Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan
keuangan beserta unsure-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga
mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada
masa lalu dan sekarang.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
karena ingin mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko dan tingkat
kesehatan suatu perusahaan.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
karena ingin mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko dan tingkat
kesehatan suatu perusahaan. Analisis semacam ini mengharuskan seorang
analis untuk melakukan beberapa hal :
1. Menentukan dengan jelas tujuan analisis.
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan
keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan
keuangan tersebut.
3. Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada
umumnya yang berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha
perusahaan.
Sebelum melakukan analisis seorang analis harus memahami ketiga
langkah diatas,baru kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-
alat analisis seperti rasio-rasio keuangan atau rasio-rasio lainnya.
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut
diperlukan beberapa tolak ukur. Analisis yang biasa dipakai adalah rasio atau
indeks yang merupakan perbandingan di antara data-data keuangan. Analisis
rasio keuangan merupakan alat utama yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis terhadap laporan keuangan.
2

Melalui analisis rasio dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio


atau relatif dan bukan dalam angka yang absolut. Dengan demikian dapat
mempermudah dalam melihat perubahanperubahan yang terjadi, apakah
menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun. Faktor-faktor
yang paling utama untuk mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat
likuiditas, profitabilitas atau rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Likuiditas
dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.
Profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Solvabilitas dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat mengukur sejauh mana efektivitas
perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Adanya Rasio keuangan sebagai alat ukur yang digunakan perusahaan
utuk mengalisis laporan keuangan didalam posisi dan kinerja keuangan
perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.
Tujuan:
1. Profitabilitas (Rasio Laporan Rugi Laba) adalah kemampuan perseroan
untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan
biasanya dilihat dari Laporan laba rugi perseroan (income statement) yang
menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
2. Rasio Solvabilitas (Rasio Neraca) adalah kemampuan perseroan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya, yang diukur dengan membuat
perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan
seluruh kewajiban terhadap ekuitas.
3

3. Rasio Likuiditas (Rasio Neraca) adalah kemampuan perseroan untuk


memenuhi kewajiban lancarnya yang diukur dengan menggunakan
perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
4. Rasio Aktivitas (Rasio antar Laporan Keuangan-Neraca dan Rugi/Laba)
adalah kemampuan perseroan dalam mempertahankan usahanya dalam
jangka waktu panjang tanpa harus menderita kerugian. Untuk menilai
stabilitas perseroan digunakan laporan laba rugi dan neraca. keuangan
(balance sheet) perseroan serta berbagai indikator keuangan dan non
keuangan lainnya.

C. RUMUSAN MASALAH
Rasio Keuangan merupakan Alat yang sangat penting dalam Analisi
Keuangan Perusahaan, dari rasio Keuangan kita harus dapat mengetahui hal-
hal sebagai berikut:
1. Apa Manfaat Rasio Keuangan Bagi Perusahaan?
2. Bagaimana Pengertian,Kegunaan,serta keunggulan dan keterbatasan
Analisis keuangan?
3. Apa saja Jenis-jenis Rasio Keuangan itu?
4. Bagaimana Fungsi dan kegunaan Rasio keuangan?
5. Seperti apa penerapan dan penyelesaiannya dalam bentuk kasus dari suatu
perusahaan?

D. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah Rasio keuangan
dapat digunakan sebagai Analisis keuangan suatu perusahaan, dan diharapkan
dapat membantu Proses Pengambilan keputusan Laporan keuangan dalam
perusahaan. Dari laporan keuangan dapat mencerminkan baik buruknya
kinerja perusahaan, sehingga dalam pengambilan keputusan pun bisa menjadi
lebih mudah oleh pihak yang berkepentingan.
4

E. BATASAN MASALAH
Mengingat begitu banyak bentuk dari rasio Keuangan dan beberapa
sub-sub nya, maka dalam makalah ini saya batasi dan hanya akan membahas
rasio keuangan yang sering digunakan dalam analisis keuangan dalam
perusahaan.yakni rasio keuangan seperti: Rasio Likuiditas, Rasio
Solvabilitas/leverage, Rasio Profitabilitas / Rentabilitas, dan Rasio aktivitas.
5

