Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.”A” P1001 POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN INFEKSI


PERINEUM

DISUSUN OLEH :

YUSTINA EFRACIANA UNDI

12631079

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS KADIRI

2014

1
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rohmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan pada
Ny.”A” P1001 Post Partum Hari Ke 5 dengan Infeksi Perineum. Asuhan
kebidanan ini dibuat dengan rinci dan sebisa mungkin memudahkan pembaca
dalam memahaminya.

Dengan sistematika diatas maka saya mengharapkan pembaca lebih mudah


dalam mengerti dan memahami serta mempelajari asuhan kebidanan ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada pembimbing kami yang telah
membimbing kami dalam pelajaran dan dalam penyusunan asuhan kebidanan ini.
Tiada gading yang tak retak begitu pula dengan asuhan kebidanan ini masih
amat jauh dari kesempurnaan .maka dari itu kritik dan saran yang membangun
masih kami nantikan demi kesempurnaannya.

Kediri, 21 Juni2014

Penyusun

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latak Belakang

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian


perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan
lahir.

Masa nifas dimuali setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa ini berlangsung
selama kira – kira 6 minggu.

Asuhan post partum diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis bagi ibu maupun bayinya. Di perkirakan bahwa 60 % kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian post partum
terjadi dalam 24 jam pertama.

Masa neonatus merupakan masa penting dari kehidupan bayi, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian
bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan
melekat dengan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah
beberapa kematian.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
b. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu post partum
2. Melakukan interpretasi data dasar pada ibu post partum
3. Mengidentifitasi diagnosa dan masalah pada ibu post partum
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu post partum
5. Mengembangkan rencana asuhan ( intervensi ) pada ibu post partum

3
6. Melakukan implementasi sesuia dengan rencana tindakan
7. Mengealuasi hasil tindakan pada ibu post partum
8. Melakukan pendokumentasian

1.3 Metode Pengumpulan Data

1. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari sumber buku, status pasien, catatan medis, dan
catatan perkembangan yang dapat mendukung terlaksananya asuhan dan
dapat membandingkan teori dan prakrik.
2. Studi Putaka
Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan kasus
3. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung kepada pasien
4. Pengamatan / Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung pada klien untuk mengetahui
keadaan saat pengkajian melalui pemeriksaan fisik

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data,

sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka

Terdiri dari pengertian nifas, perubahan pada masa nifas,

kebutuhan dasar pada ibu nifas, komplikasi pada masa nifas,

tujuan perawatan masa nifas, program kunjungan nifas,dan

managemen asuhan kebidana pada nifas

BAB III : Tinjauan Kasus

Terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, antisipasi

4
masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,

implementasi, evaluasi.

BAB IV : Pembahasan

BAB V : Penutup

Terdiri dari kesimpulan dan saran

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defini Nifas

2.1.1 Pengertian Nifas

Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari


persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti prahamil.
( Sofian Amru : 2011 )

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu. ( Prawirohardjo : 2009 )

2.1.2 Klasifikasi Nifas

Menurut Sulistyawati Ari : 2009 masa nifas di bagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Puerperium Dini
Peurperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam,
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat –
alat genetalia, yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu.
3. Remote Puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu – minggu, bulanan, bahkan tahunan.

2.1.3 Perubahan Pada Masa Nifas

2.1.3.1 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi


1) Uterus

6
a. Involusi
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur-angsur menjadi kecil sampai
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tinggi fundus uterus dan
berat uterus menurut masa involusi:

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr
sympisis
2 minggu Tak teraba di atas 350 gr
sympisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
a) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo ( rambut bayi ), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke 7 sampai hari ke 14.
d) Lokhea alba

7
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Berlangsung selama 2 – 6 minggu post partum.
c. Serviks
Segera setelah post partum, serviks agak menganga seperti
corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi.
Sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara
corpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Segera setelah bayi
dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari
saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke
dalam cavum uteri.
2) Vulva dan vagina
Kedua alat ini dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidka hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur akan muncul kembali, labia menjadi semakin
menonjol.
3) Perinium
Perinium menjadi kendur, pada hari ke 5 post partum perinium
mendapatkan sebagian tonus nya, meskipun tetap kendur dari pada
keadaan sebelum hamil.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan karena alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon kosong,
pengeluaran cairan yang berlebih, kurangnya asupan makanan dan
cairan serta kurangnya aktifitas tubuh.selain itu ibu juga mengalami
anoreksia karena penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme spinkter dan edema leher kandung
kemih. Sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala

8
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam
jumlah besar akan di hasilkan dalam 12 – 36 jam post partum. Kadar
homon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut di sebut diuresis. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta di lahirkan.
Ligamen, diafragma pelvis , serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut.dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tak jarang pula wanita
mengeluh “ kandungannya turun “ setelah melahirkan karena ligamen
fasial, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah persalinan.
5. Perubahan Sistem Endokrin
a) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam
hingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae
pada hari ke 3 post partum.
b) Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler atau minggu ke 3 dan
LH tetap rendah sampai ovulasi terjadi.
c) Hipotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga di pengaruhi
oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat
anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progresteron.
d) Kadar estrogen

9
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna
sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat
mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
6. Perubahan Sistem Tanda vital
a) Suhu Badan
Dalam 24 jam pertama postpartum suhu badan akan meningkat
sedikit (37, 50 C – 38 0
C) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke-
3 suhu badan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI,
payudara akan menjadi bengkak dan berwarna merah karena
0
banyaknya ASI, bila kenaikan mencapai 38 C pada hari kedua
sampai hari- hari berikutnya harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
b) Denyut nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 – 80 kali
permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal
dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
c) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah
akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan
adanya preeklamsi post partum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan.
7. Perubahan Sistem Kardioaskuler
Denyut jantung, volume secukupnya dan curah jantung meningkat
selama hamil, segera setelah melahirkan, keadaan tersebut akan
meningkat lebih tinggi lagi selama 30-60 menit karena darah yang

