Anda di halaman 1dari 36

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Di RSUD.Prof.Dr.Soekandar Mojosari

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 25 :

1. ALAN BUDI SANTOSO


2. ROMI HAPPY IKHMAL
3. EKA AYU WULANDARI
4. AGUSTA FARUH ZUBAIDI
5. PUTRI WAHYUNINGSIH
6. FATMARILLA P. T.

S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Tlp/Fax . (0321) 390203
www.stikes-ppni.ac.id
2014/2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA “GANGGUAN


KEBUTUHAN NUTRISI”

BAB II : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S Di Ruang MATARAM kelas 1 no.13
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

I. KONSEP DASAR NUTRISI

1. DEFINISI
a. Pengertian nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan
kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah
kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau
gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry,
2010; 274).
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak
sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses
tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38).
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA,
Hidayat, 2006; 52).
Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda
Juall,Carpenito,2006)

b. Fungsi zat gizi


 Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
 Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel
tubuh dalam tubuh.
 Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).

c. Komponen Zat Gizi


 Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap
makanan. Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab
kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan
terjadi kelaparan dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila
jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang
tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah
karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi – padian, buah –
buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur – sayuran. (AAA.Hidayat.2011; 42).

 Lemak
Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E,
dan K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah
sekitar 98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah
asam lemak bebas (diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta
fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak
merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap
suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat
membantu memberikan rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan
lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang
cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit,
khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan kurang. Namun, apabila
jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat menyebabkan terjadi
hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain.
Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur,
dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001).

 Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup
pentig untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan
untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh
empat asam amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin,
valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan
selebihnya asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus
tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat
memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka
dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk
dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi apabila
kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein dan kalori.
Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan,
unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian. (Pudjiadi, 2001).

 Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler,
sebagai medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta
pengaturan suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua
makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43).

 Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak
memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi. (Asmadi.2008; 70).
Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang
dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut:
- Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata,
pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin ini
dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh –
tumbuhan, sayur – sayuran dan buah – buahan.
- Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan
penyakit beri – beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia,
takikardi, edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan
vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji – bijian, kacang,
dan lain- lain.
- Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup
karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, dan gagal
dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju, hati, daging,
telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan padi.
- Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan telur, susu, dan
keju.
- Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat,
semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau.
- Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium
dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, juga mengatur
kadar alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh dari
susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber
ultaraviolet lain.
- Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan
asam linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur
dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari
minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan.
- Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II, VII,
IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme
tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau,
daging, dan hati. (Pudjiadi, 2001).

 Mineral
- Kalsium
Berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot,
iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium
dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain.
- Klorida
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam
dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur.
- Kromium
Berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam insulin.
Kromium dapat diperoleh dari ragi.
- Tembaga
Berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin,
penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging,
ikan padi, dan kacang – kacangan.
- Fluor
Berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika
kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam
air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.
- Iodium
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium
dapat diperoleh dari garam.
- Zat besi
Merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin
untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan
anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan sirosis,
gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning
telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan.
- Magnesium
Berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan
sangat penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium
menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh
dari biji – bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu.
- Mangan
Berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang –
kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau.
- Fosfor
Merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi.
Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat diperoleh
dari susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain - lain.
- Kalium
Berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf,
keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat diperoleh
dari semua makanan.
- Natrium
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan
keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat
menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat
diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain.
- Sulfur
Membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat diperoleh
dari makanan protein.
- Seng
Merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang
penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi –
padian, kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 – 46).
2. ETIOLOGI
a. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin di tandai dengan penghancuran sel-sel
betapancreas yang di sebabkan oleh :
- Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderunga genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yag berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II :
- Usia
- Obesitas
- Riwayat dan keluarga
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3,
yaitu : (sudoyo Aru,dkk 2009)
- < 140 mg/dL  normal
- 140-<200 mg/dL  toleransi glukosa terganggu
- ≥200 mg/dL  diabetes
(NANDA,NIC-NOC,2015,jilid 1;188)

3. ANATOMI
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ
asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu
terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi. (AAA.Hidayat.2006;52).
c. Saluran Pencernaan
 Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi
dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami
proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat
hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah
amilum yang terkandung dalam makanan menajdi maltosa.
(AAA.Hidayat.2006;52).

 Faring & Esofagus


Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di
bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan
dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang
lebih 20 – 25 sentimeter dan terletak di belakang trakea, di depan tulang
punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan lambung.
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan
dari faring menuju ke lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang
berongga dengan panjang kurang lebih dua sentimeter dengan kedua ujungnya
dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu
tertutup, kecuali bila ada makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu
lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang
makanan berkontraksi. (AAA.Hidayat.2006;52).

 Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas
bagian atas disebut fundus bagian utama, dan bagian bawah berbentuk
horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus
melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik.
Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pankreas, sedangkan
limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sekresi dan pencernaan.
Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan
samapi dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah
makanan menjadi partikel – partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam
lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl
yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum
menjadi maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsik yang memungkinkan
absorbsi vitamin B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mukus yang bersifat
protektif. Makanan berada pada lambung selama 2 – 6 jam, kemudian
bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang
mengandung 0,4% HCl untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja
sebagai antiseptik dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat beberapa
enzim, diantaranya pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi
mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut dan renin,
berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih dari karsinogen yang
dapat larut. (AAA.Hidayat.2006;53).

 Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat – lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaiut
duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang
kurang lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir
dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus menyerupai beludru. Pada
permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari – jari, yang
disebut mikrovili.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi
chime dari lambung. Zat – zat makanan yang telah halus akan diabsorbsi di
dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorbsi besi,
kalsium dengan bantuan vitamin D. Vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan
empedu dan asam folat. (AAA.Hidayat.2006;53).

 Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagi kolon merupakan sambungan dari
usus halus yang dimulai dari aktup ileokolik yang merupakan tempat lewatnya
makanan. Usus besar memilki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi
atas desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira – kira 10
cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran
anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas
bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum
membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura
lienalis.
Fungsi utama usus besar adalah mengabsorbsi air (kurang lebih 90%)
elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih
5000 cc/hari. Flora yang terdapat pada usus besar berfungsi untuk menyintesis
vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa – sisa makanan.
(AAA.Hidayat.2006;54).

 Anus
Anus bertugas mengeluarkan feses yang sebelumnya telah
dikumpulkan di rektum. Proses ini sering disebut proses defikasi. Anus
bekerja ditopang oleh otot polos yang berada di dalam anus dan otot lurik
yang terletak di luar anus. Otot lurik akan terpicu ketika feses menyentuh
dinding rektum. Pada kondisi ini otot polos mengendur hingga feses akan
keluar tubuh. (Sarwadi & Erwanto. 2014; 37). Buku Pintar Anatomi Tubuh
Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas.

d. Organ Asesoris
 Hati
Hati merupakan kelenjar tersbesar di dalam tubuh yang terletak di
bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan
memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira – kira 2,5% orang dewasa).
Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh ligamen falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantong empedu
terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain
dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis
bakteri, dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah dan
menyimpan glikogen. (AAA.Hidayat.2006;56).

 Kantong Empedu
Kantung emepedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong
yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai
pinggiran depan yang memiliki panjang 8 – 12 cm dan berkapasitas 40 – 60
cm2. Kantong empedu memilki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus,
yaitu sebelah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak
bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH
optimum enzim – enzim pada usus halus, mengemulsi garam – garam
empedu, mengemulasi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan
oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau – hijauan
(dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam,
empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.
(AAA.Hidayat.2006;55).
 Pankreas
Pankreas meupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar
ludah dan memilki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang
letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta
bagian ekor pankreas yang merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan
menyentuh limpa.
Pankreas memilki dua fugsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan
oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit
dan fungsi endokrin yang tersebar di antara alveoli pankreas.
(AAA.Hidayat.2006;56).

4. FISIOLOGI
Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk menyediakan nutrisi
tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi, metabolisme, dan eksresi.
(Asmadi.2008; 74).

a. Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke
dalam tubuh melalui proses menealn baik melalui koordinasi gerakan volunter
dan involunter. Tahap pertama pada proses ingesti ini adalah koordinasi otot
lengan dan tangan membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi proses
mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi,
kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah. Proses mengunyah ini dilakukan
secara sadar dan diatur oleh sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukan
untuk memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya.
Dalamproses mengunyah ini, terjadi pencampuran makanan dengan saliva.
Bercampurnya saliva ini bukan hanya menyebabkan terjadi pemecahan ukuran
makanan di mulut, melainkan juga terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan
terdapatnya kandungan enzim ptialin dalam saliva, yang dapat mengubah amilum
menjadi maltosa. Saliva juga membuat proses menelan lebih mudah sebab
mengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses menelan. Menelan
merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju ke lambung.
Proses menaln ini terjadi secara refleks akibat penekanan pada bagian faring.
(Asmadi.2008; 75).

b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibaea ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti ini terjadi
penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal. Organ
pencernaan yang berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut, faring,
esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2008; 75).

c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran darah
dan getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di tiap bagian
saluran pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi alkohol,
pada usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu 90% dari nutrien
yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air. Secara spesifik, absorbsi yang
dilakukan pada usus halus adalah sebagai berikut: pada usus halus bagian atas
mengabsorbsi vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium,
kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah mengabsorbsi monosakarida,
asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi
garam empedu dan vitamin B12. Absorbsi air paling banyak dilakukan di kolon.
(Asmadi.2008; 77).

