Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi

Diabetes mellitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.


Hiperglikemia disebabkan oleh beberapa keadaan, diantaranya adalah
gangguan sekresi hormone insulin, gangguan kerja dari hormone insulin atau
gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, 2005).
Diabetes mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak
terdiagnosis kerena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya
sampai pada gejala lanjut dan tromatis seperti mual, muntah, nyeri perut,
sesak nafas, bahkan koma. DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena
kerusakan sel B-pankreas, kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh
proses autoimun maupun idiopatik(Pulungan,2010).

B. Etilogi

Penyebab utama DM tipe 1 (Juventil Diabetes) adalah factor genetik/


keturunan.
1. Factor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kea rah terjadinya
DM tipe 1.Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA(Human Leucosit Antigen).
2. Factor-faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respons abnormal dimana anti
bodi terarah pada pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebutk yang dianggapnya sebagai seolah-olah
jaringan asing, yaitu antibody terhadap sel-sel Langerhans dan insulin
endogen.
3. Factor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

C. Manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunnjang yang dilakukan pada DM tipe 1 dan 2


umumnya tidak jauh berbeda.
a. Glukosa darah:Meningkat 100-200 mg/dL
b. Aseton plasma(keton) :positif
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolestrol meningkat
d. Osmolaritas serum :meningkat teteapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektolit:
 Natrium :mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium :normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
 Fosfor :lebih sering menurun
f. Haemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurangselam 4 bulan terakhir.
g. Gas darah arteri :biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat(dehidrasi); leukositosis:
hemokonsentrasi; merupakan respons terhadap stress atau infeksi
i. Ureum/kreatinin : mungkin meningk atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal)
j. Amylase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA
k. Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada(pada tipe 1)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
m. Urine: gula dan aseton positif : berat jenis osmolalitas mungkin
meningkat
n. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka(Rustam DS, dkk 2010).

Criteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:


1. kadar gula darah sewaktu >200 mg/dL
2. kadar gula darah puasa >126 mg/dL
3. kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl

D. Patofisiologi
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum Nampak karena baru
ada proses detruksi sel pancreas.Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi.Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel pancreas yang
berfungsi.kadar C-peptide mulai menurun.Padaperiode ini autoantybodi
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah
terjadi sekitar 90% kerusakan sel pancreas.Karena sekresi insulin sangat
kurang, maka kadar gula darah akan meningkat.Kadar gula darah yang
melebihi 180 mg/dL akan menyebakan dieresis osmotis keadaan ini
menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektorit melalui
urine(poliuria, dehidrasi, polidipsi).Karena gula darah tidak dapat di
uptake ke dalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara.Pada periode ini
sisa-sisa sel pancreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi
insulin dari dalam tubuh sendiri.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap.Periode ini merupakan
periode terakhir dari penderita DM dan membutuhkan insulin dari luar
tubuh seumur hidup.

E. Penatalaksanaan
1. Pemberian Insulin
Tujuan terapi insulin adalah menjamin kadar insulin yang cukup di
dalam tubuh selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
sebagai insulin basal maupun insulin koreksi dengan kadar yang lebih
tinggi (bolus) akibat efek glikemik makanan. Bagi anak-anak sangat
dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi insulin per hari
(campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan insulin basal). Dosis insulin
harian, tergantung pada: Umur, berat badan, status pubertas, lama
menderita, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas harian,
hasil monitoring glukosa darah dan HbA1c, serta ada tidaknya
komorbiditas.
Dosis insulin (empiris):
- Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5 IU/
kg/ hari.
- Prepubertas (diluar fase remisi parsial) dalam kisaran dosis 0,7–1
IU/kg/hari.
- Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat menjadi 1.2–2
IU/kg/hari.
2. Pengaturan Makan
Pada regimen konvensional, pengaturan makan dengan
memperhitungkan asupan dalam bentuk kalori. Pada regimen basal-bolus,
pengaturan makan dengan memperhitungkan asupan dalam bentuk gram
karbohidrat. Pemilihan jenis makanan dianjurkan karbohidrat dengan
indeks glikemik dan glicemic load yang rendah.
3. Olahraga
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh anak dan remaja DMT1 saat
melakukan olahraga:
Diskusikan jumlah pengurangan dosis insulin sebelum olahraga
dengan dokter.
1) jika olahraga akan dilakukan pada saat puncak kerja insulin maka
dosis insulin harus diturunkan secara bermakna.
2) Pompa insulin harus dilepas atau insulin basal terakhir paling
tidak diberikan 90 menit sebelum mulai latihan.
3) Jangan suntik insulin pada bagian tubuh yang banyak digunakan
untuk latihan.

b. Jika glukosa darah tinggi, glukosa darah > 250 mg/dL (14 mmol/L)
dengan ketonuria /ketonemia (> 0,5 mmol/L)
1) Olahraga atau latihan fisik harus dihindari
2) Berikan insulin kerja cepat (rapid acting) sekitar 0,05 U/kg atau
5% dari dosis total harian.
3) Tunda aktivitas fisik sampai keton sudah negatif.

c. Konsumsi 1,0-1,5 gram karbohidrat per kg massa tubuh per jam untuk
olahraga yang lebih lama atau lebih berat jika kadar insulin yang
bersirkulasi tinggi atau insulin sebelum latihan tidak dikurangi.
d. Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat harus dikonsumsi segera
setelah latihan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia pasca latihan
fisik.
4. Pemantuan Gula darah
a. Tujuan pemantauan gula darah mandiri pada pasien dengan DMT1
adalah mencapai target kontrol glikemik yang optimal, menghindari
komplikasi akut berupa hipoglikemia dan ketoasidosis dan komplikasi
kronis yaitu penyakit akibat ganggaun mikro dan makrovaskuler,
menimalisasi akibat hipoglikemia dan hiperglikemia terhadap fungsi
kognitif.
b. Pemantauan kontrol glikemik dilakukan dengan melakukan pemantauan
glukosa darah mandiri, HbA1c, keton, dan pemantauan glukosa darah
berkelanjutan.
c. Pemantauan tumbuh kembang merupakan bagian integral dari
pemantauan diabetes.
d. Pemantauan glukosa darah mandiri selama olahraga memungkinkan
penyesuaian dosis insulin sebelum dan selama olahraga sehingga
mengurangi risiko terjadinya hipoglikemia selama dan setelah olahraga.
e. Frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri berbeda-beda untuk
masing-masing individu tergantung dari ketersediaan alat dan
kemampuan anak untuk mengidentifikasikan hipoglikemia. Untuk
mengoptimalkan kontrol glikemik maka pemantauan glukosa darah
mandiri harus dilakukan 4-6 kali sehari.
1) Pagi hari setelah bangun tidur untuk melihat kadar glukosa darah
setelah puasa malam hari.
2) Setiap sebelum makan.
3) Pada malam hari untuk mendeteksi hipoglikemia atau
hiperglikemia.
4) 1,5-2 jam setelah makan.
f. Pemantauan glukosa darah mandiri dilakukan secara lebih sering pada
olahraga dengan intensitas tinggi yaitu sebelum, selama dan setelah
melakukan kegiatan tersebut

5. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk
penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang
penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita
DM, insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek
samping penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah
ataupun HbA1c yang diinginkan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,dll.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi,penurunan berat badan, frekuensi minum dan
berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran,
perubahan perilaku.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan
seperti oleh virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh
agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita
diabetes melitus.Riwayat kehamilan karena stress saat kehamilan dapat
mencetuskan timbulnya diabetes melitus.
1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit diabetes melitus.
2) Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit diabetes melitus.
3) Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
4) Koping keluarga dan tingkat kecemasan.

e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.


1) Usia
2) Tingkat perkembangan
3) Toleransi / kemampuan memahami tindakan
4) Koping
5) Pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua
6) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istrahat.
Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya
aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infarkmiokard akut, kesemutan pada
ekstremitas dan tachicardia.Perubahan tekanan darah postural :
hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
c. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
d. Neurosensori
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk,
lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan,
kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan
memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD)
menurun (koma), aktifitas kejang.
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
f. Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
g. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare. Urine
encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus
lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
h. Integritas Ego
Stress, ansietas
i. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
4. Psikososial
Dapat menyelesaikan tugas – tugasnya sampai menghasilkan sesuatu
Belajar bersaing dan koperatif dengan orang lain
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m
osm/l.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat,hiperglikemia,
diare, muntah, poliuria, evaporasi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi
insulin/penurunan intake oral : anoreksia, mual, muntah,abnominalpain,
gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormonestress, epinefrin,
cortisol, GH atau karena proses luka.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka ( trauma ).
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leukosit/ gangguan
sirkulasi.
5. Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau
karena ketidakseimbangan elektrolit.
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan
kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi,
hipermetabolik.
7. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
9. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi (Doengoes, 2001)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA NOC (TUJUAN) NIC (INTERVENSI)
Defisit volume cairan Tujuan : kebutuhan cairan a. Pantau tanda-tanda vital,
berhubungan atau hidrasi pasien catat adanya perubahan TD
dengan diuresis terpenuhi ortostatik
meningkat,hiperglikemia, Kriteria Hasil : b. Pantau pola nafas seperti
diare, muntah, poliuria, Pasien menunjukkan hidrasi adanya pernafasan kusmaul
evaporasi. yang adekuat dibuktikan oleh c. Kaji frekuensi dan kualitas
tanda vital stabil, nadi perifer pernafasan, penggunaan
dapat diraba, turgor kulit dan otot bantu nafas
pengisian kapiler baik, d. Kaji nadi perifer, pengisian
haluaranurin tepat secara kapiler, turgor kulit dan
individu dan kadar elektrolit membran mukosa
dalam batas normal. e. Pantau masukan dan
pengeluaran
f. Pertahankan untuk
memberikan cairan paling
sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi
jantung
g. Catat hal-hal seperti mual,
muntah dan distensi
lambung.
h. Observasi adanya kelelahan
yang meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi tidak
teratur
i. Kolaborasi : berikan terapi
cairan normal salin dengan
atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium
(Ht, BUN, Na, K)

Nutrisi kurang dari Tujuan : kebutuhan a. Timbang berat badan setiap


kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi hari atau sesuai dengan
berhubungan dengan Kriteria Hasil : indikasi.
defisiensi insulin/penurunan a. Pasien dapat mencerna b. Tentukan program diet dan
intake oral : jumlah kalori atau nutrien pola makan pasien dan
anoreksia, mual, yang tepat bandingkan dengan
muntah,abnominalpain, b. Berat badan stabil atau makanan yang dapat
gangguan penambahan ke arah dihabiskan pasien.
kesadaran/hipermetabolik rentang biasanya c. Auskultasi bising usus,
akibat pelepasan catat adanya nyeri abdomen
hormonestress, epinefrin, / perut kembung, mual,
cortisol, GH atau karena muntahan makanan yang
proses luka. belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
d. Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien
sudah dapat
mentoleransinya melalui
oral.
e. Libatkan keluarga pasien
pada pencernaan makan ini
sesuai dengan indikasi.
f. Observasi tanda-tanda
hipoglikemia seperti
perubahan tingkat
kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi
cepat, lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala.
g. Kolaborasi melakukan
pemeriksaan gula darah.
h. Kolaborasi pemberian
pengobatan insulin.
i. Kolaborasi dengan ahli diet.
Kerusakan integritas kulit Tujuan : gangguan a. Kaji luka, adanya
berhubungan integritas kulit dapat epitelisasi, perubahan
dengan adanya luka ( berkurang atau warna, edema, dan
trauma ). menunjukkan discharge, frekuensi ganti
penyembuhan. balut.
Kriteria Hasil : b. Kaji tanda vital
Kondisi luka menunjukkan c. Kaji adanya nyeri
adanya perbaikan jaringan d. Lakukan perawatan luka
dan tidak terinfeksi e. Kolaborasi pemberian
insulin dan medikasi.
b. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi.

