Anda di halaman 1dari 16

Tugas Final

MAKALAH TERORISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengololaan Mitigasi dan


Adaptasi Bencana

Dosen Astia Nurdin, Skm, M,kes

DiSusun Oleh
NAMA : HASNA B
NIM : B00216037

PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
STIKES BARAMULI PINRANG
2018/2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Islam dan
Terorisme untuk masyarakat.

Makalah ini kami susun secara sistematis dan maksimal dengan kajian dan bantuan
dari berbagai pihak, terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas agar lebih memahami
bahwa agama Islam bukanlah agama yang radikal namun agama Islam adalah agama yang
mementingkan kedamaian untuk seluruh umat.

Pinrang, 26 januari 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
Bab II Pembahasan .............................................................................................................. 3
2.1 Penyebab Munculnya Terorisme .............................................................................. 3
2.1.1 Latar Belakang Munculnya Terorisme Secara Umum ........................................ 3
2.1.2 Latar Belakang Terorisme di Indonesia .............................................................. 4
2.2 Ciri-ciri Islam Radikal ................................................................................................. 5
2.3 Pandangan Islam terhadap Terorisme ...................................................................... 7
2.4 Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama ............................................................. 8
2.5 Sikap Umat Islam Terhadap Teroris ........................................................................ 10
BAB III Penutup ................................................................................................................. 12
3.1 Simpulan .................................................................................................................. 12
3.2 Saran........................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 13

ii
BAB 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Terorisme bukanlah hal asing bagi masyarakat saat ini, karena sudah banyak peristiwa
maupun kejadian yang disebabkan oleh aksi terorisme. Terbentuknya terorisme berasal dari
adanya Islam radikal. Mereka beranggapan bahwa aksi teror merupakan suatu ajang jihad di
jalan-Nya. Aksi teror ini merupakan isu global yang memengaruhi kebijakan politik seluruh
negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi terorisme
sebagai musuh internasional. Dalam perkembangan aksi teroris saat ini telah membuat dunia
menjadi tidak aman. Saat ini tidak ada tempat yang aman dan dapat dikatakan bebas dari
ancaman teroris. Ancaman teroris dapat terjadi kapan saja dan di mana saja serta dapat
mengancam keselamatan jiwa setiap orang. Karena dampak yang dirasakan tidak hanya bagi
warga Indonesia mengenai keamanan, tetapi dapat memengaruhi dan menimbulkan pendapat
yang negatif bagi mancanegara.

Terorisme merupakan serangan-serangan terkoordinasi dengan tujuan menimbulkan


perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak
tunduk pada tata cara peperangan, seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target
korban jiwa secara acak serta sering kali merupakan warga sipil. Aksi terorisme juga
mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris dilakukan tidak berperikemanusiaan
dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelaku "teroris" layak mendapatkan
pembalasan yang kejam. Adapun beberapa bentuk penyerangan atau teror, seperti pemboman,
pembajakan, penculikan kapal terbang, dan pembunuhan. Terorisme tidak digunakan karena
alasan militer tetapi karena alasan politik atau alasan agama.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja penyebab munculnya terorisme?
b. Bagaimana ciri-ciri Islam radikal?
c. Sebutkan beberapa contoh kasus kekerasan yang mengatasnamakan agama!
d. Bagaimana sikap umat Islam terhadap terorisme?

1
1.3 Tujuan
a. Sebagai sarana untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama Islam
b. Mengetahui apa saja penyebab munculnya terorisme
c. Mengetahui ciri-ciri Islam radikal
d. Mengetahui cara umat Islam menyikapi terorisme

2
BAB II

Pembahasan
2.1 Penyebab Munculnya Terorisme
2.1.1 Latar Belakang Munculnya Terorisme Secara Umum
Sejarah tentang terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai dengan bentuk
kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk mencapai tujuan
tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran kepercayaan yang
kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara perorangan maupun
oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai tiran.

Kata Terorisme berasal dari Bahasa Perancis le terreur yang semula dipergunakan
untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan
kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh
melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme dipergunakan untuk
menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata Terorisme sejak
awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan
yang anti pemerintah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terorisme
diartikan sebagai penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan (terutama tujuan politik), atau dapat pula diartikan sebagai praktik tindakan
teror. Terorisme sendiri pada hakikatnya merupakan suatu tindak kejahatan ekstrem yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menebarkan teror, ancaman, ketakutan, kekhawatiran,
dan rasa tidak aman di tengah-tengah masyarakat sehingga menimbulkannya adanya
pergolakan dan ketidakstabilan baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.

Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I,
terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai
banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme
adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara
membunuh orang-orang yang berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi
terorisme Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan
masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi Terorisme
diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.

3
Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II, Terorisme dilakukan
dengan cara pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah. Bentuk kedua Terorisme
dimulai di Aljazair pada tahun 50an, dilakukan oleh FLN (Front de Liberation Nationale)
atau Front pembebasan Nasional yang memopulerkan “serangan yang bersifat acak” terhadap
masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa yang disebut
sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun 60an dan terkenal
dengan istilah “Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa saja untuk tujuan
publisitas.

Bentuk ketiga ini berkembang melalui tiga sumber, yaitu:

a. Kecenderungan sejarah yang semakin menentang kolonialisme dan tumbuhnya


gerakan-gerakan demokrasi serta HAM.
b. Pergeseran ideologis yang mencakup kebangkitan fundamentalis agama, radikalisme
setelah era perang Vietnam dan munculnya ide perang gerilya kota.
c. Kemajuan teknologi, penemuan senjata canggih dan peningkatan lalu lintas.

2.1.2 Latar Belakang Terorisme di Indonesia


Penjelasan munculnya terorisme di Indonesia dapat dilihat dari dua sisi, yakni
struktural dan agensial.

a. Dari Segi Struktural

Kita dapat mengatakan bahwa satu dari sekian penyebab kemunculan terorisme di
Indonesia adalah globalisasi yang mendapat sambutan begitu luas di Indonesia. Negeri ini
cepat sekali mengalami modernisasi ekonomi, budaya, dan politik. Berbagai modernisasi
tersebut kerap kali dianggap sama seperti westernisasi , di mana kemudian memicu reaksi
penolakan semu, seperti salah satunya berupa bangkitnya Islam politik tipe tertentu yang
kemudian disebut revivalis, radikal, atau fundamentalis, yang menjadi landasan ideologi
kelompok kekerasan, Jemaah Islamiyah (JI) misalnya.

Pada level nasional, terdapat sejarah berupa represi atau penekanan Islam politik yang
memuncak di era Soeharto di mana sebuah “konsensus kebangsaan” berbasiskan nasionalisme
dipaksakan kepada rakyat yang mayoritas beragama Islam oleh sebuah rezim otoriter yang
tidak ragu menggunakan kekerasan pada rakyatnya sendiri. Rezim ini dipandang menindas

4
dan sangat dekat dengan Barat sehingga berdasarkan pemikiran Islam radikal dapat dikatakan
sebagai murtad (keluar dari agama/ aturan agama)

Banyak pemimpin kelompok Islam radikal yang tidak dapat menerima konsensus
kebangsaan tersebut dicap subversif oleh pemerintah dan akhirnya melarikan diri ke luar
negeri, misalnya Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, para pemimpin JI, yang
mengungsi ke Malaysia dan pada akhirnya justru terekspos ideologi jihad global Al-Qaeda
yang lebih ekstrem.

Para pemimpin ini kemudian kembali ke Indonesia sejak Indonesia menjalani transisi
yang tertatih-tatih menuju demokrasi. Kondisi transisi menuju demokrasi ini memberi ruang
bergerak yang besar bagi mereka yang ingin membangkitkan kembali gerakan politik Islam
radikal yang telah lama ditekan dan pada akhirnya menemukan ekspresi tertingginya dalam
gerakan jihad yang lebih ekstrem, yang kemudian sering disebut sebagai “radikalisasi.”

b. Dari Segi Agensial

Dari sini, analisis mengenai penyebab munculnya teroris di Indonesia bergerak


menuju level agensial: terorisme muncul di Indonesia karena adanya individu-individu yang
terdeterminasi untuk melakukan tipe jihad tertentu melalui penggunaan diskriminasi
kekerasan terhadap rakyat sipil. Individu-individu ini difasilitasi oleh kondisi Indonesia yang
ideal bagi kemunculan terorisme karena para pejabat dan birokratnya korup, kontrol
pemerintah atas teritori dan ekonominya lemah, serta perbatasannya yang sangat luas relatif
tidak terjaga dengan baik sehingga lebih mudah diinfiltrasi dan penegakan serta penindakan
permasalahan terorisme yang dianggap kurang.