10
biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium
2-3 minggu setelah melahirkan curah jantung berada pada tingkat
sebelum hamil
8. Perubahan Sistem Hematologi
Leukosit normal selama kehamilan rata-rata ± 12.000/mm³. setelah10-
12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit antara 15.000-
20.000/mm³ merupakan hal umum. Kadar hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit sangat bervariasi pada saat awal masa postpartum sebagai
akibat volume darah yang berubah-ubah. Jumlah sel darah putih akan
meningkat, jumlah sel darah merah akan berfluktuasi, namun dalam 1
minggu pasca persalinan ,biasanya semua akan kembali ke keadaan
semula
2.1.3.2 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
Reva rubin membagi perubahan ini menjadi 3 bagian yaitu :
1. Periode “Taking In”
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
b. Ia mungkin akan mengulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan, akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi di butuhkan untuk mempercepat pemulihan
dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi
pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi hasil perjuangan
ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus
dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu
dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan

11
permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang di
lakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena
kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan.
2. Periode “Taking Hold”
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,
BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi, misalnya membedong, memandikan, memasang popok,
dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan tidak mahir
dalam melakukan hal tersebut.
f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap kemungkinan perubahan
yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk
memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus
selalu di perhatikan tehnik bimbingannya, jangan sampai
menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak
nyaman karena dia sangat sensitif. Hindari “ jangan begitu atau
kalau gitu salah “ pada ibu karena itu akan sangat menyakiti
perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti
bimbingan yang bidan berikan.
3. Periode “Letting Go”
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah.
Periode inipun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sanyat

12
tergantung kepadanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak
ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini
2.1.4 Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas
1. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama paska partum
mencapai 500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan asumsi bahwa
setiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Efisiensi
konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi
susu sebesar rata – rata 80 % dengan kisaran 76 – 94 % sehingga
dapat di perkirakan besaran energi yang di perlukan untuk
menghasilkan 100 cc susu sekitar 85 kkal. Rata – rata produksi ASI
sehari 800 cc yang berarti mengandung 600 kkal sementara itu,
kalori yang di habiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu
adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan,
selama itu pula berat badan ibu akan menurun yang berarti jumlah
kalori tambahan harus di tingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal.
Sementara sisanya ( sekitar 200 kkal ) diambil dari cadangan
endogen, yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingat efisiensi
konversi energi hanya 80 – 90 % maka energi dari makanan yang
di anjurkan ( 500 kkal ) hanya akan menjadi energi ASI sebesar
400 – 450 kkal.
Untuk menghasilkan 850 cc ASI dibutuhkan energi 680 – 807 kkal
( rata – rata 750 kkal ) energi.jika dalam diet tetap di tambahkan
500 kkal, yang terkonversi hanya 400 – 450 kkal, berarti setiap hari
harus di mobilisasi cadanagan energi endogen sebesar 300 – 350
kkal yang setara dengan 33 – 38 gram lemak, dengan demikian
simpanan lemak selama hamil sebanyak 4 kg atau setara 36.000
kkal akan habis setelah 105 – 121 hari atau sekitar 3 – 4 bulan.
Penghitungan ini sekaligus menguatkan pendapat bahwa dengan
memberikan ASI berat badan ibu akan kembali normal dengan

13
cepat dan menepis isu bahwa menyusui bayi akan membuat badan
ibu akan menjadi rambun.
2. Protein
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein di atas
normal sebesar 20 gram perhari. Dasar ketentuan ini adalah tiap
100cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan demikian 830 cc
ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi konversi protein
makanan menjadi protein susu hanya 70 % ( dengan variasi
perorangan ). Peningkatan kebutuhan ini di tujukan bukan hanya
untuk transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis
hormon yang memproduksi (prolaktin) serta yang mengeluarkan
ASI ( oksitosin ).
Selain kedua nutrisi tersebut, ibu menyusui juga di anjurkan untuk
mendapatkan tambahan asupan dari nutrisi lain. Berikut ini adalah
perbandingan nutrisi tambahan ibu menyusui pada wanita asia dan
amerika
No Nutrisi Wanita Asia Wanita Amerika
1. Kalsium 0,5 – 1 gram 400 mg
2. Zat besi 20 mg 30 – 60 mg
3. Vitamin C 100 gram 40 mg
4. Vitamin B1 1,3 mg 0,5 mg
5. Vitamin B2 1,3 mg 0,5 mg
6. Vitamin B12 2,6 mikro gram 1 mikro gram
7. Vitamin D 10 mikro gram 5 mikro
gram

Jadi dapat di ambil kesimpulan beberapa anjuran yang berhubungan


dengan pemenuhan gizi ibu antara lain :
a. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori
b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan
vitamin
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui

14
d. Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas
e. Minum kapsul vitamin A ( 200000 unit ) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI
3. Ambulasi dini ( Early ambulation )
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini
tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan
luka episiotomi dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya
prolaps uteri atau retrofleksi. Ambulasi dini tidak di benarkan pada
pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru- paru, demam dan
keadaan yang mesih membutuhkan istiramat.
Keuntungan ambulasi dini meliputi :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada
ibu mengenai cara merawat bayinya
d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia, lebih ekonomis
4. Eliminasi : Buang air kecil dan besar
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang
air kecil. Semakin lama urine tertahan dalan kandung kemih maka
dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya
infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan
merasakan sakit pada luka jalan lahir. Bidan harus dapat
meyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera mungkin setelah
melahirkan akan mengurangi komplikasi post partum. Berikan
dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit
pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah
berhasil berjuang untuk melahirkan bayinya.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air
besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan

15
semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. Feses
yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras karena
cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus.
Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak takut buang air
besar karena buang air besar tidak akan menambah parah luka jalan
lahir. Untuk meningkatkan volume feses anjurkan pasien untuk
makan tinggi serat dan banyak minum air putih.
5. Kebersihan diri
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum antara lain :
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan
alergi pada kulit bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat
atau debu dapat mengakibatkan kulit bayi mengalami alergi
melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi.
b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva lebih
dahulu. Dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan
daerah anus.
c. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau
minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk di
sampaikan kepada pasien. Masih adanya luka terbuka di dlam
rahim dan vagina sebagai satu- satunya port de entre, kuman
menyebabkan infeksi rahim maka ibu harus senantiasa
menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan
baik.
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun setiap kali
membersihkan daerah kemaluannya.
e. Jika mempunyai luka episiotomi hindari untuk menyentuh
daerah luka. Ini yang kadang kurang di perhatikan oleh pasien
dan tenaga kesehatan karena rasa ingin tahunya, tidak jarang
pasien berusaha menyentuh luka bekas jahitan di perinium
tanpa memperhatikan efek yang dpat di timbulkan dari

16
tindakannya ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan
kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi
skunder.
6. Istirahat
Ibu post partum sangat m,embutuhkan istirahat yang berkwalitas
untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga di sarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang
cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti.
Kebutuhan istirahat ibu post partum adalah 8 jam sehari yang dapat
di penuhi dengan tidur siang dan malam.
Kurang istirahat pada ibu post partum mengakibatkan kerugian,
yaitu :
a. Mengurangi jumlah ASI yang di produksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan deprasi dan ketidak nyamanan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri
7. Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam jarinya tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang
melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai maa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
8. KB ( Keluarga Berencana )
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang – kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendirir kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak di inginkan.

17
b. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi )
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui (
amenore laktasi ). Oleh karena itu, metode amenore laktasi
dapat di pakai sebelum haid kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini 2 % kehamilan.
c. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi.
Hal – hal yang harus di jelaskan kepad apasien sebelum
menggunakan KB adalah :
a. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya.
b. Kelebihan atau keuntungannya
c. Kekurangannya
d. Efek sampingnya
e. Bagaimana menggunakan metode itu
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan pada ibu paska salin
yang menyusui.
Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih KB tertentu, ada
sebaiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk
mengetahui apakah ada yang di tanyakan oleh ibu atau pasangan
dan untuk mengetahui apakan metode tersebut bekerja dengan baik.
9. Senam nifas
a. Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari
melahirkan setiap hari dilakukan sampai ibu benar – benar
pulih kondisinya.
b. Tujuan senam nifas
1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot setelah
melahirkan

18
3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot
panggul, perut, dan perineum terutama otot yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan
4) Mempercepat involusi dan pemulihan fungsi alat
kandungan
5) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas,
misalnya : emboli
c. Manfaat senam nifas
Senam nifas membantu memperbaiki siklus darah,
memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,
memperbaiki tonus otot, pelvis, dan peregangan otot abdomen,
memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan membantu
ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan.
d. Persiapan senam nifas
1) Sebaiknya menggunakan baju yang nyaman untuk berolah
raga
2) Persiapkan minum, sebaiknya air putih
3) Bisa di lakukan di matras atau tempat tidur, ibu yang
melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek
denyut nadinya. Dengan memegang pergelangan tangan
dan merasakan adanya denyut nadi kemudian hilang.
4) Langkah senam nifas
(a) Tidur terlentang, tangan di samping badan, tekuk salah
satu kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut.
Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergantian untuk kaki kanan dan kiri. Setelah itu rileks
selama 10 hitungan.
(b) Berbaring terlentang, tangan di atas perut, kedua kaki
di tekuk. Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan
dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut
selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak
15 kali, rileks selama 10 hitungan.

19
(c) Tidur terlentang tangan di samping badan, angkat
bokong sambil mengerutkan otot anus selama 5
hitungan. Lakukan gerakan ini selama 15 kali, rileks
dalam 10 hitungan.
(d) Tidur terlentang, tangan di samping badan. Angkat kaki
kiri lurus ke atas sambil menahan otot perut. Lakukan
gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian dengan
kaki kanan, rileks selama 10 hitungan.
(e) Tidur terlentang letakkan kedua tangan di bawah
kepala, kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua
kaki ( kaki tetap lurus ). Lakukan gerakan sebanyak 15
hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil
menarik nafas panjang lewat hidung, keluarkan melalui
mulut.
(f) Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk
sudut 90o. Gerakkan perut keatas sambil otot perut dap
anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5
hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali,
kemudian rileks selam 10 hitungan
10. Menyusui
a. Pengertian
Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran ASI.
b. Proses laktasi
Hisapan bayi pada mamae ibu dapat merangsang atau memicu
pelepasan ASI dari aleolus mamae melalui duktus ke sinus
laktiferus. Secara fisiologis, hisapan bayi pada mamae ibu
merangsang produsi oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior.
Oksitosin memasuki darah dan menyebaban kontrasi sel – sel
khusus ( sel – sel epitel ) yang melindungi aleolus mamae dan
duktus laktiferus. Kontraksi sel – sel khusus ini mendorong ASI
keluar dari aleolus melalui duktus aleolus menuju ke sinus
laktierus dan di sini ASI tersebut akan di simpan. Pada saat

20
bayi menghisap puting payudara, ASI di dalam sinus akan
tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dan sinus ini
dinamakan “ let down “ atau pelepasan. Di kemudian hari pada
akhirnya “ let down” tersebut dapat di picu tanpa rangsangan
hisapan. Mendengar bayi menangis saja bahkan memikirkan
kondisi bayinya pun dapat terjadi let down tersebut (
perawataan masa nifas, fitramaya, 2009 )
c. Komposisi ASI
ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain :
1) zat putih telur 6) hormon
2) enzim 7) karbohidrat
3) zat kekebalan 8) vitamin
4) sel darah putih 9) mineral
5) lemak

