G LO BAL
perairan Indonesia hampir
menguasai 65 % potensi perairan
coral tri angel yang potensial untuk
tumbuh kembangnya berbagai jenis
rumput laut khususnya jenis
Kappaphycus alvarezii, jauh mengungguli potensi negara-negara lainnya yaitu
E a s t A frica
berturut-turut Philipina sebesar 15%, Kepulauan Solomon 7%, Malaysia 5%,
P a cific O ce a n ia 3%
Papua Nugini 5% dan Timor Leste sebesar 1%. Berbagai jenis rumput laut
ekonomis tinggi dan telah berhasil dibudidayakan di Perairan Indonesia secara
W e s t A frica 4%
umum berasal dari jenis alga merah (Rhodophyceae) antara lain Eucheuma
cottonii / Kappaphycus alvarezii doty, E. Spinosum, dan Gracilaria sp; Ptylopora
dan Halymenia sp In d ia n 5%
O ce a n 3 %
L a tin s e a co a s t
A m e rica 14% w ith in 1o0
N / S la titu d e
118 ,0 43 K M
C o ra l T ria n g
perdagangan global menunjukkan trend kenaikan yang cukup tinggi, seiiring
dengan peningkatan kebutuhan bahan baku industri baik untuk food grade,
pharmaeutical maupun industryal grade. Pertumbuhan penduduk dunia yang
semakin pesat dan Kompleksitas nilai guna rumput laut yang begitu besar71%
sebagai penunjang kebutuhan hidup masyarakat dunia, maka tidak heran
memang jika saat ini rumput laut menjadi komoditas yang prospektif dan telah
menjadi bagian dari kebutuhan global. Betapa tidak sejak kita bangun tidur
Dalam upaya pencapaian Visi dan Misi tersebut, Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah menetapkan komoditas unggulan yang menjadi sasaran utama,
Laminaria 11%
dimana komoditas rumput laut menjadi salah satu ikon yang diharapkan mampu
mewujudkan mimpi besar Indonesia. Tahun ini Indonesia mampu menggeser
pesaing utamanya Philipina sebagai produsen rumput laut terbesar dunia
56%
dengan total produksi di Tahun 2010 mencapai 3.906.420 ton. Menurut data
base FAO dan SEAplant.net menyebutkan bahwa Indonesia menguasai sekitar
Porphyra
50% produk rumput laut hasil budidaya di dunia yaitu untuk jenis Eucheuma,
Gracilaria dan Kappaphycus. Sebuah keberhasilan tentunya yang diperlihatkan
pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Bicara peluang terhadap pasar perdagangan rumput laut dunia, Indonesia Based on FA
berada pada posisi yang mempunyai peluang besar dalam memasok kebutuhan
bahan baku rumput laut. Sebagai gambaran Tahun 2010 peluang kebutuhan
rumput laut Eucheuma cottonii dunia mencapai 274.100SEAPlant.net
ton, dimana Indonesia
mempunyai peluang memberikan kontribusi ekspor sebesar 80.000 ton atau
sekitar 29,19% , sedangkan peluang kebutuhan dunia akan rumput laut jenis
Gracilaria sp mencapai 116.000 ton, dimana Indonesia mempunyai peluang
kontribusi sebesar 57.500 atau sekitar 49,57% (sumber : BPPT dan ISS, 2006).
Ketiga, Pembinaan intensif secara berkelanjutan baik teknis maupun non teknis.
Upaya tersebut dalam bentuk monitoring, evaluasi, kegiatan temu lapang, serta
kegiatan lain yang secara langsung mendukung aktivitas usaha budidaya;
Bentuk kemitraan usaha yang seringkali dibangun misalnya melalui pola inti
plasma maupun CSR (Coorporate Social Responsibility ). CSR sebagai
manifestasi peran pihak perusahaan dalam upaya pemberdayaan masyarakat
local memang menjadi sebuah keharusan sebagai bentuk tanggung jawab moral
yang harus secara langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar. Pola CSR
dianggap mempunyai dampak yang cukup signifikan dalam upaya
mengembangkan potensi suatu daerah. Sehingga perlu adanya upaya dalam
mendorong konsep ini agar mampu berjalan terutama pada kawasan-kawasan
pengembangan budidaya rumput laut. Sebagai gambaran, Kabupaten Penajam
Paser Utara yang nota bene merupakan kawasan pengembangan baru, namun
pada kenyataannya telah mampu menunjukkan proses pengembangan kawasan
rumput laut yang relatif cepat, dimana kondisi ini tidak terlepas dari pola CSR
yang dibangun antara Kelompok dengan perusahaan migas dalam hal ini PT.
Cevron. Pola-pola kemitraan serupa hendaknya sudah mulai dikembangkan di
sentra kawasan pengembangan budidaya rumput laut. Peran pendampingan dan
penyuluhan yang profesional sangat dituntut dalam membangun kelembagaan
yang kuat dan mandiri. Penyuluh bukan hanya sekedar menampung
permasalahan yang ada, tetapi penyuluh profesional seyogyannya mampu
Penulis :
Cocon, S.Pi
Direktorat Produksi