BAB II PEMBAHASAN

A. LAPORAN KEUANGAN
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan umumnya terdiri dari laporan laba
rugi, laporan posisi keuangan, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan pada dasarnya
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi anatar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut. (Munawir, 2012:2).
Menurut Subramanyam (2014:105), “Laporan keuangan
merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar
dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan
pengawasan perusahaan.”
Sedangkan menurut Kasmir (2017:7), “Laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam suatu periode tertentu.”
Berdasarkan uraian pengertian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa laporan keuangan adalah catatan dari proses kegiatan-kegiatan di
perusahaan pada suatu periode tertentu yang menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan yang digunakan sebagai alat komunikasi.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Prastowo (2011:15) menyatakan bahwa :
Pada umumnya laporan keuangan yang lengkap biasanya akan
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2017:28-30), dalam praktiknya secara umum ada
lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:
6

a) Neraca (Balance Sheet), Merupakan laporan yang menunjukan posisi


keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan
dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva
(kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
b) Laporan Laba Rugi (Income Statement), Merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
c) Laporan Perubahan Modal, Laporan perubahan modal merupakan
laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini.
Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-
sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
d) Laporan Arus Kas, Merupakan laporan yang menunjukan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap kas.
e) Laporan Catatan atas Laporan keuangan, Merupakan laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau
nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih
dulu sehingga jelas.

3. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan menurut
Kasmir (2017:11) adalah:
a) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan saat ini.
c) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
d) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e) Memberikan informasi tentang perubahan – perubahan yang
terjadi terhadap aktiva, pasiva, dam modal perusahaan.
7

f) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan


dalam satu periode.
g) Memberikan informasi tentang catatan – catatan laporan keuangan.
h) Informasi keuangan lainnya.
4. Sifat Laporan Keuangan
Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan
keuangan harus sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Demikian pula dalam hal penyusunan laporan keuangan
didasarkan kepada sifat laporan keuangan.
Sifat laporan keuangan menurut Kasmir (2017:11-12) adalah :
a) Bersifat historis, artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan
disusun dari data masa lalu atau masa yang suda lewat dari masa
sekarang. Misalnya laporan keuangan disusun berdasarkan data
satu atau dua atau beberapa tahun ke belakang (tahun atau periode
sebelumnya).
b) Bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat
selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai
dengan standar yang telahditetapkan. Pembuatan atau penyusunan
yang hanya sebagian- sebagian (tidak lengkap) tidak akan
memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu
perusahaan.

B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Prastowo (2011:50), “Secara harfiah, analisis laporan
keuangan terdiri atas dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini
juga berarti bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan
menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.”
Menurut Munawir (2012:31), Analisis laporan keuangan adalah
analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari
daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk
8

menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan


perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
laporan keuangan adalah proses untuk mempelajari data keuangan dengan
cara mempelajari hubungan data keuangan dalam suatu laporan keuangan.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Prastowo (2011:51), tujuan analisis laporan
keuangan yaitu:
a) Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi
atau merger.
b) Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di
masa datang.
c) Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen.
d) Operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi
terhadap manajemen.
Sedangkan menurut Kasmir (2017:68), tujuan dari analisis
laporan keuangan adalah:
a) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode.
b) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
c) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
d) Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang
perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan saat ini.
e) Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
f) Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan
sejenis tentang hasil yang mereka capai.
3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
9

Menurut Munawir (2012:36), ada dua metode analisis yang


digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu:
a) Analisis Horisontal, Analisis horisontal adalah analisis dengan
mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode
atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya.
b) Analisis Vertikal, Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan
yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu
dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang
lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui
keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2012:36-37), teknik analisis laporan keuangan
terdiri dari :
a) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan
teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan
untuk dua atau lebih periode, dengan menunjukkan:
1) Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
3) Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
4) Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
5) Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahan- perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang
memerlukan penelitian lebih lanjut.
b) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan
yang dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah
suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada
keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau
bahkan turun.
c) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement),
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi
pada masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk
10

mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang


terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
d) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode
tertentu.
e) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement
Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab
berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber
serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
f) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba
kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut.
h) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

C. KINERJA KEUANGAN
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Sutrisno (2009:53), “Kinerja keuangan perusahaan
merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu
yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.”
Menurut Fahmi (2011:2) menyatakan bahwa Kinerja perusahaan
merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan
yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
11

diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan


yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat
penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi
perubahan lingkungan.”
Jadi, kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
2. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
a) Mengetahui Tingkat Likuiditas, Likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
segera diselesaikan pada saat ditagih.
b) Mengetahui Tingkat Solvabilitas, Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang.
c) Mengetahui Tingkat Rentabilitas, Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
d) Mengetahui Tingkat Stabilitas, Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya
tepat pada waktunya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja
keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh
perusahaan dan perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan
tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.

