Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan istilah higiene dan sanitasi mempunyai
kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan
mencuci, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak
dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Adapun pengertian makanan yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air
seseorang yang juga merupakan salah satu intake makanan yang berfungsi untuk
membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberi tenaga, mengatur semua proses
faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat
1. Agen
Aspergillus yaitu spesies dari genus Aspergillus diketahui terdapat dimana-mana dan
hampir dapat tumbuh pada semua substrat, fungi ini akan tumbuh pada buah busuk,
bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga beberapa
mikroorganisme yang patogen, serta bahan radioaktif. Makanan tersebut dicemari oleh
4. Media
jumlahnya kecil, jika dibiarkan berada dalam makanan dengan suhu dan waktu yang
Makanan merupakan suatu hal yang yang sangat penting di dalam kehidupan
manusia, makanan yang dimakan bukan saja memenuhi gizi dan mempunyai bentuk
menarik, akan tetapi harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan
mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin
Ada dua faktor yang menyebabkan suatu makanan menjadi berbahaya bagi
1. Kontaminasi
clostridium botulinum.
2. Makanan yang pada dasarnya telah mengandung zat berbahaya, tetapi tetap
a. Secara alami makanan itu memang telah mengandung zat kimia beracun,
mengandung unsur toksik tertentu (Hg dan Cd) yang dapat melumpuhkan
sistem saraf.
dikonsumsi manusia, didalam tubuh manusia agen penyakit pada makanan itu
bahan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman
3. Pengolahan Makanan
5. Pengangkutan Makanan
6. Penyajian Makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalaui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan yang
baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia
Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku,
bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan
yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah
rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu
sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan
kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan
1. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih
2. Penempatannya terpisah dari makanan jadi
5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sedemikian
yang masuk lebih dahulu merupakan yang pertama keluar, sedangkan bahan
Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong sebaiknya disimpan dengan
- Nama bahan
- Tanggal penerimaan
- Asal bahan
- Tanggal pemeriksaan
- Hasil pemeriksaaan
Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam table berikut ini:
Daging, ikan,
udang dan -5 0C sampai 0 0C -10 0C sampai 0 0C Kurang dari -10 0C
olahannya
Telur, susu
5 0C sampai 7 0C -5 0C sampai 0 0C Kurang dari -5 0C
dan olahannya
Sayur, buah
10 0C 10 0C 10 0C
dan minuman
Tepung dan
15 0C 25 0C 25 0C
biji-bijian
menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti
kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan
harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
Tenaga penjamah adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai dari
(Sihite, 2000).
Syarat-syarat penjamah makanan yaitu (Depkes RI, 2004) :
1. Tidak menderita penyakit mudah menular, misal : batuk, pilek, influenza, diare,
7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian
lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan dan atau tanpa menutup hidung atau
mulut
salah
2. Tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan akibat dari kotorannya tangan
pengelola/penjamah
a. Jenis bahan yang digunakan, baik bahan tambahan maupun bahan penolong serta
persyaratan mutunya
makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang biasanya disebut dapur. Dapur
merupakan tempat pengolahan makanan yang harus memenuhi syarat higiene dan
1. Lantai
Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tahan lama
dan kedap air. Lantai harus dibuat dengan kemiringan 1-2% ke saluran pembuangan
air limbah.
Dinding harus dibuat kedap air sekurang-kurangnya satu meter dari lantai.
Bagian dinding yang kedap air tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang serta
dapat mudah dibersihkan. Demikian juga dengan langit- langit harus terbuat dari bahan
Pintu dan jendela harus dibuat sedemikian rupa sehingga terhindar dari lalu
lintas lalat dan serangga lainnya.dengan demikian harus diperhatikan pintu masuk dan
keluar harus selalu tertutup atau pintu yang harus bisa ditutup sendiri.
4. Ventilasi ruang dapur
Secara garis besarnya ventilasi terbagi atas dua macam yaitu ventilasi alam dan
buatan. Ventilasi alam terjadi secara alamiah dan disyaratkan 10% dari luas lantai dan
5. Pencahayaan
dapat melihat dengan jelas kotoran lemak yang tertimbun dan lain- lain. Pencahayaa
tempat pengolahan makanan dan pada tempat-tempat lain seperti tempat mencuci
peralatan, tempat cuci tangan, ruang pakaian, toilet, tempat penampungan sampah
memadai
6. Pembuangan asap
Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan juga harus dilengkapi
Harus ada persediaan air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan.
Minimal syarat fisik yaitu tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau.
makanan dari tempat sampah harus dipisahkan antara sampah basah dan sampah
b. mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya dibuat halus
sekurang-kurangnya setiap hari. Segera setelah sampah dibuang, tempat sampah dan
Harus ada sistem pembuangan limbah yang memenuhi. syarat kesehatan. Bila
tersedia saluran pembuangan air limbah di kota, maka sistem drainase dapat
sehingga air limbah segera terbawa keluar gedung dan mengurangi kontak air limbah
Serangga dan tikus sangat suka bersarang ataupun berkembang biak pada
tempat pengolahan makanan, oleh karena itu pengendaliannya harus secara rutin
karena binatang tersebut bisa sebagai pembawa penyakit dan sekaligus menimbulkan
kerugian ekonomi.
makanan dan secara biologis dengan menjadi vektor beberapa penyakit tertentu.
Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan/disebarkan antara lain demam
berdarah, malaria, disentri, pest. Infestasi serangga tikus, tikus dapat pula
menimbulkan kerugian ekonomi karena mereka merusak bahan pangan dan peralatan
pengolahan makanan.
bila cara pengangkutan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik dari segi
- Tempat/alat pengangkut
- Tenaga pengangkut
- Tekhnik pengangkutan
- cara pengangkutan makanan harus benar dan tidak terjadi kontaminasi selama
pengangkutan
seperti plastik, kertas, atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan tidak berasal
makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan,
pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna,
bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
Defenisi lain mengatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang
tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan atau tidak dipakai sebagai campuran khusus
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih
(Cahyadi, 2009) :
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak
memenuhi persyaratan
Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik
dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang
akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah
Apabila dilihat dari asalnya, bahan tambahan pangan dapat berasal dari sumber
alamiah, seperti lesitin, asam sitrat, dan lain sebagainya. Bahan ini dapat juga disintetis
dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat metabolismenya, misalnya ß-karoten dan asam
askorbat. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih
stabil, dan lebih murah. Tetapi adapula kelemahannya, yaitu sering terjadi
garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng. Butil hidroksi
anisol (BHA) atau butil hidroksi toluen (BHT) untuk lemak, minyak, dan
margarin.
silikat serta magnesium karbonat untuk susu bubuk dan krim bubuk
Contohnya : asam klorida untuk bir, dan asam fumarat untuk jeli.
rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
e. Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat
peroksida.
pengental produk susu, gelatin dan amonium alginat untuk pemantap es krim.
aluminium kalium sulfat untuk acar ketimun dalam botol, kalsium sitrat untuk
j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang
k. Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam
yang ada dalam makanan. Contohnya : asam fosfat dan asam sitrat.
2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam antioksidan,
3. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet,
produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada makanan
tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan
garam benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garam sorbat sebagai asam sorbat
Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada
beberapa BTP lainnya yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya (Cahyadi, 2009)
1. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba, yang dapat
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan serupa asam amino, mineral, atau vitamin,
baik tunggal, maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
BTP yang tidak diizinkan atau dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan
2. Formalin (formaldehyd)
4. Kloramfenikol (chlorampenicol)
bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan.
Menurut Winarno (1997), yang dimaksud dengan zat pewarna makanan adalah
bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk
memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.
Kualitas bahan makanan ditentukan antara lain oleh cita rasa, warna, tekstur
dan nilai gizi. Akan tetapi sebagian besar konsumen sebelum mempertimbangkan cita
rasa dan nilai gizi akan lebih tertarik pada tampilan atau warna makanan serta
Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang
1. Pewarna Alami
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat
bumbu (kunir dan paprika), atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya (Cahyadi,
2009).
untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau, dan daun jambu atau daun jati untuk
warna merah. Pewarna alami ini aman untuk dikonsumsi namun mempunyai
kelemahan, yakni ketersediaan bahannya yang terbatas dan warnanya tidak homogen
sehingga tidak cocok digunakan industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan
alami untuk produk misal akan membuat biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih
sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna
Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang besar
2. Pewarna Sintetis
Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang
diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut permitted color atau certified color.
Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur
pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut
(Yuliarti, 2007).
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian
asam sulfat ataua sam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam
berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai
produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahya
dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang
berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan
arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001,
sintetis adalah :
a. Aman
c. Stabilitas bagus
h. Bebas bakteri
(Cahyadi, 2009) :
a. Dyes, adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga
alkohol, sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dyes tidak dapat larut.
b. Lakes, adalah zat pewarna yang dibuat melalui proses pengendapan dan
absorpsi dyes pada radikal (Al atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium hidrat
(alumina). Lapisan alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini tidak
dilarang untuk pangan diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu
makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, dan mengembalikan warna dari
bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberikan dampak negatif
1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang.
3. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu tergantung
pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan
fisik.
secara berlebihan.
5. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan.
Tabel 2.4 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No.)
Citrus red No.2 12156
Ponceau 3 R 16155
Ponceau SX 14700
Rhodamin B 45170
Guinea Green B 42085
Magenta 42510
Chrysoidine 11270
Butter Yellow 11020
Sudan I 12055
Methanil Yellow 13065
Auramine 41000
Oil Oranges SS 12100
Oil Orange XO 12140
Oil Yellow AB 11380
Oil Yellow OB 11390
Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
2.7. Rhodamin B
Rhodamin B dalam dunia perdagangan sering dikenal dengan nama tetra ethyl
rhodamin, rheonine B, D dan Red no. 19, C.I. Basic violet 10, C.I. No. 45170
(Yuliarti, 2007).
Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau
atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang
berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan tekstil.
misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi, dan lain-lain. Pewarna ini terbuat dari
dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik
bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra
(Djarismawati, 2004).
sebesar 479.000. Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-
biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam
alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut
digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th, dan titik
Zat pewarna berupa kristal-kristal hijau atau serbuk ungu kemerahan, sangat
larut dalam air dengan warna merah kebiruan dan sangat berfluorensi. Rhodamin B
dapat menghasilkan warna yang menarik dengan hasil warna yang dalam dan sangat
thallium, dan tungsten. Rhodamin B merupakan zat pewarna tekstil, sering digunakan
untuk pewarna kapas wol, kertas, sutera, jerami, kulit, bambu, dan dari bahan warna
dasar yang mempunyai warna terang sehingga banyak digunakan untuk bahan kertas
1. Warna kelihatan cerah (kemerahan atau merah terang), sehingga tampak menarik
informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam rhodamin B tidak hanya saja
disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang
terdapat dalam rhodamin B itu sendiri. Bahkan jika rhodamin B terkontaminasi oleh
senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen (Subandi, 1999). Dengan
terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip
dengan sifat dari klorin yang berikatan dalam struktur rhodamin B. Penyebab lain
senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah
senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam
struktur rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen
adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian
senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai
kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita
sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Devianti, 2009).
Bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan
gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas, dan sakit dada.
- Jika terkena mata juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata
Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat
menyebabkan radang kulit dan alergi. Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam
waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker
(Yuliarti, 2007).
2.8. Terasi
Terasi adalah salah satu produk olahan dari hasil perikanan sebagai usaha
pemanfaatan ikan atau udang yang berkualitas rendah. Terasi merupakan produk
membuat sambal, adakalanya digunakan pula untuk campuran pada masakan lain
(Adawyah, 2008).
Terasi atau belacan adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan atau udang
memiliki bau yang tajam dan biasanya digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi
menjadi dua macam berdasarkan bahan bakunya, yaitu terasi udang dan terasi ikan.
Terasi udang biasanya memiliki warna cokelat kemerahan, sedangkan terasi ikan
berwarna kehitaman. Terasi udang umumnya memiliki harga yang lebih tinggi
a. Terasi Ikan
Beberapa jenis ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan
terasi ikan adalah ikan selar gatel, badar/teri dan sebagainya. Kepala ikan harus
b. Terasi Udang
Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan terasi udang adalah
berupa rebon atau udang kecil dengan ukuran panjang berkisar antara 1 cm – 2,1 cm
2. Bahan Tambahan
a. Garam
Pada pembuatan terasi, garam memiliki fungsi ganda yaitu sebagai berikut
(Anonimous, 2009) :
- Untuk memantapkan cita rasa terasi yang dihasilkan.
- Pada konsentrasi 20% (200 g/kg bahan baku), garam mampu berperan sebagai
bahan pengawet, namun dalam konsentrasi lebih dari 20% justru akan
b. Pewarna
Warna terasi yang alami adalah hitam kecoklatan. Warna tersebut dapat berasal
dari pigmen yang dimiliki oleh udang atau ikan. Selain pigmen heme, pada ikan
memberikan warna kuning, jingga atau merah. Tunaxantin merupakan pigmen ikan
pewarna buatan dalam terasi. Ke dalam terasi udang sering ditambahkan warna coklat
atau merah, sedangkan ke dalam terasi ikan sering ditambahkan warna kehitaman
(campuan antara warna merah dan hijau). Adapun konsentrasi pewarna yang
(Anonimous, 2009).
Pada pelaksanaan fermentasi, adonan terasi perlu dibagi dalam beberapa bagian
kecil dan kemudian dibungkus dengan kain saring atau daun pisang yang diiris di
beberapa tempat, sehingga adonan tersebut terlindung dari cemaran debu dan air,
Udang rebon atau ikan teri dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering di
bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Bahan tersebut kemudian dicampur dengan
garam sebanyak 13% atau lebih dan tepung, dihancurkan dengan diremas-remas.
Kedalam campuran ini ditambahkan sedikit air dan diaduk terus menerus sampai
gumpalan kecil selama 3-4 hari. Setelah selesai masa penjemuran, gumpalan-gumpalan
tadi ditumbuk halus dan diberi sedikit air sampai membentuk gumpalan yang kokoh.
Gumpalan ini dibungkus dengan daun pisang kering, kemudian diperam (fermentasi).
Fermetasi dilakukan pada suhu 20-300C selama 1-4 minggu (Adawyah, 2008).
Terasi
4. Hasil Proses Fermentasi
proteolitik yang terdapat dalam daging atau jeroan ikan atau oleh enzim yang
dihasilkan mikroba. Penggunaan jeroan ikan menjadi penting dalam pembuatan terasi,
sebab enzim yang dihasilkannya dapat memecah protein lebih baik, dibandingkan
yang khas. Komponen aroma tersebut merupakan senyawa yang mudah menguap.
Persenyawaan tersebut akan menghasilkan bau amonia, asam, busuk, gurih, dan bau
1. Warna
Warna awal bahan udang adalah putih kebuan dan berubah warnanya menjadi
akibat warna menjadi biru atau abu-abu biru. Jika mengalami pemanasan, protein
2. Bau
Selain warna, juga terjadi perubahan pada aroma dan bau. Bau udang yang
awalnya amis menjadi bau khas terasi. Dalam pembuatan terasi terjadi pembusukan
udang. Selama proses tersebut, protein-protein dan lemak dapat diubah menjadi
komponen volatil berbau. Pengeringan yang terjadi mengakibatkan reaksi Maillard
3. Rasa
Hasil akhir fermentasi terasi menghasilkan rasa khas udang atau ikan. Hal itu
tergantung dari seberapa banyak campuran udang atau ikan yang dipakai dalam proses
Higiene sanitasi
berdasarkan 6 prinsip :
1. Pemilihan bahan baku
terasi Memenuhi syarat
2. Penyimpanan bahan
baku terasi Kepmenkes RI No.
3. Pengolahan terasi 942/Menkes/SK/VII/2003
Tidak memenuhi
4. Penyimpanan terasi
5. Pengangkutan terasi syarat
6. Penyajian terasi
Ada rhodamin B
Terasi berbagai Pemeriksaan
merek Laboratorium
Tidak ada
rhodamin B
Karakteristik Terasi :
- warna
- bau
- rasa