2.2 Ciri-ciri Islam Radikal


Radikal berarti amat keras menuntut perubahan. Istilah Islam radikal ini diberikan
kepada kelompok-kelompok yang beraliran keras dalam menuntut penegakan syari’at dengan
jalan yang dianggap sebagai Jihad.
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri Islam radikal dari beberapa sumber, diantaranya:
 Dalam Buku “Gerakan Salafi Radikal di Indonesia” Tahun 2004, Pusat Pengkajian Islam
dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta:
a. Mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk
menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang berlangsung.

5
b. Dalam kegiatannya mereka sering kali menggunakan aksi-aksi yang keras, bahkan
tidak menutup kemungkinan kasar terhadap kegiatan kelompok lain yang dinilai
bertentangan dengan keyakinan mereka.
c. Secara sosio-kultural dan sosio-religius, kelompok radikal mempunyai ikatan
kelompok yang kuat dan menampilkan ciri-ciri penampilan diri dan ritual yang khas.
d. Kelompok Islam radikal sering kali bergerak secara bergerilya, walaupun banyak juga
yang bergerak secara terang-terangan.
 John L. Esposito dalam bukunya, Islam: The Straight Path :
1. Mereka berpendapat bahwa Islam adalah sebuah pandangan hidup yang bersifat total,
sehingga Islam tidak dipisahkan dari politik, hukum, dan masyarakat.
2. Mereka sering kali menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang sekuler dan
cenderung materialistis harus ditolak.
3. Mereka cenderung mengajak pengikutnya untuk ‘kembali kepada Islam’sebagai
sebuah usaha untuk perubahan sosial
4. Karena ideologi masyarakat Barat harus ditolak, maka secara otomatis peraturan-
peraturan sosial yang lahir dari tradisi Barat, juga harus ditolak.
5. Mereka tidak menolak modernisasi sejauh tidak bertentangan dengan standar
keagamaan yang telah mereka anggap mapan, dan tidak merusak sesuatu yang mereka
anggap sebagai kebenaran.
6. Mereka berkeyakinan, bahwa upaya-upaya Islamisasi pada masyarakat Muslim tidak
akan berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian ataupun pembentukan
sebuah kelompok yang kuat.
 Makalah “Peran Ulama dalam Mewujudkan Pemahaman Keagamaan yang
Benar“ Halaqah Penanggulangan Terorisme BNPT dan MUI
a. Radikalisme merupakan paham, tindakan yang melekat pada seseorang atau kelompok
yang menginginkan perubahan baik sosial maupun politik dengan menggunakan
kekerasan, berpikir asasi dan bertindak ekstrem.
b. Kelompok Islam radikal adalah kelompok yang mempunyai keyakinan ideologis yang
tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan
sistem yang sedang berlangsung.
 Dari beberapa sumber dan ciri-ciri yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa ciri-ciri Islam radikal yaitu :

6
a. Mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk
menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang berlangsung karena menginginkan
perubahan baik secara sosial maupun politik.
b. Dalam kegiatannya seringkali menggunakan kekerasan karena mereka yakin upaya-
upaya Islamisasi pada masyarakat Muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan
aspek pengorganisasian ataupun pembentukan sebuah kelompok yang kuat.
c. Mereka seringkali menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang sekuler dan
cenderung materialistis harus ditolak. Namun, mereka tidak menolak modernisasi
sejauh tidak bertentangan dengan standar keagamaan yang telah mereka anggap
mapan, dan tidak merusak sesuatu yang mereka anggap sebagai kebenaran.
d. Kelompok Islam radikal seringkali bergerak secara bergerilya, walaupun banyak juga
yang bergerak secara terang-terangan