D. PT. ANEKA TAMBANG TBK


PT Aneka Tambang Tbk atau yang biasa disebut dengan PT Antam
merupakan perusahaan pertambangan yang sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (65%) dan masyarakat (35%). PT Antam didirikan
12

pada tanggal 5 Juli 1968. Kegiatan Antam mencakup eksplorasi,


penambangan, pengolahan serta pemasaran dari sumber daya mineral.
Pendapatan PT Antam diperoleh melalui kegiatan eksplorasi dan
penemuan deposit mineral, pengolahan mineral tersebut secara ekonomis, dan
penjualan hasil pengolahan tersebut kepada konsumen jangka panjang yang
loyal di Eropa dan Asia. Kegiatan ini telah dilakukan semenjak perusahaan
berdiri tahun 1968. Komoditas utama Antam adalah bijih nikel kadar tinggi
atau saprolit, bijih nikel kadar rendah atau limonit, feronikel, emas, perak dan
bauksit. Jasa utama Antam adalah pengolahan dan pemurnian logam mulia
serta jasa geologi.
Anak Perusahaan PT Antam
1. PT Indonesia Coal Resources (Indonesia)
2. PT Cibaliung Sumberdaya (Indonesia)
3. PT Gag Nikel (Indonesia)
4. Asia Pacific Nickel Pty., Ltd. (Australia)
5. PT Antam Resourcindo (Indonesia)
6. PT Borneo Edo International (Indonesia)
7. PT Mega Citra Utama (Indonesia)
8. PT Indonesia Chemical Alumina (Indonesia)
9. PT Antam Jindal Stainless Indonesia (Indonesia)
10. PT Indonesia Chemical Alumina (Indonesia)
1. Perkembangan Bisnis
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyatakan kegiatan
penambangan emas di Cikotok, kabupaten Lebak, Banten telah berakhir.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) Direktur
Umum dan CSR PT Aneka Tambang I Made Surata menuturkan
pertambangan emas Cikotok telah menjadi salah satu bagian dalam sejarah
bangsa Indonesia saat dikuasai penjajah pada 1936 hingga akhirnya
menjadi perusahaan negara pada 1960, dan menjadi bagian dari Antam
pada 1968. “Setelah lebih dari 40 tahun, PT Aneka Tambang Tbk
13

melaksanakan proses pengakhiran tambang Cikotok sebagai bagian dari


implementasi praktik penambangan yang baik,” ujar Surata.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah
membentuk komite konsolidasi pertambangan. Komite tersebut akan
bertugas mengkaji pembentukan induk usaha pertambangan (holding
pertambangan) yang ditargetkan akan terbentuk akhir 2016. Deputi Usaha
Pertambangan, Industri Strategis dan Media, Kementerian BUMN, Fajar
Harry Sampurno mengatakan anggota komite konsolidasi tersebut adalah
PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), PT Indonesia Asahan
Alumunium (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
PT Antam dan PT Inalum mendapat kepercayaan dari Kementerian
Badan Usaha Milik Negara untuk membeli saham PT Freeport Indonesia
sebesar 1,7 miliar dollar AS. Jika kedua perusahaan tersebut tidak mampu,
maka akan dibantu PT Timah dan PT Bukit Asam sebagai bagian dari
holding perusahaan tambang BUMN.
2. Sejarah Perusahaan
Antam, sebuah BUMN pertambangan tanggal kelahirannya
ditetapkan berdasarkan terbitnya PP No. 22 Th. 1968 tentang
Pembentukan PN Aneka Tambang pada tanggal 5 Juli 1968.
Peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa PN Aneka
Tambang dibentuk sebagai merger dari beberapa perusahaan tambang
milik negara serta proyek-proyek eksplorasi di bidang mineral selain
batubara dan timah. Yakni BPU Pertambun, PN Perbaki, PN Tambang Mas
Tjikotok, PN Logam Mulia, PT Nikel Indonesia dan berbagai proyek
pertambangan yang dilakukan oleh Departemen Pertambangan yang
pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan berdasarkan SK Presidium Kabinet
Dwikora tahun 1966 kepada PN Aneka Tambang.
Selain PN Aneka Tambang, Pemerintah RI juga membentuk dua
buah perusahaan pertambangan lain sebagai pengelola pertambangan
timah yakni PN Timah dan pertambangan batubara milik Negara yakni PN
Batubara, keduanya adalah peralihan dari BPU Timah yang beroperasi di
14

P. Bangka, P. Singkep, P. Belitung dan BPU Batubara yang mengelola


tambang batubara di Sawahlunto, Muaraenim dan Samarinda.
Usai Pengakuan Kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949,
Negara RI segera terlibat dalam berbagai upaya untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Tindakan ini tegas sebagaimana tampak pada
upaya-upaya pembasmian pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah
pada masa itu yang asal muasal penyebabnya beraneka ragam. Baik karena
alasan-alasan ideologis seperti DI/TII, etnis kultural seperti APRA dan
RMS, bahkan hingga pada alasan-alasan ketimpangan ekonomi antara
Pusat dan daerah, seperti PRRI dan Permesta.
Bahkan pada pemberontakan PRRI, gerakan tersebut mampu
menguasai beberapa lapangan minyak di Riau milik Amerika Serikat
(Caltex), selain juga sempat mengganggu operasional tambang bauksit di
P. Bintan yang pada waktu itu dipegang oleh NV NIBEM (perusahaan
Belanda yang merupakan bagian dari Billiton yang kemudian menjadi
bagian dari Rio Tinto). Keadaan seperti demikian tentu menjadi bukti kuat
bahwa penguasaan pengusahaan pertambangan merupakan bagian dari
upaya penegakan kedaulatan Negara.
Sekitar bulan Juli 1951, seorang anggota DPRS bernama Teuku
Mohamad Hassan menggalang teman-temannya sesama anggota DPRS
untuk menyusun sebuah mosi pembentukan Panitia Urusan Pertambangan
yang sebagai hasilnya diputuskan dalam Keputusan DPRS No. 47/K/1951.
Selanjutnya tindakan legislatif tersebut lebih dikenal sebagai “Mosi Teuku
Moh. Hassan dkk”.
Mosi tersebut memberikan pengaruh besar pada pengembangan
industri pertambangan di Indonesia. Isinya antara lain mendesak
Pemerintah RI untuk menyelidiki berbagai soal terkait tambang
emas/perak di Indonesia, memberikan pertimbangan status (legalitas) yang
ada dan memajukan usul-usul tentang pertambangan yang menguntungkan
Negara. Selain itu Mosi tersebut juga meminta Pemerintah untuk
15

mempersiapkan rencana undang-undang pertambangan Indonesia yang


sesuai dengan keadaan pada masa tersebut.
Perkembangan pengusahaan pertambangan di Indonesia berlanjut
terus dan pada sekitar 1956 hingga 1959, kita semua melihat bahwa
sebelum pemberontakan PRRI/Permesta usai ditumpas, Pemerintah RI
juga harus menangani akibat-akibat yang terjadi karena adanya
nasionalisasi pada sekitar tahun 1957. Nasionalisasi yang terjadi sebagai
akibat dari hengkangnya berbagai modal asing dari Barat karena situasi
keamanan yang mereka anggap riskan pada waktu itu. Termasuk dalam
berbagai perusahaan dan property milik asing yang dinasionalisasi adalah
berbagai perusahaan tambang yang ada di Indonesia. Yakni tambang emas
di Cikotok (NV MMZB), tambang bauksit di Bintan (NV NIBEM) serta
pengolahan dan pemurnian logam mulia di Jl. Gajah Mada, Jakarta (NV
Brakensiek).
Ketiga perusahaan ini, yakni NV MMZB, NV NIBEM dan NV
Brakensiek diakuisisi oleh NV Perusahaan Pembangunan Pertambangan,
sebuah operating vehicle milik Bank Industri Negara (cikal bakal Bapindo
yang kemudian dimerger menjadi Bank Mandiri). Selanjutnya setelah
upaya rehabilitasi yang dilakukan dinilai berhasil, termasuk dengan
mengubah status hukum semua perusahaan ex Belanda itu menjadi milik
Negara RI, maka Bank Industri Negara menyerahkan ketiga perusahaan
tersebut pada Pemerintah RI untuk dikelola dalam sebuah lembaga
pengelola yang lazim disebut pada waktu itu sebagai BPU (Badan
Pimpinan Umum).
Pemerintah RI pada sekitar tahun 1958 hingga 1962, membentuk
banyak sekali BPU sebagai pengelola perusahaan, antara lain untuk
mengelola berbagai perusahaan yang dinasionalisasi dari pemilik awalnya
yang pihak asing karena berbagai sebab. Umpamanya akibat dari perginya
para pemilik sebelumnya yang keturunan Belanda setelah berakhirnya
KMB (Konferensi Meja Bundar) tahun 1949, peristiwa yang dikenal
sebagai exodust loyalist Belanda.
16

Nasionalisasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai


rentetan peristiwa sesudah KMB. Seperti gangguan keamanan akibat aksi
DI/TII yang menyeruak di berbagai daerah (berbagai perkebunan di P.
Jawa dan P. Sumatra), akibat Kebijakan Anti Dwi Kewarganegaraan
(berbagai asset bangunan, lahan dan perkebunan ex milik orang Cina yang
kembali ke RRC), akibat aksi-aksi sepihak kaum komunis (berbagai
perkebunan dan tambang minyak di Sumatra Utara dan Jawa Tengah) serta
akibat dari pencanangan Trikora (perusahaan-perusahaan perniagaan besar,
konstruksi, pabrik-pabrik dan perbankan yang kemudian menjadi BUMN).
Sebuah BPU (Badan Pimpinan Umum) pada prinsipnya berlaku
sebagai holding company dari berbagai perusahaan milik negara yang
dikelolanya. Berbentuk sebagai quasi-korporasi, bukan merupakan entitas
bisnis penuh berbadan hukum karena sifat lembaga pemerintah masih
tampak jelas dan pimpinannya harus melapor pada kementerian teknis.
Ranah kewenangan sebuah BPU antara lain untuk menangani secara lebih
sentralistis atas bidang logistik dan pengadaan, pendanaan dan
pembiayaan, pemasaran serta masalah penelitian dan pengembangan dari
berbagai perusahaan milik negara yang menjadi kewenangannya.
BPU Pertambun yang dibentuk berdasarkan PP No. 88 Th. 1961
yang dikeluarkan pada tanggal 17 April 1961, menjadi pengelola dari:
a) PN Pertambangan Bauksit Indonesia (Perbaki) yang dibentuk
berdasarkan PP No. 89 Th. 1961. Perusahaan ini adalah ex NV
NIBEM (Nederland Indisch Bauxite Explotatie Matschapij) yang
mengelola tambang bauksit di P. Bintan.
b) PN Tambang Mas Tjikotok yang dibentuk berdasarkan PP No. 91
Th. 1961. Perusahaan ini adalah ex NV MMZB (Mijnbouw
Matschapij van Zuid Bantam) yang mengelola tambang emas di
Cikotok.
c) PN Logam Mulia yang dibentuk berdasarkan PP No. 218 Th. 1961
jo PP No. 29 Th. 1962. Perusahaan ini adalah ex NV Brakensiek
17

yang memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian logam mulia di


Jl. Gajah Mada, Jakarta.
d) PT Nikel Indonesia, yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Mr.
RE Abdulkarnen No. 32 Th. 1960 (dikeluarkan tanggal 16 Juli
1960). Perusahaan ini merupakan joint venture antara Pemerintah
RI sebesar 80% dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Tenggara sebesar 20% dan kegiatannya menambang bijih nikel di
sekitar daratan Pomalaa dan P. Maniang untuk diekspor ke Jepang.
Sekitar satu tahun kemudian dasar hukum keberadaan BPU
Pertambun diperkuat dengan dikeluarkannya PP No. 30 Th. 1962. Regulasi
ini memberikan penugasan pada BPU Pertambun untuk melakukan
kegiatan eksplorasi dengan melanjutkan berbagai pekerjaan penyelidikan
yang telah dikerjakan oleh pihak kolonial Belanda sebelumnya.
Berdasarkan PP ini maka BPU Pertambun melakukan kegiatan eksplorasi
emas di daerah Rejang Lebong Bengkulu, eksplorasi mangaan di
Tasikmalaya dan Bima, eksplorasi pasir besi di sepanjang pantai selatan P.
Jawa, eksplorasi emas di Logas Riau Daratan serta eksplorasi intan di
Cempaka Banjarbaru.
Beberapa dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh BPU
Pertambun dapat berlanjut menjadi kegiatan eksploitasi. Sebagaimana
dilakukan oleh Antam dengan menambang pasir besi lewat UBPPB
Cilacap sejak tahun 1971 hingga 2004 dan pembentukan PT Galuh
Cempaka pada tahun 1998, sebuah joint venture dengan MMC dari
Malaysia untuk menambang intan. Meski beberapa diantaranya juga
terpaksa tidak dilanjutkan lagi karena alasan bisnis, seperti halnya potensi
emas di Logas Riau Daratan dan potensi mangaan di Bima serta
Tasikmalaya.
Dinamika industri pertambangan di Indonesia terus berlanjut dan
Perpu No. 37 Th. 1960 tentang Pertambangan digantikan oleh UU No. 11
Th. 1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan. Begitu pula dinamika
politik dan bisnis berubah pula, sehingga format BPU yang quasi-
18