21
d. Manfaat ASI
1) Bagi bayi
(a) Membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik
(b) Kolostrum mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi
dan membuat bayi menjadi kuat
(c) ASI mudah dicerna oleh bayi
2) Bagi ibu
(a) Membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinan
(b) Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim
berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan
(c) Menyusui nayi akan lebih cepat pulih turun berat badannya dari
berat badan yang tambah selama kehamilan
(d) Ibu yang menyusui dan haidnya belum muncul kembali akan kecil
kemungkinannya menjadi hamil
(e) Pemberian ASI adalah cara penting bagi ibu untuk mencurahkan
kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman
3) Bagi semua orang
(a) ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi
(b) Pemberian ASI tidan menuntut persiapan dan selalu tersedia dan
gratis
e. Cara menyusui
1) Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
2) Keluarkan sedikit ASI dari puting susu, kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola
3) Ibu berada pada posisi yang rileks dan nyaman
4) Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya, 4 hal yang
pokok, yaitu :
(a) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis
(b) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya ke
arah puting susu
(c) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu
(d) Untuk BBL : ibu harus menopang badan bayi bagian belakang di
samping kepala dan bahu.

22
5) Payudara di pegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan
jari yang lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakanlah
ibu jari untuk membentuk puting susu sedemikian rupa sehingga
mudah memasukkannya ke mulut bayi.
6) Berikan rangsangan pada bayi agar membuka mulutnya dengan cara
menyentuh bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi
mulut bayi.
7) Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
8) Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakkan bayi segera ke
payudara dan bukan sebaliknya, ibu atau payudara ibu yang digerakkan
ke mulut bayi.
9) Arahkan bibir bawah bayi dibawah puting susu sehingga dagu bayi
menyentuh payudara.
10) Perhatikan selama ibu menyusui
Ciri – ciri bayi menyusui dengan benar antara lain :
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Dagu bayi menempel pada payudara
4) Mulut bayi terbuka cukup lebar
5) Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
6) Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas dari pada dibagian
bawah mulut bayi
7) Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan
tidak ada bunyi
8) Putting susu tidak terasa nyeri
9) Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus
10) Kepala bayi tidak pada posisi tengadah
f. Masalah dalam pemberian ASI
1) Putting susu lecet atau luka
2) Payudara bengkak
3) Tersumbatnya saluran laktiferus atau duktus laktiferus
4) Mastitis atau radang payudara
5) Abses payudara
6) ASI berkurang

23
7) Bayi bingung puting
8) Bayi enggan menyusu
9) Bayi sering menangis
10) Bayi berat lahir rendah
11) Bayi kembar
12) Bayi sumbing
13) Ikterus pada neonatus
g. Hal yang mempengaruhi ASI
1) Nutrisi ( diet ) ibu
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan yang
diminum ibu dan kandungan dari ASI baik karena makanan ibu yang
bergizi.
2) Gerak badan
Dengan aktifitas yang berlainan akan mengakibatkan cadangan
karbohidrat dalam tubuh habis sehingga untuk memenuhinya harus
mengambil dari protein. Hal tersebut dapat mengurangi cadangan
protein dalam tubuh.
3) Psikologis
Keaadaan psikologis yang buruk akan mempengaruhi organ – organ
lain seperti alat pencernaan dan sebagainya yang juga akan
mempengaruhi produksi ASI.
h. Kebutuhan saat menyusui
1) Minum susu satu liter setiap hari
2) Daun pucuk katuk dan sayur asin membuat air susu lebih banyak keluar
3) Selain itu, faktor jiwa pun penting, ibu yang hidup tenang lebih banyak
mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam kesedihan
4) Melakukan perawatan buah dada
5) Dengan obat – obatan, sesuai petunjuk dokter
i. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet

24
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4 – 6 jam
6) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
(a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
(b) Urut payusara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting
(c) Mengeluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak
(d) Menyusukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI keluarkan dengan tangan
(e) Meletakkan kain dingan pada payudara setelah menyusui
2.1.5 Komplikasi Pada Masa Nifas
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3. Bengkak dimuka, tangan, atau kaki, disertai sakit kepala dan atau kejang
4. Nyeri atau panas di daerah tungkai
5. Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit
6. Puting lecet
7. Ibu mengalami depresi ( antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya
2.1.6 Tujuan Perawatan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik dan psikologis
2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk apabilatejadi komplikasi pada ibu meupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu berkaitan dengan gizi, menyusui,
pemberian imunisasi pada bayinya, perwatan bayi sehat dan KB.
4. Memberikan pelayanan KB

2.1.7 Program Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

25
I 6 – 8 jam PP 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena
adanya atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut
3. Memberi konseling pada ibu atau salah
satukeluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan pemantauan hubungan ibu
dengan BBL
6. Menjaga bayi tetap hangat dan mencegah
hipotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan ia harus tinggal denga ibu dan
BBL untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
II 6 hari PP 1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi dengan baik,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak berbau
2. Menilai adanya tanda deman, infeksi atau
perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, istirahat
4. Memastikan ibu menyusuidengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari – hari
III 2 minggu PP Sama seperti 6 hari post partum

26
IV 6 minggu PP 1. Menanyakan penyulit yang dialami ibu
selama masa nifas
2. Memberi konseling pada ibu untuk KB
secara dini.

2.2 Infeksi Perineum


2.2.1 Pengertian
Infeksi masa nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman
ke dalam alat – alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau
morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.
Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, morbiditas puerperalis ialah
kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, dengan mengecualikan hari pertama.
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan pleh kuman yang masuk
kedalam organ genetal pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksis nifas adalah infeksi bakteri pada traktusgenetalia yang terjadi setelah
melahirkan,ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajad celcius atau lebih
Selma 2 hari dalam 10 hari petama pasca persalinan,dengan mengecualikan 24 jam
pertama .
2.2.2 Penyebab infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknnyakuman kedalam organ kandungan
maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.berdasarkan masuknnya
kuman kedalam organ kandungan terbagi menjadi:
1. Ektogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling
berat.infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak
steril, tangan penolong,infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus Aerus

27
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab
infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampak sehat.
3. Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rectum . Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada periuperium, vulva danendometrium .
kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya.Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
persalinan ditolong dukun
2.2.3 Patofisiologi infeksi Nifas
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan)plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4
cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi
oleh trombus. Selain itu,kuman dapat masuk melaluiservik,vulva, vagina dan
perineum.
2.2.4 Cara terjadi infeksi
Infeksi nifas dapat terjadi karena:
1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksan dalam berulang-ulang.
2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomialrumah sakit .
5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

2.2.5 Etiologi
Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada
dalam usus dan jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70 % biakan serviks normal
dapat pula ditemukan bakteri anaerob dan aerob patogen. Kuman anaerob adalah
kokus gram positif (peprtostreptokokus,peptokokus,bakteroides dan clostridium)

28
Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan e.colli selain itu, infeksi nifas dapat
pula disebabkan :
1. streptococus haemolyticus aerobicus,ini merupakan penyebab infeksi yang berat,
khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain,alat atau
kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain)
2. Staphylocucus aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas,walaupun kadang-kadang menjadi penyebab infeksi umum.
3. Escherichia coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva,dan endometrium.
Kuman ini merupakan sebab dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium welchii, infeksi kuman yang bersifat anaerob jarang ditemukan
tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini sering terjadi pada abortus kriminalis.
2.2.6 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang terjadi pada infeksi nifas antara lain:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh , seperti perdarahan
banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia , infeksi lain (pneumonia, penyakit
jantung , dsb).
2. Persalina dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban
pecah dini, korioamnionitis,persalinan traumatik, proses pencegahan I nfeksi
yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan bedah vaginal atau persalinan traumatik yang menyebabkan
perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga
rahim.
2.2.7 Tanda dan gejala infeksi nifas
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam,sakit di daerah
infeksi,, warna kemerahan, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
1. Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah,bengkak pada luka lokia bercampur nanah ,
mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.
2. Infeksi umum

29
Sakit dan lemah,suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun
bahkan koma, gangguan involusi uteri,lokia berbau, bernanah dan kotor.
2.2.5 Klasifikasi Infeksi Nifas
Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Infeksi terbatas pada perineum , vulva, vagina serviks dan endometrium
2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena(pembuluh darah ).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4. Infeksi yang penyebarannya melaluipermukaan endometrium.
2.2.5.1 Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium
Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan
endometrium meliputi:
1. Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan
terjadi di bekas sayatan episiotomy atau luka perineum . Tepi luka
berwarna merah danbengkak , jahitan mudah lepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah .
2. Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina . vaginitis pada ibu pasca
melahikan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perinium.
Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah dari daerah ulkus.

3. Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke
dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
4. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki
endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat
dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah

30
menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-
keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran
2.2.5.2 Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah
Septikemia, Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini merupakan infeksi
umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus
Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua
kematian karena infeksi nifas.
1. Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan
lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x
per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40 derajat Celcius;
tekanan darah turun, keadaan umum memburuk; sesak nafas, kesadaran
turun, gelisah.
2. Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah,
kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis,
setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil
laboratorium menunjukkan leukositosis; lokia berbau, bernanah, involusi
jelek.
3. Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis
femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena
ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di
daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat menjadi
tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri,
penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis.
Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat

31
paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen
meningkat pada masa nifas.
2.2.5.3 Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain
peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika).
1. Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik
antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan
peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum douglas, defense
musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum dapat menyebabkan
kematian 33% dari seluruh kamatian karena infeksi.
2. Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam,
demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah
bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama
periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.
2.2.5.4 Infeksi nifas yang penyebarannya melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah
salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan
pelvio peritonitis.

2.2.5.5 Pencegahan infeksi nifas


Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga pencegahannya berbeda.
1. Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
a. Perbaikan gizi.
b. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak
dilakukan.
2. Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
a. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
b. Membatasi perlukaan jalan lahir.

32
c. Mencegah perdarahan banyak.
d. Menghindari persalinan lama.
e. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
3. Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
a. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
b. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus
suci hama.
c. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
d. Membatasi tamu yang berkunjung.
e. Mobilisasi dini
2.2.6 Pengobatan infeksi nifas
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
nifas. Karena pemeriksaan memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai
tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicilin dalam dosis
tinggi dan antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicilin dan lain-lain.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan untuk mempertinggi daya
tahan badan tetap dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok
dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.

2.2 Managemen Asuhan Kebidana Pada Nifas

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
a. Umur : 20-35 tahun
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan atau keadaan klien saat ini, keluhan utama yang
disampaikan oleh ibu adalah ketidak nyamanan yang dirasakan ibu selama
masa nifas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu

33
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
jantung, hipertensi, penyakit menurun seperti diabetes mellitus, asma,
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV / AIDS.
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menahun seperti
jantung, hipertensi, penyakit menurun seperti diabetes mellitus, asma,
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV / AIDS.
c. Penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menahun seperti jantung, hipertensi, penyakit menurun seperti diabetes
mellitus, asma, penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV / AIDS.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe : 10 bulan yang lalu
Menarche : 12 – 16 tahun
Lama : 5 – 7 hari
Siklus : 21 – 30 hari
Dismenorhoe : ada / tidak ( sebelum / sesudah menstruasi )
Fluor albus : ada / tidak ( sebelum / sesudah menstruasi )
warna, bau / tidak, gatal / tidak
Banyak : ± 50 cc ( berapa kali ganti pembalut, penuh
/ tidak )
Teratur / tidak : teratur
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu tidak terjadi
komplikasi, sehingga tidak timbul faktor predisposisi yang menyebabkan
timbulnya komplikasi.
c. Riwayat kehamilan sekarang, persalinan dan nifas sekarang
1. Ibu mengatakan ini hamil ke..... dengan usia kehamilan..... bulan
2. Melakukan ANC berapa kali pada TM I,II,III selama kehamilan,
serta terapi apa yang diberikan saat ANC, keluhan yang di rasakan
selama hamil serta penyuluhan apa saja yang didapatkan.

34
3. Riwayat persalinan
Ibu melahirkan tanggal berapa......jam..... di tolong oleh
bidan/petugas kesehatan lainnya, apakan ada penyulit. Jenis kelamin
anaknya laki – laki/perempuan, berat badan, panjang badan,
langsung menangis spontan atau tidak, di lakukan IMD atau tidak.
4. Riwayat KB
Untuk mengetahui ibu pernah mengikuti KB atau tidak, jika pernah sejak
kapan, lama mengikuti, keluhan selama menggunakan, dan jika berhenti
alasan berhentinya atau ganti.
5. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama menikah, umur pertama
kali menikah, dan status pernikahan sah atau tidak.
6. Riwayat Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu terhadap kehamilan dan persalinannya dan
bagaimana dukungan suami dan keluarga terhadap keadaan dirinya dan
anaknya.
7. Riwayat Budaya
Ibu melakukan atau tidak budaya atau mitos yang membahayakan masa
nifasnya.
8. Perilaku Kesehatan
Mengkaji selam masa nifas apa ibu minum jamu, merokok, dan minum –
minuman keras yang dapat membahayakan diri ibu saat nifasnya
9. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola nutrisi
Berapa kali ibu makan dalam sehari, mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan gizi seimbang )
b. Pola eliminasi
Bagaimana pola eliminasi ibu selam masa nifas yang terdiri dari BAB,
bagaimana frekwensinya, konsistensinya, warna, bau, dan ada keluhan
atau tidak. BAK bagaimana frekwensinya, warna, bau, dan ada keluhan
atau tidak.
c. Pola istirahat
Istirahat yang di lakukan dalam sehari berapa jam, malam 8 jam dan
siang 2 jam, usahakan saat bayi tertidur ibu juga tidur.

35
d. Pola personal hygiene
Dalam sehari berapa kali klien mandi, gosok gigi, ganti pembalut, ganti
pakaian dalam dan luar.
e. Pola aktivitas
Bagaimana aktifitas ibu selama masa nifas, aktifitas yang terlalu
berlebihan mengakibatkan ibu terlalu capek dan mengganggu produksi
ASI.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik, cukup, lemah
Kesadaran : composmentis ( sadar penuh, baik /
sempurna), apatis ( perhatian berkurang ),
somnolent ( mudah tidur walaupun di ajak
bicara ), sopor ( harus dengan rangsangan
kuat ), sopora comateus ( hanya tinggal
reflek kornea saja ), coma ( tidak ada
respon )
Keadaan emosional : mencermati mimik muka pasien, nada
bicara dan bahasa tubuh.
TTV : TD : 110 / 70 – 130/90 mmHg
Nadi : 60 – 100 x/menit
RR :16-24x/menit
Suhu : 36,5-37,5 oC
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : warna rambut, bersih/ tidak, ada kutu /
tidak, rontok / tidak
Wajah : ada edema / tidak, ada cloasma / tidak,
pucat / tidak
Mata : simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterus atau tidak.
Hidung : bersih/tidak, ada pernafasan uping
hidung/tidak, ada polip/tidak
Telinga : simetris, tidak ada serumen,tidak ada

36
mastoiditis
Mulut : bersih / tidak, ada caries/tidak, ada lesi /
tidak
Leher : pergerakannya simetris/ tidak, ada
pembesaran kelenjar thyroid/ tidak, ada
pembesaran vena jugularis/tidak
Dada : ada lesi/tidak, ada tarikan dinding
dada/tidak, ada eritema/ tidak
Abdomen : ada lesi/tidak, setelah melahirkan fundus
uteri beradan pada bawah umbilikus setelah
itu berkurang 1-2 cm setiap hari
Genetalia : terdapat pengeluaran lokhea
Lokhea adalah sekret yang berasal dari
cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam – macam lokhea :
1. Lokhea rubra
Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel –
sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan mekonium,
keluar pada 2 hari post partum.
2. Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kehitaman berisi darah dan
lendir. Keluar pada hari ke 3-7 post partum.
3. Lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berlendir lagikeluar
pada hari ke 7-14 post partum.
4. Lokhea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu post partum.
Ekstremitas : simetris/tidak, edema/tidak, ada lesi/tidak,
ada varises/tidak
b. Palpasi
Dada : ada krepitasi/tidak, ada nyeri tekan/tidak,
ada benjolan/tidak
Payudara : ada nyeri tekan tekan/ tidak, ada
benjolan/tidak, ASI keluar/tidak.

37
Abdomen : keras / tidak, ada nyeri tekan / tidak
TFU : bayi lahir setinggi pusat
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat
1 minggu pertengahan shyphisis dan pusat
2 minggu tidak teraba di atas shympisis
6 minggu sebesar hamil 2 minggu
8 minggu sebesar normal
UC : teraba keras dan bundar / tidak
c. Perkusi
Reflek patella : untuk mengetahui apakah ibu bereaksi
terhadap reflek yang diberikan atau tidak.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa : P........post partum hari ke .....
DS : Data yang di peroleh dari pasien melalui anamnesa
DO : Data yang di peroleh dari pemeriksaan yang di lakukan
oleh petugas kesehatan / bidan terhadap pasien mengenai
diagnnosa.
B. Masalah : masalah yang di temukan selama nifas
DS : Data yang di peroleh dari pasien melalui anamnesa
DO : Data yang di peroleh dari pemeriksaan yang di lakukan
oleh petugas kesehatan / bidan terhadap pasien mengenai
masalah.
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Meliputi diagnosa potensial dan antisipasinya serta masalah potensial.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mengidentifikasi kebutuhan segera jika terdapat masalah potensial
V. INTERVENSI
Dx : P........post partu hari ke.......
Tujuan : setelah di lakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas , ibu
dapat menjalankan masa nifas dengan aman tanpa ada
komplikasi
Kriteria hasil : mengacu pada penegakan diagnosa

38
Interensi : melakukan asuhan pada ibu sesuai dengan kebutuhan
Rasional : alasan yang mendukung intervensi berdasarkan teori yang
ada dan tidak di buat – buat

Mx : masalah yang di alami ibu selama nifas

Tujuan : setelah di lakukan asuhan, ibu dapat mengatasi masalah

dan menjalankan masa nifasnya dengan aman tanpa ada

komplikasi

Kriteria hasil : mengacu pada penegakan masalah

Interensi : melakukan asuhan pada ibu sesuai dengan kebutuhan


Rasional : alasan yang mendukung intervensi berdasarkan teori yang
ada dan tidak di buat – buat
VI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi
VII. EVALUASI
Mengacu pada kriteria hasil dengan menggunakan metode pendokumentasian SOAP

BAB 3

39
TIJAUAN KASUS

ASUAHAN KEBIDANAN PADA NY.”A” P1001 POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN


INFEKSI PERINEUM

Tanggal pengkajian :20 November 2013 Jam :08.00 WIB

No register :

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama klien: NY”A” Nama suami : Tn “A’’
Umur : 25 thn Umur : 28 thn
Agama : Islam Agama :Islam
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMP
Penghasilan : - Penghasilan :RP.500.000,-/bln
Alamat :Tuban Alamat :Tuban

2. Keluhan Utama

ibu mengatkan nyeri pada daerah kemalauan den demam

3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular,(seperti
TBC,hepatitis),penykit menuran seperti(diabetes,hipertensi),penyakit
menahun seperti (asma,jantung)
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular,(seperti
TBC,hepatitis),penykit menuran seperti(diabetes,hipertensi),penyakit
menahun seperti (asma,jantung)

c. Penyakit keluarga

40
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular,(seperti TBC , hepatitis) , penykit menuran seperti
(diabetes,hipertensi), penyakit menahun seperti (asma,jantung)

4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Amenorhoe :22 februari 2013 Dismenorhoe :tidak pernah
Menarche : kelas 6 SD Fluor albus :tidak pernah
Lama : 7 hari Banyak :3xsehari
Siklus : 28 hari teratur/tidak :tertur
b. Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas yang lalu

N Tgl/bl Usia Tem Jenis penol Peny Ana Nifas Usia


O n/thn keha pat pesali ong ulit k anak
persal mila Pers nan keha
inan n alina milan B PB
n JK B

c. Riwayat kehamilan sekarang,persalinan,dan nifas sekarang


1) Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilan ke 1 dengan usia kehamilan 9 bulan
ANC 3 kali,di bidan intan. Keluhan selama hamil: mual muntah,
Penyuluhan yang di dapat :makan sedikit tetapi sering.
2) Riwayat persalinan :
Melahirkan tgl 15 november 2013 jam.:07.00 .secara normal
ditolong oleh bidan intan. Jenis kelamin perempuan,BB 3400
gram,PB 50 cm Langsung menangis. Ada perlukaan jalan lahir,
ada bekas jahitan padaperineum, luka derajat dua.

41
3) Riwayat nifas
Ibu mengatakan nyeri pada daeraha kemaluan dan demam
5. Riwayat KB
Menjadi peserta KB : belum pernah menjadi peserta KB
6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 1 thn
Usia pertama menikah :24 tahun
7. Riwayat Psikososial
Hubungan dengan keluarga baik,anak diterima dan keluraga membantu
merawat bayi.
8. Riwayat Budaya
Tidak ada tarak
9. Perilaku Kesehatan
Jamu : Ibu tidak mengonsumsi jamu
Merokok : Tidak merokok
Minum-minuman keras : Tidak mengkonsumsi minuman keras
10. Pola kehidupan sehari-hari
NO Pola Kebiasaan Selama hamil Selama nifas

1 Nutrisi Makan 3x /hari,sedang Makan 3x/hari,sedang


Minum 4x /hari Minum 3x/hari
2 Eliminasi BAB : 1-2x sehari BAB : 1-3x sehari
BAK : Sering BAK : 5x/hari
(jernih,bau khas)
3 Istirahat Siang 1 jam Siang 1 jam
Malam 8 jam Malam 6 jam
4 Personal Hyiene Mandi 3x/hari Mandi 3x/hari
Gosok gigi 2x/hari
Gosok gigi 2x/hari Ganti pembalut 3x/hari
5 aktivisitas Jalan- Jalan-jalan
jalan,kerja,hubungan Belum berhubungan

42
seksual 1 minggu 2x

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : gelisah
Kesadaran : composmetis
Keadaan emosional : stabil
TTV :
TD :110/70 mmHg
Nadi :84 x/menit
RR :24x/menit
Suhu :38,50C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut :bersih,tidak ada ketombe
Wajah :tidak odema,tidak ada cloasma
Mata :simetris,t,tidak anemis,
Hidung : bersih,tidak ada secret,
Telinga : simeris,bersih,tidak ada sekret
Mulut : tidak sianosis,lembab,kemerahan,bersih,tidak sariawan
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran
kelenjar tyroid.
Dada : simetris,putting bersih,tidak ada benjolan
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada bekas sc,
Genitalia :vulva dan vagina kotor,tidak odema,ada flour albus,ada
bekas luka jahitan.
Estremitas : simetris, tidak ada odema dan bergerak bebas
b. Palpasi
abdomen : TFU pertengahan simpisis dan pusat
payudara : tidak ada benjolan abnormal
c. Perkusi
Reflek patella : + / +
II. INTERPRETASI DATA DASAR
A. Diagnosa : P1001 post partum hari ke 5 dengan infeksi perineum
43
DS :ibu mengatakan nyeri pada daerah kemalauan den demam

DO : Keadaan Umum : gelisah


TD :110/70 mmHg
Nadi :84 x/menit
RR :24x/menit
Suhu :38,50C
Genitalia :vulva dan vagina kotor,tidak odema,ada
flour albus,ada bekas luka jahitan.
B. Masalah : infeksi perineum

DS : ibu mengatkan nyeri pada daerah kemalauan den demam

DO : setelah dilkukan pemeriksaan vulva dan vagina kotor,ada


flour albus,ada bekas luka jahitan
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAl
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
V. INTERVENSI
Dx :P1001 post partum hari ke 5 dengan infeksi perineum
Tujuan :masa nifas berjalan dengan baik tanpa komplikasi
Kriteria Hasil:infeksi pada perineum dapat teratasi
Intervensi :
1. Observasi TTV
R :untuk mengetahui KU pasien dan perkembangannya
2. kaji tingakat nyeri
R :untuk mengetahui tingkat nyeri px
3. beri pengetahuan pada px untuk tidak mengaruk luka pada bekas jahitan
R :untuk mencegah infeksi yang lebih lanjut
4. anjurkan pada px untuk selalu menjaga kebersihan vaginannya
R : untuk mencegah terjadinya infeksi
5. kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic
R : untuk mempercepat proses penyembuhan
6. anjurkan ibu untuk banyak makan makanan yang mengandung protein.
R : untuk mempercepat proses penyembuhan
Mx :

44
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal :22 November b2013 Jam :10.00WIB
1. melakukan observasi TTV
2. mengkaji tingakat nyeri
3. memberikan pengetahuan pada px untuk tidak mengaruk luka pada bekas
jahitan
4. menganjurkan pada px untuk selalu menjaga kebersihan vaginannya
5. melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic
6. menganjurkan ibu untuk banyak makan makanan yang mengandung
protein.
VII. EVALUASI
Tanggal :20 November 2013 Jam :10 00WIB
Dx :P1001 post partum hari ke 5 dengan infeksi perineum
S : ibu mengerti penjelasan bidan dan dapat mengulangi penjelasan
O :ibu tmpak mengerti dan dapat mengulangi penjelasan bidan
A : P1001 post partum hari ke 5 dengan infeksi masa nifas
P :anjurkan ibu untukk melakukan kunjungan ulang 1 hari lagi tanggal 21
november 2013
Mx :
S
O
A
P

BAB 4

45
PEMBAHASAN

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada P1001 dan membandingkan antara teori dan
kasus yang ada dilapangan pada pengkajian ditemukan bebrapa keluhan yaitu ibu
mengatakan nyeri pada daerah kemalauan dan demam.

Asuhan kebidanan yang diberikan oleh mahasiswa secara menyeluruh kepada klien. Agar
agar tidak terjadi maslah dan komplikasi lebih lanjut. Diharapkan dengan dilakukannya
asuhan kebidanan secara menyeluruh akan mengurangi masalah-masalah dasar penentu
diagnosa dan masalah.

Pada interpretasi data dasar tidak ada penyimpangan antara teori dan kasus pada klien yaitu
bahwa dengan data yang ada (baik subyektif dan obyektif) dijadikan dasar penentu diagnosa
dan masalah.

Implementasi yang dilakukan telah mengacu pada intervensi yaitu menganjurkan pada px
untuk selalu menjaga kebersihan vaginannya dan menganjurkan ibu untuk banyak makan
makanan yang mengandung protein.

Evaluasi yang diharapkan dari intervensi yaitu ada perubahan kearah yang lebih baik dengan
adanya intervensi dan implementasi yang dilakukan. Pada kasus ini intervensi yang diberikan
yaitu untuk mengutamakan kesembuhan infeksi perineum pada ibu dan pada evaluasi ibu
mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

BAB 5

46
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus Ny.”A” post partum hari ke 5 dengan infeksi perineum setelah diberikan
asuhan dapat diketahui penyebab utama terjadinya infeksi perinium adalah vulva dan
vagina ibu kotor dan adanya flour albus sehingga pada intervensi dan implementasi
dilakukan untuk selalu menjaga kebersihan vulva dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Setelah
dilakukan untuk selalu menjaga kebersihan vulva dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein infeksi perineum pada ibu dapat teratasi.
5.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
a. Diharapakan lebih memperhatikan dan menciptakan suasana yang nyaman
denagn klien
b. Diharapkan lebih meningkatkan teknik aseptik, untuk pencegahan infeksi
dalam menjalankan prakteknya
2. Bagi klien
Diharapkan dapat mengungkapkan semua keluhan yang dirasakan dan bertanya
pada petugas kesehatan jika ada yang kurang jelas tentang konseling yang
diberikan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Bina


Pustaka

Rustam Mochtar. 2009. Perawataan Masa Nifas. Jakarta :fitramaya

Sulistyawati Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Jogjakarta: ANDI

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

48

Anda mungkin juga menyukai