BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com — Pihak mantan Kasubag Kepegawaian dan Humas RS Adi Tjockrodipo
Bandarlampung Heriansyah membantah telah memerintah enam orang bawahannya untuk membuang
pasien jompo anonim.
"Klien kami tidak pernah memerintahkan bawahannya untuk membuang pasien jompo anonim yang
akhirnya diketahui namanya Suparman," kata Rozali Umar, kuasa hokum Heriansyah, Kamis (6/2/2014).
Rozali memaparkan kronologi kejadian itu. Pada 17 Agustus 2013, perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RS Kota Tjockrodipo, Bandarlampung, didatangi sejumlah orang yang membawa pasien gelandangan.
Pasien tersebut dibawa oleh kepala lingkungan dengan membawa surat rujukan dari Kelurahan
Kotakarangjaya, Wayhalim, Bandarlampung.
"Karena pasien ini anonim, perawat menelepon klien saya Heri untuk berkoordinasi karena bersangkutan
dengan klaim pembayaran ke pemkot," kata dia.
Menurut Rozali, Heriansyah berkata kepada kepala lingkungan yang membawa pasien jompo itu, pada
prinsipnya pasien tersebut diterima untuk dirawat di rumah sakit itu, tetapi dengan catatan setelah
sembuh pasien dibawa kembali mengingat tidak memiliki keluarga.
"Soal penelantaran pasien tersebut, klien kami tidak memerintahkan itu, perbuatan itu murni inisiatif
enam orang yang turut membawa pasien itu pergi untuk dirujuk ke rumah sakit jiwa," tutur Rozali.
Editor: Kistyarini
http://regional.kompas.com/read/2014/02/06/1625032/Pejabat.RS.Bantah.Perintahkan.Penelantaran.Pa
sien.Jompo
Menurut Andika, kedua pejabat tersebut memerintahkannya membuang kakek Sutarman ke pasar agar
diberi makan oleh orang lain. "Kami kasihan sebenarnya dengan kakek itu, makanya kami berembuk
tidak membuang kakek Suparman ke pasar, melainkan kami letakkan di sebuah gubuk yang terdapat di
tepian jalan Sukadaham, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandarlampung," kata Andika, Selasa sore
(4/2/2014) sebelum memeragakan pra rekontruksi penelantaran pasien.
Tampak dalam prarekontruksi itu, enam pelaku memeragakan 14 adegan dari pengambilan pasien dari
rumah sakit masuk ke mobil ambulans sampai akhirnya para tersangka meletakkan pasien itu di sebuah
gubuk dekat lokasi rekreasi kebun binatang Lembah Hijau, Bandarlampung. Sebelumnya Satreskrim
Polresta Bandarlampung menetapkan enam tersangka kasus penelantaran pasien tua renta. Keenam
tersangka itu adalah Muhaimin (32), sopir ambulans; Andi Karyadi alias Rika, perawat di bagian rawat
inap; Andi, bagian sanitasi; Andika, bagian sanitasi; Adi (OB); dan Rudi, seorang tukang parkir.
Kasat Reskrim Polresta Bandarlampung, Kompol Dery Agung Wijaya mengatakan, pihaknya akan
memeriksa dua pejabat rumah sakit yang disebut- sebut dalam perkara penelantaran pasien.
"Hari kamis, kami akan panggil dua pejabat yang disebut-sebut para tersangka memerintahkan
melakukan pembuangan kakek Suparman," ujar Dery.
http://regional.kompas.com/read/2014/02/04/2233591/Pasien.Jompo.Dibuang.karena.Perintah.Atasan.
RS?utm_source=news&utm_medium=mobile-kompas&utm_campaign=related&
“Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan oleh negara, kasus pembuangan pasien yang
terjadi di Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan," kata Batara melalui siaran persnya, Kamis
(13/2).
Batara berharap, ada penyelidikan yang menyeluruh dan komprehensif baik dari aparat penegak hukum
maupun Komnas HAM untuk menyelidiki akar permasalahan dari kasus ini. Penyelidikan juga harus dari
dua sisi yaitu dari sisi korban dan juga dari sisi rumah sakit yang bersangkutan.
Seperti diketahui, kasus dugaan penelantaran terhadap pasien miskin terjadi di Lampung, pada 20
Januari lalu. Suparman yang berusia 60 tahun didiuga dibuang dari Rumah Sakit Dadi Tjokrodipo,
Lampung, oleh beberapa oknum pegawai rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya perawatan.
Suparman dibuang ke sebuah gubuk setelah dibawa secara diam- diam oleh beberapa pegawai rumah
sakit dengan menggunakan ambulans.
http://m.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/02/13/n0xakw-kasus-pembuangan-pasien-
merupakan-kejahatan-kemanusiaan