Resiko infeksi berhubungan Tujuan : Klien akan a. Kaji keadaan kulit


dengan penurunan fungsi menunjukkan tidak adanya yangrusak
leukosit/ gangguan sirkulasi tanda “infeksi, b. Kaji keadaan kulit
Kriteria hasil : yangrusak
a. Luka sembuh c. Bersihkan luka dengan
b. Tidak ada edema sekitar teknik septic dan antiseptic
luka. d. Kompres luka dengan
c. Tidak terdapat pus, luka larutan Nacl
cepat mongering. e. Anjurkan pada klien
agarmenjaga predisposisi
terjadinya lesi
f. Pemberian obat antibiotic.

Resiko gangguan persepsi Tujuan : Klien akan a. Kaji derajat dan tipe
sensoris : penglihatan mempertahankan fungsi kerusakan
berhubungan dengan penglihatan b. Latih klien untuk membaca.
perubahan fungsi fisiologis c. Orientasi klien dengan
akibat ketidakseimbangan lingkungan.
glukosa/insulin atau karena d. Gunakan alat bantu
ketidakseimbangan penglihatan.
elektrolit. e. Panggil klien dengan nama,
orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya
tempat, orang dan waktu.
f. Pelihara aktifitas rutin.
g. Lindungi klien dari cedera.

Hambatan mobilitas fisik Tujuan : Klien akan a. Diskusikan dengan klien


berhubungan dengan menunjukkan perbaikan kebutuhan akan aktivitas
penurunan energi, kemampuan aktivitas b. Berikan aktivitas alternative
perubahan kimia darah, kriteria hasil : c. Pantau tanda tanda vital
insufisiensi insulin, a. mengungkapkan peningkatan d. Diskusikan cara menghemat
peningkatan kebutuhan energi kalori selama mandi,
energi, infeksi, b mampu melakukan aktivitas berpindah tempat dan
hipermetabolik. rutin biasanya sebagainya
c. menunjukkan aktivitas yang e. Tingkatkan partisipasi
adekuat pasien dalam melakukan
d. melaporkan aktivitas yang aktivitas sehari-hari yang
dapat dilakukan dapat ditoleransi

Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Klien akan a. Kaji tingkat nyeri


adanya ulcus (luka diabetes menunjukkan nyeri b. Observasi tanda-tanda
mellitus). berkurang / teratasi vital
kriteria hasil : c. Ajarkan klien tekhnik
a. Klien tidak mengeluh nyeri relaksasi
b Ekspresi wajah ceria d. Ajarkan klien
tekhnikGateControl
e. Pemberian analgetik

Defisit perawatan Tujuan : Klien akan a. Kaji kemampuan klien


diri berhubungan dengan mendemonstrasikan dalam pemenuhan rawat
kelemahan. penurunan rawat diri diri
Criteria hasil : b. Berikan aktivitas secara
a. Kuku pendek dan bersih bertahap
b. Kebutuhan dapat dioenuhi c. Bantu klien dalam
secara bertahap pemenuhan kebutuhan
c. Mandi sendiri tanpa sehari-hari
bantuan d. Bantu klien (memotong
kuku)

Kurang pengetahuan Tujuan : Klien akan e. Pilih berbagai strategi


mengenai penyakitnya, melaporkan pemahaman belajar
prognosis penyakit dan tentang penyakitnya f. Diskusikan tentang
kebutuhan pengobatan dengan kriteria : rencana diet
berhubungan dengan Mengungkapkan g. Diskusikan tentang faktor-
kesalahan interprestasi pemahaman tentang faktor yang memegang
penyakitnya peranan dalam kontrol
DM

D. IMPLEMENTASI
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan
rujukan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2. Berat badan meningkat dengan nilai labolatorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang atau penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman terkait kondisi, efek prosedur dan prosedur
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bare &Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
Weinzimer SA, Magge S(2005).Type 1 diabetes mellitus in children.Dalam:
Moshang T Jr.Pediatric endocrinology.Philadelpia: Mosby Inc, 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentaria MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N
(2010).Diabetes mellitus.Dalam : Jose RL Batubara Bambang Tridjaja
AAP Aman B.editor.Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta; sagung Seto
2010 124-161.
Yati Niken Prita, Bambang Tridjaja A.A.P. (2017) Panduan Praktik Klinis
Ikatan Dokter Anak Indonesia Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes
Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja.

Anda mungkin juga menyukai