Buku petunjuk praktikum KTTL (Konversi Tenaga Listrik dan Teknik Tenaga Listrik) revisi 3 ini
disusun sederhana namun tetap memberikan penekanan pada pengertian-pengertian dasar yang
mutlak harus dikuasai oleh para mahasiswa. Buku ini dimaksudkan sebagai pedoman atau petunjuk
bagi para mahasiswa Institut Teknologi Budi Utomo Jakarta yang akan mengikuti mata kuliah
praktek KTTL
Buku asli (edisi pertama) dari buku ini, telah disusun atas saran dan dorongan dari pihak civitas
akademika, untuk itu kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan merevisi
buku petunjuk ini tak lupa diucapkan kasih yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan buku ini akan diterima dengan tangan terbuka.
Buku petunjuk ini tidak boleh diperbanyak, dicopy sebagian atau seluruhnya, diperjual belikan,
diunggah ke web, tanpa persetujuan ITBU dan Kepala Lab ybs.
Ka Lab KTTL
Edy Iskanto
Apabila inti besi dengan belitan N1, N2 seperti gambar 3 diatas dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik (AC) sebesar V1=Vp, maka fluks bolak-balik akan dibangkitkan pada inti
sebesar Wb.
Fluks sebesar Wb tsb akan melingkar dan akan menghubungkan belitan primer dengan belitan
sekunder serta menghasilkan tegangan induksi (EMF = GGL) baik E 2 = Es dan menghasilkan
persamaan berikut :
-8 -8
E1 = Ep = 4,44 f.Np.B.A .10 (volt) dan E2 = Es = 4,44 f.Ns.B.A.10 (volt)
Dimana :
E1,2 = Tegangan induksi primer, sekunder ( Emf = GGL) dalam rms/ efektif
f = Frekuensi (sinus)
Maka dan
Gambar : 5 Rangkaian Ekivalen Trafo Dengan Rangkaian Magnetisasi Di depan Req, Xeq
Dimana :
Xek = X1 + a2X2 Rek = R1 + a2 R2
I2 „ = l2/a V2 „ = a.V2
V1 V2 V1 V2
- - - -
a) b)
Gambar : 6 Percobaan polaritas transformator
VR =
Hal ini menunjukkan bila impedansi trafo besar, maka VR akan menjadi besar dan itu buruk.
Trafo yang bagus bila VR nya kecil
1.7 Rugi-Rugi Pada Transformator
Rugi-rugi pada transformator dapat diuraikan sbb
1.7.1 Core Losses (Rugi Inti Besi) [Pcore]
Merupakan rugi-rugi yang terjadi pada inti trafo. Rugi inti besi terdiri dikelompokkan atas dua
macam yaitu :
a) Rugi Hysterisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang
dinyatakan sebagai berikut :
1,6
Ph = Kh. f. Bmaks (Watt)
Dimana:
Kh = Konstanta
Bmaks = Fluks maksimum (Weber)
b) Rugi Eddy Current (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi yang
dinyatakan sebagai berikut :
2 2
Pe = Ke. f . Bmaks (Watt)
Dimana :
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum (Weber )
c) Sehingga rugi inti besi (Pcore) dapat dirumuskan dengan persamaan:
Pcore = Ph + Pe
Rugi besi ini sangat tergantung kepada jenis dan karakteristik inti besi nya. Oleh karena itu,
untuk mengukur besarnya nilai rugi besi dilakukan dengan pengukuran beban kosong.
1.7.2 Stray loss
Yaitu rugi-rugi karena fluxi yang bocor, baik karena susunan dan sambungan inti besi yg tidak
mungkin rapat, juga karena flux dari belitan yang mengalir melalui body tangki trafo.
Pengukuran secara eksak sangat sulit, oleh karena itu dalam praktek, stray loss dimasukkan ketika
pengukuran rugi tembaga.
1.7.3 Cooper Losses (Rugi Tembaga) [ Pcu ]
Merupakan rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada
kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :
2
Pcu = I R (Watt)
Untuk trafo tenaga, dimana losses menyangkut denda, maka pengukurannya harus teliti, yaitu
dengan mengukur resistans belitan ketika suhunya jenuh yaitu ketika menanggung arus nominal.
Dalam praktek, rugi tembaga diukur melalui percobaan beban hubung pendek. Namun hasil
yang diperoleh tentu bukan hanya rugi tembaga saja, melainkan termasuk rugi flux bocor (stray
loss)
Gambar : 7 Parameter trafo tanpa beban dan diagram Vektor Io, Ic dan Im
2.1 Tujuan percobaan
Tujuan utama percobaan ini adalah untuk mengetahui besarnya rugi-rugi besi (core loss) dan
besarnya arus magnetisasi Io.
Pada beban nol, daya yang diambil (Po) hanya digunakan untuk membuat fluksi magnetik pada inti
besi sehingga yang terukur adalah Rc dan Xm.
2.2 Rangkaian percobaan
Hal.hal yang harus diperhatikan
a) Karena arus beban nol (Io) nilainya kecil, maka digunakan metode pengukuran dg bantuan
R seri dan 3 voltmeter sbb
2.4 Tugas
2.4.1 Menghitung nilai Io, Rc, Xm dan Po
dlm contoh hal ini 200 < (5+198) ..artinya terpenuhi, maka dapat dihitung
sbb Io = V2/R = 5/100 = 0,05 A
Zmagnetisasi = V3/Io = 198/0,05 = 3960 ohm Zmag = Rc // Xm (paralel)
Dengan menggunakan gambar vektor dan rumus dibawah ini, maka
V1
V3.sin a
V3 Rumus :
V1^2 = (V2+V3.cos a)^2 + (V3.sin a)^2
a V1^2 = V2^2 + V3^2 + 2V2V3cosa
V2 V3.cos a cos a = ( V1^2-V2^2-V3^2) / 2.V2V3
Sudut a (alfa = ) adalah sudut yg dibentuk antara Ic dg Io sedangkan Ic tegak lurus dg Im.
Pasang Wattmeter, A1 dan A2 untuk mengukur daya semu dan daya nyata. Perhatikan range
untuk arus dan tegangan, jangan sampai “over range”
Suply tegangan melalui regulated step up transformer sehingga tegangan bisa diatur dari nol
Ketika swit masih open, naikkan tegangan hingga nominal, kemudian ukur V2 dan V1 serta
tentukan angka perbandingan a = V1/V2
Ketika swit sdh tertutup (short), naikkan tegangan sedemikian sehingga arus A2 mencapai
nominal (5A atau 10A) kemudian catat nilai A1 dan V1
3.4 Tugas
3.4.1 Menghitung Impedansi urutan positif trafo (Z1)
4.4 Tugas
4.4.1 Menghitung
a) W2 =A2xV2 = 1,3x9,35 = 12,155 watt
b) Losses = W1-W2 = 66,35-12,155 = 54,20 watt
c) Efisiensi = W2/W1x100% = 12,155/66,35x100% = 18,32%
4.4.2 Gambar grafik efisiensi dan W2 .vs. W1
W1
4.4.3 Kesimpulan
Berikan kesimpulan atau komentar tentang hasil percobaan ini ………..