korporasi dianggap sudah tidak memadai lagi dengan perkembangan


zaman sehingga harus dirubah menjadi entitas bisnis sepenuhnya sebagai
sebuah korporasi komersial.
Sebagai hasilnya maka dikeluarkanlah PP No. 22 Th. 1968 pada
tanggal 5 Juli 1968 yang membentuk PN Aneka Tambang, sebagai merger
dari berbagai perusahaan pertambangan milik Negara RI. Kebijakan
Pemerintah RI ini pun masih dilengkapi lagi dengan dikeluarkannya PP
No. 26 Th. 1974 tanggal 14 Juni 1974 yang mengalihkan bentuk Aneka
Tambang dari PN atau Perusahaan Negara menjadi PT atau Perseroan
Terbatas, yang kemudian menjadi dasar bagi keluarnya akta notaris dari
Notaris Warda Sungkar Alurmei tentang anggaran dasar Aneka Tambang
pada tanggal 30 Desember 1974.
Berubahnya status hukum Aneka Tambang dari PN menjadi PT
menjadi dasar diperingatinya tanggal 30 Desember sebagai hari jadi
Antam. Hal ini dilakukan sejak sekitar tahun 1975 hingga sekitar tahun
1996. Dan sepanjang kurun waktu tersebut juga tidak pernah ada
pertanyaan perihal asal usul dimulainya perusahaan serta semua perjalanan
kekaryaannya. Alih-alih adanya pertanyaan perihal apa ada perbedaannya
antara tanggal 17 April 1961, 5 Juli 1968 dan 30 Desember 1974, apalagi
juga tanggal 14 Juni 1974 yang menjadi dasar dari diperingatinya tanggal
30 Desember. Tanggal 30 Desember tidak ada bedanya dengan tanggal
lainnya, tokh yang penting adalah apa yang sudah dihasilkan oleh Antam.
Namun sejak sekitar awal tahun 1997, sebelum Antam masuk
bursa, lingkungan internal perusahaan mulai mengubah peringatan hari
jadi dari 30 Desember menjadi memperingatinya pada 5 Juli. Perubahan
tersebut didasarkan pada alasan bahwa pada tanggal 5 Juli 1968 adalah
hari berdirinya PN Aneka Tambang sebagai sebuah perusahaan hasil
merger dari berbagai perusahaan pertambangan milik Negara RI. Sebuah
persepsi baru timbul, bahwa hari jadi perusahaan adalah sejak terbentuk
menjadi sebuah entitas bisnis tunggal dari sebelumnya yang merupakan
semi holding dengan dipimpin oleh lembaga yang quasi-korporasi.
19

E. RASIO KEUANGAN PADA PT. ANEKA TAMBANG TBK


1. Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:297), mendefinisikan
“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan (berarti).”
Menurut Munawir (2012:37), “Analisis rasio adalah suatu metode
analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba- rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan
tersebut.”
Menurut Kasmir (2017:104) menyatakan bahwa Rasio keuangan
merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara
laporan keuangan.
Jadi, rasio keuangan atau financial ratio adalah alat untuk
menganalisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan
dengan menggunakan perhitungan-perhitungan dari data yang ditampilkan
dalam laporan keuangan.
2. Bentuk Rasio Keuangan
Menurut James C van Honre dalam buku Kasmir (2012:107-108),
jenis rasio dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
2) Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)
b. Rasio Pengungkit ( Leverage Ratio)
1) Total Utang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
2) Total Utang Terhadap Total Aktiva (Debt Assets Ratio)
c. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio)
1) Bunga Penutup
20

d. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)


1) Receivable Turn Over
2) Average Collection Period
3) Inventory Turn Over
4) Total Assets Turn Over
e. Rasio Profitabilitas (Profitabilty Ratio)
1) Net Profit Margin
2) Return On Investment
3) Return On Equity
Analisis rasio keuangan atas laporan keuangan akan
menggambarkan atau menghasilkan suatu pertimbangan terhadap baik atau
buruknya keadaan atau posisi keuangan perusahaan, serta bertujuan untuk
menentukan seberapa efektif dan efiesien dalam kebijaksanaan manajemen
dalam mengelola keuangan perusahaan setiap tahunnya. Rasio-rasio
tersebut akan dijelaskan lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah, yaitu
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
1) RASIO LIKUIDITAS

F.

Anda mungkin juga menyukai