untuk ditampung terlebih dahulu sebelum dihaluskan ke


Pulverizer.

3.2.5.2. Pulverizer

Gambar 3.10 Pulverizer


Pulverizer adalah alat penggiling atau penghalus batu bara. Proses ini diawali dengan
batu bara pada coal silo yang masuk dan diatur kapasitasnya di coal feeder. setelah
memasuki Pulverizer, batu bara yang telah halus dikabutkan untuk masuk kedalam
burner.

3.2.5.3. PA Fan, FD Fan, ID Fan


Udara pembakaran ada dua macam, yaitu Primary Air (udara primer) dan
Secondary Air (udara sekunder). Udara primer dipasok oleh Primary Air fan (PA
fan) yang dihembuskan menuju ke alat penggiling batu bara (Pulverizer) kemudian
bersama-sama dengan serbuk batu bara dialirkan ke furnace untuk dibakar (reaksi
kimia). Bercampurnya batu bara dan udara dibantu oleh Dumper sehingga
menimbulkan turbulensi yang memungkinkan terjadinya pembakaran yang efisien.
Turbulensi mengacu pada gerakan udara di dalam furnace, gerakan ini perlu karena
dapat menyempurnakan pencampuran udara dan bahan bakar.

Udara primer tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan turbulensi untuk melakukan
pencampuran bahan bakar secara sempurna atau memenuhi kebutuhan akan oksigen untuk

pembakaran sempurna. Untuk itulah diperlukan pasokan dari udara sekunder yang
dihasilkan oleh FD Fan bersama ID Fan. Boiler yang bekerja dengan tekanan atmosfir

selalu dilengkapi dengan Force draft fan (FD Fan) dan Induced Draft fan (ID Fan). Boiler

ini disebut dengan Balanced draft yaitu Furnace dengan aliran seimbang.
3.2.5.4. Electrostatic Prescipitator (EP)
Komponen yang berfungsi untuk mengikat debu-debu sisa pembakaran batu bara,
dengan cara memberikan beda potensial dan mengikat debu-debu bermuatan positif
dengan corona yang bermuatan negatif ke dinding plat. Setelah debu menempel

diplat, maka ada beberapa ripping hammer yang berfungsi untuk memukul plat
tersebut yang mengakibatkan turunya debu ke conveyor yang kemudian dibuang oleh
dump truck ke ash disposal.

Gambar 3.15 Electrostatic Prescipitator

Gambar 3.11 Electrostatic Prescipitator (EP)


Komponen pada flue gas cycle yang berfungsi untuk memisahkan SO4 dan gas
berbahaya lainnya sebelum sisa-sisa pembakaran tersebut dibuang ke udara melalui
stack. Pada dasarnya, rinsip kerja adalah dengan cara menyemprotkan air laut secara
vertikal sehingga gas beracun terikat dengan air tersebut.

Flue gas yang telah melewati EP akan masuk kedalam ruangan FGD, ketika gas
memasuki ruangan maka gas akan segera menuju keatas bagian FGD. Namun ruangan
ini dipenuhi dengan pompa-pompa yang berfungsi untuk menyemburkan air ke arah
vertikal. Dengan adanya semprotan air ini, maka SO2 dan zat berbahaya dari gas akan
terperangkap aliran air. Metode penyemprotan ini dinamakan metode double contact
flow scruber (DCFS) karena air menyentuh gas buang sebanyak dua kali (saat
disemprot keatas dan saat jatuh kembali kebawah.

Setelah terperangkap di air, maka air yang mengandung zat sulfur ini akan dialirkan
kembali menuju ke FGD mixing basin untuk diolah sebelum dibuang ke laut.
Sementara gas buang akan naik menuju ke stack. Terkadang gas buang yang
disemport ini jsutru membawa sebagian air menuju ke stack. Hal ini diantisipasi
dengan adanya FGD Absorber Mist Eliminator sebanyak 2 lapis. Fungsinya adalah
untuk menjebak air agar jatuh kembali kebawah sehingga hanya gas buang yang
mengandung CO2 saja yang bisa terbuang.

Gambar 3.12 Fuel Gas Desulphurisation

3.2.5.5. Stack
Stack adalah cerobong yang berfungsi untuk membuang sisa pembakaran yang sudah
tidak mengandung zat-zat yang beracun, tinggi dari cerobong ini adalah 220 meter.
Ketinggian ini dimaksudkan agar gas sisa pembakaran tidak mencemari lingkungan
sekitar.

Anda mungkin juga menyukai