Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN FREKUENSI

KEKAMBUHAN ASMA PADA BALITA

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

AYUNI AMALINA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk diseluruh dunia
dan telah menunjukkan prevalensi yang terus meningkat, khususnya pada anak-
anak. WHO memperkirakan prevalensi asma pada tahun 2016 terdapat 235 juta
penduduk di seluruh dunia saat ini menderita asma. Pada tahun 2017, Global
Initiative for Asthma (GINA) menyatakan Angka Kejadian Asma Dari Berbagai
Negara Adalah 1-18% dan diperkirakan sekitar 300 juta orang menderita asma di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat terdapat 5% atau sekitar 12,5 juta penduduk
menderita asma, di Australia bervariasi dari 7%-13% penduduk, dan di Inggris
sekitar 10% penduduk menderita asma dan merupakan salah satu penyebab anak
putus sekolah. Di Indonesia prevalensi asma sebesar 2,4% dengan angka kejadian
tertinggi berada di DI Yogyakarta 4,5%, kalimantan Timur 4%, Bali 3,9%,
Kalimantang Tengah 3,4%, dan Kalimantan utara 3,3%. 1,2,3,4

Asma adalah suatu gangguan pernafasan dimana terjadinya penyempitan pada


jalan nafas karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu sehingga terjadinya
peradangan pada saluran pernafasan. Asma merupakan penyakit yang banyak
diderita sebagian besar masyarakat terutama anak-anak. Asma tidak dapat
ditularkan tetapi dapat diturunkan dari orangtua ke anak yang mengidap asma dan
bisa terjadi pada semua golongan usia, walaupun pada sebagian besar timbul sejak
masa kanak-kanak. Walaupun jelas bahwa asma diturunkan dalam keluarga, tetapi
asma juga dapat dipicu oleh faktor-faktor lingkungan.5,6

Asma dapat disebabkan karena terpapar oleh zat iritan dan alergen
diantaranya berupa debu rumah, serbuk sari bunga, bulu hewan, asap rokok, udara
dingin dan asap sisa pembakaran bahan kimia. Jika tidak di tangani dengan baik
asma dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada anak,
gangguan tidur, dan dapat mengurangi aktifitas sehari-hari. Tiap anak pasti
memiliki gejala yang berbeda-beda, biasanya anak yang menderita asma akan
mengeluh sesak nafas, sulit bernafas, napas berbunyi “ngik-ngik”, batuk, dan rasa
tidak enak didada.7

Asma merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dengan penanganan yang tepat asma dapat terkontrol. Berdasarkan data dari
Kemenkes RI 2018 bahwa data terbanyak untuk kekambuhan asma pada semua
umur yang menderita asma adalah pada kelompok usia 1-4 tahun sebanyak
68,2%. Sejalan dengan penelitian Mutia Chandra yang mengatakan bahwa
terdapat 35 anak yang melakukan kunjungan ke puskesmas banyuanyar sebanyak
63 kali dan setiap anak bisa melakukan kunjungan sebanyak 2x.4,8

Kekambuhan asma pada anak balita dapat dicegah dengan cara menghindari
faktor penyebab timbulnya asma dimana tiap anak memiliki faktor penyebab yang
berbeda-beda. Anak dengan umur dibawah 5 tahun dapat mengalami kekambuhan
asma yang lebih sering karena saluran pernafasan anak tersebut lebih sempit
sehingga lebih mudah tersumbat dibanding dengan anak yang usianya lebih tua.
Kekambuhan asma pada balita juga dapat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan keluarga tentang asma dan kurangnya upaya pencegahan serangan
asma di rumah, serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol
dan menghindari alergen.

Secara umum anak-anak kurang mampu untuk mengontrol asmanya,


sehingga biasanya merupakan tanggungjawab orangtua untuk mencegah
terjadinya kekambuhan asma pada anak. Kekambuhan asma pada anak bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yang dapat mempengaruhi
kekambuhan asma yaitu pengetahuan orang tua. Pengetahuan tentang asma yang
dimiliki orangtua sangat penting karena peran keluarga sangat diperlukan dalam
memanajemen asma pada anak sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
yang optimal serta menurunkan gangguan tumbuh kembang pada anak.5

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam


membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku ibu
pada anak penderita asma. Diharapkan semakin meningkatnya pengetahuan ibu
tentang asma maka akan mempengaruhi sikap ibu untuk mencegah terjadinya
kekambuhan asma pada anak. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang asma dapat
melakukan upayah pencegahan yang baik untuk mengurangi kekambuhan asma
pada anaknya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mutia
Chandra tentang hubungan pengetahuan orangtua dengan frekuensi kekambuhan
asma pada anak usia 6-12 tahun yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
pengetahuan orangtua dengan frekuensi kekambuhan asma pada anak.9,8

Kekambuhan asma pada anak harus dicegah dengan cara meningkatkan


pengetahuan ibu tentang asma, dimana informasi yang harus diberikan berupa
faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya serangan asma, pemahaman tentang
upayah pencegahan, perawatan asma, dan kerja obat asma. Pada penelitian Gaytri
dan Koley, menunjukkan bahwa kesalahan pengetahuan orangtua dalam
perawatan anak yang menderita asma menjadi faktor pemicu terjadinya
kekambuhan asma. Tingkat pengetahuan yang baik mempengaruhi frekuensi
kekambuhan, karena dengan pengetahuan yang baik penderita mampu melakukan
pencegahan kekambuhan yang berulang.10

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan frekuensi
kekambuhan asma pada Balita?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan frekuensi
kekambuhan asma pada balita.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dengan frekuensi
kekambuhan asma pada balita
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan frekuensi
kekambuhan asma pada balita

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan
pengetahuan ibu dengan frekuensi kekambuhan asma pada balita serta
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan sebagai
evaluasi serta masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu
untuk mengurangi frekuensi kekambuhan asma pada balita.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa terkait frekuensi kekambuhan asma pada anak balita.
1.4.4 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau
tambahan data dan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan faktor kekambuhan asma pada balita.
Daftar Pustaka

1. National Health Lung and Blood Institute. Global initiatif for asthma. Global
strategy for asthma management and Prevention; 2017.
2. World Health Organization (WHO). Asthma 2016. Diakses 24 Januari 2020.
Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets.html
3. National Center Health Statistic. 2016. Asthma. Diakses tanggal 24 Januari
2020. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/nchs/fastats/asthma .htm
4. Kemenkes RI, 2018, Hasil Utama RISKESDAS 2018. Kemenkes RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
5. Rahajoe, N., dkk. (2015). Pedoman Nasional Asma Anak Edisi ke-2. Jakarta:
PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Bull, E., David, P. 2007. Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga
7. Chomari, N. 2015. Panduan terlengkap tumbuh kemang anak usia 0-5 tahun.
Banyuanyar Surakarta. PT Cinta
8. Mutia, C. Hubungan Pengetahuan Orangtua Dengan Frekuensi Kekambuhan
Asma Pada Anak Usia 6-12 Tahun. 2018. Diakses pada tanggal 27 Januari
2020
9. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Gaytri K and Koley KC. 2017. Knowledge of Asthma in Mothers of Children
Suffering from Wheezing Disorder. Original Article. India: Associate
Professor, Department of Pediatrics, Major SD Singh Medical College,
Farrukhabad, Uttar Pradesh, India, Professor, Department of General
Medicine, Major SD Singh Medical College, Farrukhabad, Uttar Pradesh

Anda mungkin juga menyukai