MANAGEMEN PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu :
Drs. Zulkarnain, M.Si.
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Evaluasi dalam Pembelajaran”
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Zulkarnain,
M.Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah manajemen pendidikan yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun
kelengkapan dan ketepatan isi makalah. Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak agar selanjutnya dapat ditingkatkan dan disempurnakan.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan
sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Pembelajaran ............................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran .............................................. 5
2.3 Cara Mengevaluasi Setiap Ranah atau Domain........................... 8
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….17
BAB I
PENDAHULUAN
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut
Stufflebeam, dkk. (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternativekeputusan.
Guba dan Lincoln (Hamid Hasan, 1988) mendefinisikan evaluasi itu merupakan
suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda,
kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995)
evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan
dengan pengertian tersebut. Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi
dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non tes.
Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam buku yang
terkenal, yaitu Handbook Onformative and Summative Evaluation
of Student Learning yang khusus membicarakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi
adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan dasar dalam
menetapkan ada atau tidak perubahan-perubahan dan tingkat perubahan yang terjadi
pada diri anak didik. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu
kegiatan pengumpulan data mengenai belajar yang dilakukan secara sistematis dan
menurut prosedur tertentu untuk dapat memberikan arti mengenai berbagai aspek
belajar yaitu aspek perolehan dalam belajar.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002).
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000)
dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu
sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem),
evaluasi merupakan salah komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh
guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh
dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Di sekolah, Anda sering
mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir semester,
ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya. Istilah-istilah
ini pada dasarnya merupakan bagian dari sistem evaluasi itu sendiri.
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi
informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran. Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi
dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses
pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan
aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran
(measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam
kegiatan evaluasi.
Dengan demikian, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti)
pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
2.2.1 Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi:
2.2.3 Jenis evaluasi berdasarkan lingkup pembelajaran, dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi program pembelajaran, adalah evaluasi yang mencakup terhadap tujuan
pembelajaran, isi program pembelajaran, starategi belajar, aspek-aspek program
pemebelajaran yang lain.
b. Evaluasi proses pembelajaran, adalah evaluasi yang mencakup kesesuain antara
proses pembelajaran dengan garis besar pembelajaran yang ditetepkan,
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa
mengikuti proses pembelajaran.
c. Evaluasi hasil pembelajaran, adalah evaluasi yang mencakup tingkat penguasaan
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus,
ditinjau dari aspek afektif dan psikomotorik.
2.3 Cara Mengevaluasi Setiap Ranah atau Domain
b. Afektif
Tujuan dilaksanakannya penilaian hasil relajar afektif ádalah untuk
mengetahui capaian hasil belajar dalam hal penguasaan domain afektif dari
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh setiap peserta didik setelah
kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik pengukuran dan penilaian hasil
belajar afektif terdiri atas dua yakni teknik testing, yaitu penilaian yang
menggunakan tes sebagai alat ukurnya, dan teknik non- testing, yaitu teknik
penilaian yang menggunakan bukan tes sebagai alat ukurnya. Kompetensi
siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan
dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi,
gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia
merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan.
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu
nilai, komitmen terhadap nilai.
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai,
memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang
dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian
afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran Bahasa Indonesia
7 6 5 4 3 2 1
Saya senang balajar Bahasa Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia bermanfaat
Pelajaran Bahasa Indonesia membosankan
Dst….
Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pelajaran Bahasa Indonesia bermanfaat SS S TS STS
2. Pelajaran Bahasa Indonesia sulit
3. Tidak semua harus belajar Bahasa Indonesia
4. Sekolah saya menyenangkan
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
c. Psikomotor
Dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus
mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,
atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.Penilaian
psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil
dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik,kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam
simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Tes untuk mengukur ranah
psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja
(performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik.
Ranah ketrampilan motorik atau psikomotor dapat diartikan sebagai
serangkaian gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu
tugas. Sejak lahir manusia memperoleh ketrampilan-ketrampilan yang
meliputi gerakan-gerakan otot yang terpadu atau terkoordinasi mulai yang
paling sederhana misalnya berjalan, sampai ke hal yang lebih rumit ; berlari,
memanjat, dan sebaginya. Akan tetapi ketrampilan motor atau psikomotorik
yang diperlukan oleh seorang tenaga profesional seperti mengemudi mobil,
berenang, mengambil darah dari pembuluh vena, mengajar, harus
dikembangkan secara sadar melalui suatu proses pendidikan. Ranah
psikomotor (dalam Subyantoro, 2008) terdiri atas persepsi, kesiapan
melakukan pekerjaan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi,
dan organisasi.
Penilaian ketrampilan psikomotor memang lebih rumit dan subjektif
dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif. Karena penilaian
ketrampilan psikomotor memerlukan teknik pengamatan dengan keterandalan
(reliabilitas) yang tinggi terhadap demensi-demensi yang akan diukur. Sebab
bila tidak demikian unsur subjektivitas menjadi sangat dominan. Oleh
karenanya upaya untuk menjabarkan ketrampilan psikomotor ke dalam
demensi-demensinya melalui analisis tugas (Task analyisis) merupakan
langkah penting sebelum melakukan pengukuran. Dengan analisis tugas itu
akan dapat dipelajari ciri-ciri demensi itu dan dapat tidaknya demensi itu
untuk diobservasi dan diukur.
Tahap penilaian keterampilan sebagai berikut.
1. Penyusunan Instrumen
a. Tahap Analisis Tugas : upaya untuk menjabarkan ketrampilan psikomotor
kedalam demensi-demensinya, ini merupakan langkah penting sebelum
melakukan pengukuran. Dengan analisis tugas akan dapat dipelajari ciri-
ciri demensi itu dan dapat tidaknya demensi itu untuk diobservasi dan
diukur.
b. Tahap penentuan Dimensi Psikomotorik : disini demensi diartikan sebagai
komponen penyusun suatu ketrampilan yang dapat diamati dan diukur.
Agar demensi dapat diukur harus memenuhi syarat sebagai berikut :
demensi itu harus secara umum didapatkan pada suatu kelompok benda
atau manusia, demensi itu harus dapat memberikan data sensorik yang
dapat ditangkap oleh indera manusia, demensi itu harus dapat dirumuskan
dengan jelas, demensi itu harus memiliki nilai variasi, demensi itu harus
dapat memberikan respons yang mirip pada berbagai pengamat yang
berbeda.
Instrumen atau Alat ukur ketrampilan psikomotor:
a. Daftar Cek (check list)
b. Skala Nilai (Rating Scale)
c. Catatan Anekdotal (Anecdotal record),dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar : Badan Penerbit UNM.
Djumingin, Sulastriningsih. 2011. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif
Bahasa dan Sastra. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Sanjaya, Mina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.