d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam tubuh yang
meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh
tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi
berbeda – beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
 Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air
(glikogenolisis).
 Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan (glikogenesis).
 Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk energi
(glukoneogenesis). (Potter & Perry.2010; 281).
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat akan mengalami
proses oksidasi dan menghasilkan kalori, energi, dan zat buangan seperti
karbondioksida. Bila glukosa ini tidak dipakai sebagai sumber energi, maka
glukosa akan mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang
kemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu glukosa kurang,
maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa (glikolisis). (Asmadi.2008; 78).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh, sistem imun
dan normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim, memelihara sel, perbaikan
jaringan, dan menjadi keseimbangan cairan tubuh. Bila kekurangan protein, maka
dapat menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan pertumbuhan.
(Asmadi.2008; 78).
Jenis Metabolisme:
 Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk monosakarida dan disakarida
diserap melalui mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam pembuluh
darah), semua berbentuk monosakarida. Bersama – sama dengan darah,
karbohidrat ini di bawa ke hati.
Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta glukosa) yang masuk bersama
– sama darah dibawa ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah menjadi
glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot untuk dibakar,
membentuk glikogen melalui proses glikoneogenesis. (AAA.Hidayat.2006;
64).

 Metabolisme Lemak
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam lemak. Gliserol larut dalam
air sehingga dapat diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh darah
dan dibawa ke hati. Melalui beberapa proses kimiawi, gliserol diubah menjadi
glikogen, selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat arang sampai
menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah menjadi tenaga melewati proses
yang dilakukan oleh karbohidrat. Asam lemak yang telah membentuk emulsi
setelah melewati dinding usus halus memasuki pembuluh limpa. Bersama –
sama dengan getah bening emulsi, lemak dibawa ke dalam darah. Pertemuan
pembuluh darah bening dengan pembuluh darah terjadi pada vena porta.
Bersama – sama dengan darah, sebagian emulsi asam lemak dibawa ke
hati dan dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke dalam
pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan kembali ke dalam pembuluh
darah tersebut adalah lipoprotein. Metabolisme lemak menghasilkan tenaga
berbentuk ATP dengan sisanya hidrogendioksida dan karbondioksida. Lemak
akan dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut kolesterol.
(AAA.Hidayat.2006; 64).

 Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama
– sama dengan darah di bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin.
Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat dinamis dan
selalu diperbarui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah
asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai
oleh tubuh. (AAA.Hidayat.2006; 65).

e. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa metabolisme dalam tubuh
untuk menjaga homeostatis. Caranya melalui defekasi, miksi, diaforesis,
ekspirasi. Defekasi ialah mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui
saluran cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin yang
dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan mengeluarkan air dan
karbondioksida. (Asmadi.2008; 78).

5. BATASAN KARAKTERISTIK
a. Mayor (harus terdapat)
1. Pasien yang tidak puasa mengeluhkan atau mendapat : asupan makanan yang
tidak adekuat, kurang dari angka kecukupan gizi (recommended daily
allowance,RDA), dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan atau
2. Kebutuhan metabolic aktual atau potensial dalam asupan yang berlebihan.

b. Minor (mungkin terdapat)


1. Berat badan 10% sampai 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
berdasarkan tinggi dan kerangka tubuh
2. Lipasan kulit triseps, lingkar lengan dan lingkar otot lengan kurang dari 60%
ukuran standar
3. Kelemahan otot dan nyeri tekan
4. Konfusi atau iritabilitas mental
5. Penurunan albumin serum
6. Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan-besi
7. Fontanel bayi cekung (Lynda Juall,Carpenito,2002,345)

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurang variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-
zat yang dibutuhkan secara cukup. (AAA.Hidayat.2006;69).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
(AAA.Hidayat.2006;70).
f. Peningkatan basal metabolism rate.
g. Aktivitas tubuh
h. Faktor usia
i. Suhu lingkungan
j. Penyakit atau status kesehatan. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).

7. KLASIFIKASI NUTRISI
a. Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko
mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan
metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito,
LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
(Wilkinson Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006;
67).

Tanda klinis :
 Berat badan 10-20% dibawah normal
 Tinggi badan dibawah ideal
 Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
 Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
 Adanya penurunan albumin serum
 Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab :
 Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
 Disfagia karena adanya kelainan
 Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa.
 Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
b. Lebih dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat
badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik.
(Carpenito, LJ.2012; 360).
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith M,
2011; 512). Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih.

Tanda klinis :
 Berat badan lebih dari 10% berat ideal
 Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
 Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
 Adanya jumlah asupan yang berlebihan
 Aktivitas menurun atau monoton.

Kemungkinan penyebab :
 Perubahan pola makan
 Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (AAA.Hidayat.2006; 67).

c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006; 68).
Perubahan pola makan normal yang mengakibatkan perubahan berat badan.
(Taylor, M, 2010; 235).
Munculnya resiko perubahan pola makan normal yang mengakibatkan
peningkatan berat badan (Taylor, M, 2010; 237).

d. Malnutrisi
Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan
rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan
tubuh, adanya kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane
mukosa , konjungtiva, dan lain – lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).

e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).

f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta
asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. (AAA.Hidayat.2006;
68).

g. Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung
koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,
obesitas dan lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).

h. Kanker
Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan pengkonsumsian
lemak secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).

i. Anoreksia Nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. (AAA.Hidayat.2006; 69).

8. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian Nutrisi melalui oral
b. Pemberian Nutrisi melalui pipa penduga/Lambung
c. Pemberian Nutrisi melalui Parenteral.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi
pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi:
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer
register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan,
tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai,
yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk
sekarang dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.
 Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah
sakit
 Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa
lalu maupun sekarang
 Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga
ada yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.
c. Tingkat Aktifitas sehari-hari
Pola Istirahat /Tidur
 Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan di
rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur selama di
rumah sakit
 waktu bangun
waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke posisi
yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan
pada saat pasien sudah di rumah sakit
 masalah tidur
apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum
sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit
 hal-hal yang mempermudah tidur
hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak
 hal-hal yang mempermudah pasien terbangun
hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara
mudah terbangun. (Stuart dan Sunden, 1995)
Pola Eliminasi
 Buang Air Kecil
Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak, dibantu atau
secara mandiri
 Buang Air Besar
Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari
BAB pasien (encer, keras, atau lunak)
 Kesulitan BAK / BAB
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan
nutrisinya kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
 Upaya mengatasi BAK / BAB
Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi
Pola Makan dan Minum
 Jumlah dan jenis makanan
Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja makanan yang
di konsumsi
 Waktu pemberian makanan
Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan
yang di berikan
 jumlah dan jenis cairan
berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien
yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
 waktu pemberian cairan
waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan
 masalah makan dan minum
masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah
mengkonsumsi makanan maupun minuman
Kebersihan Diri / Personal Hygiene
 pemeliharaan badan
kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai dari mandi,
keramas, membersihkan kuku dan lain-lain
 pemeliharaan gigi dan mulut
rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari
 pola kegiatan lain
kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan badan
Data Psikososial
 pola komunikasi
pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang yang paling
dekat dengan pasien
 dampak di rawat di Rumah Sakit
dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit
Data Spiritual
 ketaatan dalam beribadah
 keyakinan terhadap sehat dan sakit
 keyakinan terhadap penyembuhan
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Composmentis, somnolen, koma, delirum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu
d. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala, kesimetrisan,
penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
f. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan
kesimetrisan
g. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung,
keadaan membrane mukosa dari hidung
h. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut
atau kronis
i. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok),
adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena
jugularis
j. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur,
warna kulit
k. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
l. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi : mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran
jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
m. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada
pembesaran abdomen)
Auskultasi : mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi : apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung
(timpani)
Palpasi : adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
n. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari
kulit disekitar genetalia
Palpasi : adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
p. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi
sensorik
r. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan
motivasi
s. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
t. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa,
elektrolit, dan lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 70 – 71).

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual dan muntah
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan absorbsi
4. RENCANA TINDAKAN
a. Dx I : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dan nafsu
makan pasien meningkat
Kriteria Hasil :
 Observasi TTV dalam keadaan normal
 Pasien mau makan lagi
 Nafsu makan pasien meningkat
 Pasien mengatakan merasa nyaman dan lebih sehat karena kebutuhan
nutrisinya terpenuhi

Intervensi :

 Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan


keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan
 Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi
 Kaji faktor yang berhubungan dengan nafsu makan
R/ : mengidentifikasi dan meningkatkan nafsu makan pasien
 Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil rendah lemak
dan rendah serat) dan makan lebih sering (selama tidak ada
kontraindikasi)
R/ : agar pasien mau makan lagi dan bisa meningkatkan nafsu makan
 Observasi TTV
R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien
 Kolaborasi dengan tim medis
R/ : untuk menentukan tindakan selanjutnya dan mempercepat proses
penyembuhan

b. Dx II : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien dapat terpenuhi dan mual atau muntah pasien
hilang
Kriteria Hasil :
 Observasi TTV dalam keadaan normal
 Porsi makan habis
 Intake makan meningkat
 Mual dan muntah pasien hilang
 Pasien mengatakan merasa nyaman karena kebutuhan nutrisi terpenuhi
dan merasa lebih sehat
Intervensi :

 Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan


keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan
 Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi
 Monitor Berat Badan
R/ : untuk mengetahui perkembangan berat badan pasien
 Berikan makanan kesukaan jika tidak ada kontraindikasi
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien
 Modifikasi pengujian makanan
R/ : agar nafsu makan pasien bisa bertambah dan mengurangi mual
 Anjurkan untuk menjaga oral hygiene
R/ : untuk menjaga kebersihan mulut pasien dan mengurangi mual
 Atur jadwal tindakan medis keperawatan agar tidak menurunkan nafsu
makan
R/ : agar tidak mengganggu jadwal makan pasien

c. Dx III : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan gangguan absorbsi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Observasi TTV dalam keadaan normal
 Intake makanan meningkat
 Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
 Pasien merasa lebih sehat
Intervensi :

 Dilakukan tindakan terapeutik (pendekatan terapeutik) pada pasien dan


keluarga, misal : senyum, sapa, salam, sopan dan santun
R/ : agar terjalin hubungan saling percaya antara pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan
 Berikan informasi pada pasien tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi
R/ : agar pasien mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi
 Motivasi pasien untuk makan sedikit (dalam porsi kecil) dan lebih
sering (selama tidak ada kontraindikasi)
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien
 Observasi TTV
R/ : sebagai parameter untuk mengetahui perkembangan pasien
 Kolaborasi dengan tim medis
Berikan terapi medika mentosa sesuai program dan berikan nutrisi
parenteral per IV sesuai program
R/ : memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap maslah kebutuhan nurisi secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam:
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makan yang adekuat. (AAA.Hidayat.2006)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,AAA.Hidayat.2006.Pengantar KDM dan Proses Keperawatan Buku 2.


Jakarta:Salemba Medika
Alimul,AAA.Hidayat.2011.PengantarIlmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika
Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta:Salemba Medika
Carpenito, LJ.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC
Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol.
1. Edisi 4.Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol.
2. Edisi 5.Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3
Ed.7.Jakarta:EGC
Sarwadi & Erwanto.2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas
Taylor, Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan Ed.10.Jakarta:
EGC
Wartonah & Tartowo.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3.Jakarta:Salemba Medika
Wilkinson, Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9 Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.S Di Ruang MATARAM kelas 1 no.13

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Bpk. S
Umur : 55 tahun
Suku/bangsa : Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : SWASTA
Alamat : Ds. Jasem RT/RW 04/06 Kel. Jasem, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto
Tanggal masuk : 28 Juli 2015
Tanggal pengkajian : 29 Juli 2015
No register : 279734
Diagnosa medis : Sellulitis Digiti I, Diabetes militus
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Dian Tri Andrianto
Umur :
Hub.dengan pasien : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Jasem RT/RW 04/06 Kel. Jasem, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto
II. Status kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan mual dan muntah setiap kali bangun tidur
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan menderita penyakit diabetes di karenakan pola makan yang
tidak teratur, klien mengatakan beberapa hari mengalami cantengan di ibu jari
tangan kiri. Setelah itu diperiksakan ke Dr.spesialis, sebelum waktunya
kontrol, kembali lagi periksa. Setelah itu dirujuk oleh dokternya untuk ke
rumah sakit. Setalah itu di poli bedah dokternya mengatakn untuk operasi dan
rawat inap.
3. Riawayat penyakit dahulu
Klien mengatakn selain menderita penyakit diabetes militus juga pernah
mengidap penyakit asam urat
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakn dalam keluarganya tidak mempunyai penyakit hipertensi,
diabetes militus atau penyakit menular lainnya.
III. Pola kebutuhan dasar
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu mahal, dan harus diajaga dengan
benar dan sesuai dengan target yang sudah ditentukan dalam peraturan
kesehatan
b. Pola nutris –metabolisme
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi Makan 3x1 sehari, Makan 3x1 sehari,
minum 5 gelas minum 5 gelas
Jenis Makan:Nasi, ayam, Makan:bubur, nasi,
daging, minum: air sayur
putih, teh Minum: air putih
Kualitas I porsi habis Habis ¼ porsi
Keterangan - Karena mengalami mual
dan muntah

c. Pola eliminasi urine

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 5-6x sehari 3-4x sehari
Warna kuning Kuning pekat
Bau Bau khas Bau khas

Pola eliminasi alvi


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Warna kuning Kuning
Bau Bau khas Bau khas
Konsistensi lunak Lunak

d. Pola aktivitas dan latihan


Keterangan 0 1 2 3 4
Makan dan minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
Keterangan:
0=mandiri
1=alt bantu
2=dibantu orang lain
3=dibantu orang lain dan alat
4=tergantung total
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Mandi 3x1 sehari, 2x1 sehari, diseka
menggunakan sabun menggunakan air sabun
Cuci rambut 2-3x seminggu, Belum cuci rambut
menggunakan shampo
Sikat gigi 2x1 sehari, 1x sehari
menggunakan pasta gigi
Keterangan Baik Defisit perawatan diri
sedang

e. Pola istirahat – tidur


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Kebiasaan tidur ±8 jam/sehari ±5 jam/sehari
Kesulitan tidur - Sulit tidur
Upaya mengatasi - Suasana tenang
Penyebab - Merasakan nyeri di
sekitar ibu jari

f. Pola persepsi dan kognitif


Keluarga pasien dan pasien mentaati setiap proses keperawatan, keluarga tidak
banyak menyakan tentang penyakit pasien
g. Pola peran –hubungan
Hubungan pasien dengan orang terdekat dan dengan orang menjenguk cukup
baik seperti mengajak bicara, hubungan dengan tenaga kesehatan cukup baik
h. Pola seksualitas-reproduksi
Selama sakit pasien tidak terpasang kateter
i. Pola konsep diri
Harga diri Klien mengatakan selama MRS menyusahkan istri dan
anak-anaknya
Peran Berperan baik dikeluarganya
Identitas diri Klien masih belum bisa menerima/ memahami dirinya
dan mengerti mengenai keadaannya
Citra tubuh Klien belum bisa menerima keadaannya dengan
perubhana penampilannya
Sumber stress Pasien terlihat stress saat memikirkan jika ibu jarinya
diamputasi

j. Pola mekanisme koping


Pasien dan keluarga lebih percaya akan tindakan medis yang dilakukan di
rumah sakit
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien dan keluarga pasien percaya dengan ridho Allah SWT bahwa tindakan
medis yang ada dan yang telah diberikan di dalam rumah sakit akan membuat
penyakit pasien tidak menjadi lebih parah dan akan menjadikan kondisi pasien
lebih baik
IV. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Berat badan : 75 kg
d. Tinggi badan : 170 kg
e. Tanda tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 37,4oC
Pernafasan : 18x/menit
Nadi : 78x/menit
f. Pemeriksaan fisik
1. Kulit Warna normal
Lembab
Suhu hangat
Tekstur halus
Mobilisasi mudah
Turgor kulitnya kembali lambat
Tidak ada lesi
Rambut tumbuh merata dan kasar

2 Kepala Rambut banyak


Penyebaran merata
Tekstur halus
Warna hitam
Tidak mudah rontok
Tidak bau
Kulit kepal bersih
Wajah simetris
Telapak tangan simetris

3 Mata Bentuk simetris


Alis mata simetris
Bulu mata tidak mudah rontok
Konjungtiva tidak anemis
Sklera normal
Pupil refleks terhadap cahaya dan simetris

4 Telinga Daun telinga simetris


Gerakannya lentur
Dilubang telinga serumen bersih

5 Hidung dan sinus-sinus Hidung simetris


Lubang hidung normal
Septum nasi simetris
Tidak ada nyeri tekan

6 Mulut dan faring Bibir normal


Gusi tidak ada pembengkakan
Gigi bersih
Lidah bersih
Faring simetris

7 Leher Simetris
Trakea simetris
Kelenjar limfe normal
Tidak ada pembesaran kelnjar tiroid

8 Pemeriksaan thoraks
- Inspeksi Dada simetris
Pergerakan dada simetris
Pernafasan teratur

- Auskultasi Suara napas normal


Bunyi jantung teratur

- Palpasi Taktir fermitus nrmal


Dada normal
Aksila normal

- Perkusi Daerah jantung pekak


Batas jantung normal
Batas pulmonal normal

9 Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi Kult normal
Bentuk rata
Umbilikus normal
- Auskultasi Bising usus 20x/menit

- Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan


Hepar normal
Limfa normal

- Perkusi Kuadran kanan atas pekak


Kuadran kiri atas timpani
Kuadran kanan bawah timpani
Kuadran kiri bawah timpani

10 Pemeriksaan ekstremitas
- Kepala dan leher Pergerakan terbatas
- Pergelangan tangan & Pergerakan bebas
tangan
- Siku Pergerakan bebas
- Bahu Pergerakan bebas
- Lutut & pinggul Pergerakan terbatas
- Pergelangan kaki & tungkai Pergerakan tungkai
- Tulang belakang Normal

11 Pemeriksaan saraf
- Olfaktorius Dapat membedakan bau
- Optikus Tajam
- Okulomotoris Normal, dan mengikuti arahan dengan benar
pergerakan bola matanya
- Trokhealis dan abdusen Pergerakan bola mata mengikuti, normal
- Trigeminus Reflek kornea normal
- Fasialis Wajah simetris
- Vestibulum
- Glosofaringeus dan vagus Tidak ada kesulitan menelan
- Aksesoris spinal Bahu dapat mengangkat keduanya, tidak ada
nyeri tekan
- Hipoglasus Lidah simetris, tidak ada getaran

V. Pemeriksaan penunjang
LABORATORIUM

Nama : Tn.S
jenis kelamin : Laki-laki
umur : 55 tahun
ID pasien : 0355
Ruang : Mataram
Diagnosa : Abses Digiti
Assays Result unit Ref.range Detail
GLU_ACAK 217 mg/dl 80-140 High
(GLUACAK)
SGOT (SGOT) 15 U/I 0-37 Normal
SGPT (SGPT) 6 U/I 0-42 Normal
BUN (BUN) 20,7 mg/dl 10-23 Normal
CREATININ (CREA) 1,4 mg/dl 0,6-1,5 Normal

LABORATORIUM

Tanggal : 29 Juli 2015 Dokter pengirim : dr. Sainul M,Sp.B


ID pasien : 0355 Alamat : Jasem -Ngoro
Nama : Tn.S Ruang : Mataram
Umur : 55 tahun Keterangan : BPJS
jenis kelamin : Laki-laki
Assays Nilai Flag Satuan Nilai normal
WBC 11.0 H 103/µL 4.0-9.0
RBC 3.83 106/µ 3.60-5.30
HGB 11.2 L 9/dl 12.0-18.0
HCT 33.1 L % 26.0-56.0
MCV 86.4 fL 80.0-100.0
MCH 29.2 Pg 27.0-32.0
MCHC 33.8 9/dl 32.0-36.0
PLT 197 103/ µL 150-380
RDW 11.3 L % 11.5-16.5
PCT 0.07 L % 0.10-1.00
MPV 3.6 L fL 5.0-10.0
DDW 18.5 H % 12.0-16.0
LY % 15.5 % 11.0-49.0
MO % 2.0 % 0.0-9.0
GR % 82.5 % 42.0-65.0
LY # 1.7 103/ µL 0.4-4.4
MO # 0.2 103/ µL 0.0-0.8
GR # 9.1 H 103/ µL 1.7-0.8

VI. Terapi obat


- Infus RL 20 tetesan per menit
- Injeksi rinduzol 3x500 mg
- Injeksi ceftien 3x1
- Injkesi antrain 3x1
- Injkesi ondancentron 3x1 8 mg
- Injeksi ranitidin 3x1 ampul
- Injkesi lovemir 0-0-10µ 10µ/si
- Injeksi novorapid 3x10 µ/ml
- Oral antasida 3x1 1cth
- Oral alprazholam 0-0-1 0,5 mg
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DATA SUBJEKTIF: Infeksi virus Gangguan
a. Pasien mengatakan mual dan ↓ pemenuhan
muntah setiap kali bangun atau Kerusakan sel beta kebutuhan
duduk ↓ nutrisi kurang
DATA OBJEKTIF: Gula dalam darah tidak dari kebutuhan
a. Pasien terlihat pucat dapat dibawa masuk yang
b. Pasien terlihat lemas dalam sel berhubungan
c. Berat Badan sebelum sakit : ↓ dengan
78 kg, dan Berat Badan saat hiperglikemia anoreksia
sakit : 75 kg. ↓
d. Observasi TTV : Batas melebihi ambang
- TD : 110/80 mmHg ginjal
- N : 80x/menit ↓
- S : 36°C glukosuria
- RR : 18x/menit ↓
- TB : 170 cm Kehilangan kalori
- GDA : 217 ↓
e. Pola makan Sel kekurangan bahan
Sebelum sakit : untuk metabolisme
2x sehari, satu porsi habis ↓
(nasi , lauk, ayam, daging) Merangsang
Saat sakit : hipotalamus
3x sehari, habis seperempat ↓
porsi (bubur, nasi, sayur) Pusat lapar dan haus

Polidipsia polipagia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus

NO. DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TANDA


KEPERAWATAN MUNCUL TERATASI TANGAN
1. Gangguan pemenuhan 29-07-2015 31-07-2015
kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan yang berhubungan
dengan anoreksia (putri wahyu.n)
INTERVENSI KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus

NO TUJUAN/KRITE INTERVENSI RASIONAL TANDA


. RIA HASIL TANGA
N
1. setelah dilakukan  Dilakukan  agar terjalin
tindakan tindakan terapeutik hubungan saling
keperawatan selama (pendekatan percaya antara
2 x 24 jam maka terapeutik) pada pasien, keluarga
diharapkan mual pasien dan dan tenaga
dan muntah keluarga, misal : kesehatan
berkurang dengan senyum, sapa,
Kriteria Hasil : salam, sopan dan (putri
a. Observasi TTV santun wahyu.n)
dalam keadaan  Berikan informasi  agar pasien
normal pada pasien mengerti tentang
b. Pasien mau tentang pentingnya pentingnya
makan lagi pemenuhan pemenuhan
c. Nafsu makan kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
pasien meningkat  Kaji faktor yang  mengidentifikasi
d. Pasien berhubungan dan meningkatkan
mengatakan dengan nafsu nafsu makan pasien
merasa nyaman makan
dan lebih sehat  Motivasi pasien  agar pasien mau
karena kebutuhan untuk makan makan lagi dan bisa
nutrisinya sedikit (dalam meningkatkan
terpenuhi porsi kecil rendah nafsu makan
lemak dan rendah
serat) dan makan
lebih sering
(selama tidak ada
kontraindikasi)

 Observasi TTV  sebagai parameter


untuk mengetahui
perkembangan
pasien
 Kolaborasi dengan  untuk menentukan
tim medis tindakan
selanjutnya dan
mempercepat
proses
penyembuhan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus

NO. NO. DIAGNOSA TANGGAL/JAM TINDAKAN DAN TANDA


RASIONAL TANGAN
1. 1 29-07-2015  melakukan tindakan
17:00 terapeutik (pendekatan
terapeutik) pada pasien
dan keluarga, misal :
senyum, sapa, salam,
sopan dan santun (putri
Respon : wahyu.n)
Pasien menunjukkan
respon yang baik saat
berkomunikasi
 memberikan informasi
pada pasien tentang
pentingnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Respon :
Pasien mengerti atas
penjelasan perawat dan
berkeinginan untuk
mengatur kebutuhannya
 mengkaji faktor yang
berhubungan dengan
nafsu makan
Respon :
Pasien mengatakan nafsu
makan pasien bertambah
 memotivasi pasien untuk
makan sedikit (dalam
porsi kecil rendah lemak
dan rendah serat) dan
makan lebih sering
(selama tidak ada
kontraindikasi)
Respon :
Nafsu makan meningkat
dan pasien mau makan
 mengobservasi TTV
Respon :
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 18x/menit
BB : 73 kg
 berkolaborasi dengan
tim medis
Respon :
- Infus Ringer
Laktat 20 tetes per
menit
- Injeksi tyason 1
- Injeksi
metronidasol 500
mg
- Injeksi antrain 1
ampul
- Novorapid 8 mg
- Injeksi ceftien 1
- Oral lovemir 0-0-
10
2. 1 30-07-2015  melakukan tindakan
20:00 terapeutik (pendekatan
terapeutik) pada pasien
dan keluarga, misal :
senyum, sapa, salam,
sopan dan santun
Respon :
Pasien menunjukkan (putri
respon yang baik saat wahyu.n)
berkomunikasi
 mengkaji faktor yang
berhubungan dengan
nafsu makan
Respon :
Pasien mengatakan nafsu
makan pasien bertambah
 memotivasi pasien untuk
makan sedikit (dalam
porsi kecil rendah lemak
dan rendah serat) dan
makan lebih sering
(selama tidak ada
kontraindikasi)
Respon :
Nafsu makan meningkat
dan pasien mau makan

 mengobservasi TTV
Respon :
TD : 120/70 mmHg
N : 88x/menit
S : 37,2°C
RR : 20x/menit
BB : 75 kg
 berkolaborasi dengan
tim medis
Respon :
- Infus Ringer
Laktat 20 tetes per
menit
- Injeksi ceftien 1
- Injeksi rindozol
500 mg
- Injeksi antrapid 8
- Injeksi antrain 1
ampul
- Injeksi ranitidine
1 ampul
- Injeksi
ondancentron 8
mg
- Oral lovemir 0-0-
10
3. 1 31-07-2015  melakukan tindakan
20:00 terapeutik (pendekatan
terapeutik) pada pasien
dan keluarga, misal :
senyum, sapa, salam,
sopan dan santun
Respon : (putri
Pasien menunjukkan wahyu.n)
respon yang baik saat
berkomunikasi
 mengobservasi TTV
Respon :
TD : 110/70 mmHg
N : 73x/menit
S : 36,5°C
RR : 18x/menit
BB : 76 kg

 berkolaborasi dengan
tim medis
Respon :
- Infus Ringer
Laktat 20 tetes per
menit
- Injeksi tyason 1
- Injeksi rindozol
500 mg
- Injeksi antrapid 8
mg
- Injeksi ranitidine
1 ampul
- Injeksi antrain 1
ampul
- Injeksi
ondancentron 8
mg
- Injeksi ceftien 1
- Oral lovemir 0-0-
10
- Oral alpazolam 0-
0-1

EVALUASI KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.S
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Selulitis Digiti I + Diabetus Melitus

NO.Dx TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN TANDA


TANGAN
1 29-07-2015 17:00 S : pasien mengatakan mual dan muntah
O : keadaan umum lemah
a. Pasien terlihat pucat
b. Pasien terlihat lemas
c. Berat Badan sebelum sakit : 78 kg, dan (putri
Berat Badan saat sakit : 75 kg. wahyu.n)
d. Observasi TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- N : 80x/menit
- S : 36°C
- RR : 18x/menit
- TB : 170 cm
- GDA : 217
e. Pola makan
Sebelum sakit :
2x sehari, satu porsi habis (nasi , lauk,
ayam, daging)

Saat sakit :
3x sehari, habis seperempat porsi
(bubur, nasi, sayur)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan 1, 3, 4, 5, 6.
1 30-07-2015 20:00 S : pasien mengatakan mual dan muntah
berkurang
O : keadaan umum lemah dan sedikit pucat
a. Pola makan :
Saat sakit : 3x sehari, habis setengah (putri
porsi (bubur, nasi, sayur) wahyu.n)
b. Observasi TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 88x/menit
S : 37,2°C
RR : 20x/menit
BB : 75 kg
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan 1, 5, 6.
1 31-07-2015 20:00 S : pasien mengatakan mual berkurang
O : keadaan umum lemah
a. Pola makan :
Saat sakit : 3x sehari, satu porsi habis
(nasi, bubur, sayur) (putri
b. Observasi TTV : wahyu.n)
TD : 110/70 mmHg
N : 73x/menit
S : 36,5°C
RR : 18x/menit
BB : 76 kg
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan dan pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai