KATA PENGANTAR
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
usaha dan pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan pengembangan
usaha budidaya rumput laut tersebut di Kalimantan Timur.
H. Nusyirwan Ismail
ii
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I 3(1'$+8/8$1««««««««««««««««««
«
1
PENUTUP
LAMPIRAN
iii
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Kinerja ekspor rumput laut Indonesia periode 2000-2004 4
Tabel 2 Import rumput laut Indonesia 6
Tabel 3 Prediksi peluang pasar rumput laut (ton) tahun 2007-2010 7
Tabel 4 Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Kota Bontang tahun 2003- 8
2005
Tabel 5 Nama dan lokasi industri pengolahan rumput laut 11
Tabel 6 Beberapa faktor penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut 13
Tabel 7 Luas potensial lahan ukuran minimal untuk pengembangan budidaya laut 17
Kota Bontang
Tabel 8 Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Kota Bontang 18
Tabel 9 Asumsi analisis investasi budidaya rumput laut 42
Tabel 10 Proyeksi biaya investasi budidaya rumput laut untuk kantor dan 43
peralatannya kapasitas 20 ha
Tabel 11 Proyeksi biaya investasi peralatan budidaya rumput laut 43
Tabel 12 Proyeksi biaya operasional budidaya rumput laut 44
Tabel 13 Hasil analisis finansial proyek 45
Tabel 14 Hasil analisis sensitivitas kelayakan proyek 46
iv
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Rumput laut Eucheuma cottonii banyak dibudidayakan di Kaltim «««2
Gambar 2 Perkembangan eksport rumput laut Indonesia 4
Gambar 3 Volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia, berdasarkan negara tujuan 5
Gambar 4 Produsen rumput laut dunia 6
Gambar 5 Melahing dengan hamparan budidaya rumput laut 15
Gambar 6 Lokasi peruntukan usaha budidaya rumput laut di Bontang 17
Gambar 7 Metode rawai/jalur 27
Gambar 8 Perahu sebagai alat untuk mengangkut hasil rumput laut 28
Gambar 9 Panen rumput laut dapat dilakukan kaum wanita 28
Gambar 10 Panen dapat menggunakan sarana sederhana 29
Gambar 11 Perahu dan pelampung untuk budidaya rumput laut 30
Gambar 12 Rumput laut hasil panen 30
Gambar 13 Rumput laut siap dijemur 31
Gambar 14 Penjemuran dilakukan di waring 31
Gambar 15 Mesin pengering rumput laut tenaga surya 32
Gambar 16 5XPSXWODXWVHUDQJDQµ,FHLFH¶ 33
Gambar 17 Rumput laut serangan Bulu Babi 33
v
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Pendahuluan
Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting.
Tumbuhan ini bernilai ekonomis tinggi karena penggunaannya yang sangat luas
dalam industri kembang gula, kosmetik, es krim, media cit a rasa, roti, saus,
penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus mening kat setiap tahun.
Pada tahun 200 0, nila i ekspor rumput lau t Indonesia mencapai US $ 15,670 juta
meningkat menjadi US $ 25,296 juta pada tahun 2004. Negara tujuan utama
ekspor rumput laut Indonesia adalah Hongkong, Cina, Denmark, Spanyol, USA
dan Filipina . Untuk waktu mendatang, kebutuhan rump ut laut dunia semakin
meningkat. Hal ini merupakan peluang pasar yang menjanjikan bagi para
Perikanan dan beberapa instansi terkait yang bekerja sama dengan pihak - pihak
petani atau nelayan dalam bentuk bantuan teknis budidaya rumput laut ,
penanganan pascapanen, dan bantuan per modal an, sehingga nelayan semakin
pada tahun 2007, Kalimantan Timur diperkirakan mendapat dana APBN 6,5 - 12
tetapi pada saat ini baru dikenal lima jenis yang bernilai eksport tinggi, yakni
Gracilaria (Gambar 1). Jenis- jenis rumput laut secara ekonomi menjadi penting
Udang, Ikan Nila, Kerapu, Bandeng, Patin, Betutu, Lele, Gurami dan Ikan Hias.
2
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
dikembang kan teru tama di wilayah garis pantai. D itinjau dari aspek teknis,
rumput laut . Di Wilayah ini sudah banyak nelayan yang mengusahakan rumput
pemerintah daerah sangat mendukung dan mendorong usaha ini untuk semakin
semakin meningkatnya permintaan dan harga jual yang relatif stabil . Potensi
bibit cukup tersedia karena dapat diproduksi sendiri oleh nelayan dari budidaya
sebelumnya atau dibeli dari pembudidaya di daerah lain denga n harga yang
cukup murah .
3
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
SITUASI PEMASARAN
Perkembangan jumlah rumput laut yang diekspor dari tahun 2000 - 200 4
cenderung semakin meningkat. Pada tahun 2000 , banyaknya rumput laut yang
diekspor sebesar 23.073 ton meningkat menjadi 51.011 ton kg pada tahun
2004 atau rata - rata pertumbuhan per tah un sebesar 23% (Gambar 2 dan Tabel
1).
Peranan rumput laut dalam menghasilkan devisa bagi negara Indonesia nilainya
juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 nilai ekspornya
menc apai US dollar 15,67 0 juta meningkat menjadi US Dollar 25,296 juta pada
tahun 2004 dengan rata - rata pertahunnya sebesar US Dollar 18,898 juta Tabel
1). Rata- rata pertumbuhan nilai ekspor rumput laut Indonesia adalah 10,21 %.
Selama kurun waktu lima tahun tersebut, nilai ekspor rumput laut ke
mancanegara sudah mencapai US Dollar 94,492 juta . Negara yang paling besar
4
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Lainnya 2216936
4536031
Chili 522696
116760
Spanyol 1768277
3363585
Denmark 2643394
4499002
Jerman 309179
338651
Perancis 397619
1355000
UK 478584
400000
USA 1082704
2127773
Australia 195412
255604
Filippina 2447270
4573855
Cina 3138937
9337005
Hongkong 3051593
7867030
0 1.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.0009.000.00010.000.000
6% dari sisi demand dan 5% dari sisi supply. Hal ini menunjukkan adanya
kecenderungan harga rum put laut yang me ni ngkat. Pada tahun 2003, Negara
Cina adalah negara yang paling besar menerima rumput laut Indonesia yaitu
sebesar 9. 337 ton atau senilai US $ 3,139 juta. Besarnya permintaan cina
terhadap komoditi rumput laut didorong oleh permintaan masyarakat Cina akan
5
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
baku, sehingga harus mengimp or rumput laut terutama dari negara seperti
Filipina, Cili, dan India untuk jenis Eucheuma dan Gracilaria. Disamping, itu,
impor dilakukan karena ada beberapa jenis rumput laut yang tidak dapat
tumbuh di perairan Indonesia seperti jenis Nori dari Jepang, K orea, Eropa dan
Amerika Latin.
(Tabel 2). Pada tahun yang sama, v olume dan nilai impor tersebut masih lebih
kecil dibandi ngkan dengan jumlah dan nilai ekspornya . Selisih Ekspor - Impor
peringkat 2 (dua) dunia dengan mengha silkan produksi rumput laut sebesar
6
Gambar 4. Produsen rumput laut dunia
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
sebanyak 8.000 ton berat kering atau 5,4% dan negara lainnya menambah stok
rumput laut dunia jenis Eucheuma dan Kappaphycus sebanyak 1.000 ton berat
industri telah membuka peluang pasar yang cukup luas bagi para investor yang
kebutuhan rumput laut terutama jenis Eucheuma dan Gracilaria yang banyak
Tabel 3. Prediksi peluang pasar rumput laut (ton) tahun 2007 - 2010
Jenis Bahan Baku 2007 2008 2009 2010
terutama dari 3 daerah kabupate n/kota yaitu Kota Bontang, Kabupaten Kutai
daerah tersebut. Bahkan rumput laut yang berasal dari kabupat en Berau
sebagian besar bukan hasil dari budidaya, tetapi diperoleh dari laut bebas.
Pada tahun 2003, hasil pro duksi rumput lautnya mencapai 1,82 ton meningkat
7
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
tajam menjadi 118,5 ton pada tahun 2005. Menurut pihak Dinas Perikanan dan
Kelautan Kota Bontang, data ini dimungkinkan masih lebih besar karena
terdapat banyak transaksi rumput laut yang dilakukan oleh nela yan dengan
pedagang belum tercatat. Peni ngkatan yang cukup signifikan tersebut karena
dalam kurun waktu 2 tahun terdapat peningkatan rumah tangga perikanan ( RTP)
budidaya rumput laut dari 15 RTP pada tahun 2003 menjadi 162 RTP pada
tahun 2005. Perkembang an usaha budidaya rumput laut di Kota Bontang tahun
3.
Produksi rumput laut kering (ton) 1.82 7.52 118.5
4.
Jumlah RTP budidaya rumput laut 15 30 162
Kabupaten Kutai Timur adalah kabupaten yang rel atif baru dal am
rumput laut yang diusahakan oleh nelayan sebagian besar adalah bantuan dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur dan masih bersifat
8
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
yang dila kukan dengan cara tradisional sekitar seabad yang lalu. Produksi agar
ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku dari alam (wild cro ps). Dari
segi usaha budi daya, baru dikembangkan pada sekitar tahun 1984 yang
didahului dengan penelitian dan uji coba se kitar tahun 1983. Pengembangan
teknologi mutakhir baru dimulai pada akhir dekade 1980 - an, dimulai dengan
industri karaginan semirefine , baik dalam bentuk chips maupun tepung dan
moyang kita seja k lebih dari seabad yang lalu, tetapi industrinya baru dimulai
Surabaya pada tahun 1947 dan memproduksi agar dengan teknologi dan
tahun 1955, terdapat 5 industri agar, umumnya dalam bentuk agar batang dan
kertas dengan berat tota l produksi 13,7 ton per tahun. Dua puluh tahun
kemudian, tahun 1975, jumlah industri pengolah agar - agar menjadi 10 dengan
total produksi 108,7 ton per tahun. Namun, sebagian di antaranya merupakan
industri yang hanya melakukan formulasi atau blending, kemu dian dipasarkan
impor.
9
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Awal dekade tahun 1980 - an, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) mulai mengamati sumber daya rumput laut ini dan menyimpulkan bahwa
Indonesia - di mana impor hasil olahannya (agar, alginat, dan karaginan) yang
untuk menjamin pasokan bahan baku. Tahun 1983, BPPT mengajak mitra kerja
P3O LIPI (Lembaga Oseanologi Nasional LIPI) dan Balai Penelitian Perikanan Laut
coba budi daya rumput laut di Bali. Budi daya dimulai dengan jenis Eucheuma
daya dimulai dengan jenis Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii dan
pada tahun 1986 dimulai dengan budi daya Gracilaria s p ., di mana BPPT
bermitra dengan PT Agarindo Bogatama (PT Dunia Bintang Walet). Pada tahun
Bekasi.
refine di Pasar Kemis, Tanggerang yang seluruh produk agarnya diserap oleh PT
Dunia Bintang Walet di Jelambar, Jakarta Barat, yang melakukan formulating dan
rumput laut antara lain PT Dharma Nirmala Sakti di Klungkung, Bali (karaginan
produksi alkali treated Gracilaria dan sekarang pro duksi karaginan semirefine ).
sampai besar dan 3 industri tradisional dengan total produksi 888,5 ton per
kar aginan refine , dan 1 industri alginate. Nama dan lokasi industri pengolahan
dasar ( base product ), bukan merupakan end products yang langsung dapat
rumput laut dalam bentuk end products. Im por hasil olahan rumput laut pun
masih terus berlanjut. Hal ini terjadi karena belum berkembang dan dikuasainya
teknologi formulasi untuk menghasilkan end products yang siap digunakan oleh
cokelat, sirop, es krim, roti, saus, serta makanan dalam kaleng) dan industri
lainny, seperti industri tekstil, cat, kertas, farmasi, pasta gigi, dan pet foods .
Produk karaginan saat ini di ekspor ke antara lain Jepang, Cina, Selandia Baru,
11
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
12