Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Bangunan Kapal II


Dosen Pengampu : Purwo Joko Suranto, ST.MT

HIZKIA NICOLAS SIMANJUNTAK


NIM : 171.0313.002
Program Studi :Teknik Perkapalan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


Jl. RS Fatmawati No.1 , Pangkalan Jati, Jakarta Selatan 12450
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat TUHAN YME karena atas
rahmat dan petunjuknya Tugas Rencana Garis ini dapat saya selesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi UAS Teori Bangunan Kapal semester 2
Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta semester 2.
Dalam proses pembuatan laporan ini bayak pihak yang telah membantu, baik
dalam bentuk motivasi, dukungan, semangat maupun do’a agar saya dapat terus
bersemangat menyelesaikan tugas ini. Dan rasa terima kasih saya ucapkan khusunya
kepada :

1. Ibu dan Ayah yang selalu mendukung putranya ini agar selalu
dimudahkan dalam menghadapi segala cobaan sedang dihadapi.
2. Joko Suranto selaku Dosen Pembimbing Tugas Rencana Garis yang selalu
memberikan motivasi, pengarahan, dan dukungan dalam setiap
kesempatan yang ada.
3. Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat satu sama lain, yang
selalu membantu saya dikala terdapat kesusahan dalam pengerjaan Tugas
Rencana .
4. Dan Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal baiknya, dan dibalas
dengan segala limpahan kasih sayang-Nya.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta , 19 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................ ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
BAB I FILOSOFI RANCANGAN 4
1.1 Umum...................................................................................................................... 4
1.2 CSA.......................................................................................................................... 9
1.3 Body Plan................................................................................................................. 10
1.4 Half Breadth Plan..................................................................................................... 10
1.5 Sheer Plan................................................................................................................ 11
1.6 Geladak Utama, Geladak Akil, dan Geladak Kimbul.............................................. 12

BAB II DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN 14


2.1 Ukuran Pokok dan Dimensi Lainnya....................................................................... 14
2.2. Pembuatan Curve of Section Area.......................................................................... 16
2.3. Pembuatan A/2T dan B/2....................................................................................... 22
2.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan..................................................... 25
2.5 Pembuatan Body Plan............................................................................................. 26
2.6 Pembuatan Half Breadth Plan................................................................................ 27
2.7 Pembuatan Sheer Plan........................................................................ ....................... 28
2.8 Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil, dan Geladak Kimbul................................... 28
BAB III GAMBAR RANCANGAN 30
1.1 Lampiran CSA.......................................................................................................... 31
1.2 Lampiran A/2T, B/2 dan Bdeck/2............................................................................ 32
1.3 Lampiran Bodyplan............................................................................................ 34
1.4 Lampiran Half Breadth Plan............................................................................... 35
1.5 Lampiran Sheer Plan.......................................................................................... 36
1.6 Lampiran Gambar Keseluruhan (Linesplan)………………………………… 37

Daftar Pustaka............................................................................................................. 38
BAB I
FILOSOFI RANCANGAN

1.1 Umum

Dalam pembuatan suatu kapal, pastilah dibutuhkan sebuah rencana


terlebih dahulu sebelum pembuatannya dilakukan. Dimana rencana tersebut
nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kapal yang akan
dibuat. Untuk mengetahui bentuk dan mengukur badan kapal dapat digunakan
beberapa penggambaran/ pemroyeksian dari bentuk sebuah kapal terhadap 3
bidang antara lain bidang horizontal, bidang datar vertikal memanjang dan
bidang datar vertikal melintang yang masing masing disebut dengan body plan,
sheer plan dan half-breadth plan. Penggambaran–penggambaran proyeksi dari
bentuk 3 dimensi kapal ke bentuk 2 dimensi dalam berbagai bidang yang
disertakan dalam satu tampilan gambar yang berupa garis dan titik disebut
dengan rencana garis (lines plan).

Ada beberapa metode untuk menggambarkan rencana garis yaitu dengan


metode Form Data, metode diagram NSP, dan metode software. Dalam
pembuatan lines plan dengan metode Form Data, dilakukan perhitungan
koefisien depan dan belakang terlebih dahulu. Perhitungan kedua koefisien ini
menggunakan diagram kombinasi atau combination diagram yang kemudian
akan menghasikan harga C. Selain metode Form Data, pembuatan juga
dilakukan dengan diagram NSP yang merupakan kepanjangan dari
Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen, yaitu metode hasil percobaan pada
tangki tarik di laboratorium hydrodinamika Wageningen, Netherland. Metode
NSP adalah suatu metode perhitungan dengan membaca diagram NSP yang
mana sebelumnya telah ditentukan data rancangan kapal yang diperlukan. Data
kapal yang diperlukan yaitu kecepatan dinas kapal (Vs) dan Panjang Kapal (L).
Curve of Sectional Area (CSA) adalah kurva yang menunjukan luasan kapal pada
tiap – tiap station. Berdasarkan persentase luasan yang didapat dari diagram NSP
dikalikan dengan luasan midship, maka akan didapatkan luasan kapal pada tiap
stationnya. Dan metode lain yang bisa digunakan adalah dengan metode
Software. Metode ini merupakan metode yang paling mudah dibandingkan yang
lainnya. Ukuran pokok yang sudah didapat kemudian dimasukkan ke dalam
Maxsurf untuk mendapatkan Body Plan, Sheer Plan, dan Half Breadth Plan.

Pencapaian yang diharapkan dalam pengerjaan tugas ini adalah


mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang penggambaran bentuk
bangunan lambung kapal apabila diketahui dimensi – dimensi utama dari kapal,
penggunaan program – progam bantuan dalam pengerjaan sebuah rencana garis
(misal: excel, autocad, dll) dan pada akhirnya memiliki kemahiran, ketelitian dan
keakuratan dalam merancang sebuah bangunan kapal.

A. Tahapan Pengerjaan

1. Perhitungan Data awal

2. Data dimasukkan ke dalam software (Maxsurf)

3. Pembuatan Haluan dan Buritan

4. Pembuatan Body Plan

5. Pembuatan Half Breath Plan

6. Pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan

7. Pembuatan Bangunan Atas (Sheer Standar)

Pengolahan data dan perhitungan dalam hal ini dipergunakan program


Excel, sedangkan untuk visualisasi penggambaran digunakan Maxsurf dan
AutoCad. Program tersebut digunakan karena program tersebut tidak
hanya mendukung dalam pengerjaan tetapi juga mendukung pembelajaran
mahasiswa karena kedua program tersebut hanya menampilkan hasil
masukan data dari operator dan bukan bekerja secara otomatis .
Untuk lebih jelas dalam pengerjaan langkah-langkah diatas, akan
dijelaskan secara lebih jelas dalam bab selanjutnya.

B. Istilah-istilah

Gambar 1.1. Bagian kapal (sumber: panduan TBKK I)

 After Perpendicular (AP)


Garis tegak yang dibuat beracuan pada tongkat kemudi.

 Fore Perpendicular (FP)


Garis tegak yang dibuat berdasarkan perpotongan garis air dengan
haluan.

 Length Between Perpendicular (Lpp)


Panjang garis antara AP sampai FP yang diukur pada keadaan garis
muat.

 Length of Water Line (Lwl)


Panjang garis air yang diukur mulai dari perpotongan linggi haluan
dengan garis air sampai dengan perpotongan linggi buritan dengan
garis air.

 Length of Displacement (Ldisp)


Panjang kapal secara imajiner.

1
Ldisp = × (Lpp + Lwl )
2
Gambar 1.2. Midship

 Breadth (B)
Lebar badan kapal yang diukur dari bagian luar gading, tetapi tidak
termasuk dengan pelat.

 Depth/Height (H)
Tinggi kapal yang diukur dari garis dasar sampai garis geladak
terendah bagian tepi.

 Draught (T)
Tinggi sarat yang diukur dari garis dasar sampai garis air muat.

 Speed Length Ratio (Vs/√Ldisp)


Nilai yang didapat dari perbandingan nilai kecepatan dinas kapal
dengan nilai dari akar panjang displasmen kapal. Yang nanti hasilnya
digunakan untuk membaca diagram NSP.

 Koefisien Balok (Cb)


Perbandingan antara isi karene (volume badan kapal yang tercelup
dalam air) dengan volume balok yang memiliki panjang L, lebar B dan
tinggi T.

𝐶𝑏 =
𝐿×𝐵×𝑇
.
Gambar 1.3. Koeffisien Blok(sumber: panduan TBKK I)

 Koefisien Gading Besar (Cm)


Perbandingan antara luas penampang gading besar yang terendam air
dengan luas suatu penampang yang memiliki lebar B dan tinggi T.

 Koefisien Prismatik (Cf)


Merupakan perbandingan antara bentuk kapal di bawah sarat dengan
sebuah prisma yang dibentuk oleh bidang tengah kapal.

 Volume Displasmen
Volume air yang dipindahkan oleh badan kapal.

 Midship
Potongan melintang pada bagian tengah kapal.

 Center Line
Garis perpotongan memanjang pada bagian tengah kapal.

 Base Line
Garis dasar kapal.

 Station
Titik/garis acuan yang digunakan dari hasil Lpp/20 yang jaraknya
antar station satu dengan lainnya sama.

 Body Plan
Bentuk kapal perstation jika dilihat secara melintang.

 Half breadth Plan


Proyeksi bentuk kapal jika dilihat dari atas.
 Buttock Line
Proyeksi bentuk kapal jika dilihat dari samping.

 Upper Deck
Geladak utama kapal mulai dari ujung huritan hingga ujung haluan.

 Poop Deck
Geladak tambahan yang terletak di atas geladak utama kapal pada
bagian buritan.

 Forecastle Deck
Geladak tambahan yang terletak di atas geladak utama kapal pada
bagian haluan.

 Bullwark
Pagar kapal yang terletak dibagian tepi kapal.

 Chamber
Lengkungan kemiringan geladak kapal kearah melintang kapal.

1.2 Curve of Sectional Area (CSA)

Curve of Sectional Area (CSA) adalah suatu kurva yang


menggambarkan luasan pada badan kapal ditiap-tiap stationnya. CSA
merupakan pusat sumber-sumber data kapal didapatkan, yang nantinya kita
dapat mengetahui bentuk kapal melalui data-data tersebut. Pencarian CSA
didapat dari hasil perhitungan pada diagram NSP yang nantinya akan
didapatkan presentase luasan pada tiap stationnya. Kemudian presentase
luasan tersebut dikalikan dengan luasan midship untuk mendapatkan luasan
sebenarnya.

Kemudian dibuatlah garis-garis vertikal sepanjang luasan tiap station


yang didapatkan, dan kemudian ujung garis dari masing-masing luasan
dihubungkan dengan garis sehingga membentuk kurva dan kurva tersebut
dinamakan Curve Sectional Area.
Gambar 1.4. Curve of Sectional Area

1.2 Body Plan


Body Plan merupakan potongan-potongan badan kapal pada tiap-tiap station
jika dilihat secara melintang. Prinsip penggambaran pada body plan yaitu, bahwa
terdapat dua garis lurus dan terdapat satu garis lengkung. Dimana yang dimaksud
dua garis lurus ialah buttock line dan water line, sedangkan yang dimaksud satu
garis lengkung adalah garis yang menunjukkan bentuk badan kapal perstationnya.

Gambar 1.4. Body Plan


1.3 Half Breadth Plan
Half Breadth Plan adalah gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas pada
setiap garis air (water line). Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam
penggambaran half breadth plan, diperlukan pengukuran panjang dari center line
menuju tiap-tiap station pada setiap garis air di body plan. Atau dengan kata lain,
half breadth plan sebenarnya adalah proyeksi body plan pada tiap garis air.
1.4 Sheer Plan
Sheer Plan adalah gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari samping pada
setiap buttock line yang telah ditentukan. Penggambaran sheer plan dilakukan
dengan cara melakukan pemroyeksian pada setiap perpotongan buttock line
dengan water line pada tiap station di body plan dan half breadth plan.
Gambar 1.5. Half Breadth Plan

Gambar 1.6. Sheer Plan


I.6. Geladak Utama, Geladak Akil, dan Geladak Kimbul

Geladak utama atau biasa disebut dengan main deck, merupakan bagian kapal
yang menjadi acuan untuk pembangunan kapal. Perlu diketahhui bentuk dari
geladak utama ada 2 macam. Geladak utama melengkung (dengan camber),
geladak datar (tanpa camber). Untuk kapal yang akan digambar, menggunakan
camber. Camber sendiri berfungsi untuk menambah ketinggian free board.
Langkah-langkah untuk membuat geladak utama,

1. Membagi panjang Lpp kapal dengan membagi 6 bagian yang sama


panjang (terdapat 3 bagian didepan tengah kapal dan terdapat 3
bagian debelakang tengah kapal). Berikan keterangan ketinggian
masing masing pada 6 bagian kapal tersebut x,y,z untuk di bagian
belakang dan a,b,c untuk dibagian depan Berikut gambar
pembagian panjang kapal.

Gambar 1.7.Geladak utama (sumber: panduan tugas rencana garis)

2. Menghitung besar ketinggian dari masing-masing ketinggian x,y,z dan


a,b,c.
Dengan menggunakan rumus-rumus dibawah ini.

𝐿𝑝𝑝 𝐿𝑝𝑝
𝑥 = 2,8( 3
+ 10) 𝑎 = 5,6( 3
+ 10)
𝐿𝑝𝑝 𝐿𝑝𝑝
𝑦= 11,1( 3 + 10) 𝑏= 22,2( 3 + 10)
𝐿𝑝𝑝 𝐿𝑝𝑝
𝑧 = 25 ( + 10) 𝑐 = 50,0 ( + 10)
3 3
Geladak akil atau yang lebih dikenal dengan forecastle deck
merupakan bangunan atas yang terletak diatas geladak utama (main deck)
pada bagian haluan. Geladak Akil ini memiliki ketinggian 2.4-2.5 meter
diukur dari geladak utama, sedangkan untuk panjangnya ditentukan sampai
mencapai collision bulkhead atau 0.05–0.08 panjang Lpp.
Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari pelat yang terletak pada
geladak tepi pada upper deck, forecastle deck, dan poop deck yang berfungsi
sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak. Tinggi bulwark diperkirakan
setinggi 1000 mm di ukur dari geladak dimana bulwark diletakkan.

Gambar 1.8. Bulwark (sumber: panduan tugas rencana garis)

Geladak Kimbul atau Poop Deck merupakan bangunan yang terletak


diatas geladak utama (main deck) pada bagian buritan, yang memiliki
ketinggian 2.4-2.5 meter diukur dari geladak utama, sedangkan panjang dari
geladak kimbul sampai dengan sekat kamar mesin.

Gambar 1.9. Geladak kimbul (sumber: panduan tugas rencana garis)


BAB II
DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN

2.1 Ukuran Pokok dan Dimensi Lainnya

Langkah pertama untuk menetapkan ukuran dan dimensi kapal yang akan
digambar adalah dengan mencari kapal pembanding dimana kapal pembanding
ini sebagai acuan untuk menentukan ukuran dan dimensi kapal yang akan
digambar. Kapal pembanding dapat dicari di buku register, program register of
ship dan situs dari berbagai negara. Contohnya NK, BV, GL, LR, dll. Dalam
perancangan ini, kapal pembanding yang digunakan berasal dari kapal yang
terdaftar di Biro Klasifikasi Indonesia (classBKI) register.
Untuk mencari ukuran utama kapal dan dimensi lainnya dapat dicari dengan
menggunakan 2 kapal pembanding dan metode regresi (30 kapal pembanding).
Data kapal pembanding tersebut kemudian dipindahkan ke Ms. Excel dan
dihitung berdasarkan rumus. Berikut langkah-langkahnya:
Perhitungan 2 kapal pembanding
- Kapal yang akan dirancang adalah kapal General Cargo dengan DWT yang
diinginkan 6700 ton, maka 2 kapal yang dicari sebagai pembanding harus
memiliki DWT ±6700 ton

KAPAL PEMBANDING 1 KAPAL PEMBANDING 2

Nama Kapal ISA NIAGA Nama Kapal FITRIA PERMATA

Jenis Kapal GENERAL CARGO Jenis Kapal GENERAL CARGO

GT Ton GT RT
NT Ton NT RT
DWT 6644 Ton DWT 6806 Ton
LOA 107.47 m LOA 101.97 m
LPP 99.9 m LPP 96 m
B 13.9 m B 12 m
H 8.4 m H 7.3 m
T 6.7 m T 5.5 m
Vd 12 Knot Vd 12.5 Knot
CB 0.72 CB 0.70
BHP Bhp BHP Bhp
- Data kapal pembanding kemudian dimasukkan ke dalam rumus koreksi
untuk menentukan pemenuhan koefisien bentuk dan perbandingan ukuran
utamanya.
Kapal
No. Ukuran Utama Kapal Pembanding 1 Kapal Rancangan
Pembanding 2
1 L/B 7.187 7.005 7,00 - 8,50 8.000
2 T/B 0.482 0.4 0,40 - 0,50 0.458
3 B/H 1.655 1.6 1,50 – 1,80 1.644
4 T/H 0.798 0.727 0,66 - 0,82 0.753
5 L/H 11.893 11.156 11,60 - 14,00 13.151
6 GT 0 - 0
7 CB 0.69
8 Vd 12.00 12.00 - 12.50

- Setelah ukuran utama kapal pembanding memenuhi faktor koreksi, maka


ukuran utama kapal yang akan dirancang dapat diketahui

Ukuran utama tersebut adalah sebagai berikut:

UKURAN UTAMA UKURAN UTAMA


DWT 6700 Ton
LOA 98.19 m
LPP 94.26 m
B 16.93 m
D 9.06 m
T 7.18 m
Vs 12 Knot
Cb 0.682

Tipe kapal : GENERAL CARGO

Langkah selanjutnya yaitu menghitung data tambahan yang akan digunakan untuk
merancang rencana garis. Perhitungannya terdiri dari;
a. Length of Water Line (LWL )

Lwl
= Lpp +( 4% Lpp)
= 98.03 meter
b. Length of Displacement (Ldisp)
Ldisp
= 1/2(Lwl+Lpp)
= 96.1452 meter
= 315.437018 feet
c. Vs/√Ldisp

Speed konstan
= Vs√L
= 0.676

2.2. Pembuatan Curve of Section Area


2.2.1. Membaca Diagram NSP
Untuk mengetahui data-data yang akan digunakan dalam penggambaran CSA,
terlebih dahulu harus ditentukan kecepatan (Vs) dan Ldisp (L) kapal yang akan
dibuat, dimana Vs telah didapatkan pada data kapal pembanding, dan Ldisplasmen =
Lpp+4%Lpp. Setelah diketahui, maka dapat langsung dimasukkan pada rumus
Vs/Ldisp,. Setelah itu, hasil tersebut dapat digunakan untuk pembacaan pada diagram
NSP (Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen). Diagram NSP berfungsi untuk
mengetahui besarnya luasan tiap station, Cb, Cf, Cm ,dan “e”.

DIAGRAM NSP

Gambar 2.2.1 Diagram NSP (Sumber : Slide Panduan Rencana Garis)


Nilai Koefisien dan LCB
CB (δ) 0.735
CM (β) 0.986 Am 119.8556
CP (ϕ) 0.746 LCB (e%) = 1.769%

Data Luasan Diagram CSA pada setiap Station, sebagai berikut :

No. % LUAS NSP (A) Am A × Am s A.s N A.s.N


0 0% 119.8555964 0 1 0 -10 0
1 12.20% 119.8555964 14.622 4 58.490 -9 -526.406
2 34.60% 119.8555964 41.470 2 82.940 -8 -663.521
3 55% 119.8555964 65.921 4 263.682 -7 -1845.776
4 74.20% 119.8555964 88.933 2 177.866 -6 -1067.194
5 87.10% 119.8555964 104.394 4 417.577 -5 -2087.884
6 94.30% 119.8555964 113.024 2 226.048 -4 -904.191
7 97.77% 119.8555964 117.183 4 468.731 -3 -1406.194
8 100% 119.8555964 119.856 2 239.711 -2 -479.422
9 100% 119.8555964 119.856 4 479.422 -1 -479.422
10 100% 119.8555964 119.856 2 239.711 0 0
11 100% 119.8555964 119.856 4 479.422 1 479.422
12 100% 119.8555964 119.856 2 239.711 2 479.422
13 100% 119.8555964 119.856 4 479.422 3 1438.267
14 99.40% 119.8555964 119.136 2 238.273 4 953.092
15 97% 119.8555964 116.260 4 465.040 5 2325.199
16 89.70% 119.8555964 107.510 2 215.021 6 1290.126
17 73.70% 119.8555964 88.334 4 353.334 7 2473.340
18 49.60% 119.8555964 59.448 2 118.897 8 951.174
19 20.90% 119.8555964 25.050 4 100.199 9 901.794
20 0% 119.8555964 0 1 0 10 0
Σ A.s 5343.498 Σ A.s.N 1831.825

LCB NSP = e% × L disp = 1.701

Vrumus = Ldisp × B× T × δ LCBdisp = (Σ A.s.N/ Σ A.s) × (Ldisp/20) 1.647995167


8590.063 syarat = 1%
Koreksi LCB = -0.055 % (MEMENUHI)
Vsimpsons = 1/3 * hdisp * Σ A.s
8562.528
Koreksi volume displacement (sebelum dilakukan edit CSA)
syarat = 0.50%
koreksi Vdisp = 0.321 % (MEMENUHI)
2.2.2 Pembuatan Curve of Section Area Ldisplasmen
Setelah data yang diperoleh dari diagram NSP sudah dikoreksi, maka data
tersebut dapat langsung digunakan dalam penggambaran CSA Ldisplasmen.
Penggambaran CSA Ldisplasmen dalam AutoCad dapat dilakukan melalui langkah-
langkah berikut :
1. Tarik garis lurus horizontal sepanjang Ldisplasmen. Dimana Ldisplasmen
= (Lwl + Lpp)/2, dan Lwl sendiri = Lpp + 4%Lpp. Lwl = 98.03meter, jadi
Ldisplasmen = 96.1452 meter.
2. Bagi garis tersebut menjadi 20 bagian yang sama, maka akan didapatkan
21 titik ordinat atau yang disebut station.
3. Tarik garis lurus vertikal pada tiap station sesuai data yang telah
didapatkan untuk menunjukkan luasan pada tiap station tersebut.
4. Setelah luasan pada tiap station sudah digambarkan, maka hubungkan
antar ujung pada tiap garis vertikal tersebut menggunakan garis spline.
Untuk menghubungkan, dimulai dari ujung kanan Ldisplasmen sampai
dengan ujung kiri Ldisplasmen, atau bisa sebaliknya. Sehingga
membentuk sebuah kurva, maka kurva itulah yang disebut dengan CSA
Ldisplasmen.
5. Selanjutnya dilakukan pencarian titik tengah, dimana Ldisplasmen dibagi
menjadi 2 bagian yang sama panjang, titik tengah akan didapatkan di
station 10.

2.2.3 Pembuatan CSA Lpp


Perbedaan antara CSA Ldisplasmen dengan CSA Lpp adalah, dimana jika
penggambaran CSA Ldisplasmen menggunakan dasaran atau garis horisontal
sepanjang Ldisplasmen, tapi jika CSA Lpp menggunakan dasaran sepanjang Lpp
sebagai acuan. Tapi tetap menggunakan CSA Ldispalsmen sebagai acuan untuk
menentukan luasan disetiap station yang baru nanti.
Disini terdapat beberapa tahap untuk menggambarkan dasaran garis horisontal
tersebut. Karena meskipun menggunakan dasaran Lpp sebagai acuan, disini juga akan
menggunakan panjang Lwl. Dimana langkahnya sebagai berikut :
1. Tarik garis horizontal dari tengah-tengah Ldisplasmen (station 10) ke
kanan dan ke kiri sepanjang ½ Lwl.
2. Setelah itu, dari ujung Lwl sebelah kanan ditarik garis horisontal ke kiri
sepanjang Lpp. Yang mana ujung sebelah kanan kita namai FP dan ujung
sebelah kiri Lpp kita namai AP.
3. Bagi Lpp menjadi 20 bagian. Jadikan setiap ordinat sebagai station yang
dimulai dari AP;1;2;……;…..;19;FP. Sisa dari ujung kiri Lwl kita bagi 2
untuk menjadi station tambahan, dan diberi tanda -1 dan -2.

Gambar. 2.2.3.1 Pembagian station

4. Setelah menggambarkan dasaran untuk CSA Lpp, maka langkah


selanjutnya adalah menarik ujung kanan dan kiri CSA Ldisplasmen.
Untuk ujung kanan ditarik sampai station FP dan yang kiri ditarik sampai
station -2. Langkah ini berfungsi untuk menentukan luasan di setiap
station yang baru pada CSA Lpp.

-2 -1 AP 1 -2 -1 AP 1

19 FP 19 FP

Gambar 2.2.3.2 Penarikan CSA Ldisp menjadi CSA Lpp


5. Setelah itu, kita bisa menghitung tiap luasan pada masing-masing station yang
baru. Untuk dimasukkan dalam tabel perhitungan selanjutnya, sebagaimana
halnya sama dengan pembuatan CSA Ldisplasmen juga memerlukan
perhitungan. Maka didapat perhitungan luasan sebagai berikut :
No. Luas Station (A) s A.s N A.s.N
-2 0 0.4 0 -10.8 0
-1 4.33 1.6 6.928 -10.4 -72.0512
0 8.95 1.4 12.53 -10 -125.3
1 27.21 4 108.84 -9 -979.56
2 55.51 2 111.02 -8 -888.16
3 78.70 4 314.8 -7 -2203.6
4 97.79 2 195.58 -6 -1173.48
5 109.45 4 437.8 -5 -2189
6 115.28 2 230.56 -4 -922.24
7 118.47 4 473.88 -3 -1421.64
8 119.86 2 239.72 -2 -479.44
9 119.86 4 479.44 -1 -479.44
10 119.86 2 239.72 0 0
11 119.86 4 479.44 1 479.44
12 119.86 2 239.72 2 479.44
13 119.72 4 478.88 3 1436.64
14 118.55 2 237.1 4 948.4
15 114.63 4 458.52 5 2292.6
16 103.35 2 206.7 6 1240.2
17 81.85 4 327.4 7 2291.8
18 50.69 2 101.38 8 811.04
19 19.82 4 79.28 9 713.52
20 0 1 0 10 0
Σ A.s 5459.238 Σ A.s.N -240.8312

Koreksi Volume Waterline


Vrumus = Vwl = Lwl × B × T × δwl Vsimpson =1/3 × hlpp × (Σ A.s )
= 8576.463
δwl = (Ldisp × δdisp)/Lwl
= 0.721

Vrumus = Vwl = 8590.063 m3

Koreksi Vwaterline = (Vrumus-Vsimp)/Vsimp × 100


= 0.159 % (Memenuhi,dimana syaratnya adalah +/- 0.5 %)

Koreksi LCB Waterline


LCB NSP = e% × Ldisp
1.7008

LCBwl = LCBsimp = (Σ A.s.N/ Σ A.s) × hLpp


= -0.207911332

Koreksi LCBwl = ((LCBnsp-LCBwl)-(2%Lpp))/Lpp × 100


= 0.025 % Memenuhi, dimana syaratnya = +/- 0.1 %)
Gambar CSA Ldisp serta CSA LWL dan LPP

2.3. Pembuatan A/2T dan B/2


2.3.1. A/2T
A/2T adalah perbandingan antara luasan tiap station dengan dua kali
tinggi sarat kapal, untuk mencari nilainya kita bagi luasan tiap station
dengan nilai 2T. Setelah kita mendapatkan nilai tiap station, maka langkah
selanjutnya adalah proyeksikan titik-titik tersebut dan hubungkan dengan
command spline pada autocad. (Gambar A/2T terlampir)
Pembuatan A/2T
No. Luas Station (A) A/2T 11 119.860 8.347
-2 0.000 0.000 12 119.860 8.347
-1 4.330 0.302 13 119.720 8.337
0 8.950 0.623 14 118.550 8.256
1 27.210 1.895 15 114.630 7.983
2 55.510 3.866 16 103.350 7.197
3 78.700 5.481 17 81.850 5.700
4 97.790 6.810 18 50.690 3.530
5 109.450 7.622 19 19.820 1.380
6 115.280 8.028 20 0.000 0.000
7 118.470 8.250
8 119.860 8.347
9 119.860 8.347
10 119.860 8.347
2.3.2 B/2
B/2 adalah lebar kapal dibagi 2, atau setengah lebar kapal. Untuk
menggambar B/2, maka langkah yang harus ditempuh pertama adalah menetukan
sudut masuk garis air. Untuk menetukan sudut masuk garis air sudah ada grafik
tersendiri, kini hanya menentukan nilai sudut masuk (ϕ) untuk digunakan pada saat
pembacaan pada grafik tersebut.

Menentukan sudut masuk


ϕf = ϕLpp + (1.40 - ϕLpp) × e
dimana :
ϕLpp = (Ldisp/Lpp) × ϕnsp

ϕLpp = 0.761
ϕf = 0.772
sudut masuk = 20

2.3.2.1. Mencari Sudut Masuk


Angka dari φf dimasukan kedalam grafik “Angle of Entrance” yang ada pada
softcopy mata kuliah teori Bangunan Kapal II dan didapatkan φ f = 0.777

Gambar 2.3.2.1 grafik “Angle of Entrance”


Gambar 2.3.2.2 : A/2T dan B/2
Pembuatan B/2
No. B/2 s B/2.s 9 8.47 4 33.86
-2 0 0.4 0 10 8.47 2 16.93
-1 1.924 1.6 3.08 11 8.47 4 33.86
0 2.347 1.4 3.29 12 8.47 2 16.93
1 3.694 4 14.78 13 8.428 4 33.71
2 5.354 2 10.71 14 8.390 2 16.78
3 6.647 4 26.59 15 8.287 4 33.15
4 7.668 2 15.34 16 7.672 2 15.34
5 8.019 4 32.08 17 6.492 4 25.97
6 8.240 2 16.48 18 4.636 2 9.27
7 8.378 4 33.51 19 2.632 4 10.53
8 8.47 2 16.93 20 0 1 0
419.10
Didapatkan dari grafik “Angle of Entrance” yang di
handout tugas rencana garis φf = 200
Setelah mendapatkan data diatas, maka selanjutnya adalah melakukan pengkoreksian
antara Awl (Area of Water Line) rumus dengan Awl dari hasil data penggambaran
B/2, pada tabel diatas. (Gambar B/2 terlampir)

Koreksi
Awl = Lwl × B × Cwl
dimana :
Cbwl = Cb × (Lpp/Lwl)
0.707

Cwl = 0.248 + (0.77Cbwl)


0.792

Awl = 1314.750 m2

Awl simpson = 2/3 × hlpp × Σ B/2.s


1316.819

Koreksi = -0.157 (Memenuhi, dimana syaratnya +/- 0.5 %)


2.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan

Sebelum kita membuat gambar selanjutnya maka kita perlu merencanakan


terlebih dahulu bentuk dari haluan dan buritan kapal yang akan kita buat. Untuk
tinggi haluan membentuk sudut 15o terhadap sumbu vertikal.

Gambar 2.4.1 : Linggi Haluan Gambar 2.4.2 Buritan

Pembuatan linggi buritan memiliki 2 tipe yaitu tipe linggi buritan memakai
sepatu linggi dan tanpa sepatu linggi. Tetapi untuk penggambaran dalam kapal ini
digunakan tipe tanpa tinggi sepati seperti contoh dan syarat-syaratnya yang bisa
dilihat pada gambar 2.4.2.Setelah mengerti maksud pada gambar contoh. Maka
perhitungan dan penggambaran linggi buritan bisa dilakukan.

MENCARI NILAI LINGGI BURITAN DAN HALUAN c= 0.1 x T


c= 0.72
D= 0.678 x T
D= 4.89 d= 0.04 x T
d= 0.29
a= 0.35 x T
a= 2.51 e= 0.12 x T
e= 0.86 0.431
b= 0.35 x T
b= 2.51
2.5 Pembuatan Body Plan
Langkah selanjutnya adalah pembuatan body plan, dimana body plan itu
sendiri adalah proyeksi dari potongan-potongan bentuk badan kapal disetiap station
jika dilihat secara melintang. Potongan-potongan bentuk badan kapal ini dibuat
menurut data yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu B/2, A/2T dan radius bilga.
Berikut adalah data-data yang diperlukan :
Pembuatan A/2T Pembuatan B/2
No. Luas Station (A) A/2T No. B/2 s B/2.s
-2 0 0.4 0
-2 0.000 0.000
-1 1.924 1.6 3.08
-1 4.330 0.302
0 2.347 1.4 3.29
0 8.950 0.623 1 3.694 4 14.78
1 27.210 1.895 2 5.354 2 10.71
2 55.510 3.866 3 6.647 4 26.59
3 78.700 5.481 4 7.668 2 15.34
4 97.790 6.810 5 8.019 4 32.08
5 109.450 7.622 6 8.240 2 16.48
7 8.378 4 33.51
6 115.280 8.028
8 8.47 2 16.93
7 118.470 8.250
9 8.47 4 33.86
8 119.860 8.347 10 8.47 2 16.93
9 119.860 8.347 11 8.47 4 33.86
10 119.860 8.347 12 8.47 2 16.93
11 119.860 8.347 13 8.428 4 33.71
12 119.860 8.347 14 8.390 2 16.78
13 119.720 8.337 15 8.287 4 33.15
16 7.672 2 15.34
14 118.550 8.256
17 6.492 4 25.97
15 114.630 7.983
18 4.636 2 9.27
16 103.350 7.197 19 2.632 4 10.53
17 81.850 5.700 20 0 1 0
18 50.690 3.530 419.10
19 19.820 1.380
20 0.000 0.000

Setelah didapatkan data-data di atas, maka langkah-langkah selanjutnya dalam


pengerjaan body plan di AutoCad adalah:
 Membuat kotak sepanjang lebar kapal dan selebar tinggi kapal
 Membagi kotak menjadi dua bagian yang sama.
 Mengukur titik-titik B/2 dan A/2T tiap station pada garis panjang (Bm)
yang diukur dari garis tengah. Untuk station 0-10 diukurkan pada kotak
sebelah kiri dan pada kotak sebelah kanan untuk station 11-20.Untuk titik
– titik A/2Tdibuat garis vertical ke bawah setinggi T dan untuk titik – titik
B/2 dibuat lengkungan –lengkungan Body Plan yang streamline.
 Jari-jari bilga merupakan kelengkungan sebelah kanan dan kiri bawah
kotak. Jari-jari bilga ini juga merupakan kelengkungan Body Plan pada
station -station yang memiliki nilai B/2 maksimum, Jari – jari ini didapat
Radius Bilga
dari rumus
1
1 ( 𝐵 ×𝑇 (1 )
R= = 2,0186 meter

2.6 Pembuatan Half Breadth Plan


Dalam pembuatan half breadth plan, dibutuhkan water line (WL). Water
Line sendiri memiliki ketinggian tertentu. Dalam pembuatan rencana garis ini,
menggunakan WL 0m, , WL 2m, , WL 4m, WL 6m, WL 8m, dan WL 10m..
Dimana WL terakhir diambil dari ketinggian sarat air. Selanjutnya diukur jarak tiap
kurva masing – masing station dengan center line untuk tiap water linenya.Kemudian
dari ukuran-ukuran tersebut dibuat grafik atau kurva yang stream line untuk masing –
masing WL. Apabila kurva yang dibuat tidak stream line maka dilakukan perubahan
pada Body Plan. Kurva – kuva ini menggambarkan bentuk separuh kapal yang dilihat
dari atas.Pada WL sarat grafik atau kurva nya akan sama dengan grafik B/2. (Gambar
Half Breadth Plan terlampir)

2.7 Pembuatan Sheer Plan


Sebelum membuat sheer plan kita harus tau apa yang mendasari dari pembuatan
sheer plan itu sendiri, yang pertama kita harus mengetahuinya adalah buttock line.
Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari samping.
Pembuatannya adalah berdasarkan data pada half breadth plan Caranya adalah pertama
kita bagi ½ lebar kapal menjadi 4 bagian yang sama baik pada body plan maupun pada
half breadth plan. Lalu dari perpotongan antara garis-garis lurus itu dengan garis-garis air
(water lines), kita proyeksikan ke sheer plan, dengan cara menarik garis lurus ke atas.
Garis-garis vertikal ini jika dipotongkan dengan garis-garis air (water lines) pada sheer
plan yang sesuai pada half bread plan, maka akan terbentuk titik-titik yang jika
dihubungkan akan terbentuk buttock line. Tiap-tiap garis baik pada water line maupun
pada buttock line harus mempunyai bentuk yang fair dan stream line. Jika tidak, maka
harus dirubah supaya bisa fair dan stream line. Tentu saja perubahan ini akan berpengaruh
pada bagian-bagian sebelumnya, misalnya merubah body plan. (Gambar sheer plan
terlampir).

2.8 Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil, dan Geladak Kimbul

MENCARI NILAI MAIN DECK

AP = 0.83L + 25.4
AP = 47.161 0.47

1/6 L dari AP = 0.37L + 11.3


1/6 L dari AP = 46.177 0.46

1/3 L dari AP = 0.0925L + 2.875


1/3 L dari AP = 11.594 0.12

1/3 L dari FP = 0.185L + 5.65


1/3 L dari FP = 23.089 0.23

1/6 L dari FP = 0.75L + 22.6


1/6 L dari FP = 93.297 0.93

FP = 1.666L+ 50.8
FP = 207.841 2.08
MENCARI NILAI FORECASTLE DECK DAN BULWARK

DIMANA:
a = ± 2.4 hingga 2.5 m
a = 2.5 m

b= 1m

MENCARI NILAI POOP DECK

DIMANA:
a = ± 2.4 hingga 2.5 m
a = 2.5 m
BAB III
GAMBAR RANCANGAN

3.1 Gambar CSA


3.2 Gambar A/2T, B/2
3.3 Gambar Keseluruhan (Linesplan)
Daftar Pustaka

Pdf- Nur, Miftahuddin. 2011. Lines Plan dan Shell Expansion. Institut Teknologi
Sepuluh November

Pdf- Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Urutan dan Metode Pembuatan Kapal.
Fakultas Teknologi Kelautan ITS.

https://www.academia.edu/metodepembuatanrencanagaris (diakses pada 7 Desember


2018)

Anda mungkin juga menyukai