Anda di halaman 1dari 4

BAB I

KONSEP MEDIS TRAUMA CAPITIS RINGAN

A. Defenisi
Trauma capitis adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma
pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari
trauma yang terjadi. Trauma capitis merupakan trauma mekanik terhadap kepala
baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi
neorologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat
temporer maupun permanen.
Trauma atau lebih dikenal sebagai cedera kepala adalah gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik itu trauma tumpul ataupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi diakibatkan karena adanya robekan dari substansia alba,
iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik, dan serta edema serebral di
sekitar jaringan otak. Cedera kepala merupakan suatu gangguan trauma dari otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan intestinal dalam substansi otak,yang
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak tersebut (Yudianta, dkk. 2015).

B. Etiologi

1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam
Trauma kepala atau cidera kepala dapat disebabkan oleh beberapa peristiwa
diantaranya :
a. Kecelakaan lalulintas
b. Benturan kepada kepala
c. Jatuh dari ketinggian
d. Olahraga yang keras
e. Benturan atau jatuh karena kecelakaan
C. Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan
dapat menyebabkan cidera kepala. Cidera otak primer adalah cidera otak yang
terjadi segera setelah trauma. Cidera kepala primer dapat menyebabkan kontusio
dan laserasi. Cidera kepala ini dapat berlanjut menjadi cidera sekunder. Akibat
trauma terjadi peningkatan kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan
autoregulasi. Penurunan aliran darah ke otak menyebabkan penurunan suplai
oksigen ke otak dan terjadi gangguan metabolisme dan perfusi otak. Peningkatan
rangsangan simpatis menyebabkan peningkatan tahanan vaskuler sistematik dan
peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan pembuluh darah di daerah
pulmonal mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolistik sehingga terjadi
kebocoran cairan kapiler. Trauma kepala dapat menyebabkan odeme dan
hematoma pada serebral sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial.
Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada daerah kepala
(Padila, 2012).
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis

Klien dengan cidera otak sedang mengalami kelemahan pada salah satu
bagian tubuh disertai kebingungan bahkan terjadi penurunan kesadaran hingga
koma. Terjadi abnormalitas pupil, terjadi defisit neurologis berupa gangguan
penglihatan dan pendengar berdasarkan letak lesi yang terdapat pada otak. Pasien
akan mengalami kejang otot dan gangguan pergerakan. Bila terjadi perdarahan
dan fraktur pada tengkorak maka akan terjadi hematoma yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial. Peningkatan TIK dapat menimbulkan nyeri
atau pusing pada kepala (Andra & Yessie, 2012).
F. Komplikasi

1. Kebocoran pada cairan serebrospinal akibat fraktur pada pasca anterior dekat
sinus terontol atau frakter tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang-kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama) atau
lanjut (setelah satu minggu)
3. Infeksi luka terbuka pada area fraktur atau tanpa fraktur jika tidak dilakukan
perawatan luka secara benar akan menimbulkan infeksi sekunder pada cidera
otak sedang.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Spinal X-ray
2. Ct-scan
3. Pemeriksaan MRI
4. Pemeriksaan fungsi pernafasan
5. Analisa gula darah.

H. Penatalaksanaan
Menurut Pedoman Tatalaksana Cidera Otak (2014) penatalaksanaan pasien
dengan cidera otak sedang sebagai berikut :
1. Stabilitasi airway, breathing dan sirkulasi
2. Melakukan anamneses, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis
3. Pemasangan kateter untuk mengevaluasi produksi urin
4. Terapi Medikamentosa :
a. Cairan IV NS 0,9 1,5ml/kgBB/jam
b. Obat simtomatik melalui IV atau supp
c. Obat anti kejang
d. Obat analgesic
5. Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur pada tulang tengkorak dan laserasi.
I. Pencegahan

1. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)


Mencegah faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya trauma capitis yaitu
mematuhi peraturan rambu lalu linta. Memakai sabut pengaman saat
berkendara dan dan memakai helem.
2. Pencegahan tingkat kedua (sedondary presention)
Memberikan pertlongan pertama, yang menghentikan perdarahan usahakan
jalan nafas yang lapang, memberikan bantuan jalan nafas.
3. Pencegahan tingkat tiga (tertiany prevention)
Mengurangi akibat patologis dan trauma capitis, dilakukan dengan membawa
penderita trauma capitis kerumah sakit untuk mendapatkan tindakan segerah.

Anda mungkin juga menyukai