Anda di halaman 1dari 11

Kontrasepsi

Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu


dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi
dan pada pria vasektomi (Nugroho dan Utama, 2014). Sampai sekarang cara kontrasepsi ideal
belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
1) Dapat dipercaya
2) Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan
3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5) Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6) Mudah pelaksanaannya
7) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Hartanto, 2015).

Metode Kontrasepsi
Berikut ini adalah beberapa metode kontrasepsi, diantaranya yaitu:
a. Berdasarkan Cara Penggunaan
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat terdiri dari Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir
servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup
serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron
saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon
(Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel
(Hartanto, 2015)
4) Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW)
dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip
metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
b. Berdasarkan Jangka Waktu
1) Metodek Kontrasepsi Jangka Panjang
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panajang yang
dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang
tinggi dengan angka kegagalan rendah.
a) Tidak permanen
Seperti penggunaan intra uterine device (IUD) atau spiral dan implan
b) Permanen
Seperi tindakan sterilisasi pria atau wanita
2) Metode Kontrasepsi Jangka Pendek
Metode kontrasepsi jangka pendek adalah cara kontrasepsi dalam waktu singkat tetapi
metode ini kurang efektif untuk dilakukan karena penggunanya cenderung berisiko drop out.
Misalnya seperti penggunaan kondom, minum pil, atau suntik KB.
(Yudianto dan Nuning, 2013)

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Hartanto, H. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Yudianto dan Nuning Kurniasih. 2013. Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Jakarta:
Jendela Datin Kesehatan

Macam - Macam Kontrasepsi

Di era teknologi yang semakin pesat seperti sekarang ini kontrasepsi bisa digolongkan dalam
3 kategori, yaitu :
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Metode kalender
Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari informasi
yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara berurutan. Untuk
mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi dengan durasi
minimal enam dan dianjurkan dua belas siklus (Glaiser, 2005). Kalender Metode
ini diperkenalkan pertama kali oleh orang Jepang bernama Kyusaku Ogino dan
Herman Knaus dari Jerman pada tahun 1931. Cara ini dikenal dengan cara Ogino-
Knaus. Pada prinsipnya, kehamilan seorang wanita hanya bisa terjadi selama
beberapa hari saja dalam setiap siklus haidnya. Hari-hari itu disebut masa subur
(fase ovulasi) yang dimulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam sesudah
ovulasi. Sebelum dan sesudah waktu itu, wanita berada pada masa tidak subur dan
memiliki kemungkinana tidak terjadi kehamilan apabila melakukan hubungan
seksual. Metode ini menggunakan perhitungan mundur secara matematis untuk
menentukan kapan masa subur (fase ovulasi). Menurut pernyataan Majelis
Lembaga Fikih Islami, metode kontrasepsi dengan prinsip pantang seksual
dibolehkan.
2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang
cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari
enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif
bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan
perlaktasi (Saifuddin, 2006). Tugas menyusui yang diperintahkan Allah, secara
medis ternyata dapat menurunkan kesuburan wanita. Selama proses menyusui,
terdapat hormon prolaktin yang kadarnya meningkat dengan isapan dan rangsangan
pada puting. Hormon ini menekan ovulasi sehingga wanita yang menyusui tidak
mengalami haid (amenore sekunder). Tetapi, sifatnya sangat sementara dan ovulasi
bisa terjadi kembali secara tiba-tiba. Secara syariat Islam, memetodekan penyusuan
sebagai metode kontrasepsi tidak ada pertentangan karena menyusui sendiri
diperintahkan Allah, bahkan jika sanggup sampai dua tahun.
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya ...” (Al-Baqarah: 233).
3) Metode suhu tubuh
Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu
basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh adalah
indikasi bahwa telah terjadi ovulasi (Glaiser, 2005). Suhu basal badan adalah
suhu dasar badan, yaitu suhu saat sedang istirahat dan tidak mempunyai banyak
tekanan. Perubahan suhu basal badan wanita dalam satu siklus menstruasi akan
membentuk pola tertentu apabila dicatat dengan baik. Dalam keadaan normal
(sebelum dan sesudah ovulasi), suhu basal badan mengalami perubahan yang
menetap dan berulang. Dengan melakukan pencatatan suhu setiap hari, titik-titik itu
bisa dihubungkan hingga membentuk gambaran kurva atau grafik yang khas. Dengan
dasar inilah beberapa ahli memperoleh informasi untuk mengetahui saat ovulasi
bahkan untuk merencanakan jenis kelamin anak. Prinsipnya, menjelang ovulasi maka
suhu basal turun. Kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu badan naik lagi lebih
tinggi daripada suhu sebelum ovulasi dan tetap tinggi sampai terjadi haid. Metode ini
menggunakan prinsip pantang seksual untuk menghindari kahamilan. Hukum syar’i-
nya sesuai dengan hukum KB kalender dan para ulama membolehkan.
4) Senggama terputus (koitus interuptus)/Azl.
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi. Angka kegagalan 4– 18 kehamilan per 100 wanita. (Saifuddin,
2006). Azl diartikan sebagai penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
Prinsip azl secara medis adalah terjadinya ejakulasi harus disadari oleh pria. Kira-kira
1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang sempit ini dimanfaatkan untuk menarik
penis dari vagina. Azl merupakan metode kontarsepsi tertua. Pada zaman
RasulullahSAW, para sahabat pernah melakukannya. Sebagaimana hadist yang
diriwayatkan dari Jabir berikut,
“Kami melakukan ‘azl pada masa nabi SAW dimana al-Qur’an masih terus
diturunkan, dan hal tersebut diketahui oleh nabi saw tetapi beliau tidak melarangnya”.
(HR. Al-Bukhari (no. 5209) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440) kitab an-Nikaah).
5) Metode Lendir/Cairan Serviks
Metode lendir serviks lahir didasarkan pengamatan Dr. Evelyn Billings dan Dr. John
Billings peneliti medis di Australia yang memperkenalkan metode ovulasi. Prinsip
metode ini adalah mengetahui masa subur wanita yang ditandai dengan munculnya lendir
serviks. Metode ini menggunakan prinsip pantang seksual untuk menghindari kahamilan.
Hukum syar’i-nya sesuai dengan hukum KB kalender dan para ulama memperbolehkan
b. Metode Barrier
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom
tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi Menular Seksual
termasuk HIV/AIDS.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa),
tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk krim
(Saifuddin, 2006).
c. Metode Kontrasepsi Modern
1) Kontrasepsi pil
Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap
hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma.
Ada yang kombinasi yang didalamnya ada hormone progesterone dan estrogen,
selanjutnya ada minipil yang hanya mengandung hormone progesterone (Rabe,
2003).
2) Kontrasepsi implant
Alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron levonorgestrel yang
ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma.
3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja
menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006).
4) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen baik pada pria dan pada
wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit
atau memotong saluran telur (wanita), atau menutup saluran mani laki-laki
(Siswosudarmo, 2006).
5) Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di
daerah otot pantat (gluteus maximus) (Aswarmakruf, 2010).
Landasan Hukum Vasektomi dan Tubektomi dalam UU. No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Untuk membangun keluarga yang sehat sejahtera di Indonesia, pihak pemerintah
Upaya tersebut pemerintah dapat membuat kebijakan melalui peraturanperaturan tertentu
yang berupa undang-undang sebagai pijakan dasar tempat memperbaiki kesejahteraan rakyat
di Indonesia. Maka dari itu dapat tergambar langsung dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Dalam Pasal 1 ayat 9 disebut, pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan
suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak
kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi.
Tergambar jelas bahwa dengan lahir undang-undang di atas tersebut adanya perihal yang
membolehkan bagi setiap penduduk Indonesia untuk menentukan pengaturan batas anak
dalam keluarga. Menyangkut alat kontrasepsi kehamilan seperti vasektomi dan tubektomi
dapat dipergunakan oleh penduduk Indonesia untuk pengaturan keturunan dalam keluarga.
Walaupun tidak dijelaskan secara khusus oleh Undang-Undang menyangkut dengan hal ini,
Akan tetapi alat kontrasepsi yang berupa vasektomi dan tubektomi dijelaskan secara umum,
sebab vasektomi dan tubektomi merupakan salah satu alat kontrasepsi sebagai pengaturan
keturunan dalam program keluarga berencana (KB).
Dalam Pasal 24 ayat 3 disebutkan bahwa, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan
dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta
segi kesehatan. Sehingga dapat tergambar dari indikasi undang-undang di atas yang bahwa
memberikan kebebasan untuk setiap penduduk Indonesia dalam mengatur keluarganya
terhadap keturunannya, tetapi harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma
budaya, etika, serta segi kesehatan
Pertimbangan pemerintahan seperti tertera dalam Pasal 30 ayat 1, pemerintah menetapkan
kebijakan penurunan angka kematian untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
berkualitas pada seluruh dimensinya dengan mengingat dan menimbang pemerintahan
Indonesia dengan melihat data penurunan angka kematian sebagaimana dimaksud pada ayat 1
berupa pemberian prioritas pada:
a. penurunan angka kematian ibu waktu hamil.
b. ibu melahirkan.
c. pasca persalinan.
d. dan bayi serta anak.
Sehingga dapat tergambar dari indikasi undang-udang di atas yang bahwa memberi
kebebasan untuk setiap penduduk dalam mengatur keluarganya terhadap keturunannya. Maka
dari itu bagi setiap penduduk Indonesia dapat menggaturkan keturunanya, jumlah anak dalam
keluarga, upaya keluarga yang ideal, pemerintahan memberikan perihal tersebut dalam
bentuk kebebasan, dalam artinya dapat menggunakan alat kontrasepsi tersebut dengan dapat
digunakan atas pertibangan jumlah angka kematian dan kelurga ideal, dengan dapat
dipertanggungjawabkan oleh nilai agama dan budaya yang berlaku
(UU. No. 52 Tahun 2009)

Hukum Alat Kontrasepsi


Hukum Keluarga Berencana dalam islam dilihat dari 2 (dua) pengertian:
a. Tahdis An-Nasl (Pembatasan Kelahiran)
Jika program keluarga berencana dimaksud untuk membatasi kehamilan maka
hukumnya haram. Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran bahkan terdapat
banyak hadist yang mendorong umat islam untuk memperbanyak anak. Misal, tidak
bolehnya membunuh anak apalagi karena takut miskin atau tidak mampu memberikan
nafkah. Allah berfirman:
“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.” (Qs. Al-Isra ayat:
31)
b. Tanzhim An-Nasl (Pengaturan Kelahiran)
Jika program keluarga berencana dimaksudkan untuk mencegah kehamilan
dengan berbagai cara dan sarana, maka hukumnya mubah, bagaimanapun motifnya.
Berdasarkan keputusan yang telah ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa pil-pil
untuk mencegah kehamilan tidak boleh dikonsumsi. Karena Allah SWT
mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan dan
memperbanyak jumlah umat (Hasan, 2010).
Rasullulah Sallallahu Walaihi Wa Sallam bersabda yang artinya:
“Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku
berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat lain di hari kiamat” (dalam
riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat). Secara fiqhiyah, pada dasarnya
KB diqiyasakan dengan apa yang dinamakan‘azl yaitu mengeluarkan air mani diluar
vagina. Pada zaman dulu, ‘azl dijadikan sarana untuk mencegah kehamilan.
Sedangkan KB juga sama-sama untuk mencegah kehamilan, bedanya ‘azl tanpa alat
sedangkan KB dengan alat bantu seperti kondom dan spiral. Keduanya dipertemukan
karena sama-sama untuk mencegah kehamilan dan sama sekali tidak memutuskan
kehamilan. Dalam Al-quran dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan
keluarga berencana, diantaranya:
1) Q.S Al-Qashas ayat: 77
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
2) Q.S Al-Baqarah ayat: 233.
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
3) Q.S Al-Anfal ayat 53
Artinya: “(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri
mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
4) Q.S. At Thalaq ayat: 7
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
(Gray, 2010)
5) Hadits Sa’d bin Abi Waqqash ra
Diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash ra.: pada tahun Haji penghabisan
(wada’) Nabi Muhammad Saw, ketika ia mengalami sakit parah dan Nabi
Muhammad Saw mengunjungi seraya mendoakan kesehatannya. Dalam
Hadits nabi yang artinya berbunyi “Sesungguhnya lebih baik bagimu
meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada
meninggalkan mereka menjadikan mereka menjadi beban atau tanggungan”.
Hadist diatas menjelaskan bahwa hendaknya suami istri
mempertimbangkan secara matang tentang biaya rumah tangga selagi
keduanya masih hidup, dan jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban
bagi orang lain. Maka demikian pengaturan tentang kelahiran anak kendaknya
dipikirkan bersama-sama.
Jadi Keluarga Berencana (KB) adalah suatu ikhtiar atau usaha manusia
untuk mengatur kehamilan dalam keluarga.Keluarga Berencana bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
keluarga bahagia yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
Beberapa alasan yang diperbolehkan untuk melakukan penundaan kehamilan
adalah:
1) Seorang wanita tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan
yang lain, sehingga berbahaya jika hamil.
2) Jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan istri keberatan jika hamil lagi,
dengan niatan untuk memberikan pendidikan usia dini bagi anak, sampai siap
untuk hamil kembali.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau
supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang
dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh hukumnya.
Hadis nabi yang artinya berbunyi:
“Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena (pada hari
kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat
yang lain.” (HR. Abu Dawud no. 2050)
(Hasan, 2010)
Hukum kontrasepsi dalam syariat Islam
Dalam penetapan hukum syariat Islam mengenai penggunaan alat kontrasepsi, para ulama
mempertimbangkan beberapa alasan, diantaranya:
a. Motivasi, tujuan, dan niat
Para ulama membolehkan penggunaan alat kontrasepsi untuk tujuan yang benar, yaitu
mengatur (tanzhim) jarak kelahiran. Jarak yang ideal untuk kehamilan berikutnya adalah
setelah penyusuan yang sempurna hingga 2 tahun. Diharapkan dengan pengaturan tersebut
masing-masing hak, baik anak, suami maupun sang ibu dapat terpenuhi secara seimbang.
Meski metode yang dipakai halal, namun jika niatnya untuk membatasi keturunan maka para
ulama tidak membolehkannya.
b. Unsur pembunuhan (taqtil)
Alat kontrasepsi yang ada hendaknya tidak mangandung unsur pembunuhan ditinjau dari
mekanisme kerjanya. Batasan pembunuhan menurut para ulama adalah ketika masih dalam
bentuk sperma. Hal ini sebagaimana penggunaan spermaticid yang berfungsi mematikan
sperma. Pendapat umum para ulama adalah tidak membolehkannya. Sebagian ulama lain
mengatakan bahwa termasuk pembunuhan jika sperma telah membuahi sel telur (ovum) dan
terbentuk zigot.
c. Unsur pembatasan (tahdid) secara permanen maupun semi permanen
Jika ada unsur pembatasan atau pencegahan kehamilan yang berarti pemutusan keturunan
secara permanen, para ulama sepakat mengharamkan hukumnya. Sebagaimana mengutip
pernyatan mejelis Lembaga Fikih Islam yang ditetapkan di Mekah 30/4, 1400 H edisi ke-3
tentang hukum syariat Islam KB:
“Menggunakan alat-alat kontrasepsi atau sarana lain yang mengakibatkan alat-alat
reproduksi tidak berfungsi atau tidak dapat menghasilkan keturunan, baik pria maupun
wanita; dengan persetujuan atau tidak; dengan motivasi agama atau lainnya maka
hukumnya haram dan ulama sepakat mengharamkannya”.
Termasuk dalam hal ini ialah mengubah ciptaan Allah, diantaranya mengubah atau
mematikan fungsi anggota badannya dari yang asli. Jika tujuan memakai kontrasepsi untuk
membatasi jumlah anak, misalnya cukup dua atau tiga maka hal itu haram hukumnya. Hal itu
tidak sesuai dengan tuntunan Nabi, padahal Nabi menghendaki jumlah yang banyak pada
pengikutnya.
d. Tingkat keamanan (efek samping)
Syaikh Utsaimin memfatwakan dibolehkan menggunakan kontrasepsi selama tidak
menyebabkan kemadharatan bagi wanita. Jika pemakaian kontrasepsi ternyata menimbulkan
gangguan yang cukup berbahaya bagi tubuh maka hukumnya menjadi tidak boleh karena
telah mendzalimi diri sendiri. Misalnya, gangguan haid, sakit kepala, hipertensi, infeksi,
hingga resiko kematian.
e. Unsur pendzaliman terhadap salah satu pihak atau pasangan
Pemakaian kontrasepsi selalu berhubungan dengan organ atau siklus reproduksi, baik
pada pihak wanita maupun pihak laki-laki. Hubungan seksual melibatkan dua pihak, yaitu
suami dan istri yang diharapkan dalam proses tersebut masing-masing pihak bisa terpuaskan.
Misalnya pada pemakaian kontrasepsi azl yang mengurangi kenikmatan bagi istri dalam
mencapai tingkat kepuasan, ada ulama yang tidak membolehkannya.
f. Cara pemakaian
Para ulama tidak membolehkan pemakaian alat kontrasepsi yang melibatkan orang lain
yang bisa melihat aurat seseorang. Ini bukan termasuk situasi darurat. Misalnya, pada
pemasangan AKDR/IUD yang harus melibatkan orang lain
g. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut islam adalah yang cara kerjanya mencegah
kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen). Bahan pembuatan yang
digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang
membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan. Selain itu, dapat dipasang sendiri oleh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau boleh orang
lain tetapi bila dalam keadaan darurat (Hasan, 2010).

Gray, Jerry Duane. 2010. Rasulullah is my doctor. Jakarta :Sinergi Publishing.


Sari, AP. 2018. Vasektomi dan Tubektomi pada Keluarga Berencana dalam Perspektif Hukum
Islam. Diakses dari eprints.ums.ac.id pada tanggal 3 Januari 2020 pukul 20:27 WIB.
Hasan, M. Ali. 2010 Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai