Anda di halaman 1dari 8

KOLOMAN KEAGAMAAN (MAJLIS TA’LIM) BERBASIS

INTERPRENEURSHIP DI DUSUN DU’UMAN, DESA WARU TIMUR


PAMEKASAN

A. Isu dan Fokus Pemberdayaan


Salah satu tradisi keagamaan yang masih cukup kuat bertahan di
Madura, khususnya di daerah pedesaan termasuk di Kabupaten Pamekasan
adalah tradisi pengajian mingguan, tahlilan, dan khataman al-Qur’an.
Pengajian mingguan mempunyai penyebutan yang berbeda-beda di masing-
masing daerah, sebagian daerah ada yang menyebutnya kompolan, kamratan,
dan juga koloman. Kesemuanya merupakan kegiatan berkumpulnya
masyarakat untuk bersama-sama melakukan ritual keagamaan.
Pengajian mingguan biasanya diselenggarakan secara berpindah-pindah
dari rumah ke rumah masing-masing anggotanya. Format acaranya biasanya
dimulai dengan pembacaan tawassul dengan Surat Al-Fatihah, dilanjutkan
Surat Yasin, membaca zikir dan tahlil, lalu ditutup dengan doa. Usai itu,
biasanya ada sedikit wejangan (mau’izah hasanah) dari pembina pengajian,
yang merupakan kiai atau ustadz masyarakat setempat.
Selain corak keagamaannya yang menonjol dan khas, Madura juga
identik dengan sapi. Hewan mamalia satu ini hampir menjadi bagian tak
terpisahkan dari masyarakat Madura terutama yang bekerja sebagai petani,
termasuk di Kabupaten Pamekasan. Sapi menjadi sarana utama bagi para
petani tradisional untuk membajak sawah. Sapi juga menjadi salah satu bahan
komoditi utama yang diperjualbelikan di Madura. Selain untuk dikonsumsi
dagingnya, sapi juga diperlombakan dalam ajang Karapan Sapi dan adu
kemolekan sapi (sapeh sonok). Tak heran jika kepemilikan sapi menjadi
simbol status sosial masyarakat Madura.
Dua hal di atas, pengajian dan sapi, adalah dua ranah yang berbeda.
Pengajian tentu bersifat keagamaan dan cenderung berorientasi pada akhirat.
Sementara sapi bersifat keduniawian dan berorientasi pada materi. Sepintas
tidak mungkin menjalinkan keduanya dalam satu ranah dan begitulah

1
umumnya yang terdapat di Madura. Pengajian digelar di masjid-masjid,
surau, langgar, musola; sedang sapi berada di pasar, sawah, lapangan, padang
ramput. Forum-forum pengajian jarang sekali berbicara soal keduniawian,
terlebih soal sapi. Hal-hal yang berbau materi keduniawian seolah tabu dan
terlarang dibicarakan dalam forum pengajian.
Namun tidak demikian halnya yang terdapat di Dusun Du’uman, Desa
Waru Timur, Kecamatan Waru, Pamekasan. Adalah Ustaz Abd. Kholik, S.Ag.,
seorang pembina koloman keagamaan mingguan, yang mencoba merintis
sinergitas antara pengajian (agama) dengan peternakan sapi (ekonomi). Hal
ini berangkat dari fakta bahwa mayoritas masyarakat Desa Waru Timur
adalah petani dan pemelihara ternak sapi. Melalui koloman keagamaan yang
dibinanya, Abd. Kholik membangun kesadaran berekonomi masyarakat
melalui pemberdayaan peternakan sapi. Beternak sapi adalah salah satu
ikhtiyar untuk mencari karunia Allah, sedangkan mencari karunia Allah
adalah perintah agama (Islam). Karena itu, beternak sapi dengan baik dalam
rangka mencari karunia Allah adalah sejalan dengan perintah agama.
Begitulah Abd. Kholik membangun kesadaran masyarakatnya.
Dari koloman keagamaan itu, akhirnya pada tanggal 15 Januari 2006
Ustaz Abd. Kholik mendirikan Kelompok Tani Pancong Jaya dengan jumlah
anggota 68 orang. Kelompok tani (Poktan) Pancong Jaya mempunyai misi
menjadikan Desa Waru Timur sebagai penghasil bibit sapi yang unggul dan
menjadi kawasan usaha agribisnis ternak sapi potong. Berkat ketekunan para
angggotanya, Poktan Pancong Jaya maju pesat dan berhasil membuka
lapangan pekerjaan bagi para pemuda yang putus sekolah serta para
wanita yang sebelumnya menganggur untuk bersama-sama mengelola
peternakan sapi.
Kerja keras Poktan Pancong Jaya tidak hanya mampu meningkatkan
taraf kesejahteraan masyarakat Dusun Du’uman, Desa Waru Timur, tetapi
juga mendapatkan apresiasi dan penghargaan tingkat nasional. Poktan
Pancong Jaya dinobatkan sebagai penerima penghargaan Adhikarya Pangan
Nusantara (APN) tahun 2013. APN diberikan oleh pemerintah karena Poktan

2
Pancong Jaya dinilai memberikan karya luar biasa dalam mewujudkan
ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan. Poktan
Pancong Jaya berhasil menyisihkan semua nominator dari seluruh wilayah
Indonesia. Penghargaan prestisius itu diberikan oleh Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono melalui Wakil Presiden Boediono di Istana Wakil
Presiden pada 29 November 2013.1
Hingga kini Poktan Pancong Jaya menjadi tempat rujukan bagi
pembibitan dan peternakan sapi unggul. Banyak peternak sapi baik di Madura
maupun dari daerah-daerah lain di Indonesia yang datang belajar ke Pancong
Jaya. Namun hal itu tidak bearti bahwa Pancong Jaya telah sempurna dan
tidak memiliki kekurangan atau kelemahan. Setidaknya ada dua hal yang
masih perlu dicarikan solusi untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan
kemandirian para anggota Poktan Pancong Jaya.
Pertama, sebagian besar anggota Poktan Pancong Jaya sejauh ini hanya
berstatus sebagai buruh atau pekerja yang mengelola peternakan sapi. Dengan
status sebagai buruh, maka jika terjadi peningkatan volume peternakan sapi
atau menaiknya omzet peternakan sapi tidak secara langsung berpengaruh
pada penghasilan para pekerja/buruh. Dengan kata lain, penghasilan
buruh/pekerja tetap stagnan. Berbeda jika status pekerja/buruh ini bisa
dinaikkan atau dimasukkan sebagai bagian dari pemilik saham/modal, maka
setiap ada kenaikan omzet, para pekerja juga mendapatkan bagian
keuntungan. Salah satu strategi untuk memungkinkan para pekerja/buruh
menjadi bagian dari pemiliki modal, misalnya dengan membentuk wadah
koperasi di bawah Poktan Pancong Jaya.
Kedua, peternakan sapi di Dusun Du’uman, Desa Waru Timur,
menghasilkan limbah kotoran sapi dalam jumlah yang cukup besar. Limbah
tersebut sebagian kecil dipakai sebagai pupuk tanaman para petani. Namun
sebagian besar limbah kotoran sapi tersebut tidak terpakai dan terbuang sia-
sia. Karena itu, perlu dipikirkan bagaimana cara yang efektif dan berdaya
guna pemanfaatan limbah kotoran sapi.
1
Lihat http://radarmadura.co.id/2013/12/raih-juara-nasional-poktan-pancong-jaya-jadi-
rujukan/ Jam 17.00, tanggal 03 Maret 2013

3
B. Alasan Memilih Subyek Dampingan
Pemberdayaan ekonomi berbasis koloman keagamaan ini akan
dilakukan di Dusun Du’uman, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru,
Pamekasan. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan
seperti telah disebutkan di bagian sebelumnya antara lain:
1. Warga Dusun Du’uman, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru, Pamekasan
adalah masyarakat yang religius. Mereka memiliki forum-forum pengajian
mingguan yang disebut koloman;
2. Warga Dusun Du’uman, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru, Pamekasan
sebagian besar adalah petani dan peternak sapi;
3. Salah satu koloman mingguan yang dipimpin Ustaz Abd. Kholik, S.Ag.
telah berhasil membentuk Kelompok Tani (Poktan) Pancung Jaya. Poktan
ini berhasil memberdayakan para peternak sapi yang berjumlah 68
anggota.
4. Poktan Pancung Jaya mendapatkan penghargaan Adhikarya Pangan
Nusantara (APN) tahun 2013 dari Preside RI karena berhasil mewujudkan
ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan di
daerahnya.
5. Poktan Pancung Jaya memiliki permasalahan yaitu status sebagian besar
anggotanya yang hanya sebagai pekerja/buruh bukan pemilik modal; dan
limbah kotoran sapi yang tidak termanfaatkan dengan baik.
C. Kondisi Subyek Dampingan Saat Ini
Kelompok Tani (Poktan) Pancung Jaya telah berdiri sejak tahun 2006
dipimpin oleh Ustaz Abd. Kholik, S.Ag., dengan 68 anggota. Tahun 2013
Poktan Pancung Jaya mendapatkan penghargaan Adhikarya Pangan
Nusantara (APN) dari Presiden RI. Meski demikian, Poktan Pancung Jaya
memiliki dua masalah utama. Pertama, sebagian besar anggota Poktan
Pancong Jaya berstatus sebagai buruh /pekerja sehingga jika terjadi
peningkatan omzet peternakan sapi, mereka tidak ikut merasakan
keuntungannya. Kedua, peternakan sapi di Dusun Du’uman, Desa Waru

4
Timur, menghasilkan limbah kotoran sapi dalam jumlah yang cukup besar,
namun belum terkelola dengan baik untuk kegiatan berdaya guna.
D. Kondisi Dampingan yang Diharapkan
Pada proses dampingan dan pasca dampingan program pemberdayaan
ini harapannya adalah;
1. Terwujudnya Koperasi Poktan Pancung Jaya untuk mengubah status
pekerja/buruh peternakan sapi menjadi bagian dari pemilik modal/saham.
Dengan begitu, mereka akan ikut merasakan keuntungan dari omzet
peternakan sapi yang dikelola.
2. Terwujudnya pengelolaan limbah kotoran sapi yang berdaya guna dan
bernilai ekonomi bagi masyarakat Dusun Du’uman, Desa Waru Timur,
Kecamatan Waru, Pamekasan.
E. Strategi yang Dilakukan
Upaya pemberdayaan ini merupakan bagian dari penelitian partisipasi
aksi (PAR) yang lebih memosisikan masyarakat sebagai bagian dari pelaku
perubahan sosial yang diharapkan. Upaya tersebut akan dicapai dalam tiga
tahapan atau tiga siklus yang berlangsung selama delapan bulan. Siklus ini
sekaligus merupakan bagian dari strategi pemberdayaan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini.
Sebelum dilakukan siklus pertama, peneliti mengadakan assessment awal
untuk melihat kondisi senyatanya, melakukan investigasi, dan pemetaan.
Upaya ini dilakukan untuk menguatkan strategi yang telah peneliti susun
sebagaimana tertera di bawah ini;
1. Siklus Pertama
Dalam siklus ini dilakukan dua model kegiatan yakni sosialisasi melalui
koloman dan in house training (pelatihan intensif). Sosialisasi melalui
koloman berupa pengenalan sistem koperasi, macam-macam dan bentuk
koperasi, mekanisme kerja koperasi, kelebihan koperasi di bandingkan
sistem lain, dan sebagainya. Koloman juga akan dimanfaatkan untuk media
sosialiasi pemanfaatan limbah kotoran sapi. Upaya ini diharapkan mampu
memberi pemahaman, pengertian, sekaligus menstimulasi masyarakat untuk

5
mendirikan koperasi, sekaligus membangun kesadaran pentingnya
pemanfaatan limbah kotoran sapi. Jika kesadaran masyarakat telah
terbangun dengan baik akan pentingnya koperasi, maka upaya selanjutnya
adalah pembentukan unit usaha bersama dalam bentuk koperasi di bawah
Poktan Pancung Jaya. Selanjutnya akan dipilih pengurus inti koperasi.
Pengurus terpilih akan dilatih secara khusus (in house training) mengenai
manajerial koperasi.
2. Siklus Kedua
Pada siklus kedua ini diarahkan pada penyusunan perangkat-perangkat
yang diperlukan untuk mendirikan koperasi baik yang bersifat administratif
maupun sarana dan prasarana. Setelah semua perangkat tersedia, maka akan
didaftarkan proses legalitas koperasi kepada dinas pemerintahan terkait.
Setelah legalitas keluar, maka akan dilakukan pendampingan dalam
menjalankan Koperasi Poktan Pancung Jaya.
3. Siklus Ketiga
Siklus ketiga adalah workshop pemberdayaan masyarakat Dusun
Du’uman tentang pemanfaatan limbah kotoran sapi. Dalam workshop ini
masyarakat akan dikenalkan dengan teknologi pemanfaatan limbah kotoran
sapi, cara mengoperasikannya, dan cara mengelolanya untuk kegiatan yang
bernilai ekonomi. Ketiga siklus di atas akan dievaluasi melalui forum
koloman mingguan. Jika perlu, akan diadakan focus group discussion (FGD)
secara berkala untuk mengeavaluasi semua program.
F. Pihak-pihak yang Terlibat (stakeholders) dan Bentuk Keterlibatannya
Penelitian ini merupakan penelitian terlibat dengan menggali persoalan
yang muncul dalam masyarakat. Peneliti bertindak sebagai kolaborator dan
pendamping. Masyarakat sendiri yang akan menggali persoalan, mencari akar
persoalan, dan merumuskan alternatif pemecahan masalah yang mereka hadapi.
Dengan demikian pihak utama yang terlibat adalah masyarakat itu sendiri.
Dalam hal ini adalah warga Dusun Du’uman, Desa Waru Timur, Kecamatan
Waru, Pamekasan, yang menjadi anggota Poktan Pancung Jaya.

6
Secara lebih rinci pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan
penelitian ini adalah sebagi berikut;
1. Ustaz Abd. Kholik. S.Ag. sebagai Ketua Kelompok Tani Pancung Jaya.
2. Semua pengurus dan anggota Kelompok Tani Pancung Jaya.
3. Kyai kampung Dusun Du’uman, Desa Waru Timur. Kyai kampung ini
merangkap sebagai tokoh masyarakat setempat. Pihak ini terlibat secara
aktif sebagai pendorong dan penyokong moral kegiatan. Selain itu kyai
kampung akan menjadi pelegitimasi, inspirator, dan pembinaan utama
dalam berbagai kegiatan ini.
4. Ustaz, ustazah, beserta pemuda desa. Kelompok ini akan menjadi aktor
utama yang menggali persoalan, merumuskan strategi pemberdayaan, dan
menjalankan program.
5. Peneliti akan bertindak sebagai kolaborator yang secara aktif mendampingi
masyarakat dalam menggali persoalan, merumuskan strategi pemberdayaan,
dan menjalankan program.
G. Jadwal Kegiatan
Program ini dijadwalkan akan berjalan selama maksimal 8 (delapan)
bulan, yang akan dimulai segera setelah proposal ini dinyatakan lolos seleksi
dan disahkan oleh P3M STAIN Pamekasan. Kisaran waktunya adalah April–
November 2015.
Rencana Jadwal Kegiatan
No Nama Waktu Peserta
Kegiatan Pelaksanaan
1 Koordinasi dengan pihak Mei 2015 Tim peneliti, Poktan
terkait Pancung Jaya
2 Identifikasi permasalahan Juni 2015 Tim peneliti, Poktan
Pancung Jaya
3 Penyusunan rencana Juni 2015 Tim peneliti, Poktan
program pemberdayaan Pancung Jaya
4 Sosialisasi Koperasi Juli 2015 Tim peneliti, Poktan
Pancung Jaya
5 Sosialisasi pemanfaatan Juli 2015 Tim peneliti, jamaah
limbah kotoran sapi koloman
6 In house training Agustus 2015 Tim peneliti, Poktan
koperasi Pancung Jaya
7 Pendaftaran legalitas Agustus 2015 Tim peneliti, Poktan

7
koperasi Pancung Jaya
8 Pendampingan September 2015 Tim peneliti, Poktan
manajemen koperasi Pancung Jaya
9 Workshop pemanfaatan September 2015 Tim peneliti, Poktan
limbah kotoran sapi Pancung Jaya
10 Praktik pengolahan September 2015 Tim peneliti, Poktan
limbah kotoran sapi Pancung Jaya
9 Monitoring dan Evaluasi Oktober 2015 Tim peneliti, Poktan
program Pancung Jaya, jamaah
koloman

H. Biaya Kegiatan
Kegiatan ini diperkirakan akan membutuhkan dana sebesar Rp.
26.000.000,00 (dua puluh enam juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut :
Rincian Biaya Pekerjaan
No Nama Kegiatan Biaya Jumlah
1 Pelatihan manajemen koperasi 6.000.000 6.000.000
2 Workshop pemanfaatan limbah 7.000.000 7.000.000
kotoran sapi
3 Biaya pengurusan legalitas koperasi 4.000.000 4.000.000
4 Pengadaan sarana (teknologi) 5.000.000 5.000.000
pengolahan limbah kotoran sapi
5 Honorarium peneliti 4.000.000 4.000.000
TOTAL 26.000.000

Anda mungkin juga menyukai