2.3 Pandangan Islam terhadap Terorisme


Saat ini terorisme telah meresahkan berbagai lapisan masyarakat. Tidak terkecuali
masyarakat muslim. Jika kita cermati dan ditelaah kembali ajaran Islam, tindak terorisme
bukanlah ajaran Islam. Islam memang menyuruh umatnya untuk berjihad, tapi jihad yang
dimaksud di sini bukanlah seperti kegiatan-kegiatan yang dilakukan para teroris. Seperti
halnya firman Allah SWT dalam surat Al Anbiyaa’ : 107 dan surat Saba’ : 28
Artinya : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” [QS. Al-Anbiyaa' : 107]
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya,
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” [QS. Saba' : 28]

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan rahmat bagi
semesta alam, bukan menjadi pengacau yang akan menghancurkan alam semesta. Serta
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh umatnya agar
senantiasa berada di jalan Allah SWT.
Di sebuah Hadist dijelaskan,
Artinya : “Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan
orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaknya.” [HR. Ahmad juz 7, hal.
410, no. 20874]
Jika kita cermati kembali pribadi Rasulullah SAW yang diamanati oleh Allah SWT
untuk menyebarkan Islam ke seluruh umat manusia, maka jelas sekali bahwa terorisme sama

7
sekali tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam. Terorisme dengan
menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan cara-cara lain untuk menimbulkan
rasa takut dan ngeri pada manusia untuk mencapai tujuan. Sedangkan Islam dengan lemah-
lembut, santun, membawa kabar gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta
membawa kepada kemudahan, tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada paksaan.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi SAW
berpesan kepada para sahabat, sabda beliau :
Artinya : “Hai manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan
mohonlah kepada Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila kalian bertemu
dengan musuh, maka bersabarlah dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah bahwasanya
surga itu di bawah bayangan pedang”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1372]
Pesan Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau terhadap jiwa
manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari bertemu musuh agar
tidak terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa bertemu dengan musuh, jangan takut dan
jangan dihadapi dengan hawa nafsu yang melampaui batas, tetapi hendaklah dihadapi dengan
sabar dan tabah, karena surga di bawah bayangan pedang.
Rasulullah membina dasar tauhid pada ummat manusia + 10 tahun di Makkah dengan
penuh tantangan, tindak kekejaman dan terorisme dilakukan oleh orang-orang musyrikin dan
kafirin Makkah terhadap Nabi dan para pengikutnya. Namun teror-teror yang dilakukan oleh
mereka tidak menjadikan kaum muslimin takut, malah makin bertambah kuat dan mendorong
lebih dekat dan berserah diri (tawakal) kepada Allah SWT.
Dari beberapa ayat Al Quran dan Hadist rasul dapat kita lihat bagaimana Islam
memandang teroris dan terorisme. Islam adalah agama yang indah, penuh kasih cinta dan
sayang. Seperti yang diajarkan Rasulullah untuk menyayangi satu sama lain. Maka salah besar
jika ada yang mengklaim Islam sebagai agama teroris dan salah besar juga jika
menghancurkan umat non muslim dengan mengedepankan Islam dan menancapkan kata-kata
“Jihad fi sabilillah” di hati para orang Islam.
Dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam pandangan agama
Islam tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam.

2.4 Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama


Upaya mendistorsikan Islam terus dilakukan oleh pihak-pihak yang benci terhadap
Islam. Seringkali mereka menghalalkan segala cara untuk menyerang Islam dan
pemikirannya. Isu terorisme merupakan isu dipandang paling memiliki nilai strategis diangkat
suatu saat untuk menyudutkan umat Islam beserta ajaran jihadnya. .
8
Dituduhkan bahwa ajaran jihad (menurut versi mereka) adalah tindakan amoral
sekaligus menjadi akar kekerasan yang terjadi di masyarakat seperti beberapa peristiwa
pengeboman yang kian marak terjadi di tanah air. Hasilnya umat (yang mengalami
kemunduran taraf berpikirnya, seakan-akan Islam sebagai pihak tertuduh.

Kenapa mereka memainkan isu ini dituduhkan kepada Islam dan umatnya?

Ternyata musuh-musuh Islam (peradaban kapitalisme) memahami bahwa Islam


memiliki pilar-pilar yang menjadi rahasia kebangkitannya, yaitu Aqidah, Khilafah dan Jihad.
Ketiga pilar ini dipandang sebagai penghalang utama bagi peradaban kapitalisme untuk
melanggengkan peradabannya di dunia Islam. Dan itu semua benar, mereka sikapi dengan
sangat serius melalui berbagai cara baik itu upaya hard power maupun soft power. Cara yang
paling ampuh adalah soft power.
Soft power dilakukan dengan cara-cara terselubung melalui propaganda, merangkul
media, ormas Islam, menggandeng LSM, mengangkat isu-isu krusial guna menyerang ketiga
pilar Islam yaitu Aqidah, Khilafah dan jihad. Akhirnya penyesatan pun mereka lakukan
dengan memasifkan kajian-kajian dan opini tentang demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan
gender, anti radikalisme, membela aliran sesat (seperti Ahmadiyah). Oleh sebab itu, umat
harus disadarkan agar tidak termakan oleh propaganda musuh Islam untuk menjauhkan umat
dari Islam yang sebenarnya.
Kembali pada pembahasan utama yaitu mengenai opini kekerasan yang
mengatasnamakan agama. Kata kekerasan menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat
umum. Kita harus meluruskan istilah kekerasan ini pada konteks yang tepat. Seandainya kita
sepakat menolak segala tindak yang berbau kekerasan tanpa disikapi dengan kritis dan
terlepas dari konteks maka akan sangat kabur jadinya.
Intinya memang umat Islam tidak boleh termakan isu anti kekerasan. Harus didudukkan
konteks dan standar dalam menilai kekerasan. Islam sebagai ideologi tidak menolak kekerasan
secara mutlak. Asalkan konteks kekerasan tersebut memang telah diatur melalui nash syara’.
Ada tindakan kekerasan yang diharamkan oleh Islam dan ada tindakan kekerasan yang di
wajibkan oleh Islam.
Membunuh seseorang tanpa haq atau melakukan kerusakan fasilitas umum adalah
tindakan kekerasan yang diharamkan oleh Islam. Sedangkan memotong tangan bagi pencuri
yang telah memenuhi nisabnya, merajam bagi pelaku zina mukhsan, menjilid pelaku zina,
perang dalam jihad fi sabilillah adalah jenis kekerasan yang diperbolehkan oleh syara’.

9
Sebagai seorang muslim tidak boleh menilai segala sesuatu berdasarkan nilai-nilai
humanisme, hati nurani, nafsu dan akal semata. Apabila nilai-nilai ini yang dijadikan standar
maka akan rusaklah tatanan hukum Islam.

2.5 Sikap Umat Islam Terhadap Teroris


Seperti kita ketahui bersama, belakangan ini negeri kita diguncang sejumlah aksi
teroris yang menyisakan banyak efek negatif yang menyedihkan bagi kaum muslimin. Betapa
tidak, kaum muslimin yang merupakan umat yang cinta damai kemudian tercitrakan menjadi
kaum yang suka melakukan kekerasan.

Untuk itu, perlulah kita menyikapi dengan bijak untuk membentengi generasi-generasi
Islam dari pemikiran tersebut. Beberapa sikap yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:

a. Mengajak kepada generasi muda kita agar memegang teguh Al Quran dan As-sunnah
serta kembalikan segala urusan kepada keduanya. Seperti yang tertuang dalam QS Ali
Imran:103 yang artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah dan jangan bercerai berai”. Serta Allah berfirman, ”Dan apa saja yang kamu
perselisihkan tentangnya maka hukumnya diserahkan kepada Allah.”[QS Asy-
Syura:10].Dengan demikian maka berpegang teguh kepada agama Allah adalah benteng
dan sandaran yang kokoh.
b. Menjauhi tempat-tempat yang menjadi sumber fitnah untuk memelihara diri dari
kejahatan tersebut dan pengaruhnya yang buruk. Allah berfirman, ”Dan peliharalah dirimu
dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu.”[QS
Al Anfaal:25]. Yang demikian ini dilakukan dengan menyegerakan diri untuk beramal
saleh. Allah memelihara hamba-Nya dari beragam fitnah. Rasulullah bersabda, “Segeralah
kalian beramal sebelum datangnya fitnah yang berurutan, ibarat kegelapan malam, yang
mana seseorang di sore hari dia beriman dan di pagi harinya dia telah menjadi kafir atau di
pagi hari dia beriman sore harinya dia telah menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan
kesenangan dunia.”
c. Membendung dan melenyapkan segala fenomena kemaksiatan karena sesungguhnya
tidaklah kaum muslimin ditimpa oleh berbagai fitnah dan cobaan, kejelekan dan perbedaan
kecuali hanyalah bersumber dari menyebarnya kemaksiatan dan kemungkaran, dan apa-apa
yang menimpa mereka berupa musibah tiada lain kecuali disebabkan karena perbuatan-
perbuatan tangan mereka sendiri, Allah berfirman: ”Telah tampak kerusakan-kerusakan di
daratan dan lautan disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia.”(QS Ar Ruum 41]

10
d. Menetapi jamaah kaum muslimin dan imam mereka dan menanamkan dengan teguh
pemahaman perihal ketaatan kepada pemimpin yang mengurusi kaum muslimin di dalam
hal yang makruf, Allah ta’ala berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada
Allah dan taatlah kepada rasul dan para pemimpin kamu.”{QS An Nisa :59], Dan
Rasulullah bersabda, ”Ada tiga hal yang mana hati seorang muslim tidak akan dengki
terhadapnya selamanya: mengikhlaskan amal ibadah semata-mata karena Allah,
menasehati para pemimpin dan menetapi jamaah kaum muslimin.”
e. Senantiasa memohon pertolongan (kepada Allah) dengan berlaku sabar dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman
mohonlah pertolongan dengan berlaku sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar.”[QS Al Baqarah 153]. Rasulullah bersabda, ”Sangat menakjubkan
perkara seorang mukmin, sungguh semua urusannya adalah kebaikan baginya, jika dia
diberi ujian dengan hal-hal yang menyenangkan dia bersyukur, maka ini merupakan
kebaikan baginya, dan jika ia ditimpa suatu yang tidak menyenangkannya maka dia
bersabar, itu adalah kebaikan baginya. Yang demikian ini tidak dimiliki oleh siapa pun
kecuali seorang mukmin.”
f. Menangani segala urusan dengan lembut, penuh kehati-hatian, tidak tergesa-gesa
dalam mengeluarkan hukum dan fatwa, serta jauh dari sikap yang ditimbulkan oleh
perasaan spontanitas dan kemarahan. Inilah sikap para Nabi dan Rasul serta pengikut
mereka.
g. Senantiasa tasabbut (benar-benar meneliti) dalam segala urusan yang tidak mengambil
prinsip terhadap isu-isu, yang bertujuan mengganggu muslimin serta memecah-belah dan
melemahkan persatuan muslimin, Allah berfirman, ”Hai, orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat 6), dan Nabi
bersabda,” Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena sesungguhnya persangkaan adalah
perkataan paling dusta.”
h. Dalam memvonis seseorang dengan istilah yang digunakan oleh agama seperti
menghukumi seseorang itu kafir, maka sebaiknya kita kembalikan kepada ketentuan
syariat, serta bersikap waspada dari menghukumi kaum muslimin dengan sembarangan
tanpa sikap hati-hati dan teliti, terhadap sesuatu yang didengar.

11
BAB III

Penutup
3.1 Simpulan
Terorisme merupakan suatu paham yang berbahaya. Paham ini identik dengan
kekerasan. Muncul karena pemahaman yang salah akan ilmu agama. Minimnya ilmu agama
dapat menyebabkan salah tafsir yang berakibat lebih luas yakni tindakan yang justru tidak
dibenarkan.

3.2 Saran
Pemahaman akan akidah harus selalu didahulukan. Akidah yang telah benar dapat
mencegah dari paham radikal. Banyak menghadiri kajian-kajian Islam. Dekat dengan para
ulama dan orang-orang saleh. Pilih teman yang dapat menghantarkan kepada kebaikan.

12
Daftar Pustaka

Chitania Sari. 2015. Dua Sisi Latar Belakang Terorisme di Indonesia. Artikel.
http://www.kompasiana.com/chitaniasari/dua-sisi-latar-belakang-terorisme-di-
indonesia_561e4695967a61de07e3e9f4. (Diakses 13 September 2017 14:00 WIB)

Wikipedia. 2017. Terorisme. Artikel. https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme. (Diakses 13 September


13:30 WIB)

Wikipedia. 2017. Sejarah Terorisme. Artikel. https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_terorisme.


(Diakses 13 September 2017 13:35 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai